Penerapan PBI P pada Pemb belajaran IPA Terpadu Temaa Handsprayer Pembasmi Ham ma
PENER RAPAN MOD DEL PBI UN NTUK MENIINGKATKA AN HASIL BE ELAJAR SISWA PADA A PE EMBELAJAR RAN IPA TE ERPADU TE EMA HANDS SPRAYER P PEMBASMI HAMA DII SMP NEGE ERI 2 PONO OROGO Anik Sulistyyorini 1), Mucchlis 2), dan Ahmad A Qosyyim 3) 1)
Mahhasiswa Prograam Studi Pendiidikan Sains FM MIPA UNESA A, e-mail:
[email protected] 2) Dosenn Jurusan Kimiia FMIPA UNE ESA. e-mail: Muchlis_kimia@ M @yahoo.co.id 3) D Dosen Program m Studi Pendidiikan Sains FMIIPA UNESA. e-mail: e
[email protected]
A Abstrak Penelittian ini bertuju uan untuk menndeskripsikan kketerlaksanaann pembelajarann, aktivitas sisw wa, hasil belajaar dan responn siswa. Peneliitian ini mengggunakan rancaangan “One Shot S Case Studdy” dan analissis dilakukan secara s deskrip ptif kuantitatif.. Sasaran penellitian ini adalah ah siswa kelas VIII V SMP Neggeri 2 Ponorogoo tahun ajaran 20122013. Berdasarkan B annalisis data dipperoleh rata-raata hasil pengamatan keterlakksanaan pembeelajaran pertem muan I dan III masing-masiing yaitu 3,10 0; 3,37 sehinggga rata-rata pertemuan I dan II yaitu 3,23 yang artinya a keterlaaksanaan modeel pembelajarann berdasarkan masalah terlakksana dengan baik. Aktivitaas siswa yang ppaling dominaan adalah bekeerja dalam keloompok, yaitu m mengerjakan LKS, L berdiskussi dalam kelom mpok dan melakkukan praktik kum dalam kellompok dengann rata-rata perssentase pada peertemuan 1 sebbesar 31,25% dan pada perteemuan 2 sebeesar 32,5%. Dari D data di atas menunjuukkan bahwa pembelajaran IPA terpaduu model PBI dapat meminnimalkan aktivvitas yang tidaak relevan denngan kegiatan pembelajaran p yaitu sebanyak k 2,5%. Ketunntasan hasil belajar b siswa seecara kognitif 89% siswa tunntas. Berdasark kan hasil belajjar siswa aspekk afektif, perseentase jumlahh siswa yang mendapatkan m k kategori “sangaat baik” dan “b baik” pada perttemuan pertam ma 85,7% sedanngkan pada pertemuan p ked dua 96,4%. Haasil belajar sisswa pada aspeek psikomotoriik, persentase jumlah siswaa yang mendaapatkan kategoori “sangat baiik” dan “baik”” pada pertem muan pertama 100% 1 sedangkkan pada perteemuan kedua 92,8%. Siswa memberikan respon r yang saangat baik terhaadap model PB BI pada pembeelajaran IPA teerpadu %. dengann tema “Handspprayer pembassmi hama” denngan persentasee keseluruhan ssebesar 93,37% Kata kunci k : Model PBI, P IPA terpa adu, pembasmii hama, Hasil Belajar. B A Abstract This reesearch goal to o describe the implementation i n of problem based b instructioon, student activity, leraning result and th he response off students. Thee research usinng design ”Onne Shot Case Study”, and done d by quantiitative descripptive analysis. Target of thiss research is alll the student class c VIII Statte Junior High School 2 Ponnorogo academ mic year 2012-2013. Based on o the analysis of data obtaineed by the averaage of observaation implemenntation learninng result meetinngs I and II reespectively are 3,10; 3,37 so that the averagge meeting I an nd II are 3,23 which w means implementatioon problem baased instructionn performing well. w The mosst dominant acctivity of studeents is workin ng in a group, that t is workingg on worksheetts, group discusssion and do laab work in a grroup with an avverage percenntage of 31.25% % as the first meeting m and thee second meeting by 32.5%. Student learniing completeneess by providing a test of th he study result were obtaineed 89% of stud dents has beenn completed. From F the data above show that t learning science s can minimize m the PB BI model of integrated i activvities that are not relevant tto the learninng activity that is as much as a 2.5%. Baseed on the affecctive aspects oof student learrning outcomees, the percenntage of studen nts who get the category of "vvery good" and d “good” on first meeting 855,7% while 96,4% in the seccond meeting. Student learniing outcomes iin the psychom motor aspect, thhe percentage of students whho get the cattegory of "veryy good" and “good “ on first meeting 100% % while 92,8% % in the second d meeting. Stuudents responnd very well too the problem based learningg model integrrated science w with the themee of science leaarning handsp prayer pesticidees with overalll percentage off 93.37%. Keywo ords: PBI, IPA A integrated, peest exterminatoor, Student Leaarning Outcomes.
melalui serangkaian pengalaman yang berm makna. M harus diajjarkan Pembelajjaran IPA di SMP atau MTs secara teerpadu sesuai dengan lamp piran Permenddiknas No.22 tah hun 2006 yangg berisi standarr isi (SI) untukk mata pelajaran n IPA di tingkkat SMP atau MTs. Pembelajaran terpadu merupakan m penndekatan pembelajaran yang secara s sengaja mengaitkan m beberapa aspekk baik dalam intra mata pellajaran maupuun antar mata pelajaran. Dengan memperg gunakan modell pembelajaran IPA terpadu, ssecara
PENDAHULU P UAN Pendidikan P s selalu berubaah menyesuaaikan dengann perkembangan p n zaman dan teknologi. Hal inni di tunjukkann dengan d terus disempurnakan d nnya kurikulum m pendidikan ddi Indonesia. I Ku urikulum yangg digunakan saat s ini adalahh Kurikulum K Tin ngkat Satuan Pendidikan P (KT TSP). Menuruut Mulyasa M (20007), KTSP berorientasi paada hasil dann dampak d yang diharapkan muuncul pada dirri peserta didikk 1
Jurnaal Pendidikan Sains S e-Pensa. Volume 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 1-6 dikenal sebagai PBI (Problem Based B Instrucction). Menurut Ibrahim (2005), “PBI didefinisikan seebagai suatu moodel pembelajaaran yang mennggunakan maasalah sebagai titik t awal untuuk mengakuisi pengetahuan baru”. b PBI ini penting karenna bertujuan untuk u memecahkan masalah autentik yang dekat dengan situasi nyata sseharihari sisw wa. Dalam model m PBI, guuru hanya berrperan mengajukkan masalah, membimbing,, dan memfassilitasi penyelidiikan serta menndukung prosees belajar menngajar siswa. PB BI ini dapat diiterapkan untukk pembelajarann IPA Terpadu. Siswa tidak hanya menghhafal konsep-kkonsep serta maateri yang diiajarkan tapi juga secara aktif menemukkan sendiri konsep-konsepp yang dipeelajari. Selain itu u, efisiensi wakktu dapat tercaapai dan ketum mpang tindihan materi m dapat diikurangi bahkaan dihindari. Melaalui model P PBI siswa dapat d memecahkan berbagai persoalan yanng selama ini belum terpecaahkan. Tema Handsprayer peembasmi hama memiliki banyak masalah otentik yang berhubungan dengan kehiddupan sehari-haari sehingga sanngat cocok jika diterapkan dengan d model peembelajaran m masalah. Melihhat kondisi dii atas, maka perlu dilakukan penyusunan suatu pembahharuan metode pembelajaran yang efekttif yakni melalui m u Meningkkatkan penelitiann ” Penerapann Model PBI untuk Hasil Beelajar Siswa ppada Pembelajjaran IPA Terpadu Tema Ha andsprayer Peembasmi Hamaa di SMP Neggeri 2 Ponorogo o”. Diharapkaan melalui penelitian ini siswa dapat meemahami keterrkaitan antar konsep k sains dengan d teknologii, lingkungan,, dan masyarrakat dengan baik sehingga motivasi belajjar dan hasil beelajar siswa meenjadi k. lebih baik
psikologik, p pesserta didik digiring berpikir secara s luas dann mendalam m unttuk menangkapp dan memahaami hubungan-hubungan h koonsep konsepttual yang diisajikan guruu. Selanjutnya peeserta didik akkan terbiasa beerpikir terarahh, teratur, t utuh menyeluruh,, sistematik, dan analitikk (Depdiknas, ( 20 006). Berdasarkkan hasil waw wancara dengann guru bidangg studi IPA di SM MPN 2 Ponoro ogo tanggal 15 Oktober 2012, pelaksanaan p pembelajaran p masih m belum teerpadu. Belum m terlaksananya t pembelajaran IPA terpadu di d SMP Negerri 2 Ponorogo kaarena kurikulum m yang dipakaai belum sesuaai dengan d krikuluum IPA Terpadu secara um mum, sehinggaa kurikulum k yaang digunakann saat ini menyesuaikann penerapan p penjelasan dari MGMP Ponnorogo. Prosess di sekolah sudah meneerapkan modeel pembelajaran p pembelajaran p s seperti model kooperatif. Guuru juga sudahh menerapkan m beeberapa metodee diantaranya metode m ceramahh, diskusi, d dan ekksperimen, tetappi metode yan ng paling seringg diterapkan d adallah metode cerramah sehinggaa masih banyakk yang y tidak meliibatkan siswa seehingga siswa kurang k aktif dann kreatif. k Sikap kurrang bergairah h, kurang aktiff, kelas kurangg berpusat b padaa siswa, dan kadang-kadaang ada yangg bermain-main b sendiri di dalaam kelas, meruupakan masalahh yang y dihadappi siswa kelaas VIII-E SM MP Negeri 2 Ponorogo, P khuususnya untuk mata pelajarann IPA. Dampakk buruknya b adaalah penguasaaan konsep dan d ketuntasann belajar b merekaa 75% yang seeharusnya ketuntasan klasikaal mencapai m 85% %. Kondisi yanng seperti ini teentunya sangaat tidak t diharapkkan dalam proses belajar meengajar. Selainn permasalahan p a fakta yang g menunjukkann di atas juga ada ada a beberapa materi m yang bellum tuntas sebagaimana hasil pra p penelitian dan wawancaara guru IPA SMP S Negeri 2 Ponorogo P bahhwasannya selaain belum meenerapkan IPA A Terpadu, T sisw wa kelas VIII-E E SMP Negerri 2 Ponorogoo menganggap m b bahwa IPA adalah a pelajarran yang sulit (92,3%). ( Alasanya karena mata m pelajaran IPA dianggapp memiliki m bannyak hafalan (61,5%) daan kurangnyaa praktikum p (11 1,5%), serta peembelajaran kurang ku menarikk (26,9%). ( Sedaangkan materi yang dianggaap sulit adalahh materi m hama dan penyakitt pada tumbu uhan (38,4%), kegunaan k dann efek sampping bahan kimia dalam m kehidupan k (26,9%), tekanan pada zat cair (3 34,6%). ompetensi Dasaar, materi hamaa Berdasarkkan analisis Ko dan d penyakit pada p tumbuhann (Biologi) yanng ada di kelass VIII V semester 1 dapat dipaduukan dengan materi m kegunaann dan d efek sampping bahan kim mia dalam kehidupan (kimia)) yang y ada dik kelas VIII sem mester 1 dan materi materri tekanan t pada zat cair (Fisika) yang adaa dikelas VIIII semester 2 seccara tematik (w webbed). Karakkteristik ketigaa materi m ini bersifat interdisiplineer sehinggaa memungkinkan m n siswa unntuk terlibat secara aktiff menginstruksi m pengetahuannnya. Hal ini dimaksudkann agar a siswa meemperoleh kesempatan untukk memecahkann masalah m autentik dalam men nelaah pengaruuh Handsprayerr pembasmi p ham ma terhadap lingkungan l melalui aktifitass antar a siswa untuk u saling membantu m dann bekerjasamaa dalam d menyeleesaikan suatu tugas. t Salah satuu model pem mbelajaran yang g memberikann kesempatan k kepada k siswa untuk terlibaat secara aktiff pengetahuannnya adalah PBI menginstruksi m P atau yangg
METOD DE Penelitian n ini bertuujuan untukk mendeskrippsikan keterlaksanaan pembeelajaran, aktivvitas siswa, hasil belajar daan respon sisw wa. Jenis peneliitian yang dilakkukan adalah peenelitian deskrriptif kuantitatiif. Dalam peneelitian ini, subjeek penelitian yaitu y kelas VIIII E SMP Neggeri 2 Ponorogo o. Penelitian dilaksanakan di SMP Neggeri 2 Ponorogo o. Waktu peneelitian dilaksannakan pada sem mester genap tah hun ajaran 20012/2013 bulann Januari dengan 2 kali pertemuan. Rancaangan penelitian yang diguunakan dalam peenelitian ini aadalah “One Shot Case Sttudy”, adalah peenelitian yang mendeskripsik kan suatu keloompok yang dikenai d perlaakuan tertenttu, yaitu m model pembelajaran berdasarkkan masalah. Dalam D penelitiian ini n yang digunnakan untuk mengunpulkan m n data instrumen yaitu lem mbar pengamaatan keterlaksaanaan pembelaajaran, lembar pengamatan p akktivitas siswa, lembar pengam matan afektif daan psikomotorrik, lembar tes hasil belajarr, dan angket reespon siswa. HASIL DAN D PEMBAH HASAN Pembelajjaran berdasarkkan masalah paada IPA terpaddu tipe webbed dengan tema handsprayer pembasmi p ham ma di d baik. Secara S SMP Neggeri 2 Ponoroggo terlaksana dengan keseluruh han dapat dikettahui bahwa keterlaksanaan sintak pembelajaran baik padaa pertemuan I dan II adalah 100% terlaksana. Sehingga dipperoleh rata-raata kemampuann guru miliki nilai ratta-rata dalam mengelola pembbelajaran mem 2
Penerapan PBI P pada Pemb belajaran IPA Terpadu Temaa Handsprayer Pembasmi Ham ma total t pada perrtemuan I adaalah 3,10 dan n pertemuan III adalah a 3,37 serta rata-rata dari keseluruh han pertemuann adalah a 3,23 dengan kateg gori “baik”. Peneliti jugaa mengarahkan m siswa untuk menemukan m maasalah autentikk dalam d lingkuungan sekitarr mereka, mengorganisas m i kelompok-kelo k ompok belaajar, memb bantu siswaa mengumpulkan m n informasi dalam d memecaahkan masalahh. Namun N guru masih perlu melakukan perbaikan p lagi dalam d mengelola waktu pad da pembelajaraan IPA terpaduu agar a pengelollaan waktu dapat d sesuai dengan yangg direncanakan, d sehingga pem mbelajaran dapaat lebih efektiff dan d efisien yan ng sesuai denggan tujuan pem mbelajaran IPA A terpadu t yaitu meningkatkaan efisiensi dan d efektivitass pembelajaran p (Puskur, 20066). Tiap skor pada p tiap tahapp dapat d dilihat paada Gambar 1 di bawah ini
Perssentase Aktivitas Siswa 25 Persentase (%)
20
Keterangan K : Mendengarkan M n dan mempeerhatikan penjeelasan guru g 2. Menyampaikan M n pendapat ataau penjelasan. 3. Membaca M bahaan ajar 4. Membaca M LKS S, dan berdiskuusi dalam keloompok belajar b 5. Melakukan M keggiatan praktikuum dalam kelom mpok 6. Mempresentas M sikan hasil keloompok belajar 7. Mengajukan M pertanyaan 8. Menyimpulkan M n materi 9. Tidak T berada dalam d tugas pembelajaran 10. Perilaku P yang tidak relevandengan KBM 1.
Skor
2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
0 III
IV
5
Aspek ke-
3
II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4
I
10
0
Skorr Rata‐rata K Keterlaksanaaan Pembellajaran
1
15
V
Gambar G 2 Graafik Aktivitas Siswa pada Perttemuan 1 dan 2
Kegiatan ke-
Keteranggan : I. Peendahuluan II. Keegiatan inti III. Peenutup IV. Peengelolaan kelaas V. Su uasana kelas
Menurut Good dalaam Sukardi (20 008) domain koognitif merupakaan proses pengettahuan yang lebbih banyak didaasarkan perkembaangannya dari persepsi, introospeksi atau memori m siswa sehingga s tes hasil belajaar dibuat ddengan mempertim mbangkan prroses pengetaahuan siswa yang dihubungkkan dengan taxxonomy bloom. Hasil belajar koognitif diukur dengan d posttestt. Hasil postteest siswa kem mudian dibandinggkan dengan KK KM sekolah. Sisswa dikatakan tuntas jika telahh mencapai niilai uji kompeetensi ≥76 sehhingga diperoleh h 3 siswa yaang tidak tunttas dari 28 siswa, s sedangkaan untuk keetuntasan klaasikal suatu kelas dikatakan n tuntas jika 85% siswa mencapai nilaai uji kompetennsi ≥76 (Depddiknas, 2007). Jumlah siswaa yang tuntas beelajarnya setellah mengikuti pembelajarann IPA terpadu dengan d model ppembelajaran berdasarkan b maasalah tema hanndsprayer pem mbasmi hama sebanyak 25 siswa sedangkaan yang tidak ttuntas sebanyaak 3 siswa, sehhingga ketuntasaan klasikal dipeeroleh sebesar 89%.
Gambar 1 Grafik G Keterlaaksanaan Pem mbelajaran Aktivitass siswa yang menunjukkan kegiatan PBII pada p setiap peertemuan adalaah bekerja dallam kelompokk, yaitu y mengerjaakan LKS, berrdiskusi dalam kelompok dann melakukan m praaktikum dalam m kelompok deengan rata-rataa persentase p padda pertemuan 1 sebanyak 31,,25% dan padaa pertemuan p 2 sebanyak 32,55%. Peningkaatan persentasee aktivitas a tersebbut menunjukkkan siswa leb bih aktif dalam m pembelajaran. p Hal ini seesuai dengann karakteristikk pembelajaran p I IPA terpadu yaaitu otentik, sisswa dapat aktiff mencari, m meng ggali dan meneemukan konsepp serta prinsip-prinsip p dari suuatu pengetahu uan yang haruus dikuasainyaa. Siswa memahhami secara laangsung prinsiip dan konsepp yang y ingin dipelajari d melaalui kegiatan belajar secaraa langsung. l Meereka memahhami dari haasil belajarnyaa sendiri, bukan n sekedar pem mberiatahuan guru. g Informasi dan d pengetahuuan yang dipeeroleh sifatnyaa lebih otentikk. Guru G lebih banyak b bertinddak sebagai fasilitator dann katalisator, k seedangkan sisw wa bertindak sebagai aktorr pencari p inform masi dan pengetahuan. (Deppdiknas, 2006). Persentase P Akttivitas siswa daapat dilihat padda Gambar 2.
Tidak tuntas
1 11% T Tuntas 89%
Gambar 3 Keetuntasan Tes Hasil H Belajar
3
Jurnaal Pendidikan Sains S e-Pensa. Volume 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 1-6 Tercapain nya ketuntasan hasil belajar kognitif siswaa baik b baik seccara individu maupun secarra klasikal ini dikarenakan d pembelajaran yang dilakukan n menggunakann tema t yang deekat dengan kehidupan k sisw wa sehari-harii. Selain itu deengan diterap pkannya modeel PBI, dapaat membantu m sisswa untuk meemecahkan maasalah. Hal inni sejalan denggan salah satu ciri-ciri dari model pembelajaran p berdasarkan masalah, m yaituu penyelidikann masalah m autenntik. Sedangkaan untuk sisw wa yang belum m tuntas t sebesaar 11% yaknni terdapat 3 siswa yangg medapatkan m niilai <76, ketigga siswa tersebbut yaitu siswaa dengan d nomorr absen 12, 16,, 23. Hal tersebbut disebabkann karena k pada saat kegiatann pembelajarann berlangsungg menurut m pengaamatan aktivitaas siswa, siswaa tersebut tidakk berada b dalam tugas pembelajaran dan berperilaku yangg tidak t relevan seperti s ramai sendiri s dan beercanda dengann temannya. t Sukardi (2008) ( menyaatakan bahwa aspek afektiff merupakan m proses p pengetaahuan yang lebih banyakk didasarkan d paada pengembaangan aspek-aaspek perasaann dan d emosi. Daalam pengembbangannya penndidikan afektiff yang y semula hanya h mencaku up perasaan dan emosi telahh berkembang b luas yakni meenyangkut moral, nilai-nilaii, budaya b dan keeagamaan. Hal ini sesuai aspeek afektif yangg meliputi m perilaku berkaraktter dan keteraampilan sosiall. Hasil H belajar raanah afektif beerkategori “sanngat baik” padaa pertemuan p perrtama masih ren ndah, karena pada p pertemuann pertama p siswaa masih kuranng percaya diri serta masihh takut t dan malu-malu untuk bertaanya maupunn mengungkapka m an ide tau pendapat. p Seddangkan hasil belajar b ranah afektif berkaategori “sangaat baik” padaa pertemuan p keedua cukup tingi, t siswa semakin lamaa semakin senan ng dan antusiias mengikuti pembelajarann yang y diberikaan sehingga dapat menum mbuhkan rasaa percaya p diri siswa untuk bertanya dann memberikann pendapat. p Keaktifan siswa dalam pembbelajaran baikk secara fisik, mental, m intelekttual maupun emosional gunaa tercapainya t hasil belajarr yang opttimal dengann mempertimban m ngkan hasrat, minat, m dan kem mampuan siswaa sehingga term motivasi untuuk terus meenerus belajarr (Depdiknas, ( 2006). Persentaase hasil Afekttif siswa dapaat dilihat d pada Gaambar 4.
Menurut Sukardi (2008) yang menyatakan bbahwa domain psikomotor p meerupakan prosees pengetahuann yang lebih diddasarkan padaa pengembang gan proses m mental melalui aspek-aspek a ottot dan membbentuk keteram mpilan siswa. Hasil belajar sisswa pada aspeek psikomotorr pada penelitiann ini meliputti mengukur jarak semproot air menggunnakan mistar dan menggukur volumee air menggunnakan gelas ukuur. Hasil penilain pssikomotorik pada p pertemuuan 1 (mengukuur jarak semprrot air mengguunakan mistar)) tidak ada siswaa yang mendappat nilai dengaan kategori “cuukup” hal ini menunjukkan m bahwa siswaa menguasai dalam d melakukaan percobaan mengukur jaraak terjauh panncaran air denggan menggunnakan mistar. Sedangkan hasil penilaian n psikomotorikk pada pertem muan II (menngukur volume air a menggunaakan gelas ukuur) sebanyak 7,1% siswa meendapat nilai dengan d kategoori “cukup”. Hal H ini menunjuk kkan ada beberrapa siswa yan ng belum mengguasai dalam melakukan percobaan menguukur volume ekkstrak menggunnakan gelas ukkur yang mem mang membutuuhkan ketelitiann dan kehati-haatian yang leb bih. Persentasee hasil Psikomottorik siswa dappat dilihat padaa Gambar 5.
Persentasee Nilai Psikoomotorik
Persentase (%)
80 8 60 6 40 4 20 0 SB
B
C
Kategori Nilai Pe ertemuan 1 : Mengukur jarak semprot airr menggunakan mistar Pe ertemuan 2 : Mengukur volume air mengggunkaan gelas ukur
Perssentase Nilaai Afektif
komotorik Gambarr 5 Grafik Psik
Persentase (%)
100
Angkket respon sisswa merupakaan tanggapan siswa setelah mengikuti m pem mbelajaran beerdasarkan maasalah yang telaah diterapkan oleh guru yang y diukur dengan d menggunnakan instrumen lembar angk ket repon siswaa. Data respon siiswa terhadap model pembelajaran berdaasarkan masalah disajikan d dalam Tabel 1 berikut.
80 60 40
Pertemuan n 1
20
Pertemuan n 2
0 SB
B
C
Kategoori Nilai
wa Gambar 4 Graffik Afektif Sisw
4
Penerapan PBI P pada Pemb belajaran IPA Terpadu Temaa Handsprayer Pembasmi Ham ma Resp pon siswa tertiinggi menjawaab iya adalah 100% pada pernnyataan 1,2 dann 4. Hal ini berrarti proses keggiatan belajar mengajar IP PA terpadu disajikan secara s menyenanngkan dan sistematis daalam memecahkan masalah. Pernyataan inni sesuai deng gan penelitiann Jose (2004) yang meneemukan bah hwa pembelajaran berdasark kan masalah ini berhasill mengintegraasikan konten pembelajaran p d dengan kemam mpuan memecahkan masalah.
Tabel 1 Resp pon Siswa Terh hadap Model Pembelajaran P Berdasarkaan Masalah T Tanggapan Tidak Ya
No
Pernyataan
1
Prosees belajar menngajar IPA TERPADU Model M dengan PBI tema “Han ndsprayer pembbasmi hamaa” menarik dan menyyenangkan
100
2
Pembbelajaran IPA yang diajarrkan secara teerpadu meruppakan hal baruu bagi saya
100
0
3
Denggan menggunnakan modeel PBI ini, saya menddapat kesem mpatan untukk menunju ukkan kemaampuan saya dalam d meneemukan hubu ungan hamaa dan pennyakit tanam man dengan tekkanan pada zat cair yang pada pat terdap handssprayer.
86
14
4
Saya senang jika IPA du diterapkaan di terpad SMP..
100
0
5
yang Masaalah dimunnculkan dalam d kehiddupan seharri-hari meruppakan hal yang menaarik bagi saya.
93
7
6
Materri yang diajjarkan jelas
86
14
7
Denggan pembelaajaran IPA Terpadu T model PBI, saya lebih termootivasi untukk belajar.
93
7
8
Tes yang dibeerikan berhuubungan dengan masalah dalam d kehiddupan sehari-haari
89
11
0
UP PENUTU Simpulan n Berdasarkkan data hasil penelitian dann pembahasan dapat disimpulk kan sebagai beerikut: pembelajaran 1. Keterrlaksanaan p proses pada pembelajaran IPA A Terpadu tema handspprayer pembasmi hama ddengan menerrapkan modell PBI menddapatkan skor rata-rata keseeluruhan yaituu 3,23 dengaan kategori “baaik” 2. Aktiv vitas siswa yangg menunjukkan n kegiatan PBII pada setiapp pertemuan aadalah bekerjaa dalam kelom mpok, yaitu mengerjakan LKS, berdisku usi dalam keloompok m praaktikum dalam m kelompok dengan d dan melakukan rata-raata persentase pada pertemuaan 1 sebanyak 31,25 dan pada p pertemuaan 2 sebanyak k 32,5. Peninggkatan persenntase aktivitas tersebut menuunjukkan siswaa lebih aktif dalam d pembelaajaran. 3. Hasil belajar siswa mencakup ran nah kognitif, aafektif dan psikomotorik. p R Ranah kognitiif tercapai sebanyak 89% siswa telah tuuntas secara klaasikal. Hasil bbelajar siswaa aspek afektiff, persentase jumlah siswa yang menddapatkan kategoori “sangat baiik” dan “baik”” pada pertem muan pertama 85,7% sedangkan pada perteemuan keduaa 96,4%. Haasil belajar siswa pada aspek psikom motorik, perrsentase jum mlah siswa yang menddapatkan kategoori “sangat baiik” dan “baik”” pada pertem muan pertama 100% sedangkkan pada perteemuan keduaa 92,8%. 4. Respoon siswa terhaadap penerapann pembelajarann IPA terpaddu model PBI pada tema han ndsprayer pem mbasmi hama menunjukkann respon yanng positif. Haal ini ditunjjukkan dengann 93% siswaa lebih termootivasi dengaan pembelajaraan IPA Terpaduu model PBI. Saran Berdasarkan B hhasil penilitian yang didapat, maka peneeliti dapat mem mberikan saraan bahwa darii data hasill aktivitas sisswa, siswa yaang mendapat nilai aktiv vitas rendah teernyata nilai hasil h belajar mereka m juga rendah. Oleh karena itu, gu uru sebaiknya lebih aktiff dalam prosees pembelajarran sehingga siswa tidak k cenderung unntuk berperilakuu yang tidak reelevan denggan kegiatan beelajar mengajarr.
5
Jurnaal Pendidikan Sains S e-Pensa. Volume 01 Noomor 02 Tahunn 2013, 1-6 DAFTAR D PUS STAKA Amador, Josee A., Josef H. Gorres. 20004. A Problem m Based d Learning Approach to Teachingg Introd ductory Soil Science. S Journnal of Natural Resou urces and Life Sciences Eduucation 33: 2127. Depdiknas. D 2 2006. Pandua an Penyusunaan Kurikulum m Tingkkat Satuan Pen ndidikan Jenjaang Pendidikann Dasarr dan Menenga ah. Jakarta: Deepdiknas. Depdiknas. D 2 2007. Pandua an Penyusunaan Kurikulum m Tingkkat Satuan Pen ndidikan Jenjaang Pendidikann Dasarr dan Menenga ah. Surabaya: Badan Standarr Nasioonal Pendidikan n. Ibrahim, I Musslimin. 2005. Pembelajarann Berdasarkann Masaalah. Surabaya:: Unesa Univerrsity Press. Lampiran L Peraaturan Menterii Pendidikan Nasional N nomorr 22 taahun 2006. Mulyasa, M E. 2007. Ku urikulum Tin ngkat Satuann Pendiidikan. Bandunng: Remaja Roosdakarya. Pusat P Kurikuluum, Balitbang, Depdiknas. 22006. Panduann Pengeembanagn Peembelajaran IPA I Terpaduu, SMP//MTs. Sukardi. 20088. Evaluasi Pendidikan. P Jaakarta : Bum mi Aksara.
6