EJASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Responden Fokus dari penelitian ini sdalah daya tahan mahasiswa FMIPA PI3 yang memperoleh IP TPB rendah (1.30 < IP TPB < 2.00). Jumlah total mahasiswa F W A angkatan 95', '96, dan '97 adalah 933 orang. Mahasiswa yang memperoleh IP TPB rendah ada 56 orang, namun data yang lengkap tentang waktu bertahan mahasiswa
tersebut ada 47 orang. Dari 47 orang tersebut ada 2 1 (44,7%) mahasiswa yang
tersensor waktu daya tahannya. Hal ini terjadi karena rnahasiswa yang bersangkutan
rnasih menjalani studi pada stat pengambilan data penelitian ini. Seda@an 6 orang mahasiswa lainnya sudah tamat, sehingga tidak diikutsertakan &lam analisis karena tidak mengalami kejadian yang rnerupakan pusat perhatian &lam penelitian ini, yaitu
DO atau berhenti kuliah. Dalam ha1 ini mahasiswa yang sudah tamat berada di luar ruang lingkup pennasalahan. Sebaran mahasiswa berdasarkan status studinya tertera p d a Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran rnahasiswa berdasarkan status studi Status Studi
Banyaknya mahasiswa
Perseabse
DO
16
34.0
Berhenti
4
8.5
Tamat
6
12.8
Selum tarnat
21
44.7
Total
47
100.0
Gambaran mum data berdasarkan peubah-peubah yang krsi fat kategorik adalah seperti tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Frekuensi mahasiswa yang gagal bedasarkan peubah penjelas kategorik Peubah
Jenis Kelrmmin
Asal SLTA
Status SLTA
Banyaknya
Frekuensi
Proporsi
mahasiswa
yang gagal
gagal
Laki-laki
22
10
0.46
Perempuan
I9
I0
0.53
Jaw
11
4
0.36
Luar Jawa
30
16
0.53
17
0.5
Negeri
34 -
JalurMasuk
-
-
-
S wasta
7
3
0.43
USM
25
13
0.52
UMPTN
I6
7
0.44
Tabel 4 memperlihatkan bahwa proporsi mahasiswa perempuan yang gaga1
Iebih tinggi dibandingkan dengan rnahasiswa laki-laki. Hasil penelitian Setyowati (1998) menyebutkan bahwa mahasiswa perempuan lebih banyak yang gaga1 di TPB
karena masalah akademik dan masalah pribadi terutama dalam ha1 penyesuaian diri. Temyata dalam hal kemampuan menyelesaikan studi, peluang gaga1 mahasiswa perempum juga masih lebih tinggi dari pada laki-laki. Begtu pula proporsi gagal
untuk mahasiswa yang berasal dari SLTA di luar Jawa lebih tinggi dibmdingkan dengan mahasiswa yang b e d dari Jawa. Sdngkan untuk mahsiswa yang be&
dari SLTA negeri, proprsi gagal lebih tinggi dibanding mahasiswa yang k r a s d dari SLTA swasta. Untuk b u s ini, jumlah mahasiswa yang krasal dari SLTA swozsta memang relatif sedikit (a& 7 orang, 3 orang diantaranya mengalami kegagalan).
Untuk mahasiswa yang rnasuk IPB melaiui jalur USMI, proporsi gaga1 lebih tinggi
dibandingkan dengan yang masuk melalui jalur UMPTN. Garnbaran peubah yang bersifat numerik ditinjau dari bekrapa statistiknya diperlihatkan pa& Tabel 5.
Tabel 5 . Beberapa statistik NEM dan LP TPB Rataan
Simpangan baku
23.74
38.38
5.50
0.53
1.80
0.14
hlaksimum Jangkauan
Peu bah
Minimum
NEM
26.57
50.3 1
IP TPB
1.45
1.98
Seperti ditunjukkan oleh tebaran antara NEM dengan lP mahasiswa selama
TPB pada Gambar 1, dari mahasiswa TPB yang memperoleh P rendah temyata cukup banyak yang memiliki NEM tinggi pada saat di SLTA. Hal ini merupakan
contoh kasus bahwa NEM yang diperoleh belum tentu menggambarkan kemampuan akademik siswa yang sebenarnya. Kesaiahan penilaian dapat teqadi karena NEM merupakan hasil penilaian sesaat.
. .. . - .
2a -r 1.9
m
a &
lb 1.7
L lb
-
-
-
16
-
1.4
Y
=.
m o m
I
a
1
1
.
1
L I
I
•
w I
I
I
m * I
I
1
1
30
r)
50
NEM
Garnbar 1. Pencaran NEM dan IP TPB mahasiswa FMIPA
Hu bungan antara LP TPB dengan daya tahan mahasiswa Untuk mencari batas terkecil IF TPB sebagai patokan DO yang optimal,
dilakukan penyekatan terhadap IP TPB menjadi enam seiang, kemudian pada masing-masing selang dihitung proprsi mahasiswa yang gagal menyelesaikan studi.
Tabel 6. Proporsi mahasiswa yang gagal b e r d d a n IP TPB
Dan' Tabel 6 terlihat bahwa mahasiswa yang memperoleh IP TPB h a n g
dari 1.# tidak ada yang krhasil menyeiesaikan studi di FMIPA. Hal ini menunjukkan bahwa batas terkecil IP TPB 1.30 terlalu rendah bila digunakan
sebagai patokan untuk menentukan status DO di tahun pertarna bagi mahasiswa F'MIPA. Mahasiswa yang dinyatakan lulus TPB diharapkan rnampu melanjutkan
studi sampai seiesai, Oleh k a n a itu batas 1.30 perlu dinaikkan wr peluang daya tahannya lebih besar untuk menyelesaikan studi. informasi lain yang diperoleh dari
tabel tersebut di atas yaitu bahwa proporsi gagd menurun jika IP TPB meningkat. Hal ini diperjdas oleh Gambar 2. yang rnemperlihatkan W w a pula selang mtara 1.30 dan 2.00, semetldn ti@
IP TPB maka semakin tinggi pula proporsi mahasiswa
yang masih bertdm untuk menyelesaikan studi.
0.6 c 2 0.5 m r a3 0.4 m
d
0.7
.-
B 1
g a
"
0.2
0.1
-
0,o
I
I
I
I
I
1
1-45
1 s
1 s
1.75
1.E
I.%
IPK TPB
Gambar 2. Proporsi bertahan mahasiswa yang memperoleh IF TPB rendah.
Pols perkembangan IP mahasiswa setiap semester Perkembangan IP mahasiswa setiap semester ada yang cenderung menurun dm ada pula yang meningkat. Perkembangan LP mahasiswa sejak TPB dapat dilihat pada Garnbar 3 sampai dengan Gambar 5, dimana IP TPB dibagi &lam tiga selang yaitu [1.45, 1.65), [1.65, 1851, dan 11.85; 2.00). Penyekatan ini dilakukan untuk
mempejelas pola kemampuan bertahan mahasiswa setiap semester. Pada Gambar 3 terlihat bahwa hampir seluruh mahasiswa yang memperoleh
IP TPB pada selang [I .45;
1.65) mengalami kegagalan. Dari 7 orang, 6 orang (85.7 1
%) gagal menyelesaikan studi (Doherhenti) dan I orang f 14.29 %) masih menjalani
studi. Jumiah mahasiswa yang gagal dalam kelompok ini sebenamya ada 9 orang,
namun karena 3 omng diantaranya tidak mempunyai data yang lengkap sehingga tidak &pat dianalisis, maka data tersebut dikeluarkan.
Semester
Gambar3. Perkembangan iPK mahasiswa tiap semester pa& selang [ I .45, 1.65).
TPB
Pada Gambar 4, mahasiswa yang memperoleh IP TPB pada selang [1.65 1.85)
ada 8 orang (53.33 %) yang tidak mampu menyelesaikan studi sedangkan
sisanya 7 orang (46.67 %) masih bertahan.
Semester
Gambar 4. Perkembangan IPK mahasiswa tiap semester pada slang IF [1.65, 1.85)
Semester
Gambar 5 . Perkembangan IPK mahasiswa tiap semester pada selang IP TPB [I. 85,2.00)
Pada Gambar 5 , ada 6 orang (31.58 %) mahasiswa yang gagal menyelesaikan studi dan 13 orang (69.42 %) k I u m tamat. Ini berarti bahwa semakin meningkatnya IP TPB,resiko tejadinya DO atau berhenti kuliah semakin menurun atau dayatahan mahasiswa rneningkat. Sebagian mahasiswa yang memperoleh
IP
TPB rendah mampu bertahan karena rnereka mernpunyai kebiasaan belajar yang
cukup baik, rnotivasi ymg tinggi dan sarana belajar yang memadai. Untuk lebih
jelasnya, perkembangan P K mahasiswa tiap semester dapat dilihat pada Lampiran 1. Proporsi mahiswa yang gaga1 berdasarkan kornbinasi peubah IP TPB dengan peubah kategorik lainnya, dapat dilihat pada Takl 7. Pada masingmasing
peubah kategorik, umurnnya terjadi penurunan proporsi mahasiswa yang gagal jika IP TPB meningkat.
Tabel 7. Tipologi Sehng IP TPB
Peubah [1.45,1.65)
D n O Jenis Kelamin
L
5
0.80
P
2 2 5
1.00
Asal SLTA
J LJ
Status SLTA
N
JaIur Masuk
S US UM
5 2 6 1
1
0.50 1-00 0.80 0.50 0.83 1.00
n
DO
6 9 5 10 14 1 10 5
0.50
0.55
n I1 8
0.40
4
0.60
I5
0.50
I .OO
15 4
0.50
9
0.60
10
DO 0.27 0.38 0.25 0.33
0.33 0.25 0.33 0.30
Regresi Cox Pernodelan dengan regresi Cox d a p t memberikan informasi pengamh peubah penjelas (prognostic factor) terhadap peubah respon. Regresi Cox menduga
faktor yang potensid mempengaruhi terjadinya DO/berhenti kuliah per satuan waktu
pada periode pengamatan tertentu melalui fungsi hazard. Rasio fungsi hazard ini digmakan untuk menduga resiko relatif dari kejadian DO atau berhenti kuliah.
Penganrh yang nyata memberikan informasi bahm terdapat perbedaan persentase kegagalan, yang berarti bahwa antar W e r i s t i k mempunyai resiko kegadan yang krkda. lnfomasi mengenai pengaruh pubah IP TPB (XI), jcnis kelarnin (Xz), asal
sekolah (XJ), status sekolah &), NEM (Xs) dan jalur masuk PI3 (&) terhadap peubah respon beserta taraf nyatanya dapat dilihat pa& Lampiran 2. Model regresi Cox yang didapatkan addah:
Dengan menggunakan model tersebut di atas, peluang daya tahan mahasiswa krdasarkan IP TPB dapat ditentukan sebagaimana yang tertera pada
Lampiran 3 . Jika niIai-nilai peluang tersebut digambarkan, maka akan terlihat bahwa terjadi peningkatan daya tahan rnahasiswa dengan meningkatnya LP TPB. Sebagai
contoh pada Gambar 6 ditampilkan grafik daya tahan 10 orang mahasiswa yang
mernperoleh IP TPB 1.45, 1.55, 1.56, 1.58, 1.62, 1.63, 1.64, 1.67, 1.69, dan 1.70. Mahasiswa yang rnernperoleb IP TPB I .45 memiliki pel-
daya tahan yang paling
rendah dan graftknya agak j auh terpisah dari mahasiswa lainnya.
Garnbar 6. Grafik fungsi daya t h a n mahasiswa berdasarkan LP TPB
Pada model regresi Cox yang diperoleh, h y a satu pubah penjelas yang nyata pada tamf 0.05 yaitu
IP TPB d e w niiai-p 0.026. Nilai dugaan koefisien P
yang negatif memberikan informass bahwa peluang tejadinya DO -atau berhenti
kuliah akan m e n u m jika IP TPB meningkat. Nilai perbandingan resiko berarti untuk setiap peningbtan
=
0.016,
P TPB 0.01, resiko gaga1 menurun sebesax 0.016
kali IP TPB sebelumnya. Misalnya, seorang mahasiswa dengan IP TPB 1 SO, resiko gagalnya adalah 0.016 kali mahasiswa dengan P TPB 1.49.
Untuk nilai dugaan koefisien P yang positif memkrikan inforrnasi bahwa resiko mengalami DO atau berhenti kuliah meningkat atau Iebih tinggi pada
karakteristik yang periama. Sebagai contoh yaitu untuk peubah asat SLTA ( X J ) , karakteristik yang pertama adalah rnahasiswa yang berasal dari lw Jawa, resiko mereka mengalami DO atau berhenti kuIiah lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang krasal dari Jawa. Walaupun peubah jenis kelamin, asal SLTA, status SLTA dan jdur masuk
IPB pengamhnya tidak nyata, narnun perbandingan resiko kegagalan antar
karakteristik dapat dilihat pada Lampiran 1 . Misalnya, untuk peubah jenis kelamin nilai perbandingan resiko
= 1.75,
tni bermakna resiko
mahasiswa perempuan
mengalami DO atau berhenti kuliah 1.75 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiwa Iaki-laki. Namun nilai tersebut memiIiki simpangan baku y m g cukup
besar sehingga kurang akurat. Mahasiswa yang memperoleh NEM tinggi seharusnya dayatahannya lebih
baik dibandingkan dengan rnahasiswrt dengan NEM yang lebih rendah. Namun
&lam kasus yang diteliti, rnahasiswa yang memperoleh IP TPB rendah, prestasi yang pemah dicapai pada waktu di SLTA belum konsisten sehingga dayatahamp di perguman tinggi tidak seperti yang d i b p k m .
Peubah-peubah yang tidak nyata dapat disebabkan oleh jumlah data yang relatif sedikit. Dalam anal isis regresi Cox, diiakukan perbandingan persentase yang gaga1 untuk peubah yang bersifat kategorik, jadi diperlukan kasus yang cukup
banyak agar lebih meyakinkan bahwa antar karalcteristik memang ada perbedam peluang gaga1 sscara signi fikan. Model regresi Cox yang diperoleh tidak nyata pada taraf 0.05. Hal in1 dapat
terjadi karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh yang belum dimasukkan ke
dalam model, misalnya kebiasaan belajar, motivasi, minat, dan sarana belajar. Pada penelitian ini, data tentang faktor-faktor tersebut tidak dapat diperoleh secara lengkap
karena mahasiswa yang bersangkutan ada yang sudah DO, berhenti kuliah, dan bmat, sehingga data yang dapat dikumpulkan hanya yang berasal dari mahasiswa yang mampu bertahan hingga akhir penelitian ini. Mahasiswa yang masih bertahan
ada 2 1 orang narnun hanya 17 orang (80.95 %) yang rnengembalikan kuesioner yang disebarkan.
Data tentang kebiasaan belajar, motivasi, minat, dan sarana belajar tidak dapat dimodelkan dengan m e n g g u n h regresi Cox karena status data mahasiswa yang bersangkutan adalah tersensor. Gambaran mengenai kebiasaan beiajar, motivasi, mi nat dan srtrana belajar
mahasiswa yang masih bertahan dapat dilihat pada Tabel 8. Hampir selunrh mahasiswa (94. I 2 %) yang masih bertahan
mempunyai kebiasaan belajar
melengkapi catatan dm membaca buku pegangan. Persentase yang cukup tinggi juga (76.47 %) terdapat pada kebiasaan membaca ulangtlatihan soal. Narnun hanya
sebagian (52.94 %) mahasiswa yang secara teratur melakukan diskusi pelajaran.
Untuk faktor motivasi, persentase tertina adalah keyakinan akan
keberhasilan menyelesaikan studi (94.12 %), kernudian diikuti oleh dorongan dari orangtua (82.35 %) dan dorongan dari teman (70.59 %). 64.71 % mahasiswa
memiliki minat terhadap jurusan yang diambil. Sisanya 35.29 % mahasiswa masih mampu bertahan walaupun fidak berminat terhadap jurusan yang sedang ditempuh.
Tabel 8. Karakteristik mahasiswa yang masih bertahan
Melengkapi catatan Membaca ulangflatihan soal
Mendapat dorongan dari orangtua
Memiliki kornputer Memiliki ruanganlmeja belajar Penemngan yang cukup di ternpat belajar Suasanslkondisi di ternpat belajar menyenangkan
SeIuruh mahasiswa yang m i h be-
merniliki penerangan yang cukup
di tempt belajamya. Pada umumnya mereka (94.12 %) mempunyai ruangdmeja
laboratorium. Suasanalkondisi di tempat klajar yang menyenangfran dimiliki oleh 64.71 % mahasism 58.82 % mahasiswa memiliki buku pegmgan dalam jurnlah
yang memadai yaitu minimal satu buku per mata kuliah. Namun rnahasiswa yang memiliki komputer hanya 23.53 %.
Hasil analisis regresi Cox yang rnenyatakan bahwa IP TPB berpengaruh nyata terhadap kemampuan mahasiswa krtahan cukup beralasan karena pada
umumnya mahasiswa yang masih bertahan mempunyai kebiasaan klajar, motivasi, minat dan sarana belajar yang cukup baik. Faktor-faktor tersebut secara konsep berkaitan dengan hasil belajar rnahasiswa, dalam ha1 ini adalah LP TPB .