Efek Ekstrak Metanol, Fraksi Air dan Fraksi Etil Asetat Daun Kadsura scandens Bl terhadap Mutagenesis pada Tikus dan terhadap Proliferasi Limfosit Manusia Anas Subarnas'*, Yoga Windhu Wardhana', Dudi Runadi', Ahmad Muhtadi', Cucu Hadiansyah2, dan Fransisca R. Zakaria3 'Jurusan
Farmasi, FMIPA, UNPAD, Jatinangor, Sumedang 40363 Biologi, FMIPA, UNPAD, Jatinangor, Sumedang 40363 3Fakultas Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2Jurusan
Abstrak Pengujian efek ekstrak metanol fraksi air dan fraksi etil asetat dari ekstrak metanol daun Kadsura scandens BI terhadap mutagenesis pada tikus dan terhadap proliferasi limposit manusia secara in vitro telah dilakukan. Metode pengujian aktivitas antimutagenik adalah uji mikronukleus dengan menggunakan siklofosfamida (50 mg/kg) sebagai mutagen. Bahan uji diberikan secara oral pada dosis 1 dan 2 g/kg untuk ekstrak metanol, 0,5 dan 1,0 g/kg untuk fraksi air, dan 0,5 dan 1,0 g/kg untuk fraksi etil asetat. Aktivitas antimutagenik ditunjukkan oleh adanya penurunan jumlah mikronukleus dalam setiap 200 sel eritrosit polikromatik pada preparat apusan sumsum tulang paha tikus. Untuk pengujian efek terhadap proliferasi limfosit, dosis yang digunakan adalah 100, 150, dan 200 . tg/ml untuk ekstrak dan fraksi. Parameter yang diamati adalah jumlah sel limfosit hidup yang tidak terwarnai oleh pewarna trypan blue. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol, fraksi air, dan fraksi etil asetat pada semua dosis yang digunakan menurunkan jumlah mikronukleus secara bermakna. Fraksi air pada dosis 1,0 g/kg memberikan efek yang paling tinggi (1,43 permil), diikuti oleh ekstrak metanol pada dosis 2 g/kg (1,43 permil). Ketiga bahan uji pada semua konsentrasi menurunkan jumlah limfosit manusia secara bermakna. Fraksi etil asetat pada konsentrasi 200 ttg/ml mempunyai daya hambat paling besar (67,0%) dan fraksi air paling rendah. Penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak metanol dan fraksi air mengandung golongan senyawa kuinon, steroid, tanin dan polifenol, fraksi etil asetat mengandung alkaloid. Kata kunci : Kadsura scandens, ekstrak metanol, fraksi air, fraksi etil asetat, mutagenesis, proliferasi, limfosit manusia,
Abstract An investigation on the effect of methanol extract and water and ethyl acetate fractions of the methanol extract of the Kadsura scandens leaves on mutagenesis in rats and on human lymphocite proliferation in vitro had been carried out. Antimutagenic activity was tested by a micronucleus test using cyclophosphamide (50 mg/kg) as a mutagen. The test materials were given orally at doses of 1.0 and 2.0 g/kg for the methanol extract, 0.5 and 1.0 g/kg for the water fraction, and 0.5 and 1.0 g/kg for the ethyl acetate fraction. Antimutagenic activity was shown by a decreasing number of micronucleus in every 200 polychromatic erythrocytes of bone marrow preparations. For antiproliferation observation, the concentrations used for all samples were 100, 150, and 200 11g/ml. The Amount of tryphan blue-unstained surviving lymphocites was chosen as a parameter. Results showed that the methanol extract, water fraction, and ethylacetate fraction at all doses significantly decreased the frequency of micronucleus as. The water fraction at a dose of 1.0 g/kg had the strongest activity (1.43 permile), followed by the methanol extract at a dose of 2.0 g/kg (1,43 permile). The three test samples at all concentrations significantly decreased the amount of lymphocites. The ethyl acetate fraction at a concentration of 200 µg/ml showed the highest inhibitory activity (67.0%), while the water fraction had the lowest activity. Phytochemical screening indicated the presence of quinone, steroid, tannin, and polyphenols in the methanol extract and that of the water fraction, and alkaloid in the ethylacetate fraction. Key words :Kadsura scanden, methanolic extract, water fraction, ethylacetate fraction, mutagenesis, human lymphosite, proliferation
Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.4, 2004 - 117
Toksisitas Akut dan Pemberian Berulang Ekstrak Etanol Umbi Lapis Kucai (Allium schoenoprasum L., Liliaceae ) Irda Fidriannyl*, Kosasih Padmawinata', Soediro Soetarno', dan Elin Yulinah2 ' Unit Bidang Ilmu Farmakognosi-Fitokimia, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung, 2Unit
Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 Bidang Ilmu Farmakologi -Toksikologi, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Abstrak Telah diuji toksisitas akut dan efek pemberian berulang ekstrak etanol simplisia segar umbi lapis kucai (Allium schoenoprasum L., Liliaceae) pada tikus Wistar jantan dan betina. Hasil uji toksisitas akut menunjukkan bahwa sampai dosis 5000 mg/kg bobot badan tidak ada kematian, balk pada kelompok tikus jantan maupun kelompok tikus betina. Hasil uji toksisitas pemberian berulang oral menunjukkan tidak ada kematian, maupun pengaruh terhadap makroskopik dan bobot organ serta aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Kata kunci : toksisitas akut, pemberian berulang, ekstrak etanol, Allium schoenoprasum
Abstract Acute toxicity and effect of repeated administration of ethanolic extract of fresh kucai bulbs (Allium schoenoprasum L., Liliaceae) bade been done on male and female Wistar rats . Results of acute toxicity of ethanolic extract from the fresh bulbs in male and female Wistar rat groups showed that doses of up to 5000 mg/kg body weight did not cause death in both rat groups. Repeated oral administration did not show any death effect, on macroscopic and weight organt and activities of SGOT and SGPT enzymes. Key words: acute toxicity, repeated administration, ethanolic extract, Allium schoenoprasum
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol, Ekstrak Air Daun yang Dipetik dan Daun Gugur Pohon Ketapang (Terminalia catappa L.) Asep Gana Suganda'*, Elin Yulinah Sukandar2, Rudhy Suksmawan Hardhiko'
1 Unit
Bidang Ilmu Farmakognosi-Fitokimia, Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, JI. Ganesa 10 Bandung 40132 2Unit Bidang 1lmu Farmakologi-Toksikologi Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Abstrak Telah diuji aktivitas antimikroba ekstrak etanol dan ekstrak air daun yang dipetik (daun hijau) dan daun gugur pohon ketapang (Terminalia catappa L., Combretaceae) terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, Trichophyton mentagrophytes, Pityrosporum ovale, Epidermophyton flocosum dan Microsporum gypseum. Ekstrak etanol dan ekstrak air daun gugur segar (daun gugur tanpa pengeringan) memberikan diameter hambat paling besar pada semua mikroba uji, dibandingkan dengan ekstrak daun ketapang lainnya. Konsentrasi hambat minimum dari ekstrak etanol dan ekstrak air daun ketapang terhadap Pseudomonas aeruginosa berturut-turut setara dengan 2 mg simplisia/mL dan 5 mg simplisia/mL, sedangkan terhadap Pityrosporum ovale berturut-turut setara dengan 2 mg simplisia/mL dan 30 mg simplisia/mL. Ekstrak etanol (2 mg simplisia/mL) dan ekstrak air (5 mg simplisia/mL), masing-masing setara dengan potensi 2 tg/mL tetrasiklin terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak etanol (2 mg simplisia/mL) dan ekstrak air (30 mg simplisia /mL), masing-masing setara dengan potensi 4 tg/mL ketokonazol terhadap Pityrosporum ovale. Kata kunci : daun, Terminalia cattapa, ekstrak etanol, ekstrak air, antimikroba
Abstract Antimicrobial activities of ethanol extract and water extract of "ketapang" (Terminalia catappa L, Combretaceae) leaves against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, Trichophyton mentagrophytes, Pityrosporum ovale, Epidermophyton flocosum and Microsporum gypseum had been tested. The result showed that ethanol extract and water extract of fallen fresh leaves gave the largest inhibition diameter to all microbes. Minimum inhibition concentration of ethanol extract and water extract against Pseudomonas aeruginosa were equivalent to 2 mg crude drug / mL and 5 mg crude drug / mL, respectively, while against Pityrosporum ovale were equivalent to 2 mg crude drug / mL and 30 mg crude drug / mL, respectively. Ethanol extract (2 mg crude drug/mL) and water extract (5 mg crude drug/mL) were equivalent to 2 .tg/mL tetracycline against Pseudomonas aeruginosa, respectively. Against Pityrosporum ovale, ethanol extract (2 mg crude drug/mL) and water extract (30 mg crude drug/mL) were equivalent to 4 gg/mL ketoconazole, respectively. Key words : leaves, Terminalia cattapa, ethanolic extract, water extract, antimikrobial
Isolasi dan uji Aktivitas Antibakteri Kapang Tanah di Sekitar Tangkuban Parahu Marlia S. Wibowo*, Haryanto Dhanutirto, Amir Musadad, Irma M. Sulistyarini Unit Bidang Ilmu Kimia Medisinal, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan I/mu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
Abstrak Telah diisolasi sejumlah kapang dari tanah di sekitar Tangkuban Parahu dan aktivitas antibakteri dari kapang tersebut diuji dengan metode difusi agar. Hasil identifikasi marga menunjukkan bahwa di antara 14 kapang yang terisolasi, 3 kapang menunjukkan potensi aktivitas antibakteri terbesar, yaitu dari marga Penicillium, Geomyces, dan Fusarium. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa 1 ml filtrat fermentasi biakan kapang Penicillium sp, Geomyces sp, dan Fusarium sp tersebut masing-masing sebanding dengan 8,24, 5,75 dan 13,3 µg tetrasiklin hidroklorida terhadap Staphylococcus aureus, sedangkan 1 ml filtrat fermentasi biakan Geomyces sp sebanding dengan 8,09 µg tetrasiklin hidroklorida terhadap Escherichia coli. Kata kunci : kapang tanah Tangkuban Parahu, Penicillium sp, Geomyces sp, Fusarium sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, tetrasiklin hidroklorida, metode difusi agar Abstract Several moulds from soil around Tangkuban Parahu had been isolated and antibacterial potencies of the moulds were assayed based on agar diffusion method. Identification result showed that from 14 isolated moulds, 3 of them showed the highest potential antibacterial activities, i.e. marga of Penicillium, Geomyces, and Fusarium. The antibacterial assays showed that 1 ml of Penicillium sp, Geomyces sp, and Fusarium sp culture broths was equivalent to 8.24, 5.75 dan 13.3 µg of tetracycline hydrochloride against Staphylococcus aureus, respectively, whereas 1 ml of filtrate of Geomyces sp culture broth was equivalent to 8.09 µg of tetracycline hydrochloride against Escherichia coll. Keywords : soil moulds of Tangkuban Parahu, Penicillium sp, Geomyces sp, Fusarium sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, tetracycline hydrochloride, diffusion agar method.
Pengaruh Pemberian Jamu Penumbuh Rambut secara Oral Terhadap Pertumbuhan Bulu Tikus Wistar Jantan Andreanus Andaja Soemardji*, Joseph I. Sigit, A. Y. Christi Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi Departemen Farmasi FMIPA ITB Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132, E-mail : andre@fa. itb. ac. id
Abstrak Telah diteliti pengaruh pemberian jamu penumbuh rambut secara oral dengan dosis 203, 405, dan 810 mg/kg bb terhadap pertumbuhan bulu tikus Wistar jantan, dengan finasterid (0,09 mg/kg bb) sebagai pembanding. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan bulu secara bermakna (p<0,05) terjadi setelah pemberian jamu (405 mg/kg bb) dan finasterid (0,09 mg/kg bb) setiap hari selama 4 minggu, dan setelah pemberian jamu (203 dan 810 mg/kg bb) selama 6 minggu. Panjang dan kelebatan bulu yang tumbuh tidak berbeda secara bermakna (p<0,05) antara kelompok jamu 405 mg/kg bb dengan kelompok pembanding finasterid (0,09 mg/kg bb) setelah 4 minggu pemberian Kata kunci : Jamu penumbuh rambut, finasterid Abstract Effect of oral administration of hair growth promoting jamu at doses of 203, 405, 810 mg/kg of body weight on hair growth, of male Wistar rats with finasteride (0.09 mg/kg body weight) as a reference had been studied. Result showed that hair grew significantly (p<0.05) grew after four weeks daily oral administration of jamu (405 mg/kg body weight) and finasteride (0.09 mg/kg bb) four and after 6 weeks daily oral administration of jamu (203 and 810 mg/kg body weight) four. The legth and of the grew hairs were not significantly different (p < 0.05) between those of the group of the jamu of oral those of 405 mg/kg body weight and those of pinasterid (0.09 mg/kg body weght) Key words : hair growth promoting jamu, finasteride
Analisis Residu Beberapa Antibakteri Golongan Sulfonamida dalam Daging Ayam dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Daryono Hadi Tjahjono,* Sophi Damayanti, Diana Rainita Zadry Unit Bidang Ilmu Farmasi Analisis, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 4013, E-mail : daryonohadi@fa. itb. ac. id Abstrak Telah dikembangkan metode kromatografi cair kinerja tinggi untuk penentuan residu lima senyawa golongan sulfonamida dalam daging ayam menggunakan kolom C-I8, detektor ultraviolet pada 267 nm, fase gerak campuran asetonitril-larutan asam asetat 2% (1 : 4) dengan kecepatan aliran 1 mL/menit. Metode ini mempunyai batas deteksi untuk sulfaguanidin, sulfadiazin, sulfamerazin, sulfametazin, dan sulfametoksazol berturut-turut 0,08 µg/mL, 0,05 µg/mL, 0,05 µg/mL, 0,09 µg/mL, dan 0,1 µg/mL dan batas kuantisasi berturut-turut 0,26 pg/mL, 0,17 µg/mL, 0,18 pg/mL, 0,32 pg/mL, 0,34 µg/mL. Perolehan kembali sulfadiazin, sulfamerazin, sulfametazin, dan sulfametoksazol yang ditambahkan ke dalam daging ayam berturut-turut adalah (91,6 ± 1,3)%, (79 ± 2,0)%, (74,1 ± 1,6)%, dan (53,1 ± 4,3)% pada rentang konsentrasi 0,07 sampai 0,33 µg/g. Kata kunci: residu antibiotik, sulfonamida, daging ayam, kromatografi cair kinerja tinggi Abstract A high performance liquid chromatographic method for analyzing of five residual sulfonamide derivatives in chicken using a C-18 column and an ultraviolet detector of 267 nm, using a mixture of acetonitrile-2% and aqueous acetic acid solution (1 : 4) as mobile phase at a flow rate of 1 mL/minute had been developed. The method had detection limits for sulfaguanidine, sulfadiazine, sulfamerazine, sulfamethazine, and sulfamethoxazole of 0.08 µg/mL, 0.05 gg/mL, 0.05 pg/mL, 0.09µg/mL, and 0.1 µg/mL, respectively; quantitation limits of 0.26 .tg/mL, 0.17 µg/mL, 0.18 p.g/mL, 0.32 µg/mL, and 0.34 pg/mL, respectively. The recoveries of sulfadiazine, sulfamerazine, sulfamethazine, and sulfamethoxazole spiked into chicken meat, at the concentration range of 0.07 to 0.33 p.g/g, were (91.6 ± 1,3)%, (79 ± 2.0)%, (74.1 t 1. 6)%, and (53.1 ± 4.3)%, respectively. Key word: antibiotic residue, sulfonamide, chicken meat, high performance liquid chromatography
Isolasi Benzofenon dari Daun Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Sceff.) Boerl] Siti Kusmardiyani*, As'ari Nawawi, Kamilia Rahmi
Unit Bidang Ilmu Farmakognosi-Fitokimia, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, X. Ganesa 10 Bandung 40132
Abstrak Diisolasi komponen utama daun mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., Thymelaeaceae]. Dari ekstrak etanol diperoleh suatu isolat berupa kristal putih kekuningan, dan tidak berbau dengan jarak lebur 200203°C. Berdasarkan hasil analisis spektra ultraviolet, inframerah, massa, RMI 'H dan 13C, isolat tersebut adalah suatu senyawa benzofenon glukosida. Kata kunci : daun mahkota dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., Thymelaeaceae, benzofenon. Abstract A major component of mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., Thymelaeaceae] leaf had been isolated. From ethanolic extract, a white yellowish and odorless crystalline compound melted between 200—203°C had been isolated. Based on its ultraviolet, infrared, mass, 'H and 13C NMR spectra, the isolate was presumed as a benzophenone glucoside. Keywords : mahkota dewa leaf, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl., Thymelaeaceae, benzophenone.
Pemilihan Pelarut dan Sumber Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp] untuk Penyediaan Ekstrak Hipoglisemik Sukrasno l *, Julia Rahmawati 2 , Maya Herawati 2 ' Unit
Bidang Ilmu Farmakognosi-Fitokimia, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 2 Fakultas Farmasi UNJANI, Baros, Cimahi
Abstrak Ekstraksi fraksi aktif hipoglisemik dari daun salam (Syzygium polyanthum) dengan etanol 50% memberikan rendemen yang lebih tinggi daripada dengan air ataupun etanol 95%. Analisis kandungan fraksi aktif hipoglisemik daun salam yang tumbuh di Cimahi, Ciamis dan Sumedang menunjukkan kandungan fraksi aktif hipoglisemik daun salam dari Sumedang mempunyai kandungan tertinggi. Kata kunci : daun, Syzygium polyanthum, fraksi aktif, hipoglisemik
Abstract Extraction of hypoglicaemic agent from Syzygium polyanthum leaves with 50% ethanol yielded higher extractable materials compared with that with to those water or with 95% ethanol. Analysis on the content of hipoglycaemic agent of Syzygium polyanthum leaves grew in Cimahi, Ciamis and Sumedang showed that leaves from Sumedang had the highest hypoglycemic agent content. Key words : leaves, Syzygium polyanthum, active fraction, hypoglycaemic