UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.L) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 CYTOTOXICITY ASSAY ETHYL ACETATE FRACTION AND ETHANOL FRACTION OF ETHANOL EXTRACT PAPAYA LEAF (Carica papaya. L) ON BREAST CANCER CELL MCF-7 Desi Kurniasari 1), Kusmardi 2) dan Hadi Sunaryo 1) 1) Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. 2) Bioassay Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Abstract Papaya leaves were used to treat malaria, appetite stimulant, fever and anticancer. Previous research on LC50 value BSLT method obtained 23.73 ug/ml, it considering potentially as cytotoxic, Based on that fact, this research aimed at determining cytotoxic effect ethanol fraction and ethyl acetate fraction of 70% ethanol extract papaya leaf on MCF-7 cells. Cytotoxicity assay performed in vitro by direct calculation method (viable cell count). Ethanol fraction and ethyl acetate fraction of 70% ethanol extract as the test solution was made 5 concentrations subsiquently of 20.93; 16.26; 12.64; 9.82; 7.63 ug / ml, whiles cells plus media as a negative control, cells plus DMSO as a solvent control. Results ethanol fraction LC50 24-hour incubation at 12.1338 ug / ml, ethyl acetate fraction LC50 24-hour incubation at 11.4156 ug / ml. It could be concluded that ethanol fraction and ethyl acetate fraction of 70% ethanol extract papaya leaf (Carica papaya L.) have cytotoxic quality on MCF-7 cells and the potential to be developed as an anticancer drug. Keywords: Cytotoxicity, Carica papaya.L, Cells MCF-7, Breast cancer. Abstrak Daun pepaya digunakan untuk mengobati malaria, merangsang nafsu makan, demam dan anti kanker. Penelitian sebelumnya pada metode BSLT diperoleh nilai LC50 23,73 μg/ml, dianggap potensial sebagai sitotoksik. Berdasarkan fakta tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol 70% daun pepaya terhadap sel MCf-7. Uji sitotoksisitas dilakukan secara in vitro dengan metode perhitungan langsung (viable cell count). Fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol 70% sebagai larutan uji dibuat 5 konsentrasi berikut 20,93; 16,26; 12,64; 9,82; 7,63 μg/ml, sedangkan sel ditambah media sebagai kontrol negatif, sel ditambah DMSO sebagai kontrol pelarut. Hasil LC50 Fraksi etanol inkubasi 24 jam sebesar 12,1338 µg/ml, LC50 Fraksi etil asetat inkubasi 24 jam sebesar 11,4156 µg/ml. Dapat disimpulkan bahwa fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki sifat sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Kata kunci : Sitotoksisitas, Carica papaya.L., Sel MCF-7, Kanker payudara.
PENDAHULUAN Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, dan menyerang organ-organ penting dalam tubuh (Mangan 2009). Di Amerika Serikat insiden kanker payudara 92 kasus baru /100.000 penduduk wanita dengan mortalitasnya 27/100.000 yaitu 18% dari angka kematian pada wanita. Di indonesia insiden kanker payudara ini belum ada datanya, namun suatu data pathological base registration mencatat bahwa kanker payudara ini menduduki peringkat kedua (15,8%) dari sepuluh kanker setelah kanker mulut rahim ditempat pertama. Diperkirakan pula insiden kanker payudara ini di Indonesia semakin meningkat di masa yang akan datang (Reksoprodjo 2009). Salah satu masalah yang mempersulit upaya pengobatan kanker adalah kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat yang belum memadai. Mengingat mahalnya biaya pengobatan, perlu dicari alternatif dengan memanfaatkan tumbuhan obat disekitar kita yang berkhasiat sebagai antikanker. Pengobatan tradisional sering dilakukan masyarakat karena biaya murah, bahannya mudah didapat, dan aman bagi tubuh dan memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat-obat modern. Tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat anti kanker yaitu daun pepaya. Kandungan kimia daun pepaya adalah enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo karpaina, glikosid, karposid dan saponin (Depkes 2000).
Daun pepaya berkhasiat obat malaria, menambah nafsu makan, demam (Depkes 2000), hepatoprotektor (Dwi Astuti 2009), anti kanker dari ekstrak daun pepaya (Sukardiman dan Wiwied 2006), senyawa alkaloid golongan piperidina yang terdapat pada daun pepaya memiliki aktivitas antikanker dengan menginduksi apoptosis adalah senyawa flavopiridol, yang merupakan senyawa hasil semisintesa dari alkaloid piperidina dengan senyawa flavonoid (Wittmann et al. 2003). Data empiris ini didukung oleh penelitian sebelumnya tentang uji toksisitas ekstrak daun pepaya mengunakan metode Brine Shirmp Lethality Test (BSLT) pada ekstrak etanol daun pepaya memiliki nilai LC50 23,73 µg/ml dan ekstrak kloroform daun pepaya memiliki nilai LC50 18,19 µg/ml. Dengan demikian ekstrak kloroform dan ekstrak etanol daun pepaya dikatakan memiliki potensi sebagai antikanker karena jika suatu zat memiliki nilai LC50 < 1000 µg/ml zat tersebut dianggap potensial sebagai sitotoksik (Awolola et al. 2010). Penelitian yang telah dilakukan oleh (Sukardiman dkk. 2006), menunjukkan bahwa fraksi kloroform daun pepaya memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel mieloma dengan nilai LC50 sebesar 104,4 µg/ml dan mampu menginduksi apoptosis dengan metode pewarnaan atidium bromida dan acridine orange. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti ingin mencoba melanjutkan meneliti uji sitotoksik fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun pepaya terhadap sel kanker yaitu sel MCF-7. Sel MCF-7 adalah salah satu model sel kanker payudara
yang banyak digunakan dalam penelitian. Dan metode yang digunakan yaitu metode perhitungan langsung (viabel cell acount). METODELOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan yaitu: toples kaca , blender, timbangan analitik, gelas ukur, batang pengaduk, rotary evaporator, lemari es, dan oven, labu kultur jaringan, plat kultur jaringan, kabinet laminari, inkubator sel dengan aliran CO2 5%, pendingin, tangki nitrogen cair, alat suntik, tabung eppendrof, pipet serologik, tabung dan alat sentrifuse, penyaring steril berdiameter pori 0,2 µ, mikropipet, alat-alat gelas, timbangan analitik, pH meter, mikroskop, hemocytometer. Bahan Daun pepaya, sel MCF-7, Etanol 70% teknis (merck), etil asetat teknis (merck), Dymethyl Sulfoxide (DMSO,Sigma), Medium kultur Roswell Park Memorial Institute 1640 (RPMI 1640 Hybri-Max®, sigma), HEPES (Asam N-2dihidroksietil-piperazin-N’-2-etana sulfonat,flow lab), Fetal Bovine Serum (FBS 10%) (Gibco) , Phosfat Buffer Salina (PBS) (Merck), Penisilin-streptomisin 1% (Gibco), fungizon 0,5% (Gibco), HCl 0,1%, natrium karbonat (Na2CO3), dinatrium hidrogen fosfat, kalium dihidrogen fosfat, natrium klorida, biru tripan, aqubidest, tripsin. Prosedur Pembuatan ekstraksi dan fraksinasi daun pepaya Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dengan
larutan penyari yaitu etanol 70% sampai seluruh simplisia terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 3 cm diatas permukaan serbuk. Proses perendaman ini dilakukan selama 3 hari dan dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa – senyawa yang terdapat pada simplisia dapat lebih larut selama pengadukan pelarut diganti, kemudian di saring dengan kertas saring sehingga filtrat hampir tidak berwarna (± 3 perlakuan). Sebagian maserat dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator dengan suhu tidak lebih 50oC dengan kecepatan 6 rpm hingga diperoleh ekstrak yang kental dan pekat tetapi masih dapat mengalir (Depkes 2008). Untuk membuat fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian di fraksinasi dengan pelarut n-Heksan dengan perbandingan (1:1), kocok selama ± 15 menit. Setelah didiamkan beberapa lama terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan n-Heksan dengan lapisan etanol 70%. Lapisan n-Heksan ( bagian atas ) dipisahkan dengan membuka kran (corong) pisah sampai lapisan etanol habis. Diambil lapisan n-Heksan kemudian dipisahkan sebagai fraksi n-heksan. Lapisan etanol kemudian difraksinasi kembali dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan (1:1), kocok selama ± 15 menit. Setelah didiamkan beberapa lama terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan etil asetat (bagian atas) dan lapisan etanol 70% (bagian bawah). Lapisan etil asetat dipisahkan dengan membuka kran corong pisah sampai lapisan etanol habis. Diambil lapisan etanol 70% dan lapisan etil asetat kemudian dipisahkan sebagai fraksi etanol dan fraksi etil asetat. Fraksi etanol
diuapkan dengan vacum rotary evaporator pada suhu 50 ºC hingga kental tapi masih bisa dituang. Kemudian fraksi tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 40ºC (Depkes 1986). Pemanenan dan penghitungan sel MCF-7 Sel yang telah aktif dicuci tiga kali dengan 10 ml PBS. Kemudian ditambahkan 1 ml tripsin untuk melepaskan sel dan dinding flask. Sel dipindahkan dalam tabung konical steril, ditambahkan medium hingga 10ml, suspensi sel di sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang diperoleh dibuang, pellet disuspensikan dalam 10 ml media RPMI 1640 dihitung jumlah selnya menggunakan haemocylometer dengan mencampurkan 10 µl suspensi sel dengan 90 µl biru tripan di bawah mikroskop. Sebanyak 10 µl campuran dipipet ditaruh pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup, Biarkan kamar hitung terisi larutan perlahan lahan sampai penuh. Sel diamati dengan pembesaran 100 kali. Pembuatan larutan uji fraksi etil asetat dan fraksi etanol dari ekstrak daun pepaya Fraksi etanol dan fraksi etil asetat ditimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan DMSO 0,25% dalam labu ukur 10 ml sehingga konsentrasi larutan induk 5000 µg/ml. Dari larutan induk dipipet sebanyak 1 ml dan ditambahkan pelarut 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi 500 µg/ml dan kemudian dari larutan ini dibuat pengenceran dengan konsentrasi 20,93; 16,26; 12,64; 9,82 dan 7,63 µg/ml untuk fraksi etilasetat dan fraksi etanol.
Semua larutan uji dibuat dengan pengenceran bertingkat. Uji sitotoksisitas dengan metode perhitungan langsung Pada penelitian ini dibagi 3 kelompok pengujian yaitu media ditambah sel sebagai kontrol negatif, sel ditambah pelarut DMSO 0,25% sebagai pelarut masing-masing dibuat 3 kali, dan pengujian larutan sampel uji sebanyak 5 konsentrasi yaitu: 20,93; 16,26; 12,64; 9,82 dan 7,63µg/ml untuk fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Masing-masing dimasukkan kedalam plate 96 sumuran sebanyak 100 µl, kemudian ditambahkan suspensi sel sebanyak 100 µl kedalam tiap sumuran, sehingga tiap sumuran berisi 200 µl larutan. Seri kadar dilakukan tiga kali replikasi (triplo) untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, selanjutnya kultur dinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Untuk menghitung jumlah sel tiap sumuran diambil medianya sebnyak 50 µl kemudian ditambahkan 50 µl larutan biru tripan. Setelah kurang lebih 3 menit diresuspensi diambil 10 µl untuk dihitung jumlah selnya menggunakan haemocytometer. Persentase kematian sel dengan metode perhitungan langsung (viabel cell acount) dihitung dengan menggunakan rumus yang dipakai oleh Doyle dan Griffith:
Persen kematian yang diperoleh masing-masing konsentrasi diubah kedalam angka probit dengan menggunakan tabel probit. Dari data itu dibuat persamaan regresi linier untuk melihat hubungan antar
perlakuan dengan persen kematian sel. Perhitungan dengan cara probit ini memasukan angka 5 sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN Daun pepaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya segar yang diperoleh dari pembudidayaan pepaya gantung di daerah cibinong Bogor. Untuk memastikan kebenaran simplisia yang akan digunakan maka dilakukan determinasi tanaman di Herbarium Bogoriense hingga mendapatkan hasil bahwa simplisia tersebut adalah daun pepaya (Carica papaya.L). Daun pepaya segar dibersihkan terlebih dahulu dibersihkan dan dirajang kemudian dikeringkan dengan cara diangin-angikan untuk menghindari kerusakan senyawa dalam kandungan tanaman tersebut. Daun pepaya kering lalu diserbukan dan diayak dengan ayakan No.4/18, pengayakan dilakukan bertujuan untuk memperoleh ukuran serbuk yang relatif seragam dan ukuran tidak terlalu halus. Metode yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah metode maserasi. Maserasi merupakan proses penyarian yang menggunakan alat sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia halus. Teknik penyarian dengan metode maserasi dilakukan dengan merendam simplisia dengan cairan penyari tertentu. Karena perbedaaan konsentrasi di luar dan di dalam sel, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar
probit kedalam regresi linier, hasil distribusi dan antilogaritma serta hasil tersebut merupakan nilai LC50. sel, maka larutan yang pekat didorong ke luar. Peristiwa ini terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Pada penelitian ini, penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol karena etanol memiliki dua gugus yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar, sehingga semua senyawa yang ada dalam kandungan daun pepaya tertarik keluar oleh pelarut etanol. Selain itu etanol tidak beracun, netral, kapang dan kuman sulit untuk tumbuh, absorbsinya baik dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih kecil. Digunakan konsentrasi 70% bertujuan untuk memudahkan proses penarikan senyawa karena simplisia yang dipakai adalah simplisia kering, dengan demikian diharapkan kandungan air 30% nya melakukan pembasahan terhadap serbuk sehingga proses pertukaran cairan di dalam sel berlangsung lebih mudah dan cepat. Setelah proses maserasi selesai kemudian maserat dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50o C. Setelah diperoleh ekstrak etanol, kemudian difraksinasi. Tujuan dilakukan fraksinasi ini adalah untuk memisahkan kandungan zat kimia yang terdapat dalam ekstrak daun pepaya berdasarkan kepolarannya. Fraksinasi dimulai dengan menggunakan n-heksan, kemudian terdapat lapisan n-heksan dan campuran residu. Kemudian residu difraksinasi dengan pelarut etil asetat sehingga didapat fraksi etanol. Fraksi etanol tersebut diuapkan dengan
rotary evaporator. Setelah didapat fraksi kental etanol dan fraksi kental etil asetat kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 40º. Pada penelitian ini cairan yang digunakan pada fraksinasi adalah etanol dan etil asetat. Etanol adalah senyawa polar. Etanol dipilih karena etanol dapat menarik senyawa yang larut dalam pelarut polar. Sedangkan etil asetat adalah senyawa semi polar. Etil asetat dipilih karena etil asetat dapat menarik senyawa yang larut dalam pelarut polar dan senyawa yang larut dalam pelarut semi polar. Hasil perolehan fraksi etil asetat dan fraksi etanol ekstrak etanol
70% daun pepaya berbau khas, rasa pahit dan berwarna hijau kecoklatan serta mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid dan saponin. Susut pengeringan fraksi etil asetat dan fraksi etanol sebesar 0,7793% dan 3,2354%. Hasil rendemen fraksi etil asetat dan fraksi etanol sebesar 4,2398% dan 7,2970%. Hasil uji identifikasi golongan kimia terbukti bahwa fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya mengandung beberapa senyawa yang berkhasiat sebagai anti kanker seperti alkaloid, flavonoid dan saponin. Hasil di tampilkan pada tabel I.
Tabel 1. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia No. 1. 2. 3. 4.
Hasil pemeriksaan atau pengujian Flavonoid Alkaloid Saponin Tanin Keterangan: (+) = ada
Penelitian uji sitotoksisitas pada umumnya dilakukan secara in vitro metode ini dipilih karena metodenya cepat, hanya memerlukan sedikit senyawa yang digunakan dalam pengujian, tidak memerlukan hewan laboratorium, dan dapat memberikan informasi tentang potensi efeknya pada sel target secara langsung. Sel yang digunakan dalam uji sitotoksik ini yaitu sel MCF-7. Sel MCF-7 merupakan continuous cell lines yang tumbuh sebagai sel yang semi melekat pada jaringan payudara. Sel MCF-7 dipilih karena lebih mudah ditangani, tumbuh lebih cepat, sehingga mampu
Fraksi etil asetat + + (-) = tidak ada
Fraksi etanol + + + -
memproduksi lebih banyak sel, selain itu Sel MCF-7 juga biasa digunakan untuk tes antitumor, transformasi uji tumorigenitas, uji sitotoksisitas, biologi sel dan invasi bakteri. Kepadatan sel yang dihitung dengan haemocytometer, diperoleh sebanyak 772 sel dengan rata-rata 30,88 sel pada tiap bidang. Sehingga diperoleh kepadatan sel dengan jumlah 30,88 x 105 sel/ml, pada tiaptiap sumuran dimasukkan sebanyak 100 µl suspensi sel di dapat kepadatan sel 61,76 x 104. Media yang digunakan pada kultur sel MCF-7 adalah RPMI. Media RPMI mengandung nutrisi
yang dibutuhkan sel seperti asam amino, vitamin, garam-garam anorganik dan glukosa, sedangkan serum mengandung hormon yang memacu pertumbuhan sel, albumin sebagai protein transport, lipid untuk pertumbuhan sel dan mineral sebagai kofaktor enzim. Pada pengujian sitotoksik pelarut yang digunakan untuk melarutkan fraksi etil asetat dan fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya adalah DMSO, DMSO dipilih karena tidak toksik terhadap sel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode perhitungan langsung menggunakan haemocytometer. Haemocytometer merupakan perangkat gelas bersama coverslip tipis, terbagi dalam
sembilan area dengan empat area pojok sebagai area menghitung jumlah sel. Ketebalan chamber adalah 0,1 mm dengan kapasitas 10 μl cairan berisi sel dalam area 0,9 mm3. Pewarna yang digunakan dalam memudahkan penelitian uji sitotoksik ini yaitu Tripan blue. Tripan blue biasa digunakan untuk membedakan sel hidup dan sel mati. Sel yang mati akan terlihat berwarna biru, karena membrane sel yang telah lisis protein dalam plasmanya akan berikatan dengan tripan blue sehingga sel menjadi berwarna biru. Hal ini tidak terjadi pada sel yang hidup karena tidak mengalami kerusakan pada membran selnya. Hasil pengamatan ditunjukkan pada gambar 1.
a b
Keterangan a : sel mati , b: sel hidup Gambar 1. Sel kanker payudara MCF-7 dengan penambahan biru tripan Uji sitotoksik dengan metode perhitungan langsung dimana sel mendapat 3 kelompok perlakuan sebagai berikut: fraksi etanol dan fraksi etil asetat sebagai larutan uji dibuat 5 konsentrasi. Sel ditambah media sebagai kontrol negatif, sel ditambah DMSO sebagai kontrol pelarut. Inkubasi dilakukan dalam waktu 24 jam. Pada penelitian ini dilakukan inkubasi 24 jam, inkubasi 24 jam bertujuan untuk mengetahui
nilai LC50 atau nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% serta menunjukan ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Pada penelitian ini dilakukan inkubasi 24 jam, inkubasi 24 jam bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 atau nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% serta menunjukan ketoksikan suatu senyawa terhadap
sel. Hasil pengujian pada larutan uji fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya diperoleh nilai LC50 = 12,1338 µg/ml µg/ml, dan fraksi etil
asetat ekstrak etanol daun pepaya diperoleh LC50= 11,4156 µg/ml. Hasil pengamatan ditampilkan pada Tabel II dan Tabel III.
Tabel II. Nilai LC50 Fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya inkubasi 24 jam Konsentrasi Log % Probit (µg/ml) konsentrasi kematian (y) (x) 20,93 1,3208 16,26 1,2111 12,64 1,1017 9,82 0,9921 7,63 0,8825 Y = 0,4060 + 4,3442 X r = 0,9943 LC50 = 11,4156 µg/ml
85,71 78,81 55,77 39,13 21,95
6,0669 5,7995 5,1434 4,7233 4,2244
Tabel III. Nilai LC50 Fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya inkubasi 24 jam Konsentrasi Log % Probit (µg/ml) konsentrasi kematian (y) (x) 20,93 1,3208 83,33 5,9661 16,26 1,2111 74,00 5,6435 12,64 1,1017 62,92 5,3202 9,82 0,9921 28,00 4,4172 7,63 0,8825 17,37 4,0576 Y = 0,0110 + 4,6025 X r = 0,9806 LC50 = 12,1338 µg/ml
Berikut adalah grafik hubungan konsentrasi dengan persen kematian sel pada inkubasi 24 jam % kematian
100
Fraksi etil asetat
80
y = 4,8938 x – 9,5772 r = 0,9688
60
Fraksi etanol y = 5,1631 x – 16,3511 r = 0,9416
40 20 0 0
5
10
15
20
25
konsentrasi (µg/ml) fraksi etil asetat
fraksi etanol
Linear (fraksi etil asetat)
Linear (fraksi etanol)
Gambar 2. Grafik hubungan konsentrasi dengan % kematian fraksi etanol dan fraksi etil asetat inkubasi 24 jam. Berdasarkan nilai LC50 yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa daun pepaya mempunyai sifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara (MCF-7). Dan daya sitotoksik fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi etanol karena LC50 semakin kecil yang berarti aktivitasnya semakin besar. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak etanol 70% daun pepaya terhadap larva artemia salina leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) memiliki nilai LC50 23,73 μg/ml sedangkan fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya terhadap sel MCF-7 dengan inkubasi 24 jam diperoleh nilai LC50 12,1338 µg/ml
dan 11,4156 µg/ml. Dengan demikian tampak bahwa dengan meningkatnya kandungan senyawa aktif yang dimaksud maka harga LC50 semakin kecil yang berarti aktivitasnya semakin besar. Dari data LC50 yang diperoleh, fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya berada dalam rentang amat sangat toksik yaitu 5-50 µg/ml, dapat dikatakan memiliki potensi sitotoksik terhadap sel kanker payudara (MCF-7). Untuk memisahkan zat yang bersifat sitotoksik tersebut, maka perlu dilakukan isolasi lebih lanjut, sehingga daun pepaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan obat tradisional pada penyakit kanker khususnya kanker payudara.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol 70% daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap sel MCF-7 memiliki nilai LC50 pada inkubasi 24 jam sebesar 12,1338 µg/ml dan 11,4156 µg/ml dan masuk
dalam rentang amat sangat toksik yaitu 5-50 µg/ml. Dapat disimpulkan bahwa daun pepaya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sel kanker yang
sama dengan metode yang berbeda secara in vitro atau in vivo untuk mengetahui sifat toksiknya dan mengisolasi lebih lanjut senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman daun pepaya yang berkhasiat dan berpotensi sebagai obat antikanker.
DAFTAR PUSTAKA Awolola G, Oluwaniyi O, Solanke A, Dosumu O, and Shuiaba O. 2010. Toxicity assessment of natural and chemical coagulants using brine shrimp(Artemia salina) bioassay. Dalam: Int. J. Biol. Chem. Sci 4(3) . Hlm. 633641. Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Dirjen POM. Jakarta. Hlm. 8, 10-12. Departemen Kesehatan RI, 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hlm. 174-175. Direktorat Jendral POM. 2000. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal. 1, 6-7, 8-9, 13-14. Doyle A, Griffiths JB. 2000. Cell and Tissue Culture For Medial Research. New York: John Wiley & Sons. Hlm. 126,48-9,409. Dwi Astuti S. 2009. Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica papaya, Linn.) Terhadap Aktivitas AST & ALT pada Tikus Galur Wistar Setelah Pemberian Obat Tuberkulosis (Isoniazid & Rifampisin). Skripsi .
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Hlm. 4-5. Mangan Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Agromedia. Jakarta. Hlm.1, 8-10, 49. Reksoprodjo S. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Binarupa Aksara. Jakarta. Hlm. 322323, 334-337. Sukardiman dan Wiwied E. 2006. Uji Anti Kanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform dari Daun Papaya (Carica papaya,L.) terhadap Kultur Sel Kanker. http://digilib.litbang.depkes.g o.id/gophp?node = 146 jkp kbppk-gdl-res2007sukardiman-2328. Dalam: Jurnal Media Kedokteran Hewan. Hlm. 104-111. Wittmann S, Bali P, Donapaty S, Nimmanapalli R, Guo F, Yamaguchi H, Huang M, Jove R, Wang HG & Bhalla K. 2003. Flavopiridol down – regulates antiapoptotic proteins and sensitizes human breast cancer cells to epothilone – induced apoptosis. Cancer Res. Hlm. 63: 93−99.