10 AgroinovasI
Panen Jagung Di Tanah Lanjut “Ganal banar,” kata Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, H. Rudy Resnawan, saat melihat tongkol jagung di lahan Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T) di Tambang Ulang, Tanah Laut. Ungkapan ganal banar dalam bahasa Banjar, Kalimantan Selatan, artinya besar sekali. Rudi lalu memetik tongkol-tongkol jagung dan membenamkannya ke dalam karung hingga penuh. Itulah suasana panen raya jagung varietas baru hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian RI. Hasil panen di awal Juni 2013 itu memang istimewa, 9 ton/ha. Padahal, rata-rata produksi panen jagung nasional hanya di kisaran 4 ton/ha. Sementara produksi di Pulau Kalimantan jauh lebih rendah lagi, paling 2 ton/ha. “Wah, kalau punya lahan luas, saya pilih jadi petani jagung saja daripada jadi wakil gubernur,” kata Rudy. Rendahnya produksi jagung di Tanah Banua karena kebanyakan lahan tergolong suboptimal seperti lahan rawa atau lahan kering dengan pelapukan lanjut. Sebut saja tanah oxisol atau ultisol. Menurut Kepala Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP), Kalimantan Selatan, Dr. Muhammad Yasin, MP, jagung temuan baru bernama Silangan Tiga Jalur-Untuk Rakyat Indonesia (STJ-URI) merupakan inovasi untuk meningkatkan produksi jagung di lahan suboptimal. “Dengan teknologi budidaya yang benar, hasilnya bisa 9-12 ton/ha,” kata Yasin. Jagung Zea mays baru itu tergolong jenis hibrida yang cocok untuk konsumsi, gula jagung dan pakan ternak. STJ-URI juga istimewa karena bio massa tanaman tinggi dan masih berupa hijauan meski jagung sudah siap panen. Dengan demikian bio massa itu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. “Jagung ini cocok untuk integrasi tanaman pangan dengan ternak,” kata peneliti jagung dari Sulawesi Selatan, Dr. Ir. Herman Subagio, M.Si. Dengan sukses panen di lahan percontohan itu, wakil gubernur meminta varietas baru itu disebarluaskan kepada petani di Kalimantan Selatan. Menurut peneliti tanah yang juga Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr, varietas STJ-URI merupakan inovasi Kementerian Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
11
Pertanian dari aspek perbaikan varietas. Ia baru dapat berproduksi dengan baik jika didukung dengan teknologi pengelolaan tanah yang optimal. “Dari aspek tanah, ada 2 kata kunci yang perlu diperhatikan untuk pengembangan jagung di Kalimantan Selatan. Kunci pertama pemberian bahan organik dan kunci kedua pemupukan fospor,” kata Dedi. Musababnya, menurut Dedi, kebanyakan lahan kering di Kalimantan Selatan tergolong tanah berpelapukan lanjut seperti oxisol dan ultisol atau yang dikenal sebagai tanah podzolik merah kuning. Tanah dengan tingkat pelapukan lanjut umumnya berada di daerah tropika (panas) dengan curah hujan tinggi sehingga basabasa kalsium, magnesium, dan kalium (Ca, Mg dan K) dan silika (S) tercuci ke lapisan tanah yang lebih bawah. Yang tersisa tinggal oksida alumunium dan oksida besi. Oxisol misalnya, ia tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan litany tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. “Kemampuan tanah ‘memegang’ air rendah sehingga hujan tidak turun seminggu saja sudah kering-kerontang,” kata Dedi. Karena sifatnya itu pemberian bahan organik—kunci pertama—mutlak diberikan untuk membantu tanah memegang air lebih kuat dan juga agar kemampuan memegang kation (unsur hara) juga meningkat. Ciri khas tanah lanjut lainnya ialah alumunium (Al) terlarut tinggi. “Al itu sumber masalah di lahan kering,” kata Dedi. Ia dapat meracuni tanaman dan ‘memangsa’ pupuk fospor yang diberikan ke dalam tanah dengan mengikat P menjadi Al-P sehingga tidak bisa diserap tanaman. Karena itulah teknik pemupukan P yang tepat menjadi kunci kedua bertani di tanah lanjut. Menurut Dedi, pupuk P yang tepat di daerah ini adalah menggunakan rock phosphate alias batuan posfat. Musababnya, batuan fosfat mudah larut di tanah masam—seperti oxisol dan ultisol—serta mengandung unsur hara Ca dan Mg. Riset Dedi pada tanah ultisol di Pelaihari, Kalsel telah membuktikannya. Ketika itu ia sukses memanen jagung sekitar Badan Litbang Pertanian
Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
12
AgroinovasI
8-9 ton/ha dengan menggunakan varietas komposit. Hasil tersebut tercapai dengan menggunakan pupuk kandang sapi 2 ton/ha dan rock phosphate 1 ton/ha, serta pupuk dasar urea 250 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. “Respon tanaman terhadap pupuk P (rock phosphate atau SP-36) jauh lebih tinggi dibanding responnya terhadap pupuk N alias urea,” katanya. Dengan demikian, jangan lupa beri bahan organik dan batuan fosfat bila ingin bertanam jagung di Kalimantan. Destika Cahyana/Yoan Destina.
[email protected] Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13
Wakil Gubernur Kalsel melakukan panen jagung
Wakil Gubernur Kalsel mencoba alsintan Badan Litbang Pertanian
Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
14 AgroinovasI
Saat Sedih Bupati Berganti Gembira Ini kesedihan Drs. H. Usman Ermulan, MM, Bupati Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, bila membandingkan wilayah yang dipimpinnya dengan Kabupaten Kerinci. “Di sini daerahnya berlumpur, airnya asin. Mau jalan saja susah, bisa amblas,” katanya. Sebaliknya di Kerinci tanahnya gembur, subur dan airnya jernih. Pantas sejak dulu Kerinci terkenal sebagai sentra pertanian di Provinsi Jambi. Kini kesedihan Bupati yang sudah menjabat dua kali (2001-2004 dan 2011-2016) itu terobati. Dengan kedua tangannya sendiri Usman memetik melon, semangka, kol dan jagung manis di lahan seluas 4 ha. “Saya benar-benar tidak percaya bisa memanen kol dan melon di lahan pasang surut,” kata Usman berdecak kagum. Sebelumnya Usman yang pernah duduk di sekolah pertanian menengah atas dan kampus fakultas pertanian hanya tahu kol adalah tanaman dataran tinggi seperti yang biasa ditemuinya di Kerinci. Pun budidaya melon. Semula Usman menganggap melon hanya dapat ditanam dengan teknologi mahal seperti bangunan rumah kaca, pemasangan mulsa plastik hitam perak (PHP), atau penyemprotan pestisida intensif. “Di sini semuanya sederhana dan murah,” katanya. Melon hanya ditanam di lahan terbuka di atas surjan (lahan yang ditinggikan selebar 2 m setinggi 0,5 m, red). Mulsa PHP untuk menahan kelembaban dan jumlah air tanah pun tidak terlihat karena air di lahan pasang surut melimpah. Penyemprotan pestisida juga minimal karena ada perangkap lalat buah berbahan eugenol. “Saya benar-benar gembira. Ini luar biasa,” katanya. Menurut Usman, fakta baru itu membuatnya yakin Tanjung Jabung Barat dapat bersaing dengan Kerinci untuk memasok beragam komoditi sayuran dan hortikultura. Musababnya, akses pasar Tanjung Jabung Barat yang dekat dengan Batam dan Singapura membuatnya lebih kompetitif dibanding Kerinci yang posisinya lebih jauh di daerah Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
15
hulu. Maksudnya, bila pasar lokal jenuh, maka beragam komoditi pertanian itu tinggal dinaikkan ke perahu dan dikirim ke Batam atau Singapura. Surga buah-buahan dan sayuran di lahan pasang surut di Tanjung Jabung Barat itu tercipta berkat kerjasama Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan Badan Litbang Kementerian Pertanian sejak 2011. “Pemda menyediakan lahan dan infrastruktur, sementara Balitbang memberikan inovasi dan teknologi yang dihasilkan para peneliti,” kata Dr. Ir. Muhrizal Sarwani M.Sc, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor, yang mewakili Balitbang Pertanian. Menurut Muhrizal, sejatinya lahan pasang surut yang berlumpur bukanlah musibah bagi masyarakat Tanjung Jabung Barat. “Wilayah tepian di sepanjang sungai ini kawasan yang subur. Dengan teknologi yang tepat seperti pengelolaan air, maka kawasan ini dapat menjadi sentra pertanian yang besar. Sungai yang membelah wilayah ini dapat menjadi ‘jalan tol’ untuk transportasi hasil pertanian,” kata Muhrizal. Di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Batara, Balitbang melalui Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) memperkenalkan sistem tata air satu arah dengan pintu masuk dan pintu keluar otomatis. Dengan teknik itu jumlah air di lahan yang semula tak terkendali karena pengaruh pasang surut air laut, kini dapat diatur otomatis sesuai kebutuhan air tanaman. “Bila air sudah dapat dikendalikan, lahan pun dapat ditata untuk beragam komoditi pertanian,” kata Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr, Kepala Balittra. Untuk penataan lahan Balittra mengenalkan sistem surjan yaitu teknik meninggikan lahan setinggi 0,5 m selebar 2 m sehingga membentuk galangan lebar. Di atas surjan itulah beragam komoditas pertanian seperti melon, semangka, jeruk, bayam, kol, cabai, jagung manis dan tomat dapat ditanam. “Dulu saya pikir lahan pasang surut hanya untuk sawah. Ternyata saya keliru, dengan sistem surjan Badan Litbang Pertanian
Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
16
AgroinovasI
lahan pasang surut dapat menjadi surga buah-buahan dan sayuran,” kata Usman. Sukses panen di lahan pasang surut pada penghujung Juni 2013 itu berujung gembira bagi masyarakat setempat. Musababnya, Usman mengubah acara menjadi pasar kaget. Ia membeli hasil panen melon Rp 20.000 per buah dan jagung manis Rp 2.000 per tongkol. Langkah itu diikuti para pejabat yang mendampingi Usman sehingga melon dan jagung yang siap panen ludes. Masyarakat setempat juga gembira karena jalan usaha tani sepanjang 3,5 km untuk menjangkau lahan tersebut bakal dibangun Dinas Pekerjaan Umum keesokan harinya. “Dengan panen ini kesedihan saya hilang punya wilayah berlumpur. Maka saya akan berjuang memenuhi infrastruktur, sebaliknya petani juga harus berjuang bersungguh-sungguh untuk bertani tanpa kenal lelah,” kata Usman. Destika Cahyana
[email protected] Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Petunjuk Cara Melipat: Cover
Cover Cover
1. Ambil dua Lembar halaman 13,14, 19 dan 20 2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.
Edisi 10-16 Juli 2013 No.3515 Tahun XLIII
3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali
Cover
Cover
4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan
5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku
Badan Litbang Pertanian