2
AgroinovasI
“Dering 1” Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Agroekosistem utama produksi kedelai di Indonesia adalah lahan sawah. Peluang terbesar penanaman kedelai di lahan sawah jatuh pada musim kemarau 1 (MK 1) dan MK 2. Pada kondisi demikian, budidaya kedelai seringkali menghadapi risiko gagal panen karena faktor kekeringan. Pemanasan global yang menyebabkan peningkatan intensitas kekeringan yang ekstrim, turut meningkatkan risiko kegagalan tersebut. Padahal hingga saat ini di Indonesia belum tersedia varietas kedelai yang khusus dilepas untuk tujuan toleran kekeringan. Varietas Dering 1 (galur DV/2984330) merupakan varietas kedelai yang dirakit untuk menjawab masalah tersebut. Varietas Dering 1 berasal dari persilangan tunggal antara varietas unggul lama Davros dengan MLG 2984 (genotipe toleran kekeringan). Melalui seleksi pedigri, dilakukan penggaluran hingga diperoleh galur harapan DV/2984-330. Seleksi toleransi kekeringan dilakukan pada generasi F4 F5 hingga uji daya hasil pendahuluan (UDHP) pada MK II 2007 dan uji daya hasil lanjutan (UDHL) pada MK II 2008 di Kebun Percobaan (KP) Muneng dan KP Jambegede. Galur kedelai ditanam pada lingkungan yang tercekam kekeringan selama fase reproduktif (pengairan hanya dilakukan antara saat tanam sampai 50% berbunga). Pemilihan galur pada generasi F4 berdasarkan pada keragaan tanaman, jumlah polong, berat biji dan warna biji kuning. Pada generasi F5 pemilihan galur berdasarkan pada skor tingkat kelayuan (skor < 3 berdasarkan metode Del Rosario et al., 1993) dan Tabel 1. Skor layu galur-galur kedelai toleran kekeringan terseleksi
Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
3
dilakukan pada saat tanaman berumur 50 dan 65 hari setelah tanam. Hasil skoring kelayuan tanaman (Tabel 1) pada seleksi F5 menunjukkan bahwa galur DV/2984-330ÿ memiliki skor 1 (semua daun masih hijau dan segar). Uji adaptasi terhadap galur harapan DV/2984-330 dan 11 galur kedelai lainnya telah dilakukan pada tahun 2009 - 2010. Varietas Tidar dan Wilis digunakan sebagai varietas pembanding. Uji adaptasi dilakukan di delapan sentra produksi kedelai di Indonesia; dan pada setiap lokasi dilakukan penanaman dua kali yaitu di empat daerah di Provinsi Jawa Timur (Mojokerto, Banyuwangi, Pasuruan, dan Jombang), dua daerah di Provinsi DI Yogyakarta (Bantul dan Sleman) dan dua daerah di Provinsi NTB (Mataram dan Lombok Barat) pada MK 1 dan MK 2. Di setiap lokasi, kondisi kekeringan diberikan selama fase reproduktif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata hasil biji masing-masing galur dari 16 lokasi pengujian berkisar antara 1,38 - 1,95 t/ha. Galur DV/2984-330 memberikan hasil biji tertinggi (1,95 t/ha), lebih tinggi 14% dibandingkan varietas Tidar (1,71 t/ha) dan lebih tinggi 16% dibandingkan varietas Wilis (1,68 t/ha). Galur DV/2984-330 memberikan hasil tertinggi di sembilan lokasi dari 16 lokasi, rangking dua di tiga lokasi dan rangking tiga di empat lokasi (Tabel 2). Selain memiliki toleransi terhadap kekeringan, galur DV/2984-330 juga terindikasi memiliki ketahanan terhadap hama penggerek polong (Etiella zinckenella) dan ketahanan terhadap penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi). Hasil uji ketahanan terhadap E. zinckenella menunjukkan bahwa galur DV/2984-330 memiliki kriteria ketahanan yang konsisten berdasarkan persentase polong terserang maupun biji terserang (Tabel 3). Polong galur DV/2984-330 yang terserang sebesar 0,83% biji galur DV/2984330 yang terserang sebesar 0,41% (tergolong tahan) dan tidak berbeda nyata dengan galur IAC 100 dan G100H (masing-masing dengan biji terserang sebesar 0,10 dan 0,81%). Hasil uji ketahanan terhadap P. pachyrhizi menunjukkan bahwa galur DV/2984-330 bereaksi tahan terhadap penyakit karat daun (Tabel 4). Berdasarkan penilaian serangan karat yang mengacu pada IWGSR (International Working Group of Soybean Rust), galur DV/2984-330 memiliki nilai 222 yang artinya kedudukan serangan pada tanaman terletak di sepertiga bagian tengah, dengan keparahan penyakit tergolong ringan dan bercak tidak berspora. Sementara galur SHR/Wil-60 yang dijadikan sebagai pembanding toleran memiliki nilai 322 (kedudukan serangan pada tanaman terletak di sepertiga bagian atas, dengan keparahan penyakit tergolong Badan Litbang Pertanian
Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
4
AgroinovasI Tabel 2. Hasil biji 12 galur kedelai toleran kekeringan dan 2 varietas pembanding di 16 lokasi
* Kriteria ketahanan berdasarkan persentase polong terserang : T (0,00 - 6,00%), AT (6,10 - 12,10%), AR (12,11 - 18,11%) dan R (18,12 - 24,00%) ** Kriteria ketahanan berdasarkan persentase biji terserang : T (0,00 - 1,55%), AT (1,56 - 3,11%), AR (3,12 - 4,67%) dan R (4,68 - 6,21%)
Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
5
Tabel 3. Ketahanan 12 galur kedelai toleran kekeringan terhadap serangan hama penggerek polong E. zinckenella
Badan Litbang Pertanian
Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLI
6
AgroinovasI
Gambar 1. Keragaan polong dan biji galur DV/2984-330, Wilis dan Tidar pada kondisi kekeringan selama fase reproduktif.
Tabel 4. Reaksi 12 galur kedelai toleran kekeringan terhadap penyakit karat daun P. pachyrhizi Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
7
Gambar 2. Dering 1 varietas kedelai toleran kekeringan selama fase generatif.
ringan dan bercak tidak berspora) dan varietas Wilis sebagai pembanding rentan memiliki nilai 333 (kedudukan serangan pada tanaman terletak di sepertiga bagian atas, dengan keparahan penyakit tergolong sedang dan bercak berspora). Deskripsi ringkas varietas Dering 1 yaitu kedelai dengan tipe tumbuh determinit, warna hipokotil dan warna bunga ungu, umur berbunga 38 hst, umur masak polong 81 hst, tahan rebah, jumlah percabangan 2 - 6, jumlah polong ñ 38 per tanaman, warna biji kuning, ukuran biji sedang (10,7 g/100 biji), potensi hasil 2,83 t/ha, rata-rata hasil 1,95 t/ha, toleran kekeringan selama fase reproduktif, rentan hama ulat grayak (Spodoptera litura), tahan hama penggerek polong (Etiella zinckenella) dan tahan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi).
Badan Litbang Pertanian
Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII