LAPORAN TAHUNAN BADAN LITBANG PERTANIAN 2016
Inovasi Pertanian Bioindustri Untuk Peningkatan Daya Saing Dalam Era Pertanian Modern
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian
Kata Pengantar
Kata Pengantar
P
embangunan pertanian dihadapkan kepada masalah yang semakin sulit. Konversi lahan produktif untuk keperluan nonpertanian mengharuskan pembukaan lahan baru yang umumnya sub optimal, yang dalam pengelolaannya diperlukan teknologi yang inovatif. Perubahan iklim global telah mengacaukan keberlanjutan usaha pertanian yang berujung pada penurunan produksi. Era perdagangan bebas menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan pertanian, karena produk dari negara lain dapat membanjiri pasar yang menjadi pesaing produk pertanian dalam negeri. Dalam hal ini diperlukan produk yang berdaya saing tinggi. Perakitan dan pengembangan inovasi sudah terbukti mampu memecahkan masalah teknis pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terus berupaya menghasilkan inovasi melalui penelitian. Pada tahun 2016 Balitbangtan telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian. Inovasi tersebut antara lain paket rekomendasi pengelolaan lahan dan air, teknologi rehabilitasi lahan terlantar bekas tambang, formula pupuk organik dan pupuk hayati, varietas unggul tanaman pangan, tanaman hortukultura, tanaman perkebunan, perbenihan, serta galur unggul ternak dan pengelolaan pakan. Teknologi budi daya padi jajar legowo (jarwo) super telah dikembangkan di beberapa sentra produksi melalui program upaya khusus (Upsus), program strategis Kementerian Pertanian untuk mempercepat swasembada pangan berkelanjutan. Di beberapa daerah, penerapan teknologi padi jarwo super dengan pendampingan intensif di lapangan memberikan hasil 2-3 t/ha lebih tinggi dari teknologi petani sekitarnya yang hanya mampu berproduksi 6-7 t/ha. Teknologi ini akan direplikasi di sentra-sentra produksi padi di Indonesia. Di bidang kelembagaan, Balitbangtan telah menghasilkan inovasi kelembagaan pengelolaan alat-mesin pertanian dalam agribisnis padi skala komersial, dengan mengintegrasikan kelembagaan kelompok UPJA; kelembagaan produsen alat-mesin, kelembagaan usahatani, petani/ kelompok tani, dan Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A); kelembagaan perbankan dan lembaga keuangan nonbank; dan kelembagaan aparatur pemerintah dan kelembagaan penyuluh. Inovasi yang dihasilkan melalui penelitian pada tahun 2016 dipublikasikan dalam Laporan Tahunan ini. Selain sebagai media publikasi teknologi hasil penelitian, Laporan Tahunan Balitbangtan ini juga sebagai pertanggungjawaban atas anggaran dan sarana prasarana yang telah digunakan dalam penelitian dan pengembangan pada tahun 2016. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan Laporan Tahunan 2016 Balitbangtan disampaikan penghargaan dan terima kasih. Jakarta, Desember 2016 Kepala Badan,
Dr. Muhammad Syakir, MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
i
Daftar Isi
Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian A. Pengembangan Potensi Sumberdaya Lahan dan Air B. Inovasi Formula Pupuk C. Teknologi Rehabilitasi Lahan Terlantar Bekas Tambang
ii
i ii 1 5
5 7 9
D. Teknologi Budidaya pada Lahan Suboptimal
11
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
13
A. Varietas Unggul Tanaman B. Bibit dan Galur Unggul Ternak C. Inovasi Teknologi Perbenihan
13 22 23
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
27
A. Teknologi Jajar Legowo Super B. Pengendalian OPT Padi C. Pemantauan Sebaran Penyakit Bulai dan Populasi Optimum Serealia D. Teknologi Budidaya Kedelai E. Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan pada Cabai F. Teknologi Juring Ganda pada Tebu G. Teknologi Pengendalian OPT pada Tanaman Perkebunan H. Teknologi Pengelolaan Tanaman Pakan Ternak I. Teknologi Pengendalian Penyakit Ternak
27 28 30 30 31 32 35 37 38
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Daftar Isi
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil A. Alat dan Mesin Pertanian B. Inovasi Pascapanen dan Pengolahan Hasil Pertanian
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi A. Kelembagaan Pembiayaan dan Pemanfaatan Alat Mesin Pertanian B. Kebijakan Peningkatan Efisiensi Rantai Pasok Komoditas Pertanian C. Kebijakan Peningkatan Subtitusi Impor dan Ekspor Komoditas Pertanian D. Kebijakan Diversifikasi Pangan dan Indikator Kesejahteraan Petani
41 41 43
49
49 50 51 52
Diseminasi Teknologi
57
A. Diseminasi Benih Sumber B. Diseminasi Sistem Informasi Pertanian C. Diseminasi Taman Sains dan Teknologi Pertanian D. Diseminasi melalui Pelatihan dan Workshop E. Serap Gabah Petani (SERGAP) F. Taman Agro Inovasi dan Sekolah Lapang Mandiri Benih G. Pengembangan Model Inovasi Pertanian H. Pameran dan Ekspose Teknologi
57 57
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
68
A. B. C. D.
69 69 69 70
Pengembangan Kelembagaan Restrukturisasi Fokus Program dan Kegiatan Anggaran Penelitian dan Pengembangan Aset Balitbangtan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
60 61 63 63 64 64
iii
Pendahuluan merusak tanaman budi daya. Isu lingkungan perlu pula direspon karena terkait dengan perubahan iklim global. Era perdagangan global menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan pertanian, karena produk dari negara lain dapat membanjiri pasar yang menjadi pesaing bagi produk pertanian dalam negeri.
Pembangunan pertanian dalam periode 2015-2019 diarahkan kepada upaya percepatan peningkatan produksi dan diversifikasi pangan dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan; peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian; peningkatan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi; dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
S
asaran dan indikator kinerja pembangunan pertanian mencakup swasembada padi, jagung, dan kedelai serta peningkatan produksi daging dan gula; peningkatan diversifikasi pangan; pengembangan komoditas bernilai tambah dan berdaya saing untuk memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor; penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi; peningkatan pendapatan keluarga petani; dan akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah.
Masalah tersebut tentu perlu dipecahkan agar tujuan pembangunan pertanian dapat dicapai. Pengalaman menunjukkan sebagian masalah pertanian dapat dipecahkan melalui penerapan inovasi. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), sebagai lembaga penelitian publik di bidang pertanian, dituntut untuk menyediakan inovasi yang mampu memecahkan masalah yang sedang dan akan terjadi. Didukung oleh unit kerja (UK) dan unit pelaksana teknis (UPT) penelitian di berbagai daerah, Balitbangtan terus berupaya menghasilkan inovasi untuk
Dalam implementasinya, pembangunan pertanian dihadapkan kepada masalah yang makin pelik di hampir semua lini. Konversi lahan produktif untuk keperluan nonpertanian, misalnya, menuntut pembukaan lahan baru yang umumnya suboptimal. Perubahan iklim global telah mengacaukan keberlanjutan usaha pertanian dan meningkatkan frekuensi kekeringan dan banjir yang berujung pada penurunan produksi jika tidak diantisipasi. Perubahan iklim juga telah memicu perkembangan hama dan penyakit yang tidak jarang
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
1
Pendahuluan
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat pertanian dalam berproduksi dan meraih kesejahteraan.
organik dan pupuk hayati untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang diketahui dapat mencemari lingkungan.
Pada tahun 2016, Balitbangtan telah menyusun peta kesesuaian lahan yang diperlukan sebagai acuan dalam mengidentifikasi lahan untuk pengembangan pertanian. Peta arahan pengembangan komoditas menyajikan paket rekomendasi pengelolaan lahan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman. Teknologi pengelolaan lahan dan air pada lahan pasang surut telah berkembang di beberapa daerah. Balitbangtan juga telah menghasilkan teknologi konservasi lahan dataran tinggi, teknologi rehabilitasi lahan terlantar bekas tambang, dan formula pupuk
Varietas unggul yang dihasilkan melalui penelitian perlu segera berkembang di petani untuk meningkatkan produk dan pendapatan. D a l a m u p a y a pemenuhan kebutuhan daging bagi masyarakat dalam waktu yang relatif singkat, Balitbangtan telah merakit galur unggul kambing, ayam, dan kelinci. Teknologi perbenihan diharapkan dapat segera dikembangkan oleh penangkar dan perusahaan benih dalam memenuhi kebutuhan benih unggul yang berperan penting dalam meningkatkan produksi.
2
Teknologi budi daya padi jajar legowo (jarwo) super telah dikembangkan di beberapa sentra produksi melalui program upaya khusus (Upsus) Kementerian Pertanian untuk mempercepat realisasi swasembada pangan berkelanjutan. Di Indramayu, Jawa Barat, penerapan teknologi padi jarwo super dengan pendampingan intensif di lapangan memberikan hasil yang menggembirakan, 2-3 t/ha lebih tinggi dari teknologi petani sekitarnya. Teknologi ini akan direplikasi di sentra produksi padi di Indonesia. Pengembangan teknologi budi daya kedelai pada lahan salin dan lahan pasang surut dapat menjadi alternatif dalam peningkatan produksi nasional
untuk memenuhi kebutuhan kedelai yang terus meningkat. Cabai dan bawang merah adakalanya menjadi barang langka di pasaran karena distiribusi panen yang tidak merata. Teknologi budi daya di luar musim menjadi salah satu solusi dalam pemerataan produksi dan distribusi cabai dan bawang merah sepanjang tahun. Teknologi budi daya tebu dengan sistem tanam juring ganda mampu meningkatkan populasi tanaman 2,36 kali lipat dari sistem tanam juring tunggal dan menambah areal tanam yang kosong seluas 50% selama 4 bulan pertama pertumbuhan tebu. Areal tanam yang kosong dapat digunakan untuk budi daya tanaman pangan seperti kedelai dan kacang tanah dengan sistem tumpangsari. Selain teknologi budi daya, Balitbangtan juga telah menghasilkan teknologi pengendalian terpadu hama penggerek buah kakao dan penyakit busuk buah kakao, hama pengisap buah lada, penyakit layu dan penyakit busuk pucuk kelapa. Pengembangan alat-mesin pertanian diperlukan untuk mempercepat proses produksi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja di perdesaan. Balitbangtan telah merekayasa mesin pengolah tanah tipe amfibi (rotavator) dengan kapasitas 3-5 jam/ha, bergantung pada kondisi lahan dan keterampilan operator. Mesin
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Pendahuluan
pengolah tanah tipe amfibi ini telah didaftarkan ke Ditjen HaKI untuk mendapatkan paten dan sudah dilisensi oleh perusahaan swasta untuk pengembangan lebih lanjut. Mesin panen jagung tipe kombinasi dapat memanen jagung dan padi, merontok, membersihkan dan mengarungkan dalam rangkaian proses pemanenan. Kapasitas kerjanya 6-7 jam/ha, dengan tingkat kehilangan hasil kurang 3%. Masalah kelangkaan tenaga kerja pertanian, terutama tenaga tanam, dapat menyebabkan keterlambatan waktu tanam. Mesin tanam padi jajar legowo tipe mini direkayasa untuk tanam pindah bibit padi mengikuti sistem tanam jajar legowo 2:1 pada lahan sempit dan berbukit. Kapasitas kerja mesin tanam ini adalah 11 jam/ha. Balitbangtan juga telah menghasilkan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil pertanian yang siap dikembangkan lebih lanjut. Teknologi tersebut antara lain teknologi nano-coating dan kemasan untuk memperpanjang masa simpan cabai, formula minuman cokelat granul instan dengan enrichment nano nutrien, teknologi fermentasi biji kakao kering, teknologi penyimpanan biji pala, teknologi pemanfaatan mikroba untuk meningkatkan cita rasa kopi, teknologi penanganan pascapanen lada hitam, teknologi pascapanen bawang merah, dan teknologi produksi beras jagung grit dan pratanak.
Di bidang perternakan, Balitbangtan telah menghasilkan teknologi pakan dan mengetahui spesies tanaman yang potensial dikembangkan sebagai sumber pakan lokal. Di Nusa Tenggara Timur yang merupakan sentra pengembangan ternak sapi telah dikembangkan leguminosa yang potensial sebagai pakan bernutrisi. Penggunaan antelmintik yang berlebihan menyebabkan resistensi pada anak sapi dan ruminansia kecil. Salah satu alternatif pengendalian resistensi cacing nematoda pada anak sapi adalah menggunakan obat herbal yang aman dan efektif. Biji alpukat, biji pare, temu putih, dan pinang merupakan tanaman herbal yang potensial dijadikan sebagai obat cacing nematoda pada sapi. Avian Influenza (flu burung) merupakan penyakit unggas yang berbahaya. Balitbangtan telah menghasilkan vaksin AI bivalen yang merupakan vaksin inaktif untuk pengendalian penyakit flu burung. Di bidang kelembagaan, Balitbangtan telah menghasilkan inovasi kelembagaan pembiayaan dan pemanfaatan alat-mesin pertanian. Model kelembagaan pengelolaan alat-menin pertanian dalam agribisnis komoditas padi skala komersial mengintegrasikan berbagai subsistem kelembagaan ekonomi yang telah ada untuk dapat bekerja secara sinergis. Subsistem tersebut meliputi kelembagaan kelompok UPJA; kelembagaan produsen alat-mesin, kelembagaan usahatani, petani/ kelompoktani, dan Perhimpunan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Petani Pemakai Air (P3A); kelembagaan perbankan atau lembaga keuangan nonbank; dan kelembagaan aparatur pemerintah dan kelembagaan penyuluh. Agar inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dapat segera menyentuh masyarakat maka diseminasi teknologi merupakan suatu keharusan dengan memanfaatkan berbagai saluran dan media yang tepat dan efektif. Umpan balik diseminasi teknologi dari masyarakat berperan penting sebagai acuan dalam perencanaan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi yang lebih sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Dalam upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi kinerja, Balitbangtan merestrukturisasi program penelitian dan pengembangan pertanian, yakni program strategis Kementerian Pertanian, penelitian dasar (basic research), penelitian untuk menciptakan teknologi unggul dan inovasi, dan penelitian adaptif (adaptive research) untuk pematangan teknologi yang siap dilepas. Program penelitian dan pengembangan mendukung Agenda Riset Nasional (ARN) merupakan bentuk kemitraan dan kerja sama dengan berbagai lembaga penelitian nasional (Kemenristek Dikti, LAPAN, LIPI, PT dll) dan internasional. Pembenahan organisasi dan peningkatan kemampuan sumber daya penelitian dan tenaga penunjang terus diupayakan untuk meningkatkan produktivitas kinerja.
3
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
Alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian sebagai konsekuensi dari proses perkembangan wilayah merupakan hal yang wajar terjadi pada era modern. Namun alih fungsi lahan pada kenyataannya membawa banyak masalah karena umumnya terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif. Luas lahan pertanian produktif yang beralih fungsi terus bertambah dan tak terkendali, yang akan mengakibatkan terjadi penurunan produksi pangan dan mengancam ketahanan pangan nasional, sedangkan kebutuhan pangan penduduk semakin besar karena adanya pertumbuhan penduduk yang juga semakin besar. Menghadapi masalah tersebut, perlu dilakukan suatu upaya pengalihan usaha pertanian pada lahan-lahan suboptimal yang pada umumnya belum termanfaatkan dengan baik seperti pada lahan kering, lahan basah, lahan gambut serta lahan suboptimal lainnya. A. PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA LAHAN DAN AIR Peta Kesesuaian Lahan
B
alitbangtan telah menyusun peta kesesuaian lahan yang diperlukan sebagai acuan dalam mengidentifikasi lahan untuk pengembangan pertanian. Setiap satuan peta memberikan informasi
tentang potensi dan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Peta kesesuaian lahan disusun berdasarkan hasil penelitian dan dilengkapi dengan simbol-simbol yang diperlukan dalam pengelolaan lahan dan diturunkan dalam bentuk peta arahan pengembangan komoditas.
yang dapat dikembangkan untuk peningkatan produktivitas dan produksi tanaman. Peta arahan ini juga menyajikan informasi pola pengembangan komoditas dalam satuan hamparan lahan.
Peta arahan pengembangan komoditas menyajikan paket rekomendasi pengelolaan lahan
Database sumber daya genetik (SDG) lokal berbasis peta GIS memberikan informasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Peta GIS Sumber Daya Genetik Pertanian
5
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
yang berkaitan dengan upaya pemantauan dan peringatan dini pengelolaan SDG di daerah. Hingga saat ini Balitbangtan telah memetakan 4.116 aksesi padi dalam database SDG lokal, 523 aksesi jagung, 459 ubi minor, dan 428 ubi kayu. Untuk komoditas hortikultura telah dipetakan aksesi manggis, anggrek, cabai, dan bawang merah. Database peta SDG terus di-update berdasarkan hasil inventori di berbagai daerah di Indonesia, dari yang sebelumnya 34.000 rekod menjadi 37.269 rekod. SDG berbasis GIS menyediakan sistem open submission bagi para pemangku kepentingan dan dapat merekod dan melindungi kekayaan SDG Indonesia dari kegiatan yang merugikan. Peta SDG interaktif dapat diakses pada laman web http://bbsdlp.litbang.pertanian. go.id/sdgp/. Pengelolaan Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan Konversi lahan sawah di berbagai daerah, terutama di Jawa, menuntut pengembangan lahan pasang surut dalam upaya peningkatan produksi menuju swasembada pangan dan pertanian berkelanjutan. Pengelolaan lahan dan air dengan teknologi yang
Contoh peta SDG berbasis GIS untuk wilyah Provinsi Sulawesi Barat
tepat disertai penggunaan varietas yang adaptif dapat meningkatkan produktivitas lahan pasang surut. Pengelolaan air diperlukan dalam meningkatkan indeks pertanaman (IP) pada lahan pasang surut dari semula IP 100 menjadi IP 300 dengan cara mempertahankan muka air tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman melalui penerapan tata air sistak. Teknologi pengelolaan lahan pasang surut mencakup teknis budidaya seperti cara tanam dengan mekanisasi, pemupukan menggunakan Decision Support System (DSS), pengelolaan air dengan sistem satu arah, pengolahan tanah secara mekanisasi, dan penggunaan varietas unggul adaptif. Penerapan teknologi pengelolaan lahan dan
Buku Paket Rekomendasi Pengelolaan Lahan (RPL) setiap arahan komoditas per Kabupaten
6
air dengan mengintegrasikan varietas unggul kedelai Margasari pada lahan pasang surut di Kapuas, Kalimantan Tengah, memberikan hasil 4,73 t/ha, hampir dua kali lipat hasil varietas lokal yang biasa ditanam petani setempat yang hanya mampu berproduksi 2,5 t/ha. Teknologi Konservasi Tanah untuk Peningkatan Produksi Bawang Merah di Dataran Tinggi Bawang merah merupakan komoditas yang bernilai ekonomi relatif tinggi dan banyak dibudidayakan pada lahan kering dataran tinggi yang sebagian tanahnya sudah mengalami degradasi. Hasil penelitian di Desa Bayongbong, Kec. Bayongbong, Kabupaten Garut (1162,0 mdpl) Jawa Barat, menunjukkan bawang merah memberikan respon yang berbeda terhadap pemberian pupuk dan pembenah tanah pada perlakuan mulsa yang berbeda. Perlakuan mulsa plastik memberikan hasil yang lebih baik (13,96 t/ha) dibanding tanpa mulsa dan mulsa jerami (13,23 t/ha). Teknologi petani yang dikombinasikan dengan 5 t/ha Dolomit memberikan hasil umbi paling tinggi (16,32 t/ha).
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
Optimalisasi Pemanfaatan Air untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Lahan kering potensial untuk pengembangan padi, namun dihadapkan pada masalah keterbatasan sumber daya air. Penelitian optimalisasi pemanfaatan sumber daya air telah dilakukan di beberapa lokasi di Sulawesi Selatan dalam upaya peningkatan indeks pertanaman (IP) dari 100 menjadi 200 dan 300. Penelitian antara lain mengidentifikasi potensi ketersediaan air, baik air permukaan maupun air tanah, desain teknologi pemanfaatan sumber air permukaan (teknologi pompanisasi dan sistem distribusi air yang murah dan efisien), desain teknologi panen air (embung, long storage, dam parit), dan teknologi hemat air dengan irigasi berselang (irigasi intermitten). Penelitian di Maros, Sulawesi Selatan, menghasilkan rekomendasi pembangunan dam parit atau bendung penampung air sungai yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi lahan sawah di sekitarnya dengan daerah layanan irigasi seluas 75 ha. Potensi sumberdaya air permukaan di Kabupaten Maros dapat dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian melalui pembuatan dam parit. Pembangunan dam parit dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat dan memanfaatkan batu kali yang tersedia di sungai hanya
memerlukan biaya Rp. 150 juta. Investasi tersebut memberikan kontribusi peningkatan produksi padi 1.230 ton GKP/tahun atau setara dengan Rp. 4,55 milyar. Di kawasan DAS Tompobulu, di Kabupaten Maros, terdapat 10 lokasi yang dapat dibangun dam parit yang diperkirakan mampu mengairi lahan sawah seluas lebih dari 500 hektar. B. INOVASI FORMULA PUPUK Pupuk Hayati Agrimeth Pupuk hayati Agrimeth mengandung konsorsia bakteri endofitik nonpatogenik berupa Methylobacterium sp., Azotobactervinelandii, Bacillus sp., Rhizobium sp., dan Bradyrhizobium sp. Bakteri ini diisolasi dari daun dan akar tanaman sehingga pupuk hayati Agrimeth dapat digunakan untuk pemupukan beberapa jenis tanaman, terutama tanaman pangan dan hortikultura.
memperlama masa simpan), dan penggunaan jangka panjang akan meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan. Dekomposer Efektif Pupuk Organik Pemanfaatan lahan secara intensif dan terus-menerus sepanjang tahun dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah. Penambahan bahan organik, selain sebagai sumber hara bagi tanaman dalam jangka panjang, juga berperan memperbaiki tekstur tanah. Penggunaan limbah jagung sebagai mulsa berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman secara in-situ, namun memerlukan proses perombakan batang tanaman jagung cukup lama. Oleh karena itu diperlukan mikroorganisme dekomposer yang dapat merombak limbah batang jagung secara cepat, sehingga proses perombakan
Manfaat aplikasi pupuk hayati antara lain mengurangi penggunaan pupuk NPK anorganik hingga 50%, meningkatkan hasil panen 20-50%, meningkatkan toleransi dan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan patogen, mengurangi residu pestisida, meningkatkan kualitas hasil panen (ukuran umbi, buah, daun; memperbaiki rasa,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
7
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
batang tanaman jagung berlangsung di tempat tanpa harus mengangkut limbah ke luar lahan. Untuk mempercepat pengomposan jagung telah ditemukan bakteri dan cendawan dekomposer. Pemanfaatan bakteri isolat Bacillus cereus strain ATCC 14579 yang dikombinasikan dengan cendawan Aspergillus fumigatud dan bakteri Bravundimonas diminuta strain NBRC 12967 dalam pengomposan limbah tanaman jagung lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan EM4 dan menghemat 30% pupuk anroganik. Dekomposer tersebut dapat diperbanyak dengan penggunaan moloses.
anorganik secara terus menerus, dalam jangka panjang, menyebabkan tanah cepat mengeras, mengurangi kemampuan menyimpan air, dan cepat berubah dari subur ke masam. Kondisi demikian menyebabkan produktivitas tanah menurun, yang berdampak buruk terhadap produksi kopi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanah adalah memanfaatkan mikroba indigenous pada pupuk hayati. Penggunaan mikroba pelarut fosfat (MPF) dan mikoriza meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman kopi robusta, dengan peningkatan pertumbuhan vegetatif 17% dibanding kontrol (tanpa perlakuan).
Formula Pupuk Hayati untuk Efisiensi Pupuk Anorganik pada Tanaman Kopi
Penambahan Pupuk Organik dan Pupuk Hayati pada Padi Gogo
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kopi di Indonesia adalah penurunan kualitas tanah akibat pemupukan anorganik yang tidak terkendali. Penggunaan pupuk
Penambahan pupuk organik dan pupuk hayati diyakini mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi gogo. Hara N yang terdapat pada pupuk organik
tersedia secara perlahan bagi tanaman karena bersifat slow released fertilizer. Hasil penelitian menunjukkan hara N berperan penting dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Penelitian menunjukkan hasil padi gogo yang diberi tambahan pupuk organik tidak berbeda nyata dengan penambahan pupuk hayati. Pemberian pupuk anorganik dengan dosis yang ditetapkan berdasarkan PUTK dan penambahan pupuk organik dan pupuk hayati memberikan hasil 5,38 t GKG/ha, lebih baik dibandingkan dengan tanpa tambahan pupuk organik dan pupuk hayati yang memberi hasil 5,14 t/ha, meski dosis pupuk anorganik ditetapkan berdasarkan PUTK. Penambahan pupuk organik dan pupuk hayati pada perlakuan pemupukan petani setempat memberikan hasil 5,05 t/ ha. Penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati saja memberikan hasil
Aplikasi formula pupuk hayati pada tanaman kopi (kiri), dan keragaan tanaman setelah 20 bulan aplikasi (tengah dan kanan)
8
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
Pemberian pembenah tanah (kiri), pemasangan rangkaian pipa irigasi (tengah dan kanan)
4,99 t/ha, lebih baik dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk yang hanya mampu memberikan hasil 4,42 t/ha. Hasil penelitian ini membuktikan penambahan pupuk organik dan pupuk hayati pada pertanaman padi gogo, selain pupuk anorganik, meningkatkan hasil gabah. C. TEKNOLOGI REHABILITASI LAHAN TERLANTAR BEKAS TAMBANG Dalam upaya percepatan pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, Kementerian Pertanian mendorong pemberdayaan lahan bekas tambang, terutama tambang rakyat, untuk budidaya pertanian. Balitbangtan sebagai sumber inovasi telah melakukan demfarm penelitian dan pengkajian pada lahan bekas tambang di beberapa propinsi di Indonesia. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk Block Program dalam Konsorsium Litkaji Pengelolaan Lahan Bekas Tambang Terlantar yang dikoordinasikan oleh Balitbangtan.
Teknologi Budidaya Lorong Sistem budidaya lorong (alley cropping) memadukan tanaman semusim dan tanaman pagar dalam suatu kawasan. Penerapan teknologi ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain menurunkan tingkat erosi, menekan kehilangan hara N, P, dan K, mencegah penurunan kandungan bahan organik, memperbaiki sifat fisk tanah, meningkatkan hasil tanaman, dan membentuk teras secara alami setinggi 20-30 cm. Penelitian pada lahan bekas tambang batu bara di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, menggunakan turi (Sesbania grandiflora) sebagai tanaman alley (lorong), ditanam pada jarak 20 cm x 300 cm. Bidang olah dibuat dengan lebar 300 cm dan ditanami dengan tanaman lorong, satu baris setiap lorong. Tanaman lorong dipadukan dengan mulsa, sehingga dapat menekan erosi permukaan tanah.
Sistem budidaya lorong (alley cropping) dengan mengintegrasikan tanaman pagar serengan jantan (hahapaan, Flemingia congesta) dan tanaman jagung di antara lorong F. Congesta
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Selain menggunakan mulsa sisa tanaman jagung 10 t/ha bobot kering, juga dicoba penggunaan pembenah tanah geotextile type non woven. Pembenah tanah ini banyak dimanfaatkan untuk mencegah erosi dengan permeabilitas tanah tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi budidaya lorong dengan pembenah terhadap tingkat erosi yang di lahan bekas tambang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem budidaya lorong dapat menekan kehilangan N, P, dan K hingga 80%. Kehilangan hara dapat ditekan lebih rendah lagi bila diikuti dgn tindakan konservasi tanah yang lain, misalnya pemberian mulsa dan pengolahan minimum. Teknologi Fertigasi pada Lahan Bekas Tambang Timah Fertigasi merupakan perpaduan teknologi pemupukan dan irigasi, merupakan salah satu teknik budidaya hidropomil tetapi diterapkan pada media tanah berpasir. Teknik ini tidak mengarahkan penyimpanan hara di tanah, tetapi hara yang dialirkan melalui pipa-pipa irigasi diharapkan langsung dimanfaaatkan tanaman. Teknologi fertigasi dapat diterapkan pada lahan bekas tambang timah yang daya memegang airnya rendah, tingkat kesuburan sangat rendah, dan mudah mengalami pencucian hara karena teksturnya kasar. Pupuk 9
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
Tanaman cabai dengan sentuhan teknologi fertigasi pada lahan bekas tambang timah di Bangka Tengah
yang digunakan adalah pupuk padat formula A dan B yang telah dicairkan, setiap paket pupuk masing-masing berisi 20 kg, yang dilarutkan dalam 90 liter air bersih, sehingga diperoleh larutan biang untuk masing – masing formula. Selanjutnya masing – masing larutan biang diambil 5 L untuk dicampurkan dalam 1000 liter air. Larutan campuran formula A dan B dapat digunakan dengan mengalirkan melalui jaringan irigasi. Tanaman Penutup Tanah sebagai Pengendali Erosi pada Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang yang miskin bahan organik sangat menyulitkan proses revegetasi sehingga tanaman tidak dapat tumbuh sempurna. Oleh karena itu diperlukan tanaman pionir. Jenis vegetasi yang dapat tumbuh dan menjadi salah satu tanaman pionir pada lahan bekas tambang adalah tanaman penutup tanah.
Di samping menghasilkan bahan organik, tanaman penutup tanah berperan penting dalam melindungi tanah dari bahaya erosi. Beberapa jenis tanaman penutup tanah yang diterapkan pada lahan bekas tambang adalah komak (Dolichos lablab), mukuna (Mucuna sp.), arachis (Arachis pintoi), sentro (Centrosema sp), dan kalopo (Calopogonium sp). Dalam penyediaan bahan organik secara in-situ diperlukan masukan berupa pupuk kandang atau kompos sebagai starter untuk pertumbuhan tanaman penutup tanah. Pada lahan bekas tambang timah diperlukan kompos 0,5 kg per lubang tanam dengan jarak tanam 20 x 50 cm. Hijauan yang dihasilkan dapat sebagai sumber bahan organik tanah. Bahan organik yang terdekomposisi dapat menghasilkan hara yang dibutuhkan tanaman. Disamping itu dengan penutupan tanah yang maksimal diharapkan butiran
curah hujan tidak langsung membentur tanah, sehingga erosi parit yang sering terjadi pada areal bekas tambang dapat dihambat. Teknologi Budidaya Tanaman Pakan Pada Lahan Bekas Tambang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang berdampak pada kerusakan lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial, akibat limbah anag baik dalam bentuk tailing dan batuan penutup maupun lubang-lubang raksasa bekas galian usaha tambang. Beberapa pertambangan menghasilkan residu logam berat yang bersifat toksis, seperti tailing atau limbah dari industri pertambangan emas, tembaga, perak, atau mineral lainnya. Residu logam berat mempengaruhi kondisi lingkungan baik lingkungan fisik maupun biotanya. Lahan bekas tambang (LBT) timah maupun batu bara mempunyai potensi untuk budidaya tanaman, temasuk Tanaman Pakan Ternak (TPT). Di Lokasi penelitian di Bukit Kijang, Bangka Tengah diuji kesesuaian sepuluh jenis tanaman rumput pakan ternak yaitu: B. decumbens, B. humidicola, Cynodon plectostachyus, Panicum maximum cv. Riversdale, P. maximum cv. Purple guinea, Paspalum atratum,
Penutupan lahan dengan tanaman penutup tanah untuk mengendalikan erosi pada lahan bekas tambang
10
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Peningkatan Potensi Sumberdaya Pertanian
Paspalumnotatum, Pennisetum purpureum, P. purpureum cv. Mott, V. zizanoides dan 6 jenis leguminosa: Arachis pintoi, C. pascuorum cv, Bundey, Clitoria ternatea, Lablab purpureus, Vigna luteola, Indigofera zollingeriana. Produksi segar rumput bervariasi antar jenis tanaman yaitu berkisar 4510 kg/ha-27970 kg/ ha. Kebutuhan rumput segar sapi adalah 10% dari bobot badan, asumsi bobot badan sapi 300 kg maka kapasitas tampung rumput berkisar 150-932 ekor per ha. Leguminosa sebagai suplemen, diberi 2 kg per ekor per hari. Untuk memastikan aman pakan akan dianalisa kandungan logam berat pada daun dan akar. Disamping kandungan logam berat, lamanya ternak mengkonsumsi hijauan yang mengandung logam berat akan berpengaruh terhadap akumulasi logam berat tersebut dalam tubuh ternak. D. TEKNOLOGI BUDIDAYA PADA LAHAN SUBOPTIMAL Teknologi Budidaya Bawang Merah pada Lahan Gambut Hasil penelitian menunjukkan bahan ameliorasi yang sesuai untuk lahan gambut adalah kapur tohor yang diaplikasikan 30 hari sebelum tanam dengan dosis 1,5 t/ha. Keunggulan kapur tohor adalah dapat meningkatkan bobot basah 76% dan bobot kering umbi hingga 137% dibandingkan dengan kapur dolomit. Selain kapur tohor, aplikasi pupuk N:P:K dengan rasio 150:100:100 dapat meningkatkan produksi umbi
kering hingga 74% dibandingkan dengan rasio N:P:K (0:100:200). Teknologi Budidaya Jambu Mete pada Lahan Kering Efisiensi budi daya jambu mete dapat ditingkatkan dengan menerapkan pola tanam polikultur, salah satunya pola tanam jagung dan jambu mete. Dalam pola tanam polikultur ini, jambu mete tidak dipupuk tersendiri. Kandungan N pada daun jambu mete mencapai 2,48% jika pupuk diaplikasikan pada tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan jambu mete, lebih tinggi dibandingkan dengan jambu mete monokultur dengan kandungan N pada daun hanya 1.77%. Hal ini menunjukkan residu efek (residual effects) penggunaan pupuk, khususnya N, untuk tanaman sela jagung masih berpengaruh terhadap serapan N jambu mete, sebagaimana terefleksi pada pola tanam polikultur. Meskipun tanaman mete tidak dipupuk tetapi masih memiliki kandungan N cukup besar pada daun. Pemberian pupuk pada tanaman jagung meningkatkan kandungan
N pada daun jambu mete, berkisar antara 40,1-59,3%. Implikasinya, tanaman jambu mete tidak perlu dipupuk tersendiri apabila ditumpangsarikan dengan jagung yang dipelihara secara intensif di antara tegakan jambu mete. Dari segi serapan hara P dan K tanaman jambu mete, belum terlihat jelas respon pola tanam. Namun ada petunjuk pemberian pupuk menaikkan kandungan P daun jambu mete, berkisar antara 5,5-11,1% dan 5,5-29,4% masingmasing pada pola monokultur dan polikultur. Penggunaan pupuk dengan dosis yang lebih tinggi menurunkan kandungan P daun pada pola monokultur, tetapi meningkat pada pola polikultur. Serapan hara K tanaman jambu mete pada pola polikultur maupun monokultur meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis pupuk. Pada pola monokultur, serapan K tertinggi (1,04% K) diperoleh pada tanaman yang dipupuk 0,75 kg NPK + 0,5 kg kieserit/pohon/tahun, disusul oleh perlakuan dengan dosis pupuk 1,5 kg NPK (1,02% K). Pada pola tanam polikultur, serapan K maksimum diperoleh dari tanaman yang dipupuk 2,25 kg NPK/pohon/tahun.
Aplikasi pemanfaatan bahan amelioran pada budidaya bawang merah di lahan gambut
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
11
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi hasil penelitian yang telah berkontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas. Selain berdaya hasil tinggi, varietas unggul tahan dan toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik, dan mudah diadopsi. Pada tahun 2016 Balitbangtan telah menghasilkan beberapa varietas unggul padi dan palawija, cabai, bawang merah, kentang, jeruk, tebu kenaf, jarak pagar, kelapa, pala, serai dapur serta sisal. A. VARIETAS UNGGUL TANAMAN Padi
mampu berproduksi rata-rata 6,57,1 t/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas padi sawah irigasi dengan rata-rata 5 t/ha.
arietas unggul padi yang dilepas pada tahun 2016 diberi nama Inpari 42, Inpari 43, dan Inpari 44. Ketiganya sesuai dikembangkan pada pada lahan sawah irigasi dataran rendah, 0-600 meter dari permukaan laut (m dpl). Pada lingkungan yang mendukung, varietas unggul ini
Varietas Inpari 42 berpotensi hasil 10,58 t/ha dengan rata-rata 7,11 t/ ha, umur tanaman 112 hari, mudah rontok, tahan rebah, dan tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18,84%. Varietas unggul ini agak tahan hama wereng batang cokelat biotipe 1, namun agak rentan biotipe 2 dan 3. Pada fase generatif, Inpari 42 agak tahan
V
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
hawar daun bakteri patotipe III, namun rentan strain IV, dan agak rentan stain VIII. Tahan terhadap penyakit blas daun ras 073 dan
13
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
ini tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III, agak tahan patotipe IV dan VIII, tahan penyakit blas daun ras 073 dan 0133, agak tahan ras 033. Inpari 43 tidak cocok ditanam di daerah endemik hama wereng cokelat karena rentan terhadap biotipe 1, 2, dan 3. Mudah rontok, tahan rebah, dan tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18,99% adalah keunggulan lain yang dimiliki Inpari 43. Mampu berproduksi 9,25 t/ha dengan rata-rata 6,53 t/ha, varietas Inpari 44 tahan hawar daun bakteri strain III, agak tahan terhadap strain VIII, namun agak rentan strain IV. Dapat dipanen pada umur 114 hari, INPARI 44 relatif mudah dirontok dan relatif tahan rebah, tekstur nasi pera dengan kadar amilosa 22,55%. Varietas ini tidak dianjurkan ditanam pada daerah endemik penyakit blas, tungro, dan hama wereng cokelat. agak tahan ras 033 adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh varietas unggul ini, namun rentan terhadap ras 133 dan 173, rentan virus tungro varian 033 dan 073. Varietas Inpari 43 memiliki potensi hasil 9,02 t/ha dengan rata-rata 6,96 t/ha, dapat dipanen pada umur 111 hari. Padi unggul
Melalui penelitian bioteknologi telah berhasil diidentifikasi dua lokus sifat kuantitatif (QTL) padi tipe baru yang berkaitan dengan potensi hasil dan umur genjah, yaitu QTL Total Spikelet Number (qTSN) dan heading date (qDTH8). Dari kedua QTL telah dibuat populasi Near Isogenic Lines (NIL) dari IR64 sebagai
tetua pemulih dan 10 galur introgresi (ILs) hasil persilangan indica dan japonica sebagai tetua donor. NIL-qTSN dan NILqDTH8 digunakan sebagai donor gen qTSN dan qDTH8 untuk perbaikan potensi hasil dan umur genjah padi varietas Code yang dikenal tahan penyakit hawar daun bakteri. Hasil introgresi gen qTSN dalam genom padi varietas Code pada kromosom 4 memberikan perbaikan arsitektur malai padi yang ditandai dengan meningkatnya jumlah cabang primer, sekunder, dan tersier. Sejumlah galur harapan unggul yang membawa gen qTSN menunjukkan peningkatan potensi hasil 15-23% dibanding tetuannya dan IR64. Lokus sifat kuantitaif qDTH8 yang terlibat dalam pengaturan waktu berbunga berhasil dipetakan dari persilangan antara ‘Nipponbare’ dan ‘Kasalath’ dan berada pada kromosom 8. Introduksi gen qDTH8 dalam varietas Code dapat memperpendek umur tanaman hingga 15 hari dibanding tetuanya. Kedua lokus sifat kuantitatif juga telah digunakan untuk perbaikan potensi hasil dan umur genjah varietas Ciherang. Di antara galurgalur unggul harapan tersebut akan dilepas sebagai varietas unggul padi tipe baru.
Galur harapan padi BC3F3, hasil persilangan varietas Code x IR64-Nils-qTSN4 dan Code x IR64-Nils-qDTH8
14
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Hawar daun bakteri (HDB) merupakan penyakit penting padi. Hasil penelitian menunjukkan, dari 38 gen ketahanan yang telah teridentifikasi hanya tiga gen yang paling efektif mengendalikan HDB strain Xanthomonas oryazae pv. oryzae (Xoo) di Indonesia, yaitu gen xa5, Xa7, dan Xa21. Gen Xa21 berasal dari spesies padi liar Oryza longistaminata, gen resesif xa5 dari O. sativa subpopulasi Aus asal Bangladesh, dan gen Xa7 diperoleh dari padi kultivar DV85. Varietas padi yang memiliki sifat ketahanan kuantitaif (pyramidinggene) dari ketiga gen tersebut akan bersifat lestari (durable resistance), karena fitness penalty pada Xoo tidak hanya berasosiasi dengan lebih dari satu gen.
Profil tanaman tetua dan galur piramida Kencana Bali, Inpari HDB, Ciherang, C7-26 dan C5-37, Angke, Code, dan IRBB21 pada umur 82 HST di laboratorium bioteknologi
Pendekatan gen pyramida telah dilakukan untuk memperbaiki sifat ketahanan varietas Ciherang dan Inpari 13. Dari evaluasi ketahanan galur-galur harapan unggul piramiding Ciherang dan Inpari 13 terhadap penyakit HDB diperoleh sejumlah galur yang sangat tahan dan berpotensi dilepas sebagai varietas unggul baru tahan HDB. Galur-galur unggul padi tahan HDB ini mampu menekan kehilangan hasil akibat serangan HDB 10-25%. Selain itu, galur-
galur pyramiding tahan HDB juga memiliki karakter agronomi yang lebih baik dengan produktivitas 10-12,5% lebih tinggi dibanding tetuannya. Jagung Produktivitas jagung nasional baru menyentuh angka 5 t/ha. Varietas unggul jagung yang dilepas pada tahun 2016 mampu berproduksi rata-rata 7,5-11,8 t/ha. Pada lingkungan yang mendukung, jagung hibrida HJ 28 Agritan dapat menghasilkan 12,9 t/ ha dengan rata-rata 11,8 t/ha, umur genjah (80 hari), dan tahan bulai (Peronosclerospora philipinensis L.). Sebagian besar varietas jagung hibrida yang berkembang di petani saat ini tidak tahan bulai. Selain tahan bulai, jagung hibrida HJ 28 Agritan juga tahan hawar dan karat daun. Keunggulan lainnya dari varietas unggul ini adalah tanaman masih hijau saat panen (stay green) dan adaptif pada lokasi dengan ketinggian yang bervariasi antara 5-650 m dpl. Jagung hibrida JH 35 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,9 t/ha, agak tahan penyakit
Jagung Tongkol Ganda NASA 29
bulai dan penyakit karat daun (Puccinia sorghi) dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis). Jagung hibrida ini agak toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas pada dataran rendah. Jagung hibrida JH 37 juga berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,5 t/ha, agak tahan penyakit bulai Peronosclerospora maydis dan sangat tahan terhadap bulai Peronosclerospora philippinensis, tahan penyakit karat daun dan
Pemberian nama jagung NASA (Nakula Sadewa) 29” oleh Presiden Joko Widodo pada acara Hari Pangan Sedunia Tahun 2016 di Boyolali
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
15
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
hawar daun. Jagung hibrida ini tumbuh kokoh sehingga tahan rebah, agak toleran kekeringan dan nitrogen rendah, serta beradaptasi luas pada dataran rendah. Jagung hibrida JH 47 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,5 t/ha, tahan penyakit
Penampilan galur kedelai umur genjah dan produktivitas tinggi
bulai, karat daun dan hawar daun. Jagung hibrida ini juga tahan rebah, toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas di dataran rendah. Jagung komposit varietas Srikandi Kuning 2 berumur sedang (98 hari), potensi hasil 8,9 t/ha dengan rata-rata 7,5 t/ha, dan tahan rebah karena berbatang kokoh. Varietas unggul jagung bersari bebas ini tahan penyakit bulai Peronosclerospora philipinensis L., hawar dan karat daun, adaptif pada dataran rendah (≤ 400 dpl), baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Jagung hibrida tongkol ganda NASA 29 merupakan jagung hibrida tongkol ganda yang memiliki umur panen 100 hst dengan warna biji kuningoranye. Potensi hasilnya cukup tinggi mencapai 13,5 t/ha. Selain potensi hasil yang tinggi, jagung ini memiliki ketahanan terhadap penyakit bulai, karat, dan hawar. Keunggulan jagung hibrida tongkol ganda NASA 29 ini adalah stay green, yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau saat biji sudah masak/ waktu untuk panen sehingga dapat dimanfaatkan untuk pakan. Peningkatan hasil > 35% dari jagung hibrida tongkol dua dan rendemennya tinggi serta janggel yang keras. 16
Kedelai Empat varietas unggul kedelai yang dilepas pada tahun 2016 berdaya hasil rata-rata 2,3-2,7 t/ha. Pengembangan varietas unggul ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kedelai nasional yang dewasa ini baru mencapai 1,2 t/ha. Kedelai varietas Deja 1 merupakan hasil persilangan varietas Kawi dengan galur IAC 100, umur genjah 78 hari, potensi hasil 2,6 t/ha dengan rata-rata 2,18 t/ha. Selain genjah dan berdaya hasil tinggi, kedelai unggul ini toleran genangan, ukuran biji besar (16 g/100 butir), agak tahan penyakit karat daun dan hama penghisap polong, namun peka ulat grayak Varietas Deja 2 juga berumur genjah (79 hari), potensi hasil 2,87 t/ha dengan rata-rata 2,39 t/ ha, ukuran biji 12,9 g/100 butir. Keunggulan penting lainnya dari varietas unggul kedelai ini adalah toleran genangan, agak tahan penyakit karat daun, hama penghisap polong, dan ulat grayak. Varietas Detap 1 berumur genjah (79 hari), potensi hasil 3,39 t/ ha dengan rata-rata 2,74 t/ha, dan berbiji besar. Polongnya tidak mudah pecah sehingga kehilangan hasil pada saat panen
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
di lapangan dapat diminimalisasi. Varietas unggul ini agak tahan hama pengisap polong, penggerek polong, dan pemakan daun. Varietas Devon 2 berumur genjah 78 hari dan berbiji besar 17,03 g/100 butir. Potensi hasilnya 2,90 t/ha dengan rata-rata 2,67
t/ha. Kedelai unggul ini cocok untuk bahan baku tempe bergizi tinggi karena bijinya mengandung isoflavon 1.097,9 μg. Varietas Devon 2 agak tahan hama pengisap polong dan penggerek polong, dan rentan terhadap hama pemakan daun. Selain varietas unggul, saat ini terdapat galur harapan kedelai umur genjah dan produktivitas tinggi, dari hasil persilangan kedelai China dan Jepang untuk mendapatkan kedelai berbiji besar. Setelah melalui serangkaian proses penelitian, galur turunan F8 dimutasi dengan radiasi untuk mendapatkan kedelai berumur lebih genjah. Galur-galur harapan kedelai yang diperoleh dari perlakuan mutan ini menunjukkan umur panen lebih pendek, yaitu 5-7 hari lebih awal dari tetuanya. Pada uji multilokasi (10 lokasi), produktivitas galur-galur harapan kedelai tersebut berkisar antara 3,50-3,98 t/ha atau 15-30% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan. Selain berdaya hasil tinggi dan berumur genjah, galur-galur tersebut juga agak tahan hama penggerek dan pengisap polong, serta penyakit karat daun Kacang Hijau Varietas Vima 4 dan Vima 5 berumur genjah 56 hari dengan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
potensi hasil masing-masing 2,32 dan 2,34 t/ha. Kandungan protein varietas Vima 4 dan Vima 5 masing-masing 22,11% dan 23,36% sementara kandungan lemak 0,72% dan 0,68 basis kering. Polong kedua varietas tidak mudah pecah sehingga kehilangan hasil pada saat panen dapat diminimalisasi. Varietas Vima 4 dan Vima 5 agak tahan embun tepung dan hama thrips yang merupakan hama dan penyakit utama kacang hijau Gandum Varietas unggul gandum dilepas dengan nama Guri 6, umur 100 hari, potensi hasil 3,5 t/ha dengan rata-rata 2,3 t/ha. Angka ini lebih tinggi dibandingkat dengan produktivitas gandum baru di India dengan rata-rata 1,0-1,2 t/ha. Gandum unggul ini memiliki postur tanaman lebih pendek dibandingkan dengan kebanyakan varietas gandum, tahan penyakit hawar daun, dan adaptif pada lingkungan optimal. Sorgum Keunggulan utama tanaman sorgum adalah toleran kekeringan dan umumnya mampu berproduksi pada lahan kering marginal. Varietas unggul sorgum Soper 6 Agritan berumur 110 hari dengan 17
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Perakitan galur cabai merah besar tahan virus belang (ChiVMV) melalui pemuliaan in vitro. A. Kalus hasil kultur tunas terminal yang termutasi; B. Induksi perakaran; C. Cabai hasil aklimatisasi; D. Tanaman cabai merah besar tahan virus belang
potensi hasil 6,19 t/ha. Varietas unggul ini tahan terhadap hama aphis, agak tahan penyakit bercak daun dan rentan bercak daun, beradaptasi baik pada lingkungan optimal, dan berpotensi untuk pangan dan bioenergi. Cabai Pada musim tertentu, cabai langka di pasaran karena rendahnya produksi dan tidak meratanya disribusi. Selain itu, komoditas ini cepat busuk karena pendeknya masa segar. Cabai unggul baru varietas Inata Agrihorti tahan disimpan 7 hari pada suhu kamar (24-27oC). Hasilnya berkisar 14,2-19,7 t/ha. Varietas unggul ini dapat ditanam di luar musim (off-season), atau Mei-Agustus. Wilayah pengembangannya adalah di dataran tinggi, 800-1.500 m dpl. Virus belang dan virus gemini merupakan penyakit utama tanaman cabai. Penularan virus belang saja dapat menyebabkan kehilangan hasil 32-75%. Sampai saat ini tidak satu pun varietas cabai yang dikembangkan petani tahan terhadap kedua virus ini.
pada gen eukaryotic translation initiation factor 4 G (eIF4G), yang berperan penting dalam mekanisme interaksi plant-virus interaction, khususnya virus patogen Potyvirus. Mutasi pada gen eIF4G menyebabkan incompatibility interaction antara virus dengan inangnya, sehingga virus gagal menginfeksi. Selain tahan virus belang, galur cabai mutan ini memiliki produktivias 10-22% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Gelora, dengan kadar capsaicin 1.600-2.600 ppm atau
3-4 kali lebih tinggi atau lebih pedas dari cabai merah besar. Cabai mutan ini direkomendasikan sebagai bahan baku industri sauce cabai dan sesuai dibudidayakan di dataran menengah hingga tinggi (≥ 400 mdpl) dengan potensi hasil 21-23 t/ha. Bawang Merah Bawang merah adakalanya langka di pasaran, terutama pada musim tertentu, karena rendahnya produksi dan tidak meratanya distribusi. Varietas unggul baru Violetta Agrihorti 1 mampu
Upaya peningkatan keragaman genetik cabai untuk menghasilkan galur tahan virus belang telah dilakukan melalui pemuliaan in vitro menggunakan varietas Gelora sebagai tetua. Galurgalur cabai in vitro tersebut sangat tahan terhadap virus belang, karena perlakuan mutasi 18
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Umbi kentang varietas Dayang Sumbi Agrihorti (2) lebih besar dari varietas Granola (6), Atlantik (7), Katahdin (8) dan SP 951 (9)
menghasilkan 17,32-24,66 t/ ha umbi basah atau 8,87-15,2 t/ ha umbi kering. Varietas unggul ini agak tahan terhadap penyakit Alternaria porri, warna umbi merah-ungu tua, dan adaptif di dataran tinggi. Umbi varietas Violetta Agrihorti 1 tahan disimpan selama 2-3 bulan pada suhu kamar 25-30oC.
yang tidak seimbang pada saat gametogenesis, sehingga menghasilkan buah dengan jumlah biji sedikit dan infertil. Tanaman triploid juga memiliki beberapa keunggulan, yaitu lebih vigor, daun lebih lebar dan tebal, tumbuh dan panen lebih cepat, dan daya adaptasinya lebih luas dibanding tanaman tetraploid.
Kentang
Sel-sel endosperma diisolasi dari biji buah jeruk muda, lalu dikultur secara in vitro pada media MS dengan modifikasi hingga membentuk kalus. Kalus diregenerasi dengan teknik embriogenesis somatik untuk membentuk planlet triploid yang siap disambung dengan tanaman batang bawah jeruk Japanche citroen (JC) muda, menggunakan teknik shoot tip grafting (STG). Untuk menghasilkan buah jeruk tanpa biji, tanaman triploid disambung dengan batang bawah jeruk yang sudah berproduksi (Gambar 2E). Saat ini telah diperoleh galur-galur jeruk Siam Medan tanpa biji, rasa manis, dan kulitnya mudah dikupas
Dilepas dengan nama Dayang Sumbi Agrihorti, varietas unggul baru kentang ini berdaya hasil 23,29-29,79 t/ha dan tahan penyakit busuk daun (P. infestans). Bobot umbi lebih besar dan rasa umbi tidak getir, tahan disimpan selama 2-3 bulan pada suhu kamar (24-27oC). Wilayah pengembangannya adalah di dataran tinggi dan adaptif pada musim hujan. Jeruk Siam Medan Jeruk Siam Simadu atau Siam Medan merupakan jeruk lokal yang disukai tetapi memiliki terlalu banyak biji. Agar dapat bersaing di pasaran diperlukan upaya perakitan jeruk Siam Medan tanpa biji (seedless). Perakitan jeruk tanpa biji telah dilakukan dengan membentuk tanaman triploid melalui kultur endosperma. Tanaman triploid memiliki jumlah kromosom
Regenerasi jeruk triploid
preferensi petani, dan luas penanaman. Tidak seperti di sentra produksi lainnya di Indonesia, tebu di Kabupaten Kerinci, Jambi, diolah untuk menghasilkan gula merah. Varietas POJ Agribun Kerinci memiliki hasil 109 t/ha/ tahun, dengan produktivitas gula merah rata-rata 12,03 t/ha/tahun, dan rendemen 11-12%. Di dataran tinggi Kabupaten Kerinci, tebu dipanen secara selektif. Dengan sistem panen tebang pilih, petani tidak perlu melakukan bongkar ratun. Varietas unggu ini tahan penyakit mosaik dan cocok dikembangkan di dataran tinggi, terutama di Propinsi Jambi, Sumatera Barat, dan Aceh.
Tebu Tebu varietas POJ Agribun Kerinci merupakan hasil seleksi tebu lokal Kerinci berdasarkan daya kepras (jumlah anakan), produktivitas, rendemen, sifat lepas pelepah daun (klenthek),
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
19
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
beriklim kering. Varietas Jet 1 Agribun berasal dari klon IDN-09-JCUR-0184, potensi hasil 2,33 t/ha biji kering dengan rata-rata 1,08 t/ha/tahun, 37,9% lebih tinggi dibandingkan varietas IP-3A, dan kadar minyak biji 37,4%. Jarak Pagar
Kenaf Kenaf adalah komoditas serat yang diperlukan oleh berbagai industri, termasuk otomotif. Balitbangtan dalam tahun 2016 telah melepas dua varietas unggul kenaf yang diberi nama Kenafindo 1 Agribun dan Kenafindo 2 Agribun.
Jarak pagar merupakan komoditas yang potensial sebagai bahan baku bioenergi, namun belum dikembangkan dan dikelola dengan baik. Untuk mendukung upaya pengembangan komoditas jarak pagar, Balitbangtan telah melepas varietas unggul yang mampu beradaptasi di daerah
Berasal dari klon 200711/4, jarak pagar varietas Jet 2 Agribun memiliki potensi hasil 2,64 t/ha biji kering dengan rata-rata 1,08 t/ha/th, 37% lebih tinggi dari varietas IP-3A, dengan kadar minyak 35,8%. Kelapa Dalam Varietas kelapa dalam Sri Gemilang berasal dari Kabupaten
Varietas Kenafindo 1 Agribun berasal dari galur 9011/G4-1-42 M Blk dan merupakan hasil seleksi populasi dasar kenaf dari persilangan antara varietas G4 dengan KK60 yang dilanjutkan dengan silang balik dengan tetua G4. Potensi hasil serat varietas unggul ini 3,73 t/ha, atau 18,2% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas KR15, beradaptasi luas, duri pada batang relatif sedikit, relatif toleran kekeringan dan keracunan aluminium, namun rentan terhadap hama Amrasca biguttula dan nematoda puru akar. Varietas Kenafindo 2 Agribun memiliki potensi hasil serat 3,521 t/ha, atau 11,7% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas KR 15, beradaptasi luas, relatif toleran kekeringan dan keracunan aluminium. Namun varietas unggul ini juga rentan terhadap hama A. biguttula Ishida dan nematoda puru akar. 20
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Indragiri Hilir, Riau, adaptif pada lahan pasang surut, dan kadar minyak, protein, dan galaktomanan relatif lebih tinggi, sedangkan kadar fosfolipid lebih rendah atau sama dengan varietas unggul yang dilepas sebelumnya. Potensi hasil kopra varietas Sri Gemilang lebih 3 t/ha/tahun, kadar minyak 65,2%, protein 8,96%, galaktomanan 1,7%, dan fosfolipid 0,04%. Hasil observasi menunjukkan tidak ditemukan serangan hama Sexava sp dan Brontispa sp pada varietas unggul ini dan relatif tahan terhadap hama Oryctes sp dan Acerya sp. Juga tidak ditemukan gejala penyakit utama gugur buah, busuk pucuk, dan steem bleeding pada varietas Sri Gemilang. Potensi benih untuk pengembangan atau peremajaan kelapa sekitar 39.200 butir/tahun. Varietas unggul ini telah menyebar di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Varietas Puan Kalianda termasuk tipe kelapa dalam dengan karakteristik morfologi yang lebih baik dibandingkan dengan kelapa kopyor tipe genjah asal Pati, Jawa Tengah. Ukuran buah relatif besar dan kuantitas endosperm lebih baik. Kandungan lemak tak jenuh dan asam laurat daging buahnya lebih tinggi dibanding kelapa genjah kopyor Pati. Kuantitas daging buah kelapa kopyor varietas Puan Kalianda bervariasi
dengan skor 1-9, lebih tinggi dibanding kelapa genjah kopyor Pati yang hanya memiliki skor 1-6. Kadar gula total buah berkisar antara 1,6-2,4%, protein 0,242,55%, dan lemak total 12,116,5%. Jumlah Pohon Induk Terpilih (PIT) adalah 123 pohon, dengan potensi benih 6.657 butir. Total benih kopyor alami (heterozigot) adalah 10.731 butir/ tahun, yang dapat dikembangkan pada lahan seluas 53 ha. Varietas Puan Kalianda sudah menyebar di Provinsi Lampung dan sekitarnya. Potensi pengembangannya adalah sentra produksi kelapa di wilayah Sumatera.
Serai Wangi
Pala Pala varietas Fak Fak memiliki habitus tanaman relatif lebih tinggi dan besar, daun lebih panjang dan lebih lebar dibanding varietas lainnya. Biji pala Fak fak berbentuk lonjong panjang dengan variasi lonjong agak langsing atau agak gemuk. Bagian pangkal biji lebih lebar dari bagian ujung, bobot biji basah > 10 g/butir, dan jumlah biji basah dari berbagai PIT adalah 60-76/kg. Bunga (fuli) lebih tebal yang merupakan ciri khas pala Fak fak. Kandungan minyak atsiri biji pala yang sudah tua 2,71-5,37%, kadar oleoresin biji 14%, dan oleoresin fuli 13,015,2%.
Tanaman Sisal
Serai Dapur Serai dapur varietas Sitralina 1 Agribun berasal dari aksesi Cyci 009 hasil seleksi serai dapur asal DI Yogyakarta. Karakter pembeda serai Sitralina 1 Agribun dengan varietas lainnya adalah ujung batang daun melengkung dan lebar daun sempit dan kaku. Habitus agak merumbai pada ujung, panjang daun 52,4-78,6 cm dengan lebar 0,9-1,2 cm, tebal daun 0,3-0,4 cm, warna
Daun (kiri), buah (tengah), biji dan fuli pala (kanan) varietas Fak-fak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
21
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
batang abu-abu keunguan/GPG 183 D. Bobot basah batang 6,07 kg dan bobot kering batang 3,67 g/rumpun, produktivitas batang basah 2,74 t/ha, produktivitas minyak 110 kg/ha, dan kandungan sitral 74,8% bobot kering. Varietas unggul serai dapur ini beradaptasi baik di dataran rendah sampai tinggi. Sisal Sisal atau dikenal juga sebagai tanaman lidah buaya merupakan sumber serat. Varietas H 11648 memiliki potensi hasil 4,73-5,96 t/ha serat kering/tahun, dapat dikembangkan pada berbagai jenis lahan. Varietas ini peka terhadap Fusarium sp yang merupakan penyakit utama tanaman sisal. B. BIBIT DAN GALUR UNGGUL TERNAK Dalam upaya pemenuhan kebutuhan daging dan susu segar bagi masyarakat dalam waktu yang relatif singkat, Balitbangtan telah merakit dan menyeleksi galur unggul kambing, ayam, dan kelinci. Melalui persilangan dan seleksi telah dihasilkan galur unggul kambing Sapera, ayam Sensi, dan kelinci Rexsi.
Kambing Sapera merupakan hasil persilangan kambing Saanen x PE melalui pendekatan cross breeding. Dalam hal ini, kambing perah eksotik Saanen digunakan sebagai pejantan. Keunggulan kambing Sapera adalah produktivitas susu tinggi (1,3-4,0 liter/hari), masa laktasi lama (1 tahun), tidak mudah sakit karena memiliki daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan, dan postur tubuh lebih besar dan kuat. Ayam Galur unggul Sensi diandalkan sebagai
selain ayam
pedaging lokal juga dapat digunakan sebagai pejantan (male line) yang disilangkan dengan ayam KUB. Pembentukan galur ayam unggul ini bertujuan untuk mempercepat produksi daging ayam lokal dengan tampilan dan cita rasa yang khas. Keunggulan ayam Sensi terletak pada keseragaman fenotipe dan tingkat pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lokal yang tidak diseleksi. Ada dua varian ayam Sensi yang tersedia, yaitu Sensi Abu dan Sensi Putih untuk induk dan pejantan umur 12 bulan masing-masing 240
Kambing Galur unggul kambing Sapera dibentuk untuk memenuhi permintaan susu segar yang terus meningkat, khususnya bagi masyarakat perkotaan.
22
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
Produksi benih padi Hipa 18 dan Hipa 19
ekor dan 60 ekor. Tersedia pula DOC turunan kedua tipe ayam Sensi dari hasil perkawinan acak masing-masing sebanyak 800 ekor. Induk dan pejantan ayam Sensi siap diperbanyak melalui kerja sama dengan pihak mitra untuk mempermudah perolehan DOC murni. Saat ini telah tersedia 3.300 ekor DOC unsexed di lima mitra kerja (PT Ayam Kampung Indonesia, Sukabumi, 600 ekor; BPTU Jatiwangi Majalengka 400 ekor; PT Sumber Unggas, Parung Bogor, 1.000 ekor; BUMT Tiyuh Mandiri Bersama, Tulang Bawang Barat, Lampung, 1.000 ekor; dan Gapoknak Ciung Wanara Ciamis, Jawa Barat, 300 ekor) dalam rangka uji multilokasi. Pada tahun 2017, lima mitra kerja tersebut diharapkan sudah dapat menyebarkan sekitar 100.000 DOC ke peternak ayam lokal di berbagai daerah.
(putih hitam-cokelat) dan putih. Telinganya tegak dan berbentuk oval menyempit. Bentuk muka oval seperti buah pir. Di Lembang, Jawa Barat, kelinci unggul ini memiliki warna rambut bervariasi dari hitam, campuran hitam-putih, hingga putih-hitam-cokelat. Di Malang, Jawa Timur, warna rambut kelinci ini bervariasi dari campuran hitam-putih, chincila (putih-hitam cokelat), hitam, hingga putih. Keunggulan spesifik kelinci Rexsi dibandingkan kelinci Rex adalah jumlah anak sekelahiran 5,78 + 1,52 ekor dan bobot lepas sapih pada umur 6 minggu 652,5 + 124,9 g/ekor. Di Depok, Jawa Barat, jumlah anak sekelahiran 5 ekor dengan bobot lepas sapih umur 6 minggu 600 g/ekor. C. INOVASI TEKNOLOGI PERBENIHAN
Kelinci
Teknologi Produksi Benih Padi Hibrida
Galur unggul kelinci Rexsi merupakan hasil seleksi terhadap karakteristik kuantitatif, sehingga karakteristik kualitatifnya tidak berbeda dengan kelinci Rex pada umumnya. Kelinci Rex memiliki rambut yang halus dengan diameter rambut relatif kecil dan helai kutikula rambut relatif pendek. Warna rambutnya bervariasi campuran dua warna (hitam-putih), castor, chincila
Hasil gabah yang rendah (< 1 t/ha) dan biaya produksi yang tinggi menyebabkan tingginya harga benih padi hibrida di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan paket teknologi yang efisien bagi setiap varietas padi hibrida untuk menghasilkan benih yang memadai. Penentuan rasio baris dan jarak tanam sedemikian rupa dapat meningkatkan hasil benih, karena
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
tepungsari galur R dapat lebih optimal menyerbuki galur mandul jantan (GMJ). Selain itu, GA3 merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan hasil benih padi hibrida melalui peningkatan eksersi malai, stigma, memperpanjang durasi membukanya bunga, dan merangsang pembentukan anakan produktif Rasio baris 2R : 14A dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm terbukti mampu memberikan hasil benih lebih tinggi untuk padi hibrida varietas Hipa 18 (3,62 t/ha) dan Hipa 19 (2,17 t/ha). Pada rasio tersebut, jumlah gabah isi per malai dan penambahan populasi tanaman GMJ merupakan komponen yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil benih F1 yang diperoleh. Perlakuan GA3 dapat meningkatkan tinggi tanaman, eksersi malai, dan stigma galur GMJ pada sistem produksi benih varietas Hipa 14 dan Hipa Jatim 2. Hal tersebut tidak secara langsung dapat meningkatkan persentase seed set pada produksi benih Hipa 14 dan Hipa Jatim 2. Eksersi stigma meningkat 15% setelah diberi perlakuan GA3 200 ppm (G2) dan meningkat 16% setelah aplikasi GA3 300 23
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
ppm (G3) pada GMJ dari Hipa 14 SBU. Eksersi stigma memiliki korelasi fenotipik yang positif terhadap kemampuan menyerbuk silang alami galur mandul jantan dan meningkatkan kesempatan penyerbukan sendiri. Produksi benih akan meningkat 12% pada kombinasi perlakuan rasio baris 2R : 14A dan aplikasi GA3 300 ppm. Teknologi Produksi Benih Bawang Merah Penerapan teknologi True Shallot Seed (TSS) merupakan alternatif dalam penyediaan benih bawang merah bermutu dalam jumlah yang cukup pada setiap periode tanam, sehingga
pasokan sinambung setiap bulan. Salah satu upaya mempercepat produksi benih bawang merah adalah menerapkan teknik pembungaan melalui vernalisasi umbi dan aplikasi zat pengatur tumbuh Benzylaminopurine (BAP) dengan konsentrasi 37,5 ppm. Penerapan teknologi ini bisa mempercepat dan meningkatkan pembungaan hingga 100% dengan jumlah umbel bunga >5. Tanpa vernalisasi dan BAP, bawang merah juga bisa berbunga namun waktu muncul bunga lebih lama dan jumlah bunga sedikit. Teknik pembentukan kapsul atau pembijian dapat diupayakan dengan aplikasi unsur mikro boron dan penambahan polinator atau serangga penyerbuk. Aplikasi
boron 3 kg/ha meningkatkan viabilitas polen dan produksi bibit hingga > 100%. Serangga polinator berfungsi membantu meningkatkan penyerbukan. Polinator yang paling efektif dalam menyerbuk bunga bawang merah adalah lebah madu Apis cerana. Keberhasilan pembijian bawang merah dapat ditingkatkan melalui penggunaan naungan plastik transparan yang berfungsi melindungi bunga bawang merah dari percikan air hujan dan meningkatkan kebernasan biji. Dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm diperlukan 5 – 7 kg benih/ ha sehingga akan diperoleh hasil panen benih bawang 150-300 kg/ ha (efisiensi lahan 60%). Jumlah
Perbanyakan anggrek Dendrobium secara in vitro dari penyediaan materi sumber eksplan: inisiasi kalus (kiri), planlet hasil regenerasi (tengah), dan pengompotan planlet untuk menjadi tanaman individu (kanan).
24
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Varietas Unggul dan Perbenihan
benih yang dihasilkan ini cukup untuk memproduksi umbi bawang merah konsumsi pada lahan seluas 20-60 ha. Tahapan prosesing benih selanjutnya meliputi penjemuran atau pengeringan kapsul dan seleksi biji bernas. Pengeringan kapsul dilakukan secara manual dengan menjemur umbel selama 7-14 hari atau disimpan di ruang pengering pada suhu 32-33oC selama 4-7 hari. Kapsul yang sudah kering sempurna memudahkan prosesing selanjutnya, yaitu pemisahan biji dari kotoran kulit kapsul. Biji bernas kemudian dipisahkan dari biji hampa. Persyaratan minimal teknis mutu benih adalah kemurnian fisik 99,9%; kadar air 8%; dan daya berkecambah 70%.
Teknologi Perbanyakan Anggrek Dendrobium Secara In Vitro Berbagai komponen teknologi perbanyakan masal Dendrobium telah berhasil dikembangkan oleh Balitbangtan, di antaranya inisiasi protocorm-like body (plbs) dan embrio, baik menggunakan media berbasis Murashige dan Skoog maupun Vacin dan Went. Media dasar tersebut dikombinasikan dengan berbagai jenis hormone, seperti TDZ, BAP, Kinetin, NAA, IAA, Methylobacterium sp, bahan organik seperti: 1) bubur pisang ambon lumut; 2) bubur taoge pendek; 3) bubur rebung; 4) bubur ubi kayu; 5) bubur ubi jalar ungu, dan berbagai jenis suplemen lainnya. Media tersebut juga dapat diaplikasikan untuk perbanyakan plb maupun
embrio, sementara pada akar menggunakan media berbasis generik, seperti Hyponex, Growmore, dan Rosasol dengan penambahan arang aktif. Tahapan perbanyakan benih anggrek Dendrobium secara in vitro meliputi: (a) mata tunas sebagai materi eksplan, selanjutnya (b) inisiasi kalus dan plb menggunakan metode TCL atau tunas pucuk yang ditanam pada media kultur jaringan, kemudian (c) proliferasi plb pada media cair, (d) Plb diregenerasikan, dan (e) hasil regerasi berupa planlet siap diaklimatisasi (dikompotkan), yang kemudian menjadi tanaman anggrek Dendrobium individu. Metode ini dapat dilihat dalam skema berikut ini.
Skema metode penyediaan benih Dendrobium
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
25
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Seiring laju pertambahan jumlah penduduk Indonesia, perkembangan teknologi produksi pertanian diarahkan pada peningkatan produktivitas usaha tani agar produksi hasil pertanian dapat meningkat dan swasembada pangan dapat diwujudkan. Di sisi lain, pembangunan pertanian yang berlebihan dapat menjadi salah satu pengganggu keseimbangan ekosistem alam termasuk pengolahan tanah berlebih yang mampu memicu erosi, atau pengggunaan pestisida berlebih yang dapat memicu outbreaking OPT. Menghadapi kondisi tersebut, Balitbangtan telah berupaya untuk menciptakan berbagai inovasi teknologi ramah lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia akan terpenuhi dan keseimbangan ekosistem alam akan tetap terjaga. A. TEKNOLOGI JAJAR LEGOWO SUPER
T
eknologi jajar legowo (jarwo) super adalah teknologi budi daya padi secara terpadu berbasis cara tanam jajar legowo 2:1. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam
pindah dan di antara dua barisan tanaman terdapat lorong kosong memanjang sejajar dengan barisan tanaman dan dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antarbaris. Sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk meningkatkan populasi tanaman per satuan luas, memperluas pengaruh tanaman pinggir, dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
mempermudah pemeliharaan tanaman. Teknologi jajar legowo super dihasilkan setelah melalui penelitian dan pengkajian pada 11 lokasi di Indonesia (NTB, Bali, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, DIY, Jateng, Jatim, dan Papua). Selain menggunakan sistem tanam 27
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Teknologi padi jajar legowo super yang dikembangkan pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, seluas 50 ha menghasilkan gabah 2-3 t/ ha lebih tinggi dari teknologi budi daya petani petani yang hanya berproduksi 6-7 t/ha.
jajar legowo 2:1 sebagai basis penerapan di lapangan, komponen penting teknologi jajar legowo Super adalah: 1) Varietas unggul baru padi dengan potensi hasil tinggi, 2) Aplikasi biodekomposer sebelum pengolahan tanah, 3) Pupuk hayati sebagai seed treatment dan pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), 4) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali, dan 5) Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk tanam (jarwo transplanter) dan panen (combine harvester). Teknologi Jajar Legowo Super telah diuji keunggulannya melalui dem area seluas 50 ha pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada musim tanam 2016, dan direplikasi di beberapa provinsi pada tahun yang sama. Penerapan teknologi dan pendampingan yang intensif, hasil varietas unggul baru padi Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari32 HDB, Inpari 33, dan Inpari 43 Agritan GSR 13,31 mampu berproduksi 2-3 t/ha lebih tinggi dibanding varietas Ciherang yang diusahakan petani di luar dem area, 6-7 t/ha. Di Boyolali, Jawa Tengah, hasil varietas unggul baru 28
padi pada dem area jajar legowo super seluas 100 ha konsisten memberikan hasil 2-3 ton lebih tinggi dibanding teknologi petani yang masih menggunakan varietas Ciherang. Pengembangan teknologi jajar legowo super secara nasional diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan produksi padi menuju swasembada beras berkelanjutan. B. PENGENDALIAN OPT PADI Pengendalian Penyakit Tungro Teknik biointensif dalam pengendalian tungro melalui integrasi pemanfaatan varietas tahan yang ditanam sesuai anjuran, penggunaan pestisida hayati,
penanaman tanaman berbunga, dan pengelolaan kultur teknis diperkirakan dapat mempengaruhi dinamika populasi wereng hijau dan insidensi penyakit tungro. Penanaman varietas tahan pada waktu yang dianjurkan bertujuan untuk mengurangi intensitas kejadian penyakit tungro di pertanaman, yang berpotensi sebagai sumber inokulum pada musim berikutnya, saat puncak populasi wereng hijau. Waktu tanam anjuran yaitu 4 minggu sebelum atau sesudah puncak populasi wereng hijau. Penanaman tanaman berbunga dilakukan bersamaan dengan waktu semai benih atau sebelumnya di pematang. Tanaman berbunga di pematang berfungsi untuk meningkatkan keragaman artrhopoda, termasuk musuh alami, pada ekosistem setempat. Jenis tanaman berbunga yang dianujrkan antara lain ajeran (Bidens pilosa L.), kenikir (Cosmos caudatus kunth), dan kembang kertas (Zinnia spp.). Aplikasi andrometa, yaitu campuran cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dengan konsentrasi konidia 2 x 106 dan ekstrak sambiloto dengan konsentrasi 4 g/l pada 2, 4, 6 dan 8 MST, mampu menekan populasi wereng hijau, namun tidak
Penanaman tanaman berbunga di pematang (kiri) meningkatkan keragaman artrhopoda, termasuk musuh alami sebagai komponen utama pengendalian penyakit tungro
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
berdampak pada musuh alami. Pemangkasan gulma di pematang pada 2 dan 4 MST merupakan strategi untuk mengurangi sumber inokulum dari inang vegetatif (gulma), namun tidak mengganggu musuh alami. Penerapan teknik pengendalian terpadu biointensif dapat menekan tingkat penularan penyakit tungro 0,67-2,67% pada 8 MST, lebih rendah daripada pengendalian secara konvensional (penggunaan pestisida secara intensif) dengan tingkat penularan tungro 3,0-8,67%. Pengendalian Hama Uret pada Padi Gogo dengan Teknik Seed Treatment Uret atau lundi yang hidup di dalam tanah menyerang atau memakan akar tanaman muda, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Pada daerah yang endemik intensitas serangan lundi dapat mencapai 50%. Pengendalian hama uret atau lundi telah dilakukan melalui berbagai cara seperti kultur teknis (tanam serempak, rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang, sanitasi lahan, pengolahan lahan yang dalam), secara biologis dengan jamur Metarhizium anisopliae, mekanis (mengumpulkan uret pada saat pengolahan tanah, menangkap imago dengan memasang lampu perangkap), dan kimiawi dengan aplikasi karbofuran 20 kg/ha secara tugal pada saat tanam. Khusus pengendalian secara kimiawi, aplikasi insektisida karbofuran 20 kg/ha dengan perlakuan seed treatment efektif menekan serangan hama uret atau lundi pada pertanaman padi gogo. Hasil penelitian di Subang pada MT 2015 menunjukkan perlakuan seed treatment dengan insektisida
Gejala serangan uret atau lundi pada tanaman padi gogo fase vegetatif
fipronil 25 ml/kg benih paling efektif menekan serangan hama uret atau lundi pada pertanaman padi gogo. Penampilan pertanaman padi gogo yang mendapat seed treatment terlihat lebih bagus dibandingkan dengan kontrol yang tanpa seed treatment. Pengaruh seed treatment juga terlihat pada penurunan jumlah rumpun padi yang terserang hama lundi hingga 76% yang secara tidak langsung dapat memberikan tambahan produksi sebesar 196% dari perlakuan kontrol. Formula Bioinsektisida untuk Pengendalian Wereng Cokelat Mortalitas wereng cokelat dengan aplikasi bioinsektisida formula piretrum pada dosis 5 ml/l air mencapai 82,5-85,0% pada jam pertama setelah aplikasi. Pada dosis lebih rendah, 20 ml/l air, tingkat kematian wereng cokelat berkisar antara 48,75-60%, lebih efektif dibanding penggunaan insektisida sintetis (kontrol positif) pada konsentrasi 2 ml/l air yang hanya menimbulkan mortalitas 26,25%. Residu bioinsektisida pada daun (leaf residu method) setelah hari pertama penyemprotan menyebabkan mortalitas 70-85%, hari kedua 50-65%, hari ketiga 4042,5%, dan hari keempat 30-40%. Sebagai pembanding, penggunaan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
formula mimba pada hari pertama menimbulkan mortalitas 15-27,5%, hari kedua 5-20%, hari ketiga 1012,5%, dan hari keempat 10-12,5%. Sementara aplikasi insektisida sintetis pada hari pertama hanya menyebabkan mortalitas 20%, hari kedua 12,5%, hari ketiga 10%, dan hari keempat 10%. Insektisida Hayati untuk Pengendalian Wereng Cokelat Pestisida nabati dan hayati berpotensi mengendalikan hama wereng cokelat yang merupakan hama utama tanaman padi. Aplikasi insektisida hayati Beauveria dan Metarhizium mampu mengendalikan wereng cokelat meskipun dengan daya bunuh yang lambat, memerlukan waktu sekitar 1 minggu. Penelitian menunjukkan, sampai hari keempat tingkat kematian wereng cokelat hanya 1,257,5%, hari kelima 13,75-20%, hari keenam 20-30%, dan hari kesembilan meningkat menjadi 51,25-66,25%. Keunggulan pengendalian dengan insektisida hayati adalah: 1) dapat menekan populasi hama wereng cokelat 70-80%, namun memerlukan waktu lebih lama (setelah 5 hari); 2) tidak mencemari lingkungan; dan 3) formula dapat dibuat sendiri oleh petani atau kelompok tani. 29
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Penyebaran spesies penyakit bulai di Indonesia
C. PEMANTAUAN SEBARAN PENYAKIT BULAI DAN POPULASI OPTIMUM SEREALIA Pemantauan Sebaran Spesies Penyebab Penyakit Bulai pada Jagung Bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung. Upaya pengendalian terpadu penyakit bulai memerlukan database yang komprehensif, seperti pemetaan wilayah endemik dan spesies penyebabnya. Tiga spesies penyakit bulai, atau P. maydis, P. philippinensis, dan P. sorghi. Spesies P. maydis ditemukan di Kalimantan Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan sebagian Sulawesi Selatan. Spesies P. philippinensis ditemukan di
Sulawesi Utara, Gorontalo, dan sebagian besar Sulawesi Selatan. Sementara P. sorghi ditemukan di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan D.I. Yogyakarta. Spesies P. maydis dan P. phlipinensis umumnya ditemukan di dataran rendah, sedangkan P. sorghi di dataran tinggi.
dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan bobot batang dan volume nira lebih tinggi dibandingkan perlakuan jarak tanam lainnya, masing-masing 38.199 kg dan 10.643 l. Hasil biji tertinggi (8,8 t/ha) diperoleh dari kombinasi perlakuan jarak tanam rapat 70 cm x 15 cm dan varietas Numbu.
Populasi Optimum Sorgum Manis
D. TEKNOLOGI BUDI DAYA KEDELAI
Penentuan populasi tanaman diperlukan untuk jarak tanam optimal. Hasil penelitian menunjukkan beberapa varietas sorgum yang ditanam dengan jarak tanam tumbuh dengan baik dan memberi hasil lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam lebih renggang. Penggunaan varietas Super 1
Balitbangtan telah melakukan penelitian budi daya kedelai dalam upaya perakitan paket teknologi. Pada tahun 2016, penelitian difokuskan pada pengelolaan salinitas, budi daya kedelai di antara kelapa sawit pada lahan pasang surut, dan pengendalian OPT.
Keragaan tanaman kedelai pada tanah salin Lamongan
30
Teknologi Produksi Kedelai di Lahan Salin Daya Hantar Listrik (DHL) yang tinggi (DHL > 10 dS/m) merupakan salah satu faktor masalah yang dapat menurunkan produktivitas kedelai pada lahan salin. Penggunaan mulsa dan ameliorasi dapat menurunkan kadar DHL dan kadar air tanah yang berpengaruh terhadap Indeks Kandungan Klorofil
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
(IKK) tanaman. Secara visual juga terlihat daun tanaman pada perlakuan mulsa lebih hijau dan tidak mudah rontok dibanding tanpa mulsa. Bobot kering brangkasan tanaman pada saat panen dengan penggunaan mulsa maupun ameliorasi berkisar 0,911,17 t/ha dengan jumlah polong isi 14-19 polong per tanaman. Meskipun tercekaman salinitas, tanaman masih mampu tumbuh dan menghasilkan biji. Hasil kedelai pada penelitian ini 8001.090 kg/ha biji kering dengan bobot biji 11,9-13,5 g/100 biji. Budi Daya Kedelai di antara Kelapa Sawit pada Lahan Pasang Surut Pengembangan kelapa sawit sebagian diarahkan pada lahan pasang surut yang umumnya terdapat di luar Jawa. Salah cara meningkatkan luas areal tanam kedelai adalah memanfaatkan areal perkebunan kelapa sawit yang masih muda. Pada agroekosistem ini, kendala budi daya kedelai adalah tingginya kejenuhan Al tanah (26-41%), dan ketersediaan hara K, Ca, Na, dan KTK rendah. Agar tanaman kedelai mampu memberikan hasil yang memadai di lahan pasang surut, kejenuhan Al tanah perlu diturunkan hingga mencapai 20% melalui pemberian dolomit, pupuk urea, pupuk
kandang, pupuk hayati Rhizobium Agrisoy, dan Mikorhiza Biovam. Paket teknologi ini mampu memberikan hasil 1,58-1,88 t/ ha di Sidomulyo dan 1,35-1,78 t/ ha di Kolamakmur, Kalimantan Selatan, lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani setempat. Jika hanya menggunakan varietas toleran lahan masam seperti Tanggamus, tingkat kejenuhan Al hanya menurun hingga 30%. Kejenuhan Al turun lebih rendah apabila penggunaan varietas toleran dikombinasikan dengan dolomit, pupuk urea, pupuk kandang, pupuk hayati Rhizobium Agrisoy, dan Mikorhiza Biovam. Pengendalian Hama dan Penyakit Kedelai di Lahan Pasang Surut Jenis hama yang ditemukan pada pertanaman kedelai di Baritokoala, Kalimantan Selatan, adalah lalat kacang (Ophiomyia phaseoli Tryon), ulat jengkal, penggulung daun Lamprosema indicata, dan perusak polong (Riptortus liniaris, Nezara viridula dan Etiella zinckenella) dengan populasi rendah. Populasi hama perusak daun Spodoptera litura awalnya rendah, namun pada saat tanaman kedelai berumur 65 HST, populasi meningkat dengan kerusakan tanaman mencapai
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Biopestisida pegunungan untuk mengendalikan penyakit tanaman cabai
80% pada perlakuan kimia pemantauan. Tingkat kerusakan tanaman pada perlakuan biopestisida pemantauan maupun mingguan lebih rendah daripada perlakuan kimia pemantauan. Hal ini menunjukkan biopestisida yang terdiri atas SBM dan SlNPV efektif menekan populasi ulat grayak pada pertanaman kedelai di lahan pasang surut. E. TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT RAMAH LINGKUNGAN PADA CABAI Biopestisida untuk Mengendalikan OPT Cabai di Luar Musim Budi daya cabai di luar musim umumnya mendapat gangguan hebat penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium sp., P.
31
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Ekstrak nabati yang bersifat repelen terhadap vektor virus kuning
capsici dan R. Solanacearum, sehingga perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan kerugian. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan Biopestisida Pegunungan (BPP), yaitu biopestisida dengan memanfaatkan sumber daya hayati lokal dari tanah pegunungan (Mountain microorganism). Hasil penelitian menunjukkan aplikasi BPP dapat tingkat penularan penyakit layu hingga 30%. Dosis BPP yang dianjurkan adalah 1 ml/liter air. Dalam aplikasinya di lapangan, setiap tanaman diberi 150 ml larutan BPP dengan cara dikocor (drenching) di sekitar perakaran.
Pengendalian Penyakit Virus Kuning Pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabai merah menggunakan ekstrak bahan nabati cukup efektif dan tidak mencemari lingkungan. Bahan nabati yang digunakan sebagai pengendali penyakit virus berasal dari tanaman bunga lavender dan sereh wangi. Kedua bahan nabati ini memiliki sifat penolak serangga vektor, sehingga dapat menekan insiden virus kuning pada tanaman cabai. Selain itu, perlakuan border jagung juga dapat menghalangi masuknya
serangga vektor ke pertanaman cabai. Penggunaan kedua komponen teknologi tersebut dalam budi daya cabai merah dapat menekan insiden penyakit virus kuning hingga lebih 70%. F. TEKNOLOGI JURING GANDA PADA TEBU Budi daya tebu dengan sistem tanam juring ganda PKP 50/170 menggunakan benih ganda (double planting) mampu meningkatkan populasi tanaman 2,36 kali lipat dari sistem tanam juring tunggal dan menambah areal tanam yang kosong seluas 50% selama
Proses pembuatan HWT pada suhu 52ºC selama 30 menit (kiri) dan persemaian benih bud chip tebu pada pengujian daya kecambah (kanan)
Tanaman tebu dengan sistem tanam juring ganda
32
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Penutupan areal pertanaman tebu mulsa plastik 100% (kiri) memberikan hasil 91,83 t/ha), penutupan mulsa plastik 50% (tengah) menghasilkan 56,28 t/ha, dan tanpa penutupan mulsa plastik (kanan) hanya memberikan hasil 47,80 t/ha
4 bulan pertama pertumbuhan tebu. Areal tanam yang kosong dapat digunakan untuk budi daya tanaman pangan seperti kedelai dan kacang tanah dengan sistem tumpangsari. Areal pengembangan tebu dewasa ini 416 ribu ha. Penerapan sistem tanam juring ganda pada areal pertanaman tebu dapat menyediakan lahan seluas 208 ribu ha untuk pengembangan tanaman pangan. Perlakuan Hot Water Treatment pada Benih Tebu Perlakuan Hot Water Treatment (HWT) pada suhu 520C selama 30 menit dapat menghindarkan benih tebu dari serangan hama penggerek batang dan penggerek pucuk. Penelitian menunjukkan aplikasi perlakuan HWT ternyata efektif menurunkan tingkat
serangan hama tersebut dari 2,48% menjadi 0,52% pada pertanaman tebu varietas BL, dan dari 1,81% menjadi 1,09% pada varietas PSJK 922. Pemupukan Tebu Sistem Tanam Juring Ganda Takaran pupuk normal pada tanaman tebu adalah 60 kg Phonska + 50 kg ZA/ha). Peningkatan populasi tanaman tebu sebanyak 2,36 kali lipat menyebabkan nutrisi yang diperlukan tanaman meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk 1,4-1,6 kali dosis normal merupakan dosis optimum pada tanaman tebu dengan sistem tanam juring ganda. Dosis pemupukan tersebut mampu meningkatkan produktivitas 1621% dan hablur tanaman tebu 5,57-20,32%, dengan rendemen 9,2-10%.
Validasi Kesesuaian Tipe Masak Varietas Tebu dengan Tipologi Lahan Lahan tadah hujan bertekstur berat dengan drainase jelek sampai lancar dapat ditanami varietas tebu berdaya kepras tinggi dengan tipe masak awal tengah sampai tengah lambat. Pada lahan tadah hujan dengan tekstur ringan dan drainase jelek sampai lancar dapat ditanami varietas tebu dengan tipe masak tengah lambat, seperi varietas PS 864 (produktivitas 100-112 t/ha), Kidang Kencana (produktivitas 82 t/ha) dan Bululawang (97 t/ ha). Untuk lahan yang dapat diairi maka dapat ditanami varietas dengan tipe masak awal tengah. Varietas masak awal tengah seperti Kentung memiliki produktivitas 68,3 t/ha dengan rendemen 8,3%, sedangkan PS 862 dapat menghasilkan 152 t/ha tebu dengan rendemen 9,15%.
Hama uret terinfeksi jamur M. anisopliae di laboratorium (kiri), mikosis (tengah), dan pengujian formula jamur M. anisopliae di rumah kasa (kanan)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
33
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Formula Pupuk K Lambat Urai pada Tanaman Tebu PC Varietas BL
Formula pupuk K lambat urai
Pengendalian Hama Uret pada Tanaman Tebu Hama uret pada tanaman tebu dapat dikendalikan dengan dua cara, yaitu penggunaan mulsa plastik untuk menutup tanah dan aplikasi biopestisida. Penggunaan mulsa plastik sebagai penutup tanah paling efektif mengendalikan hama uret. Mekanisme kerja mulsa plastik mengendalikan hama uret adalah menghalangi serangga dewasa terbang atau serangga dewasa betina meletakkan telur pada
lahan. Produktivitas tebu tanpa perlakuan mulsa plastik 47,80 t/ha dan dengan mulsa plastik meningkat menjadi 91,83 t/ha. Cara lain yang efektif mengendalikan hama uret pada tanaman tebu adalah aplikasi biopestisida formula jamur Metarhiziumanisopliae yang dicampur dengan pupuk kandang. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan aplikasi formula tersebut menyebabkan tingkat mortalitas hama uret mencapai 90%.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen tebu adalah penambahan pupuk K lambat urai (slow release), formula pupuk yang dihasilkan pada tahun 2015. Empat formula pupuk K, yaitu KSRG1, KSRG2, KSRT1, dan KSRT2 diuji pada tanaman tebu PC varietas masak lambat BL dengan dosis pupuk K optimal (180 kg K2O/ha), lebih tinggi dari paket pupuk K petani (90 kg K2O/ha). Pengujian dilakukan di KP Karangploso, Malang, Jawa Timur, pada tanah Inceptisols berpengairan teknis dengan status hara K tanah rendah. Hasil pengujian menunjukkan perlakuan paket pemupukan petani dengan penambahan 90 kg K2O/ha pupuk K lambat urai berbahan baku finase berbentuk granul (KSRG2) maupun tablet (KSRT2) serta berbahan baku KCl impor berbentuk tablet (KSRT1) meningkatkan produksi dan rendemen tebu serta memberikan keuntungan tertinggi. Hasil pengujian lapang menunjukkan bahwa perlakuan paket pemupukan petani dengan penambahan 90 kg K2O/ha pupuk K slow release berbahan baku
Proses pembuatan pupuk organik dari limbah kebun kakao (kiri), pemangkasan tanaman secara rutin (tengah), dan penyarungan buah kakao dengan plastik (kanan)
34
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
finase baik berbentuk granul (KSRG2) maupun tablet (KSRT2) serta berbahan baku KCl impor berbentuk tablet (KSRT1) mampu meningkatkan produksi tebu 23-34%, hablur 29-31% serta keuntungan usahatani tebu 2931% atau Rp 44-46 juta lebih tinggi dibanding paket petani. G. TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN PERKEBUNAN Pengendalian Terpadu Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) perlu dikendalikan secara terpadu mengingat serangan hama ini bersifat komplek. Teknologi pengendalian terpadu meliputi:
(1) penanaman bibit sambung samping menggunakan klon ICCRI 07 dan Sulawesi 03, (2) pemupukan berimbang dengan memadukan pupuk kimia dan pupuk organik dengan memanfaatkan serasah daun kakao, buah kakao terinfeksi hama dan penyakit, kulit kakao dan limbah perkebunan kakao lainnya, (3) pemangkasan secara periodik dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 3-4 m, (4) panen pada saat buah masak awal dengan rotasi 1 minggu, diikuti oleh pemecahan buah segera setelah panen, kemudian kulit buah dikumpulkan dan dibenamkan dan ditimbun dengan tanah setebal 20 cm, (5) sanitasi kebun dengan cara membersihkan areal pertanaman dari daun-daun kering, tanaman tidak sehat, ranting kering, kulit buah dan gulma di sekitar tanaman, (6) penyarungan buah muda berukuran 5–8 cm dengan plastik, dapat menggunakan bekas kemasan mie instan atau bungkus makanan lainnya, dan (7) pemeliharaan predator PBK berupa semut hitam (Dolichoderus thoracicus), yang juga bermanfaat mengendalikan hama Helopeltis spp. Cara mudah pemeliharaan semut hitam adalah meletakkan sarang semut yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun kakao,
Gejala penyakit busuk buah kakao (kiri) dan produk biofungisida berbahan aktif spora jamur antagonis T. viride rakitan Balitbangtan (kanan)
kemudian diberi larutan gula merah. Pengendalian Terpadu Penyakit Busuk Buah Kakao Penyakit busuk buah kakao dapat dikendalikan dengan menerapkan teknologi berikut: (1) sanitasi kebun dengan menghilangkan sumber inokulum patogen dari kebun berupa buah yang terinfeksi Phytophthora palmivora, baik yang masih di pohon maupun yang sudah jatuh ke tanah, kulit buah limbah panen, ranting dan daun hasil pemangkasan, dengan cara membenamkan atau mendekomposisikan untuk dijadikan pupuk organik, (2) pemangkasan tanaman, (3) pemanfaatan mikroorganisme antagonis berupa jamur antagonis Trichoderma viride, (4) aplikasi fungisida nabati berupa minyak cengkeh dan serai wangi, dan (5) penggunaan asap cair dari tempurung kelapa dengan konsentrasi 0,1%. Sinergisme Insektisida Nabati untuk Pengendalian Hama Nilaparvata lugens Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida nabati merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan
Beberapa telur D. Piperis yang terparasit oleh A. Dasyni pada pertanaman lada di Bangka
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
35
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
pestisida sintetik yang terbukti telah mencemarkan lingkungan. Minyak atsiri bersifat toksik dan mempengaruhi perilaku serangga hama (bersifat repelen). Aplikasi minyak atsiri serai wangi, serai dapur, dan cengkeh dapat menekan serangga pengisap Helopeltis antonii dan menghambat hama meletakkan telur. Pencampuran beberapa minyak atsiri dapat meningkatkan daya kerja masingmasing minyak atsiri dalam mengendalikan hama. Seperti halnya H. antonii, hama N. lugens juga dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida nabati. Formula insektisida berupa campuran serai wangi dan cengkeh dengan perbandingan 1:1 pada konsentrasi 10 ml/l dapat menekan populasi telur N. Lugens. Dengan penyemprotan seminggu dua kali, formula ini menunjukkan efikasi tertinggi mencapai 70,2%. Pengendalian Hama Pengisap Buah Lada Pengisap buah lada (Dasynus piperis China) termasuk hama utama lada. Pengendalian dengan pestisida nabati diutamakan agar tidak mencemari lingkungan. Pestisida nabati dibuat dari mimba dan minyak cengkeh yang dikombinasikan dengan parasitoid Anastatus dasyni. Parasitoid A. dasyni berasal dari telur D. piperis yang terparasit
Penyakit busuk pucuk kelapa
pada pertanaman lada di Bangka. Kemudian A. dasyni dibiakkan dengan cara melekatkan telur Riptortus linearis berumur dua hari ke dalam tabung gelas pada kertas karton (pias) berukuran 1,0 cm x 5,0 cm. Pias telur R. linearis yang terparasit oleh A. dasyni diaplikasikan pada tanaman lada yang di sekitarnya ditanami gulma penghasil nektar untuk parasit. Bahan pestisida nabati terdiri atas minyak mimba dan minyak cengkeh yang diaplikasikan dengan cara disemprot pada konsentrasi 5 m/l air. Keunggulan teknik pengendalian ini adalah: (1) aplikasi pestisida nabati minyak mimba dan atau minyak cengkeh pada pertanaman lada dapat menurunkan populasi hama pengisap buah (D. piperis); (2) aplikasi parasitoid A. dasyni menurunkan populasi pengisap buah lada; dan (3) keberlanjutan populasi parasitoid A. dasyni ditentukan oleh inang penghasil nectar, yaitu Asystatus gengetica.
Pengendalian Penyakit Layu Kalimantan pada Kelapa Penyakit layu Kalimantan pada tanaman kelapa termasuk penyakit yang berbahaya. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengombinasikan teknik mekanis dengan cara bobokor dan pembersihan rumput atau gulma pada saat tanaman menunjukkan gejala pada fase 3. Pengendalian dengan teknik ini dilakukan dua kali setahun dengan dosis pupuk 0,75-1,0 kg NPK. Penyuntikan antibiotika dapat pula dilakukan pada tanaman kelapa yang tertular penyakit layu dengan gejala fase 2. Cara terkahir adalah menebang pohon kelapa yang tertular parah penyakit layu Kalimantan dan membakarnya. Pengendalian Penyakit Busuk Pucuk Kelapa Pengendalian penyakit busuk pucuk kelapa (phythoptora) dapat dilakukan secara mekanis
Kelapa tertular penyakit layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2 dari kiri), dan pembakaran batang kelapa yang baru ditebang
36
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
sebagai berikut: (1) menebang tanaman yang tertular penyakit busuk pucuk, dan membakarnya hingga habis; (2) memanen buah kelapa yang tertular penyakit dan dimusnahkan dengan cara membakar; (3) membersihkan tanaman sehat dan dipupuk dengan NPK 1 kg untuk tanaman dewasa dan tanaman muda 0,250,5 g/pohon dengan interval 6 bulan selama 1 tahun. Keunggulan teknologi ini dari teknologi pengendalian sebelumnya adalah murah dan dapat dilakukan sendiri oleh petani pada saat panen. Tanaman dan kebun menjadi bersih dari rumput atau gulma, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan dan vektornya tidak berkembang. H. TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN PAKAN TERNAK Identifikasi Sumber Daya Genetik Tanaman Pakan Ternak Lokal Tanaman pakan ternak (TPT) lokal memerlukan penanganan serius agar tidak punah. TPT lokal beradaptasi secara alami dengan kondisi iklim di Indonesia. Identifikasi terhadap morfologi dan produksi TPT telah dilaksanakan di beberapa kabupaten di Sumatera Utara, khususnya di daerah yang
ternaungi di Sei Putih. Empat spesies TPT lokal yang ditanam pada lahan yang ternaungi menunjukkan pertumbuhan cukup baik. Pemanenan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur dua bulan. Hasil tertinggi diperoleh di Kab. Karo dengan rata-rata 402,5 g/m2, diikuti Stenotaphrum secundatum (143,8 g/m2), Cyrtococcum oxyphilum (111,3 g/m2). dan Polisciaci fruticosa (46,9 g/ m2). Pemanfaatan Pakan Lokal untuk Kambing Tanaman pakan ternak (TPT) lokal yang dikembangkan pada tahun 2015 di beberapa kabupaten di Sumatera Utara adalah bunga putih (Clibadium surinamense (L.), bunga hirang (Thitonia diversifolia), kembang sepatu (Hibiscus rosaniensis), dan Polycsiaci fruticosa (L.) Harms. Hasil penelitian menunjukkan TPT lokal tersebut dapat tumbuh baik, kecuali P. fruticosa yang hanya tumbuh baik dalam kondisi ternaungi. Keempat spesies tanaman pakan tersebut dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan bagi ternak kambing Boerka yang sedang tumbuh.
Indigofera sebagai sumber produksi benih, dengan tahapan: (1) seleksi benih berkualitas (warna cokelat kekuningan dengan permukaan mulus), (2) persemaian pada tanah yang gembur dan ditutup dengan naungan, (3) perawatan bibit, (4) seleksi sumber benih dengan memperhatikan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman 20 cm), jumlah tangkai daun (5 tangkai), warnanya hijau muda, mulus dan cerah, dan tidak cacat (tidak patah pucuk dan bebas hama), (5) perawatan pohon induk Indigofera berupa penyiangan, pemberian fosfat alam 250 kg/ha dan biofosfat 1 kg/ha, serta pupuk kandang 20 t/ ha, pemupukan dua kali setahun, (6) pengendalian hama penyakit, dan (7) panen benih dilakukan pada tanaman induk yang sudah berumur 11 bulan. Benih yang sudah tua ditandai oleh polong kelihatan cokelat dan menghitam, selanjutnya dijemur hingga kering di bawah sinar matahari selama 3 hari, lalu ditumbuk menggunakan alu dan diayak untuk memisahkan polong dengan bijinya.
Perbanyakan Benih Indigofera untuk Pakan Indigofera merupakan tanaman legum yang memiliki nutrisi cukup tinggi dan potensial sebagai sumber pakan ternak. Permintaan akan benih Indigofera terus meningkat setiap tahun, baik dari kalangan peneliti, petani, maupun pengusaha dan instansi pemerintah.
Bibit Indigofera yang siap ditanam sebagai sumber benih
Saat ini telah dilakukan perbanyakan tanaman induk
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
37
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Perbanyakan Tanaman Pakan Ternak Nusa Tenggara Timur merupakan sentra pengembangan ternak, terutama sapi. Masalah yang dihadapi peternak adalah tidak memadainya pakan bernutrisi. Untuk memenuhi kebutuhan pakan bernutrisi bagi ternak telah diteliti potensi tanaman pakan ternak (TPT) di NTT pada tahun 2015 di NTT. Empat jenis TPT leguminosa yang diteliti meliputi Clitoria ternate cv. Millgarra, Pueraria javanica, Centrosema pascuorum cv. Bundey, dan Vigna luteola, ditanam pada petak berukuran 5 m x 5 m, jarak tanam 0,75 x 0,75 m, jarak antar petak 1,0 m, ditanam dua biji per lubang dan setelah tumbuh ditinggalkan satu tanaman/rumpun. Perlakuan dengan lanjaran vs nonlanjaran, kecuali V. luteola (pertumbuhan tidak memanjat) dan P. javanica (tanpa lanjaran). Hasil penelitian menunjukkan daya tumbuh TPT leguminosa ini tinggi, berkisar 86-100%, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Produksi benih TPT leguminosa pada agroekosistem di NTT sangat mendukung. Pemurnian benih mempengaruhi daya tumbuh dan kualitas TPT. Penggunaan lanjaran pada tanaman belum menunjukkan peningkatan produksi biji.
dan merupakan reemerging infectious disease pada hewan dan manusia. Diagnosis dilakukan berdasarkan uji serologis dengan Microscopic Agglutination Test (MAT) karena isolasi agen penyakit sulit dilakukan. Sulitnya uji MAT menyebabkan kejadian Leptospirosis di lapangan sulit dideteksi, dan untuk mengatasi kendala tersebut dilakukan penelitian untuk menghasilkan ELISA menggunakan protein rekombinan LipL32 (rLipL32). ELISA rLipL32 aman dan mudah didiagnosis di laboratorium karena tidak menggunakan bakteri hidup yang infeksius. Selain itu, sifat conserve protein LipL32 memungkinkan ELISA rLipL32 digunakan untuk screening penyakit Leptospirosis oleh berbagai serovar. Dari penelitian ini telah dihasilkan protein rLipL32 yang mampu mendeteksi serum sapi positif MAT serovar Hardjo, dan serum antiprotein rLipL32 yang mampu mengenali LipL32 dari whole cell Leptospira serovar australis, canicola, pomona, ballum, rachmati dan bataviae. Optimasi dan validasi ELISA rLipL32 untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas relatif terhadap MAT dilakukan untuk memperoleh
ELISA rLipL32 yang cepat, mudah, dan akurat sebagai alat deteksi penyakit Leptospirosis pada sapi. Kit ELISA untuk Penyakit Surra
Deteksi
Kit ELISA ini digunakan untuk mendeteksi antibodi IgG maupun IgM pada hewan terinfeksi penyakit surra Trypanosoma evansi dalam serum hewan atau plasma. Hewan yang peka penyakit ini adalah kuda, kerbau, dan unta. Hewan lain seperti ruminansia kecil, anjing, babi, dan satwa liar juga dapat terinfeksi. Kit pendeteksi penyakit surra ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi hingga 94,6% dengan sensitivitas 93,1%, dan spesivisitas 98,2%.
I. TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT TERNAK Validasi ELISA Lipl32 untuk Diagnosa Leptospirosis Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans, yang terdiri dari beberapa serovar 38
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Teknologi Produksi Berkelanjutan
Kit Aglutinasi untuk Deteksi Toksoplasma Kit uji To-MAT merupakan alat pendeteksi antibodi terhadap Toxoplasma gondii, dan memiliki dua varian, yaitu Red To-MAT untuk mendeteksi antibodi pada kasus akut dan kronis Toxoplasmosis dan Blue ToMAT untuk mendeteksi kasus akut Toxoplasmosis. Kedua varian ini dapat digunakan untuk berbagai spesies hewan dan manusia (multispesies). Kit dapat diaplikasikan dengan mudah pada laboratorium sederhana dengan kemampuan pembedaan infeksi akut dan kronis. Kit To-MAT juga memiliki akurasi uji 94,9% dengan sensitivitas 98,5% dan spesifisitas 86,2%. Vaksin AI Bivalen Avian Influenza (flu burung) merupakan penyakit unggas
berbahaya. Balitbangtan telah menghasilkan AI bivalen yang merupakan vaksin inaktif untuk pengendalian penyakit flu burung pada unggas. Vaksin ini dibuat menggunakan isolat lokal (seed vaksin). Aplikasi vaksin AI bivalen memberi perlindungan pada unggas dari gejala klinis dan kematian serta menghentikan shedding virus pada unggas (ayam) yang terinfeksi virus AI H5N1 clade 2.3.2 dan H5N1 clade 2.1.3. Tanaman Herbal Sebagai Obat Cacing pada Sapi Penggunaan antelmintik yang berlebihan menyebabkan resistensi pada anak sapi dan ruminansia kecil. Salah satu alternatif pengendalian resistensi cacing nematoda pada anak sapi menggunakan obat herbal yang aman dan efektif. Untuk mengetahui tanaman herbal
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
yang efektif sebagai obat cacing nematoda pada sapi telah dilakukan. Sepuluh bahan herbal yang diteliti adalah daun singkong, daun pepaya, daun katuk, buah mengkudu, pinang, biji pare, biji alpukat, temu putih, bawang putih, dan gambir. Penelitian dilakukan melalui uji screening secara in-vitro dengan konsentrasi 1%; 2,5%; dan 5%, dengan lima ulangan masing-masing dengan perlakuan perendaman selama 2, 4, dan 6 jam. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas tanaman herbal dalam menekan daya tetas telur cacing nematoda. Hasil screening menunjukkan empat tanaman herbal yang efektif digunakan untuk menekan daya tetas telur cacing nematoda, yaitu biji alpukat, biji pare, temu putih, dan pinang. Artinya, keempat tanaman herbal ini potensian dijadikan sebagai obat cacing nematoda pada sapi.
39
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
Modernisasi usahatani melalui mekanisasi pertanian, pengolahan pascapanen serta pengolahan hasil produksi pertanian merupakan upaya yang dapat diaplikasikan untuk menjawab tantangan global. Era globalisasi telah membawa dinamika baru dalam pembangunan pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian yang berkualitas secara cepat dan efisien. Masalah penurunan jumlah tenaga kerja pertanian serta kestabilan kualitas hasil produksi dan olahan hasil pertanian adalah kendala utama yang perlu mendapat perhatian khusus. Melalui inovasi mekanisasi, pascapanen dan pengolahan hasil pertanian, Balitbangtan mencoba untuk menjawab tantangan tersebut. A. ALAT DAN MESIN PERTANIAN Mesin Tanam Padi Jajar Legowo Tipe Mini
M
asalah kelangkaan tenaga kerja pertanian terutama tenaga tanam dapat menyebabkan keterlambatan waktu tanam. Masalah kelangkaan tenaga
Mesin pengolah tanah tipe amfibi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
41
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
tanam pada lahan sawah dataran rendah dapat diatasi dengan introduksi mesin tanam padi jajar legowo 2:1 atau sejenisnya. Namun mesin tanam ini sulit dioperasikan pada lahan sawah berbukit atau lahan terasering, terutama karena terbatasnya gerakan mesin pada saat beroperasi pada lahan sempit, dan kesulitan memindahkan mesin dari petak yang satu ke petak lainnya karena dimensi dan bobot mesin yang cukup besar dan berat. Mesin tanam padi tipe mini ini direkayasa untuk tanam pindah bibit padi mengikuti sistem tanam jajar legowo 2:1 pada lahan sempit dan berbukit. Mesin dioperasikan oleh dua orang operator, satu orang sebagai operator mesin dan satu orang menyiapkan bibit yang akan ditanam. Bobot mesin 90 kg, lebar kerja 86 cm, dan kapasitas kerja 11 jam/ha. Mesin Panen Jagung Tipe Kombinasi Balitbangtan telah mengembangkan mesin pemanen jagung (combine corn harvester) yang merupakan modifikasi (reverse engineering) mesin pemanen padi dengan mengubah bagian-bagian utama yang mempengaruhi kinerja mesin dan disesuaikan dengan karakteristik tanaman jagung. Bagian-bagian utama yang diubah meliputi penambahan pisau statis, bagian pengarah (header), sistem perontokan, dan pemisah atau pembersihan. Mesin pemanen ini dapat memanen jagung dan padi, merontok, membersihkan dan mengarungkan dalam satu kali proses pemanenan. Mesin menggunakan roda 42
Mesin panen jagung tipe kombinasi
krepyak (crawler) dari karet yang dapat dioprasikan pada lahan agak basah maupun lahan kering. Mesin digerakkan oleh motor diesel 43 HP, dan dilengkapi dengan rangkaian pisau potong, pengarah, perontok dan ayakan yang dapat disetel untuk merontok jagung maupun padi. Bobot mesin 2.150 kg dan lebar kerja 160 cm dengan tiga baris tanaman jagung. Kapasitas kerjanya 6-7 jam/ha, dengan tingkat kehilangan hasil kurang 3%. Mesin panen jagung tipe kombinasi telah dilaunching oleh Menteri Pertanian pada 23 Juni 2016 di Kebun Percobaan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian dan sudah didaftarkan ke Ditjen HaKI untuk mendapatkan patent. Untuk produksi massal, mesin tersebut dilisensi perusahaan swasta dan diproduksi dengan merk Crown Model CMK 1600. Rota-Tanam Mesin
Rota-Tanam
dapat
Mesin tanam padi jajar legowo tipe mini
digunakan untuk mengolah tanah, menanam biji-bijian (jagung dan kedelai) dan aplikasi pupuk cair secara bersamaan (terintegrasi). Mesin berbobot 2,2 ton ini memiliki kapasitas kerja 5-6 jam/Ha. Dimensi mesin 4,9 x 1,9 x 2,7 m dan dapat digunakan untuk mengolah tanah dengan kedalaman 15-20 cm. Selain itu, alat ini juga mampu mencacah, mengaduk dan membenamkan sisa tanaman ke dalam tanah, sehingga lebih cepat lapuk dan humus dalam tanah. Mesin Panen Multikomoditas (Padi dan Jagung) Mesin panen multikomoditas dapat digunakan untuk memanen jagung dan padi. Mesin ini menggunakan roda krepyak (crawler) dari karet yang dapat digunakan untuk lahan agak basah maupun lahan kering. Mesin menggunakan motor diesel
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
43 HP sebagai penggerak serta dilengkapi dengan rangkaian pisau potong, pengarah, perontok dan ayakan yang dapat disetel untuk merontok jagung maupun padi. Mesin ini mempunyai bobot 2,15 ton, lebar kerja 160 cm dengan tiga baris pemotongan tanaman jagung. Kapasitas kerja mencapai 3-4 jam/ha, dengan tingkat kehilangan hasil (susut hasil) < 3 %. Mesin Pengolah Tanah Tipe Amfibi Mesin pengolah tanah tipe amfibi (rotavator) merupakan traktor pertanian dengan roda tipe krapyak (crawler), berbahan karet dan gardan tunggal (2WD). Mesin berdaya gerak sendiri, motor penggerak menjadi satu dengan sistem transmisi, difrensial gears, dan poros roda depan. Mesin berupa motor diesel 48 kw (64 Hp) yang berfungsi sebagai penyedia gaya tarik dan gaya putar (torsi) pada PTO. Mesin dilengkapi dengan unit dekomposer yang dapat berfungsi untuk aplikasi dekomposer cair maupun pupuk cair. Rotari dilengkapi dengan pisau pencacah untuk pengolahan tanah, yang berfungsi mencacah sisa-sisa tanaman setelah panen, sehingga lebih mudah tercampur dan terbenam ke dalam tanah. Gulma dan sisa tanaman yang
Rota-Tanam
Mesin Panen Multi Komoditas (padi dan jagung)
terbenam ke lapisan tanah akan membusuk dan menjadi pupuk organik.
B. INOVASI PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
Pengolahan tanah dengan rotari merupakan cara terbaik karena dapat mengolah tanah dengan sempurna dan menekan pertumbuhan gulma. Mesin ini dapat dioperasikan di lahan basah maupun lahan kering. Keunggulan mesin ini di lahan kering adalah dapat mengurangi pemadatan tanah. Untuk mempercepat proses pelapukan sisa tanaman, mesin dilengkapi dengan unit dekomposer yang berjalan bersamaan dengan beroperasinya traktor. Unit dekomposer ini juga dapat digunakan untuk aplikasi pupuk cair. Kapasitas mesin ini untuk pengolahan tanah 3-5 jam/ ha, bergantung pada kondisi lahan dan keterampilan operator. Mesin pengolah tanah tipe amfibi ini telah didaftarkan ke Ditjen HaKI untuk mendapatkan patent dan sudah dilisensi oleh perusahaan swasta untuk pengembangan lebih lanjut.
Teknologi Nano (1) Nano biosilika dari sekam untuk pupuk tanaman padi Kebutuhan silika untuk tanaman padi sangat tinggi karena tanaman menyerap 100-300 kg/ha silika. Semakin intensif penanaman padi (2-3 kali setahun), semakin terkuras silika di dalam tanah jika tidak diimbangi dengan pemupukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Balitbangtan telah menghasilkan teknologi produksi biosilika dari sekam yang merupakan limbah penggilingan padi dengan metode sol-gel. Hasil penelitian menunjukkan rendemen biosilika yang dihasilkan dengan pelarut NaOH lebih tinggi dari pelarut KOH. Hasil penelitian juga
Produk nanobiosilika dari sekam padi dan aplikasinya di sawah
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
43
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
A
B
C
D
Kondisi cabai merah keriting setelah disimpan 14 hari: (A) disimpan pada suhu 28-30°C, tanpa coating; (B) dismpan pada suhu 28-30°C, dengan coating; (C) disimpan pada suhu 22-24°C, tanpa coating; dan (D) dismpan pada suhu 2224°C, dengan coating
mengkonfirmasi bahwa biosilika dari sekam padi sudah berstruktur nano (nano biosilika). Produk nano biosilika yang dihasilkan berupa serbuk putih dengan rendemen ±12% dari sekam padi atau ±62% dari abu sekam padi, dengan kandungan silika mencapai 93%. Tanaman padi yang diberi nano biosilika memiliki batang yang kuat dan tahan rebah, anakan produktif lebih banyak, vigor yang lebih kokoh, tahan hama penyakit, produktivitas meningkat hingga 15% per ha dibandingkan tanpa nano biosilika. (2) Aplikasi nano-coating dan kemasan untuk memperpanjang masa simpan cabai Cabai merupakan komoditas hortikultura yang mudah rusak selama penyimpanan, terutama berupa pelayuan, pengkerutan (keriput), dan pembusukan oleh
jamur dan penyakit. Pelayuan dan pengkerutan disebabkan oleh hilangnya air dari dalam jaringan kulit cabai selama penyimpanan karena masih belangsungnya aktivitas respirasi setelah panen. Aplikasi edible coating bertujuan untuk memberikan penghalang transfer uap air, gas (O2 dan CO2), komponen aroma dan zat terlarut lainnya, sehingga masa simpan cabai dapat diperpanjang. Nanocoating juga berfungsi sebagai pembawa bahan aktif seperti antimikroba untuk mencegah kerusakan akibat jamur dan penyakit. Permasalahan dalam aplikasi nano-coating pada cabai adalah sifat permukaan cabai yang tidak mudah terbasahi. Formula yang dihasilkan mengandung bahan berbasis asam lemak (asam oleat) yang memiliki sifat lubrikasi (lubricating properties),
Produk cokelat granul instan dengan enrichment nano nutrien
44
sehingga dapat menyelimuti dan membawa bahan lainnya untuk menempel pada permukaan cabai. Bahan aktif berupa antimikroba alami berbasis minyak atsiri (minyak kayu manis dan minyak serai wangi) ditambahkan melalui proses nano emulsifikasi. Aplikasi pada cabai keriting bersamaan dengan aplikasi kemasan kantung plastik polietilen (luas area 20 x 25 cm2, ketebalan 0,3 mm), dan berlubang 30 (diameter lubang 5 mm) untuk memperlambat proses penguapan selama respirasi pada ruang penyimpanan. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang (suhu dalam kemasan 28-30°C dan RH 79-81%) dan pada suhu AC (suhu dalam
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
Produk berasan jagung yang dipromosikan di Desa Manusak, Kupang, NTT
kemasan 22-24°C dan RH 8894%). Perlakuan coating dan penyimpanan dalam kantung plastik pada suhu AC dapat menekan kerusakan cabai selama 14 hari dengan tingkat kerusakan 44,4%, sedangkan penyimpanan pada suhu kamar menyebabkan kerusakan cabai hingga 75%. Pada cabai tanpa perlakuan, penyimpanan pada suhu AC menyebabkan kerusakan 63,7% dan penyimpanan pada suhu kamar menyebabkan kerusakan 98%. (3) Formula minuman cokelat granul instan dengan enrichment nano nutrien (nano vitamin A, Fe, dan asam folat) Produk kakao berpeluang besar dikembangkan karena memiliki flavor yang menyenangkan. Minuman cokelat granul instan yang diolah dari kakao bubuk merupakan produk yang digemari konsumen dan proses pembuatannya mudah. Produk
ini sangat sesuai diproduksi pada skala UKM untuk memberikan nilai tambah bagi kakao. Balitbangtan telah menghasilkan produk kakao berbasis nano (nano vitamin A, zat besi, dan asam folat) yang memiliki sifat bioavailabilitas tinggi. Aplikasi teknologi nano pada minuman cokelat granul instan dapat meningkatkan sifat fungsional, sekaligus meningkatkan nilai tambah dan daya saingnya. Produk cokelat granul instan diformulasi dari bubuk kakao (kadar lemak 21,9%) dengan gula (gula pasir halus dan gula cair inversi), lesitin, susu full cream, CMC, nano nutrien, penguat aroma dan diproses dengan cara granulasi. Produk cokelat granul instan memiliki sifat instan, yaitu solubility 78,74%, flowability 23,99%, dan wettability 5,75 menit. Produk cokelat granul instan larut dalam air dingin, tidak meninggalkan endapan atau ampas, dan mengandung nano enkapsulat vitamin A, Fe, dan folat.
Sortasi biji kakao (kiri), penambahan agens fermentasi pada biji kakao yang telah direhidrasi (tengah), dan biji kakao yang telah siap difermentasi (kanan)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Simpan Produk Pertanian (1) Teknologi minimal proses bawang merah Titik kritis penanganan pascapanen bawang merah terutama terjadi pada saat musim hujan, tahap pengeringan daun/ pelayuan, dan pengeringan umbi. Balitbangtan telah menghasilkan teknologi instore drying yang memungkinkan bawang merah dapat disimpan lebih lama. Alternatif lain yang cukup prospektif untuk mengatasi permasalahan bawang merah adalah mengawetkan dan mengolah bawang merah menggunakan teknologi minimal proses untuk produk bawang merah utuh, bawang merah iris, dan pasta bawang merah. Bawang merah utuh adalah tanpa kulit, diawetkan dengan media larutan garam. Bawang merah utuh memiliki rendemen hingga 80%, dengan masa simpan sekitar dua bulan pada suhu ruang dan lebih dari 6 bulan pada suhu dingin. Umur simpan ini masih bisa diperpanjang dengan perbaikan teknologi sterilisasi menggunakan retort. Bawang merah utuh memiliki rasa dan aroma yang kuat dengan tekstur yang crunchy. Bawang merah utuh mengandung energi 50,63 45
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
Fermentor berbentuk rotary drum dengan kapasitas 100 kg biji kakao kering
kkal, karbohidrat 10,92%, protein 1,56%, dan lemak 0,07%. Bawang merah iris adalah bawang dalam bentuk irisan, yang diawetkan dengan media larutan garam. Bawang merah iris memiliki rendemen hingga 80%, dengan masa simpan sekitar dua bulan pada suhu ruang dan lebih dari 6 bulan pada suhu dingin. Bawang merah iris memiliki rasa dan aroma yang kuat dengan tekstur yang crunchy. Bawang merah iris mengandung energi 50,66 kkal, karbohidrat 10,72%, protein 1,67%, lemak 0,12%. Pasta bawang merupakan produk intermediet yang dapat digunakan langsung sebagai bumbu atau dicampur dengan bumbu masak lainnya. Pasta bawang merah memiliki rendemen 75-80%, dengan masa simpan produk sekitar dua bulan pada suhu ruang dan lebih 6 bulan pada suhu dingin. Umur simpan pasta bawang masih bisa diperpanjang dengan teknologi sterilisasi menggunakan retort. Pasta bawang juga memiliki rasa dan aroma yang kuat, mengandung energi 49,8 kkal, karbohidrat 10,35%, protein 1,95%, lemak 0,06%, dan antioksidan 36,05 ppm. 46
Penambahan agens fermentasi pada kopi pulper basah (kiri), dan pengukuran pH dan suhu awal sebelum biji kopi difermentasi (kanan)
(2) Teknologi produksi beras jagung grit dan berasan jagung pratanak Teknologi produksi beras jagung grit dan beras jagung pratanak mendukung program pemenuhan kebutuhan pangan pokok sumber karbohidrat nonberas, ketahanan pangan, dan meningkatkan nilai tambah bagi petani jagung maupun pengusaha produk pangan berbasis jagung. Pengembangan produk ini dalam jangka panjang diharapkan dapat mendukung program swasembada dan meneka impor jagung. Beras jagung grit original merupakan produk olahan jagung yang dibuat tanpa proses fermentasi dan perebusan, hanya melalui proses penyosohan dan pengayakan. Beras jagung pratanak adalah produk olahan jagung yang dimodifikasi melalui proses fermentasi dengan starter mikroba dengan cara perendaman selama 20 jam, dilanjutkan dengan proses pengeringan. Beras jagung premium dihasilkan melalui fermentasi spontan dengan perlakuan perendaman selama 20 jam, dan dilanjutkan dengan proses pengeringan. Beras jagung nonfermentasi diolah melalui proses pengukusan selama 1 jam,
kemudian dilanjutkan pengeringan.
dengan
Uji preferensi tiga produk beras jagung telah dilakukan dengan melibatkan 100 panelis di NTT. Panelis sudah terbiasa mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Uji preferensi bertujuan untuk menentukan beras jagung yang disukai untuk dikembangkan lebih lanjut. Penanganan Segar Produk Pertanian (1) Teknologi fermentasi kakao kering
biji
Fermentasi biji kakao kering dapat dilakukan dengan cara merehidrasi biji menggunakan air hangat suhu 40°C selama ±10 menit, dilanjutkan dengan proses fermentasi selama 5 hari menggunakan Saccharomyces cerevisiae 1,5% dari bobot biji. Biji kakao kering yang diperoleh memiliki kadar air 7,4% dengan jumlah biji 82 biji/100 g, termasuk kategori mutu A sesuai SNI 012323-2008. Untuk mempermudah proses fermentasi biji kakao telah dirancang fermentor berbentuk rotary drum dengan kapasitas
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Mekanisasi, Pascapanen, dan Pengolahan Hasil
Proses penanganan pascapanen biji pala, penjemuran, dan pengemasan
± 100 kg biji kakao kering. Fermentasi biji kakao kering selama 5 hari dengan kombinasi starter fermentasi dan rotary drum menghasilkan indeks fermentasi ≥ 1. Senyawa flavor yang terdeteksi pada biji kakao kering hasil fermentasi adalah pirazin, keton, aldehid, alkohol, asam, dan piron. Keunggulan fermentor ini dapat meringankan beban kerja karena proses pembalikan biji kakao selama fermentasi berlangsung secara otomatis. (2) Pemanfaatan mikroba untuk meningkatkan cita rasa kopi Penggunaan Saccharomyces cerevisiae 200 g pada 10 kg kopi Arabika pulper basah dan difermentasi selama 10 jam menghasilkan kopi dengan cita rasa tinggi, skor 84,9 dengan cita rasa khas berupa caramelly, spicy, floral dan sweet. Secara fisik, kopi yang dihasilkan dari perlakuan ini menghasilkan biji kopi beras dengan kadar air 9,4% dengan cacat 11,80, atau sudah masuk katagori mutu 2 menurut SNI 01-2907-2008. Proses fermentasi ini lebih cepat dibanding fermentasi konvensional yang membutuhkan waktu 12-36 jam.
(3) Teknologi penanganan pascapanen lada hitam Penanganan lada hitam dapat dilakukan dengan metode blanching. Keunggulan metode ini dibanding metode konvensional atau tanpa blanching adalah warna lada lebih hitam gelap, mengkilat dan merata, waktu pengeringan lebih cepat, dan aroma lebih tajam. Cara terbaik untuk menghasilkan rendemen lada hitam tertinggi (40%) yaitu melalui blanching pada suhu 85oC selama 2,5 menit. Untuk mendapatkan kadar minyak atsiri tertinggi adalah melalui blanching pada suhu 90oC selama 1,5 menit. Pada suhu blanching yang tinggi dan dengan blanching yang semakin turun kadar minyak lada.
polietilen, polipropilen atau aluminium foil, disimpan pada suhu 20-300C. Setelah disimpan selama 4 bulan, kandungan aflatoksin pada biji < 9,94 µg/ kg, terdiri atas aflatoksin jenis B1 < 3,86 µg/kg, B2 <1,11 µg/ kg, G1< 3,86 µg/kg, dan G2 < 1,11 µg/kg.
(4) Teknologi penyimpanan biji pala
Masing-masing tipe kemasan memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan kemasan aluminium foil dapat penurunan kadar air paling tinggi. Penggunaan kemasan polietilen dengan suhu ruang simpan 200C mengakibatkan kadar minyak atsiri meningkat, sedangkan kemasan aluminium foil dengan suhu ruang simpan 30 0C menurunkan kadar minyak atsiri. Penggunaan kemasan polypropylene pada suhu ruang simpan 20-300C meningkatkan kadar oleoresin.
Biji pala yang disimpan dalam waktu lama akan mengalami penurunan kualitas. Penggunaan kemasan yang baik dan disimpan pada suhu yang sesuai dapat memperpanjang daya simpan biji pala. Kemasan penyimpan yang dianjurkan adalah plastik
Lama penyimpanan mempengaruhi kadar oleoresin biji pala kupas. Pada perlakuan penyimpanan 1-3 bulan, kadar oleoresin biji pala sekitar 18%, dan pada perlakuan penyimpanan 4 bulan menurun menjadi 11,80%.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
47
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi
Masalah pembangunan pertanian semakin kompleks seiring dengan globalisasi ekonomi dan perubahan lingkungan strategis. Mengacu kepada kompleksitas permasalahan tersebut, sasaran penyusunan rekomendasi kebijakan pertanian Balitbangtan adalah penyiapan hasil analisis dan rancangan inovasi kebijakan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi perumusan kebijakan di tingkat Kementerian Pertanian, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif. Dengan fokus rekomendasi pada bidang kelembagaan pertanian, efisiensi rantai pasok komoditas pertanian, subtitusi impor dan ekspor, diversifikasi pangan dan indikator kesejahteraan petani Balitbangtan berharap akan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan keberhasilan pembangunan pertanian Indonesia. A. KELEMBAGAAN PEMBIAYAAN DAN PEMANFAATAN ALAT MESIN PERTANIAN Sistem Resi Gudang Sebagai Sumber Pembiayaan
S
istem Resi Gudang (SRG) dapat diimplementasikan di lapangan dan berpotensi memberikan keuntungan
bagi para pelaku, terutama petani sebagai sasaran akhir sistem. Sosialisasi materi dan manfaat pengembangan SRG secara operasional masih harus diintensifkan dalam satu koordinasi di daerah maupun di pusat. Dukungan kebijakan anggaran yang mengacu pada kegiatan yang terkait dengan sosialisasi dan koordinasi pengembangan SRG menjadi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
penting untuk dirumuskan oleh institusi terkait. Masih diperlukan dukungan sarana dan prasarana teknis dalam penanganan panen dan pascapanen yang dapat mendorong peningkatan kualitas produk sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam ketentuan SRG. Penumbuhan jasa pengelolaan produk pada saat panen hingga pascapanen dapat 49
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi
disinergikan dengan peran dan kegiatan kelompok tani, koperasi atau Gapoktan dalam upaya pengembangan SRG. Penyediaan jasa sarana pengelolaan produk berpeluang direalisasikan oleh swasta lokal atau BUMN, selain pengelola SRG dengan memanfaatkan paket sarana yang dibangun di lokasi gudang SRG. Pengembangan Agribisnis Padi Berbasis Alat-Mesin Pertanian Salah satu faktor pendukung pengembangan sistem agribisnis padi skala komersial adalah pemanfaatan alat-mesin pertanian. Dalam hal ini ada tiga alat-mesin pertanian yang penting sesuai prioritas, yaitu traktor, combine harvester, dan transplanter. Sesuai dengan kondisi setempat, pompa irigasi juga perlu diperhitungkan. Pengembangan model kelembagaan pengelolaan alat-mesin pertanian dalam agribisnis komoditas padi skala komersial perlu diintegrasikan dengan berbagai subsistem dari kelembagaan ekonomi yang telah ada untuk dapat bekerja secara sinergis. Subsistem dimaksud meliputi: (i) pelayanan jasa alat-mesin pertanian dalam bentuk kelembagaan kelompok UPJA; (ii) penyediaan alat-mesin pertanian, suku cadang, dan pelayanan perbaikan dalam bentuk kelembagaan produsen alat-mesin, usaha perbengkelan dan sebagainya; (iii) pengguna jasa alat-mesin pertanian dalam bentuk
50
kelembagaan usahatani, petani/ kelompok tani, dan Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A); (iv) permodalan dan pendanaan dalam bentuk kelembagaan perbankan atau lembaga keuangan nonbank; dan (v) pembinaan dan pengendalian berupa kelembagaan aparatur pemerintah dan kelembagaan penyuluh.
pengembangan Bulog Ditribution Management System (BDMS), terutama untuk daging sapi dan daging kerbau impor; (2) pengembangan pola distribusi dan tata niaga kontrak kerja sama jual-beli; dan (3) pengembangan pola Toko Tani Indonesia (TTI), terutama di sentra produksi.
B. KEBIJAKAN PENINGKATAN EFISIENSI RANTAI PASOK KOMODITAS PERTANIAN
Kebijakan yang dipandang relevan untuk stabilisasi harga daging sapi, khususnya di DKI Jakarta dan Jawa Barat, adalah: Pertama, percepatan peningkatan produksi sapi domestik dengan pengembangan industri pem-bibitan dan pakan ternak berbahan baku lokal. Kedua, revitalisasi pasar hewan dengan sistem informasi pasar yang transparan dan penggunaan sistem timbang. Ketiga, peningkatan
Opsi Kebijakan Tata Niaga Bawang Merah Fenomena bawang merah di pasaran berkaitan dengan empat masalah, yaitu: (1) harga tinggi dan terus meningkat, (2) lemahnya manajemen produksi, (3) tata niaga yang mengarah ke oligopsoni, dan (4) margin harga di tingkat produsen dan konsumen. Beberapa opsi kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut dapat diimplementasi secara simultan melalui: (1) penguatan sistem perbenihan, (2) peningkatan mutu produksi, (4) pengembangan bawang merah di luar sentra produksi, dan (5) pengelolaan manajemen stok dan pemasaran bawang. Opsi Kebijakan Tataniaga Daging Sapi Kebijakan yang relevan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi tata niaga ternak dan daging sapi adalah: (1)
efektivitas dan efisensi tata niaga ternak dan daging sapi dari sentra produksi ke pusat-pusat konsumsi melalui Tol Laut Kapal Camara Nusantara I. Dalam hal ini, lima unit kapal ternak yang akan dialokasikan untuk NTT (3 unit), NTB (1 unit) dan Bali (1 unit) diperkirakan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi tata niaga ternak sapi. Namun agar tidak terjadi pengurasan sapi lokal asal NTT disarankan pedagang pengirim juga melakukan usaha pembibitan dan budi daya ternak melalui pola kemitraan usaha. Kelima, penerapan kebijakan harga referensi daging sapi secara
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi
tepat dan diperbarui setiap tahun. Keenam, kebijakan impor yang tepat untuk menutupi kekurangan pasokan daging dari sapi domestik, sehingga tetap ada insentif bagi peternak untuk meningkatkan produktiivitas sapi lokal. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Antarpulau Perdagangan antarpulau merupakan salah satu upaya untuk pemerataan distribusi komoditas pertanian agar dapat diakses dengan harga terjangkau oleh konsumen. Penggunaan konsep kointegrasi pada analisis transmisi harga dengan metode Error Correction Method (ECM) dan ECT dapat disimpulkan bahwa keterkaitan harga antarpasar untuk masingmasing komoditas beras, bawang merah, dan cabai merah dengan derajat integrasi pasar relatif sempurna. Dalam jangka pendek, harga gabah kering panen (GKP) dapat menjelaskan harga beras medium. Harga bawang merah dan cabai merah besar di pasar Semarang masih menjadi penjelas harga komoditas di pasar lainnya. Sementara harga cabai merah keriting di pasar Padang nyata menjelaskan variasi harga cabai merah keriting di pasar lain.
hambatan teknis perdagangan yang disyaratkan oleh suatu negara untuk diwujudkan dalam bentuk penerapan standar perdagangan. Menghadapi persaingan dan upaya merebut pasar regional, Indonesia berupaya meningkatkan standar mutu produk pertanian. Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar mutu budi daya dan produk pertanian, baik produk segar maupun produk olahan, terutama komoditas pangan strategis tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kebijakan Peningkatan Produksi Kakao Dengan mempelajari kebijakan dan program yang telah dilakukan, terutama Gernas Kakao, upaya pengembangan perkebunan kakao rakyat secara berkelanjutan dapat dilakukan melalui: (a) perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman; (b) intensifikasi budi daya; (c) pemberdayaan petani kakao dalam budi daya, panen, dan pengolahan hasil; (d) peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh dan pendamping petani kakao; (e) pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan petani; (f) pengembangan kemitraan antara kelompok tani dan pengusaha
pengolah kakao dengan prinsip saling bergantung dan saling menguntungkan; (g) fasilitasi bagi investasi usaha perkebunan kakao, dan (h) pengembangan sistem informasi agribisnis kakao yang mudah diakses petani dan pengusaha kakao. Pengembangan industri berbasis kakao dapat dilakukan melalui pendekatan konsep pembangunan sentra pengembangan kakao terintegrasi. Industri pengolahan kakao yang telah ada atau yang akan dikembangkan dapat diarahkan untuk menjadi sentra pengembangan kakao terintegrasi, baik secara fisik/ lokasi maupun melalui jaringan kerja sama kemitraan yang langgeng dengan prinsip saling bergantung dan menguntungkan. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dan dukungan stakeholder dalam pengembangan kakao secara berkelanjutan. Ke depan perlu dibangun sistem insentif dalam pengembangan kakao, baik melalui inovasi teknologi maupun rekayasa kelembagaan dan sosial, sehingga perkebunan kakao dapat menjadi sumber pendapatan utama petani. Program peningkatan produksi kakao melalui program Gernas Kakao masih relevan untuk
C. KEBIJAKAN PENINGKATAN SUBSTITUSI IMPOR DAN EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN Kebijakan Standardisasi dan Sertifikasi Mutu Komoditas Pertanian Strategis Dalam era globalisasi dan telah berlakunya komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, perdagangan produk dan jasa antarnegara akan semakin bebas dan terbuka. Kesepakatan MEA 2015 menyebutkan semua hambatan tarif dan nontarif secara bertahap akan dihapuskan, kecuali Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
51
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi
dilanjutkan dengan beberapa perbaikan, terutama waktu pelaksanaan program pada satu lokasi minimal tiga tahun, sementara yang berlaku sebelumnya hanya satu tahun. Lokasi yang akan dijadikan pengembangan program Gernas Kakao betul-betul sesuai dan menguntungkan semua pihak yang terlibat.
kawasan tebu harus terintegrasi dengan PG, dan sebaliknya.
Kebijakan Peningkatan Produksi Gula Nasional
Dari segi off farm, strategi yang dapat dilakukan melalui revitalisasi PG adalah: (1) efisiensi PG existing berbasis tebu melalui revitalisasi dan/atau amalgamasi (penggabungan PG yang tidak efisien) untuk PG dengan kapasitas giling minimal 4.000 TCD dan mempunyai lahan binaan atau lahan sendiri minimal 80% dari kebutuhan areal tebu; (2) pengembangan industri hilir, antara lain pabrik bioetanol dan pasokan energi listrik (cogeneration) untuk mendapatkan nilai tambah; (3) PG rafinasi diwajibkan membangun kebun tebu (ekstensifikasi) dan PG baru; (4) PG melakukan penataan varietas tebu sesuai dengan tipologi wilayah pengembangan dengan memberikan benih gratis kepada petani yang melakukan bongkar ratoon atau penanaman baru (insentif petani); dan (5) pemberian insentif kepada petani yang kebersihan bahan bakunya >5%, dan menolak tebu kotor.
Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tebu nasional memerlukan berbagai kebijakan operasional dan pengembangan, di antaranya: (1) pemantapan areal tebu melalui pengelolaan satu manajemen perkebunan, baik on farm maupun off farm, regrouping lahan hamparan, optimalisasi program mekanisasi melalui contract farming antara PG dengan petani, dan penyusunan tata ruang pengembangan tebu; (2) rehabilitasi tanaman melalui penyediaan benih atau bibit unggul bermutu yang sesuai dengan agroekosistem pengembangan, penggunaan benih kultur jaringan dan konvensional berjenjang, dan bongkar ratoon untuk memperbarui tanaman dengan benih unggul, dan rawat ratoon pada perkebunan tebu 2-4 tahun berikutnya; (3) penyediaan agro input dan alatmesin pertanian, dan kredit bagi usahatani tebu; (4) peningkatan integrasi dan sinergi antara petani tebu dan pabrik gula (PG) melalui pengembangan partnership yang saling menguntungkan; dan (5) penetapan kebijakan harga gula dengan memberikan keuntungan yang wajar bagi petani, dan peninjauan profit sharing antara petani dan PG yang lebih adil. Apabila swasembada gula masih menjadi salah satu target kebijakan pangan nasional, maka upaya perluasan areal tanam selain peningkatan produktivitas tebu mutlak diperlukan. Pengembangan 52
Konsep yang dikembangkan Ditjenbun sudah memadai, yaitu pola pengembangan berdasarkan kondisi agroklimat dan memenuhi skala ekonomi kawasan dan didukung oleh infrastruktur yang memadai, terutama PG.
D. KEBIJAKAN DIVERSIFIKASI PANGAN DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI Partisipasi Rumah Tangga Mengonsumsi Pangan Protein Hewani Partisipasi rumah tangga yang mengonsumsi telur ayam ras lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lainnya, karena harganya lebih murah, produksi telur secara nasional dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan teknologi produksi sudah dikuasai. Sebagian besar rumah tangga di perdesaan memelihara ternak sebagai tabungan keluarga yang sewaktu-waktu dapat digunakan, dan bukan sebagai sumber protein. Hal ini sejalan dengan tingkat partisipasi konsumsi pangan masyarakat perdesaan dari komoditas peternakan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan perkotaan. Di sisi lain, tingkat partisipasi dan konsumsi komoditas peternakan dan perikanan per kapita cukup tinggi pada rumah tangga berpendapatan tinggi. Semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula konsumsi protein hewani. Fakta ini dapat dimanfaatkan dalam penyusunan
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Kelembagaan dan Kebijakan Sosial Ekonomi
kebijakan pola konsumsi pangan masyarakat, yaitu: (a) perbaikan pola konsumsi pangan melalui program Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA), dan (b) intervensi langsung melalui: (i) sosialisasi dan pendidikan pangan dan gizi secara lebih intensif, dan (ii) pemberian pangan tambahan, khususnya protein, bagi kelompok penduduk yang berpendapatan rendah. Daging sapi ternyata dikonsumsi oleh sedikit rumah tangga, dengan partisipasi rata-rata 4%. di perkotaan 7% dan perdesaan 2%. Dinamika Konsumsi Pangan dan Implikasi terhadap Pengembangan Komoditas Pertanian Informasi perubahan pola konsumsi masyarakat dapat digunakan untuk mengetahui indikator kesejahteraan masyarakat dan capaian ketahanan pangan, sementara estimasi elastisitas harga dan pendapatan diperlukan untuk perencanaan produksi pangan dalam negeri dan pengelolaan impor pangan. Hasil analisis data Susenas (BPS) tahun 2002 dan 2014 menunjukkan: (1) Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga menurun, pengeluaran nonpangan meningkat. Penurunan pengeluaran rumah tangga untuk pangan terjadi pada kelompok padi-padian, penurunan terbesar pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah; (2) Secara agregat terjadi penurunan konsumsi energi dan protein, namun pangsa protein hewani meningkat; (3) Prevalensi rumah tangga yang tahan pangan menurun secara agregat menurut wilayah dan kelompok pendapatan; (4) Diversifikasi konsumsi pangan rata-rata rumah tangga di Indonesia meningkat, terutama bersumber dari peningkatan diversifikasi konsumsi rumah tangga di perdesaan dan kelompok rumah tangga berpendapatan rendah. Penurunan diversifikasi konsumsi terjadi pada kelompok pangan sumber karbohidrat,
protein hewani, dan protein nabati; (5) Terjadi pergeseran pilihan pangan oleh rumah tangga yang ditunjukkan oleh penurunan tingkat partisipasi konsumsi beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, daging sapi dan telur; (6) Elastisitas harga beberapa komoditas pangan utama di perdesaan relatif lebih besar daripada perkotaan. Elastisitas pendapatan komoditas pangan menurun dengan meningkatnya pendapatan konsumen. Perubahan tidak hanya terjadi pada elastisitas, namun juga pada hubungan antarkomoditas. Perubahan nilai elastisitas silang bervariasi (meningkat/menurun), namun nilai elastisitas silang tetap inelastis. Implikasinya, program swasembada pangan seharusnya tidak hanya bertumpu pada aspek produksi, namun perlu memperhatikan keterjangkauan pangan, akses pemanfaatan pangan, dan diversifikasi konsumsi pangan. Kebijakan pangan melalui program yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari produksi, distribusi, pengolahan hingga konsumsi bahan pangan berbasis sumber daya lokal. Program peningkatan produksi beras sudah sesuai dengan hasil analisis yang menunjukkan elastisitas pendapatan beras masih tinggi. Namun demikian, mengingat elastisitas pendapatan pangan utama lainnya juga tinggi, maka perencanaan produksi bahan pangan juga perlu proporsional sesuai permintaan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Indikator Kesejahteraan Petani Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menyediakan indikator kesejahteraan rakyat secara umum, namun khusus untuk kesejahteraan petani hanya Nilai Tukar Petani (NTP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian per kapita. Kedua indikator ini dinilai kurang valid sehingga perlu disesuaikan atau dikembangkan indikator baru. Pilihan dalam menyesuaikan indikator kesejahteraan petani ke depan adalah: (1) Kementerian Pertanian bekerja sama dengan BPS menyesuaikan dan melengkapi NTP: Menghitung Nilai Tukar Faktor (NTF) dan indeks komposit yang memperhitungkan sumbangan pendapatan dari usaha pertanian, dan (2) Kementerian Pertanian memperhitungkan indikator baru dan khusus untuk kesejahteraan petani bila BPS tidak bersedia bekerja sama: Indeks Kebahagiaan Petani Indonesia (IKPI) yang bersifat multidimensi. NTF dapat dipakai sebagai bahan monitoring perkembangan jangka pendek (tahunan) kesejahteraan petani. IKPI merupakan suatu pekerjaan besar maka disarankan agar perhitungannya cukup sekali dalam lima tahun, yakni pada tahun akhir/ awal siklus kabinet. IKPI dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja akhir kabinet lama maupun bahan dasar penyusunan rencana kerja kabinet baru. Pengukuran IKPI pertama kali dapat dilakukan untuk mengukur status kesejahteraan petani pada 2018 yang diterbitkan pada semester pertama 2019. 53
Diseminasi Teknologi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
55
Diseminasi Teknologi
Agar inovasi pertanian dapat segera menyentuh masyarakat petani, maka diseminasi teknologi perlu memanfaatkan berbagai saluran dan media yang tepat dan efektif. Umpan balik diseminasi teknologi dari masyarakat berperan penting sebagai acuan dalam perencanaan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi yang lebih sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. A. DISEMINASI BENIH SUMBER
B. DISEMINASI SISTEM INFORMASI PERTANIAN
Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menjadi koordinasinya.
Distribusi Benih Sumber
Pengembangan sistem informasi di lingkup internal Balitbangtan telah dikembangkan intranet sebagai dukungan bagi manajemen dalam penyusunan program dan anggaran penelitian dan pengembangan (intranet program), monitoring realisasi anggaran (intranet-monev), dan pengelolaan aset (intranet aset), dan hibah (intranet hibah). Aplikasi intranet telah memenuhi layanan hierarki struktur organisasi Balitbangtan. Dalam hal ini, Unit Kerja (UK) dapat melakukan monitoring terhadap
Beberapa satker lingkup Balitbangtan juga telah mengembangkan aplikasi untuk mendukung manajemen di satker masing-masing, seperti sistem informasi layanan uji laboratorium, sistem informasi Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS), sistem informasi monitoring dan evaluasi, dan sistem informasi pengelolaan hasil penelitian dan pengkajian.
P
enyediaan benih sumber adalah salah satu upaya Balitbangtan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam hal percepatan swasembada padi. Balitbangtan telah melepas banyak benih padi Varietas Unggul Baru (VUB). Untuk itu, Balitbangtan mengeluarkan kebijakan terkait produksi benih sumber, dimana satker lingkup Balitbangtan dapat melakukan produksi, distribusi, serta stok benih dan bibit.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Sistem informasi yang telah dikembangkan banyak membantu manajemen, baik dari aspek administrasi maupun teknis 57
Desiminasi Teknologi
Sistem informasi yang telah dikembangkan mendukung teknis penelitian dan pengembangan pertanian
penelitian dan pengembangan. Beberapa satker lingkup Balitbangtan juga telah mengembangkan sistem informasi yang mendukung tugas dan fungsi satker bersangkutan. Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu Pengembangan sistem kalender tanam terpadu berbasis web diarahkan untuk menyediakan informasi iklim pertanian sebagai antisipasi terhadap anomali iklim, waktu dan luas tanam berdasarkan prediksi iklim near real time, rekomendasi dan kebutuhan
pupuk, rekomendasi varitas dan kebutuhan benih, peta digital wilayah rawan banjir, kekeringan dan rawan OPT. Dengan sistem ini diharapkan para pengambil kebijakan dapat dengan mudah dan cepat membuat perencanaan pengembangan tanaman pangan. Aplikasi web ini dapat diakses melalui http://katam. info atau http://katam.litbang. pertanian.go.id. Data yang sudah masuk dalam sistem mencakup 34 provinsi, 511 kabupaten, dan 6.989 kecamatan. Pemutakhiran data telah dilakukan untuk musim kemarau 2016 dan
Tampilan halaman depan sistem informasi kalender tanam terpadu
58
telah diupdate ke Katam web, Katam SMS, dan Katam Android. Fitur terbaru adalah penambahan halaman prediksi curah hujan dan musim dari situs web IRI Columbia. Pemantauan lokasi sawah juga telah dilakukan secara rutin menggunakan CCTV yang masih bekerja dengan baik. Data alat-mesin pertanian juga data telah di-update dan dianalisis secara otomatis menggunakan Katam Desktop dan penambahan fitur baru perhitungan biaya sewa alat-mesin dan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) traktor roda dua dan combine harvester dalam bentuk web interaktif atau excel. Proses analisis standing crop berjalan baik dan datanya dapat diterima dengan baik oleh stakeholder baik melalui email, web direktori agrogis.info dan situs web Katam. Sistem integrasi ternak sudah selesai dikembangkan sehingga pengguna dapat menggunakan informasi dari katam pdf dan Katam web dalam bentuk peta dan data tabular. Aplikasi “TANAM” Kementerian Pertanian memiliki aplikasi pertanian berbasis smartphone TANAM (Teknologi Pertanian Modern). Aplikasi yang dikembangkan oleh Balitbangtan ini telah diluncurkan oleh Menteri Pertanian pada 22 Desember 2016. Aplikasi TANAM menyediakan informasi pertanian dari "hulu" sampai ke "hilir" yang meliputi sentra produksi, kesesuaian lahan, kesesuaian varietas, dan informasi sarana produksi berupa penyedia benih, pupuk dan alat-mesin pertanian. Aplikasi ini juga menyediakan media konsultasi on-line antara petani, penyuluh, peneliti, dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui aplikasi ini, petani
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Desiminasi Teknologi
Tampilan aplikasi pertanian berbasis smartphone “Tanam”
juga dapat mengetahui keahlian penyuluh, peneliti, dosen, dan staf dinas yang on-line. Namun, untuk sementara aplikasi masih berbasis android dan baru memuat informasi komoditas padi, jagung, dan kedelai. Ke depan, aplikasi ini akan dikembangkan untuk pengguna smartphone dengan platform IOS dan memuat berbagai informasi penting lainnya. Aplikasi TANAM dapat diunduh melalui appstore (bagi pengguna android) dengan kata kunci teknologi pertanian modern.
dilakukan terhadap genotipe padi, kedelai, jagung, kelapa sawit, sapi, jarak pagar, kakao, pisang, kentang, dan cabai. Semua data genom, gen penting, marka spesifik, dan anotasinya dikemas pada Pusat Genom Komoditas Pertanian Indonesia (PGKPI) dan bisa diakses melalui situs web www. genom.litbang.pertanian.go.id. Database genom Balitbangtan ini berisi data genom open public yang pertama di Indonesia dari hasil sequencing dan genotyping komoditas pertanian.
Basis data PGKPI dibuat dalam enam kategori variasi genom berdasarkan komoditas, yaitu tanaman palma (kelapa sawit, kelapa, aren), tanaman industri (jarak pagar, kakao), tanaman hortikultura (cabai, kentang, pisang), tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), hewan ternak (sapi), dan mikroba. Pengguna dapat melakukan browsing genom, pencarian variasi nukleotida, gengen beserta sekuennya dan marka molekuler. Secara umum, koleksi single nucleotide polymorphism
Database Informasi Teknologi Genomika Program jump strat penelitian bioteknologi untuk percepatan perakitan VUB melalui analisis genom dengan pendekatan high throughput genotyping platforms dan next generation sequencing (NGS) telah menghasilkan database genome tanaman asli Indonesia. Pendekatan ini mengubah paradigma program pemuliaan dan pemanfaatan sumber daya genetik dari upaya identifikasi fenotipe menjadi pencarian gengen fungsional penting. Analisis genotyping dan genom total telah
Pusat data genom komoditas pertanian berbasis web
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
59
Desiminasi Teknologi
(SNP) yang tersedia dalam PGKPI mencakup identitas (ID) lokus, sekuen pengapit SNP, posisi SNP di setiap kromosom dalam genom, variasi alel (A, T, G atau C) setiap varietas/kultivar berdasarkan analisis dengan genom rujukan, dan deskripsi setiap gen dari masing-masing SNP. Data terus di-update berdasarkan analisis bioinformatik dan informasi terkini perkembangan genom. Variasi genomis yang diinformasikan sebagian mencantumkan sekuen pengapit, sehingga pengguna atau pemulia dapat merancang primer sesuai karakter target yang diinginkan. Sejumlah primer yang dirancang berdasarkan genom telah diverifikasi berbasis sekuensing dan teknik molekuler sederhana. Beberapa primer variantflanking sekuen seperti SNP, Single nucleotide-amplified polymorphism (SNAP), simple sequence repeat (SSR), dan insertion-deletion (Indel) sudah di-entry dan dibuat dalam repositori primer lengkap dengan sekuen forward dan reverse. Primer SNP-flanking didesain untuk konfirmasi SNP hasil next generation sequencing (NGS) menggunakan re-sekuensing. Sekuen sepanjang sekitar 1 kb dapat di-download dan digunakan sebagai dasar pembuatan primer SNP. Primer SNAP, SSR dan Indel berbasis PCR dapat diaplikasikan menggunakan elektroforesis di gel agarose dan/atau poliakrilamid.
pelaporan kegiatan produksi, distribusi, stok dan manajemen benih oleh UPBS di BPTP/ LPTP. Kegiatan UPBS telah berjalan serentak sejak tahun 2012. Keberadaan UPBS pada tahap awal adalah mendukung swasembada pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai. SI-UPBS dapat diakses melalui http://upbs. litbang.pertanian.go.id/. C. DISEMINASI TAMAN SAINS DAN TEKNOLOGI PERTANIAN Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan berperan aktif mengembangkan Taman Sains Pertanian (TSP) dan Taman Teknologi Pertanian (TTP) sebagai sarana akselerasi impact recognition inovasi pertanian sekaligus terobosan untuk memperderas arus inovasi pertanian kepada masyarakat. TSP dan TTP dibangun di berbagai lokasi di Indonesia untuk lebih mendekatkan dunia pertanian dengan masyarakat, dan menjadi pusat inkubator bisnis bagi para petani. Pada tahun 2016 telah dibangun 10 TSP dan 26 TTP di 21 provinsi sejalan dengan
kegiatan diseminasi teknologi dalam bentuk gelar teknologi dan launching Taman Teknologi Pertanian (TTP). Taman Teknologi Pertanian di Sedong, Cirebon Pembangunan TTP Sedong diiniasi oleh Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Cirebon dan stakeholders lainnya, khususnya dari kelompok akademisi (Unswagati dan Unpad). Di TTP Sedong telah dibangun sarana prasarana pelatihan dan show window inovasi pertanian di Desa Windujaya, Kecamatan Sedong, antara lain berupa ruang serba guna, kantor pengelola (manajemen), gedung alat-mesin pertanian, gedung pakan, gedung pengolahan, gedung Rice Milling Unit (RMU), dan kandang sapi. Teknologi pertanian yang dikembangkan melalui TTP Sedong antara lain budi daya dan pengolahan mangga, buah naga, kambing, padi, dan beberapa komoditas hortikultura lainnya. Launching TTP Sedong pada 28-29 Januari 2016 dihadiri
SI-UPBS Sistem Informasi Unit Pengelola Benih Sumber (SIUPBS) dikembangkan untuk mempermudah monitoring dan 60
Launching TTP Sedong dihadiri oleh Komisi IV DPR RI, Dr. Herman Khaeron
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Desiminasi Teknologi
alat pemipil jagung berkelobot, alat pengering jagung, teknologi pengolahan pakan ternak, teknologi pembuatan kompos, teknologi biogas sebagai sumber energi pengering jagung, dan berbagai produk olahan berbahan dasar jagung. TTP Pacitan
Komisi IV DPR RI, Dr. Herman Khaeron, didampingi oleh Kepala Balitbangtan, Dr. Muhammad Syakir, dalam rangkaian Gelar Teknologi di TTP Cikajang
oleh Komisi IV DPR RI, Bupati Sedong, Camat dan SKPD Kabupaten Cirebon. Gelar Teknologi di TTP Cikajang Gelar teknologi pertanian di TTP Cikajang, Kabupaten Garut, pada 5 Februari 2016 mempromosikan berbagai teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pertanian di daerah setempat. Materi pameran dalam gelar teknologi ini antara lain pascapanen dan pengolahan kentang, pengolahan susu sapi, arsitektur pohon jeruk melalui pemangkasan, Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS), dan klinik
Panen raya jagung di TTP Lamongan, Jawa Timur
domba. Dalam gelar teknologi Balitbangtan menyerahkan bantuan benih unggul kentang, jeruk, cabai, dan bibit domba yang dikelola TTP Cikajang kepada petani setempat. Gelar Teknologi dan Panen Jagung di TTP Lamongan Menteri Pertanian, Dr. Andi Amran Sulaiman, bersama anggota Komisi IV DPR RI, Bupati Lamongan, dan Kepala Balitbangtan melakukan panen raya jagung di TTP Lamongan, di Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro. Panen raya ini menjadi bagian dari peresmian TTP Lamongan. Hasil jagung yang dikembangkan seluas 192 ha di TTP Lamongan lebih 7 t/ha, lebih tinggi dari sebelum adanya TTP yang hanya menghasilkan 5 t/ ha. Dengan sentuhan teknologi, lahan suboptimal di daerah ini dapat ditingkatkan, sebagaimana tercermin dari peningkatan hasil jagung yang dikembangkan. Selain panen raya, juga diselenggarakan gelar “Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Jagung-Sapi”. Dalam gelar teknologi ini ditampilkan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Operasionalisasi TTP Pacitan, Jawa Timur, diresmikan pada 16 Februari 2016. Teknologi yang dikembangkan di TTP Pacitan antara lain budi daya jeruk manis pacitan, jeruk siem madu, jeruk keprok madura, super manggis, sapi PO, serta aneka kacang dan umbi yang dalam penerapannya didampingi oleh para peneliti dan penyuluh. Peresmian TTP dihadiri oleh Bupati Pacitan yang menggarisbawahi pentingnya TTP sebagai wahana pembelajaran bagi petani dalam memperbaiki dan penerapan teknologi budi daya pertanian, terutama padi, kedelai, dan jagung. Dalam acara ini juga dipromosikan benih varietas unggul baru padi, teknologi pengolahan pakan ternak, dan pengolahan produk pangan berbasis aneka umbi. D. DISEMINASI MELALUI PELATIHAN DAN WORKSHOP Pelatihan Teknologi Pertanian Dalam rangka menyebarluaskan informasi teknologi pertanian sekaligus menjaring minat generasi muda untuk menekuni usaha pertanian berbasis teknologi, Balitbangtan menyelenggarakan Pelatihan Teknologi Pertanian 61
Desiminasi Teknologi
bagi calon pelaku usaha pertanian yang berusia di bawah 40 tahun. Diikuti oleh 100 peserta yang berprofesi sebagai petani atau calon petani dari berbagai daerah di Indonesia, Pelatihan Teknologi Pertanian diselenggarakan pada 1-3 Agustus 2016 di Taman Sains dan Teknologi Pertanian Nasional (TSTPN) Cimanggu, Bogor, dan beberapa Unit Kerja Balitbangtan di Bogor dan Serpong. Para peserta pelatihan telah melalui seleksi, antara lain usia, profesi, dan motivasi yang melatar belakangi minat untuk mengikuti pelatihan. Topik pelatihan antara lain: (1) teknologi budi daya pertanaman perkotaan (vertikultur dan hidroponik), (2) teknologi pengolahan tepung kasava dan produk olahannya berupa biofoam, (3) pengoperasian dan perawatan alat-mesin pertanian, (4) teknologi budi daya tanaman obat dan produk olahannya, (5) teknologi perbanyakan bibit melalui kultur jaringan, (6) penggunaan tes kit deteksi pupuk palsu dan kesuburan tanah, pembuatan kompos, biopestisida dan teknologi jarwo super, dan (7) teknologi budi daya ayam dan itik, inseminasi buatan, penyusunan ransum, pengelolaan kandang, dan penanganan kesehatan ternak.
Workshop Pengelolaan TSP dan TTP
Training of Trainer Identifikasi dan Desain Infrastruktur Panen Air Pelatihan untuk pelatih (Training of Trainer - TOT) identifikasi dan desain infrastruktur panen air untuk meningkatkan indeks pertanaman diselenggarakan pada 24-26 Nopember 2015, diikuti oleh 125 peserta dari perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten, Liaison Officer (LO) BPTP di 34 provinsi yang merupakan koordinator lapangan yang menangani pengelolaan sumber daya air di wilayah kerja masing-masing. Pelatihan memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta dalam menidentifikasi dan mendesain infrastruktur panen air dalam upaya peningkatan indeks pertanaman
Suasana Pelatihan Teknologi Pertanian di Bogor, Jawa Barat
62
mendukung pelaksanaan program UPSUS padi, jagung, dan kedelai menuju swasembada pangan. Pelatihan Budi Daya Padi Jarwo Super Pelatihan teknologi budi daya padi jarwo super dilaksanaka pada 29-30 November 2016 di Kebun Percobaan Muara, Bogor, Jawa Barat, diikuti oleh 39 penyuluh pertanian swadaya dan penyuluh pertanian lingkup Kota Bogor. Pelatihan ini diselenggarakan dalam rangka menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian kepada petani dan penyuluh, sekaligus menjaring minat generasi muda untuk menekuni usaha pertanian berbasis teknologi.
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Desiminasi Teknologi
E. SERAP GABAH PETANI (SERGAP) Panen padi di sentra produksi yang berlangsung secara bersamaan menimbulkan kekhawatiran tidak terserapnya gabah petani di pasar, sehingga berimplikasi terhadap turunnya harga jual di tingkat petani. Presiden RI menginstruksikan perlunya menyerap produksi gabah petani secara nasional. Sebagai tindak lanjut, Menteri Pertanian membentuk Tim Serap Gabah Petani (Sergap) yang diterjunkan di provinsi sentra produksi padi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sumatera Selatan.
Panen raya padi dan program sergab di Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan, seluas 6.016 ha areal pertanaman padi di Kabupaten Takalar memasuki masa panen pada bulan MaretApril 2016. Tim Sergap yang diterjunkan di daerah ini bekerja bersama-sama dengan Bulog dan TNI AD untuk memastikan seluruh gabah hasil panen petani diserap Bulog dengan harga yang layak sesuai harga pokok penjualan (HPP) Rp. 3.700/kg. Program ini merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah penyerapan gabah dan harga gabah petani yang terlalu rendah pada saat panen raya. Kesepakatan serap gabah petani dimulai pada panen bulan Maret 2016.
dengan perusahaan agribisnis. Wahana ini dimaksudkan untuk membangun jejaring kerja antara dunia usaha yang telah melisensi teknologi dan unit usaha komersial di BPTP dengan unit usaha yang berhubungan dengan pengguna akhir teknologi. Taman Agro Inovasi (Tagrinov) dan Agro Inovasi Mart (Agrimart) diharapkan menjadi wahana bagi kemandirian BPTP dalam berkontribusi dalam menjaring Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui memanfaatkan aset negara. Pembangunan Tagrinov dan Agrimart di setiap BPTP dimulai pada tahun 2015.
F. TAMAN AGRO INOVASI DAN SEKOLAH LAPANG MANDIRI BENIH
Pada tahun 2015, Balitbangtan telah menginisiasi Model Desa Mandiri Benih Padi, Jagung, dan Kedelai secara paralel dengan pengembangan 1.000 Desa Mandiri Benih oleh Ditjen Tanaman Pangan. Model Desa Mandiri Benih dikembangkan dalam upaya penyediaan benih sebar untuk memenuhi kebutuhan petani dalam satu desa, melalui pemberdayaan petani/calon penangkar dalam memproduksi benih bermutu varietas unggul baru yang diminati,
Taman Agro Inovasi dan Agro Inovasi Mart Taman agro inovasi adalah wahana pengembangan teknologi unggulan pada hamparan di sekitar areal perkantoran BPTP, sekaligus sebagai sumber benih/bibit, media diseminasi teknologi berbasis komersialisasi bekerja sama
Sekolah Lapang Mandiri Benih
Usaha perbenihan dan pembibitan di Agrimart, memanfaatkan ruang tersisa di sekitar perkantoran
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
63
Desiminasi Teknologi
Rumah produksi (kiri) dan rumah pengeringan daun gambir (tengah), dan teh botol yang diproduksi (kanan)
dengan memanfaatkan jaringan UPBS Balit dan BPTP, petani, dan calon penangkar. Pada tahun 2016 upaya peningkatan kemampuan memproduksi benih bermutu, pengenalan lembaga perbenihan pendukung dan pemasaran dilakukan melalui kegiatan SL-Desa Mandiri Benih. Integrasi model dan pengembangan dengan Desa Mandiri Benih Padi dilakukan melalui penyediaan benih sumber dari jaringan UPBS Balitbangtan, pelatihan produksi benih, dan sertifikasi benih. Kegiatan ini disertai dengan pendampingan dalam pemasaran atau penyaluran benih. Hasil evaluasi menunjukkan daerah yang mampu memproduksi benih untuk kebutuhan dan memasarkan sendiri (mandiri) yang merupakan indikator keberlanjutan Desa Mandiri Benih, adalah: (1) Sumut, Lampung, Jateng, dan NTB untuk benih padi; (2) Sulteng dan Sultra untuk benih jagung, dan (3) Jambi untuk benih kedelai. Unit Desa Mandiri Benih di provinsi yang belum mandiri dan masih memerlukan pendampingan pemasaran dalam kegiatan pada tahun 2017. Pada akhir 2019, Desa Mandiri Benih telah terealisasi di provinsi yang ditargetkan, khususnya benih padi, jagung, dan kedelai. 64
G. PENGEMBANGAN MODEL INOVASI PERTANIAN Pengembangan model pertanian bioindustri diharapkan dapat menjawab tantangan pembangunan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Balitbangtan telah mengembangkan 66 model pertanian bioindustri di seluruh provinsi berbasis tanaman pangan hortikultura, perkebunan dan peternakan. H. PAMERAN DAN EKSPOSE TEKNOLOGI Pameran dan ekspose merupakan salah satu media yang digunakan dalam promosi teknologi hasil penelitian. Dalam hal ini, Balitbangtan yang merupakan salah satu sumber inovasi teknologi pertanian di Indonesia senantiasa berperan aktif dalam pameran dan ekspose teknologi berbasis nasional dan internasional. Pameran dan Ekspose Internasional (1) Hari Pangan se-Dunia ke-36 di Boyolali, Jawa Tengah Pangan bukan segalanya, tapi tanpa pangan dapat melumpuhkan kehidupan. Mengingat pentingnya pangan bagi kehidupan masyarakat
dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingati Hari Pangan se-Dunia (HPS) pada 16 Oktober setiap tahun. Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian memperingati HPS ke36 dengan tema "Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan Mengantisipasi Era Perubahan Iklim". Tahun ini peringatan HPS ke-36 dipusatkan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dan dihadiri oleh lebih 170 perwakilan kabupaten/kota dari seluruh Indonesia. Balitbangtan sebagai sumber inovasi pertanian berpartisipasi mempromosikan berbagai teknologi peningkatan produksi pangan dan pertanian. Teknologi budi daya padi jajar legowo (jarwo) super salah satu satu inovasi yang dipromosikan dalam HPS ke-36, dalam dem area seluas 100 ha. Penelitian di beberapa sentra produksi padi menunjukkan penerapan teknologi jarwo super dengan pendampingan yang intensif memberikan hasil gabah 2-3 t/ha lebih tinggi dibanding teknologi petani di luar dem area yang hanya mampu berproduksi 6-7 t/ha. Teknologi ini mendapat apresiasi dari Presiden RI, Joko Widodo,
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Desiminasi Teknologi
dalam panen raya padi di lokasi dem area padi jarwo super. Presiden meminta kawasan dem area jarwo super diperluas menjadi 200 ha untuk musim berikutnya. Di hamparan lainnya juga dipromosikan jagung hibrida bertongkol dua rakitan Balitbangtan, yang oleh Presiden diberi nama NASA 29, singkatan dari Nakula dan Sadewa. Potensi hasil varietas NASA 29 mencapai 13 t/ha. Pengembangan jagung unggul ini secara meluas diharapkan dapat meningkatkan produksi nasional. Presiden berharap pada tahun 2018 tidak ada lagi impor jagung.
Pakan fermentasi dari jerami jagung (kiri), dan pembuatan kompos (kanan)
2016 di Jakarta International Expo pada 28 September 2016 di Kemayoran, Jakarta. Mesin panen multikomoditas ini dapat memanen padi dan jagung, yang telah diluncurkan oleh Menteri Pertanian. Pada tahun kedua penyelenggaraannya, IFT diikuti oleh sekitar 100 peserta pameran dari dalam dan luar negeri, dengan menampilkan berbagai teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian modern.
seluas ± 5.000 m2. Berbagai produk hortikultura nasional dipromosikan dalam acara ini, termasuk tujuh varietas unggul jeruk yang akan dilepas. BITE 2016 dikunjungi oleh lebih dari 3.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Wisata ilmiah petik jeruk menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang dapat langsung menikmati varietasvarietas komersial jeruk yang ditanam di kebun Balitjestro.
Pameran dan Ekspose Nasional
(2) Fruit Indonesia Expo 2016
(2) Internasional Farming Technology Expo
(1) Balitjestro Innovation Technology Expo (BITE) 2016
Prototipe mesin panen multikomoditas rekayasa Balitbangtan dipromosikan pada International Farming Technology (IFT) Expo
Balitjestro Innovation Technology Expo (BITE) 2016 diselenggarakan pada 4-6 Agustus 2016 di Balitjestro di Jawa Timur, menempati lahan
Kementerian Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan festival buah bertajuk Fruit Indonesia Expo 2016. Dibuka oleh Presiden Joko Widodo, pameran buah nasional ini digelar di Parkir Timur Senayan, Jakarta, pada 17-20 November 2016. Festival Makan Buah Nusantara ini merupakan salah satu upaya mengeksplorasi kekayaan dan mempromosikan potensi ekspor buah nusantara.
Dalam rangkaian HPS ke36 juga dipamerkan berbagai produk makanan berbasis tepung pangan lokal. Pameran pangan dan pertanian ini diikuti oleh 205 institusi dari berbagai kementerian, pemerintah daerah, organisasi internasional dan swasta.
Partisipasi Balitbangtan dalam pameran teknologi hasil penelitian dan pengembangan pertanian, 2012-2016 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
Dalam kesempatan tersebut Balitbangtan menampilkan varietas unggul buah, antara lain Pepaya Merah Delima, Jeruk Keprok Batu 55, Jeruk Siam Pontianak, Jeruk Manis Pacitan, Pisang Kepok Tanjung, Apel Anna, Apel 65
Desiminasi Teknologi
Manalagi, Buah Naga, Anggur AG Jestro 60, Anggur Manalagi, dan Anggur Prabu Bestari. (3) Agro Inovasi Fair 2016 Agro Inovasi Fair 2016 (AIF 2016) berlangsung 27-31 Juli 2016 di Center Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta. Penyelenggaraan AIF bertujuan untuk mempromosikan teknologi pertanian dan mengedukasi masyarakat mengenai konsep pertanian perkotaan (urban farming). AIF 2016 diikuti oleh sejumlah pelaku usaha agribisnis, UKM, Badan/Lembaga Pemerintah, Unit Kerja lingkup Kementerian Pertanian, dan masyarakat umum.
mendukung upaya pengembangan industri pangan dan pertanian.
(4) Agro and Food Expo
(5) Festival Buah dan Sayur Lokal
Bertempat di Jakarta International Expo (JIE) Kemayoran, Agro & Food Expo yang ke-16 diselenggarakan 5-8 Mei 2016 dengan tema ''Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Komoditas Perkebunan”. Agro and Food Expo 2016 adalah pameran pe-ngolahan pangan dan agroindustri. Pameran ini diikuti oleh 200 institusi dengan menampilkan produk dan teknologi terbaru di bidang pertanian dan industri makanan. Balitbangtan bersama jajarannya berpartisipasi menampilkan teknologi hasil penelitian yang
Festival buah dan sayur dilaksanakan oleh Gerbang Nusantara bertempat di Pondok Indah Mall di Jakarta selama 2 minggu. Ba l it ba ng t a n a nt a r a la i n memperkenalkan teknologi budi daya pepaya MD yang mampu berproduksi 60 t/ ha/tahun, masa semai 3-4 pekan, panen pertama pada umur 8-9 bulan, dengan masa produktif 2,5-3 tahun. Pengalaman petani yang mengadopsi teknologi budi daya pepaya mengungkapkan berhasil mengantongi Rp 4 juta per pekan dari penjualan pepaya yang dibudidayakan. Keunggulan
Presiden Joko Widodo saat meninjau lokasi Jajar Legowo Super dalam acara HPS di Boyolali
pepaya MD adalah daging buah lebih tebal. Saat ini, pepaya MD sudah dikembangkan petani di Cianjur, Sukabumi, Nagreg, Subang, Probolinggo, Pasuruan, dan Malang. (6) Batam Trade Expo Batam Trade Expo berlangsung 1719 Maret 2016. Produk Balitbangtan yang dipromosikan pada pameran ini antara lain timun varietas pluto, bawang merah Pancasona, Menthess, dan Sembrani, tepung bimoka dan tepung jagung. Teknologi perbanyakan bibit tanaman secara kultur jaringan dan gudi daya hidroponik mendapat apresiasi oleh sebagian pengusaha agribis. Pada Batam Trade Expo juga dipromosikan biodekomposer dan pupuk organik. (7) Balikpapan dan Banjarbaru Fair
Presiden Joko Widodo saat menghadiri Fruit Indonesia Expo di Senayan
66
Menteri Pertanian memberikan sambutan dalam Hari Pangan Sedunia di Boyolali
Pameran pembangunan pertanian di Kalimantan Timur dilaksanakan pada 16-20 Maret 2016 di Balikpapan, dan Kalimantan Selatan pada 8-12 April 2016 di Banjarbaru. Topik pameran lebih mengarah pada
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Desiminasi Teknologi
Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam acara panen raya di Karawang
dukungan terhadap pencapaiaan swasembada pangan. Dalam hal ini Balitbangtan mempromosikan berbagai teknologi produksi dan pascapanen, termasuk produk olahan pangan dan pelayanan konsultasi teknologi pertanian. (8) Pengelolaan Iklim Ekstrim dan Air Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan Iklim
Ekstrim dan Air diselenggarakan pada 18-21 Oktober 2016 di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan tema "Optimalisasi Sumber Daya Air Lahan Kering 4 Juta ha untuk Meningkatkan dan Mengamankan Luas Tanam dan Produksi pada Kondisi Iklim Ekstrim". Acara ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai institusi, antara lain Perguruan Tinggi, KLHK, PERHIMPI, Kementerian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
PUPR, BPPT, LIPI, BMKG, LAPAN, BIG, Pemerintah Daerah, BUMN, Perusahaan Agrinisnis, masyarakat peduli lingkungan, dan Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen PSP, dan Balitbangtan.
67
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian Pada tahun 2016, Balitbangtan mengalami perubahan organisasi dengan pengalihan fungsi Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPMA) yang semula berkedudukan di bawah Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP). Sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 693/Kpts/OT.010/12/2015, BPMA dialihkan pengelolaannya kepada Balitbangtan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengujian mutu alat-mesin pertanian. Pengawasan peredaran dan pemberian sertifikasi alat-mesin pertanian di bawah Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. A. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
B
erdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/ O T. 0 1 0 / 4 / 2 0 1 6 , susunan organisasi Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian terdiri atas Kepala, Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi, Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Perekayasaan dan Pengujian, Bidang Standardisasi dan Pengujian Alat-Mesin Pertanian, (Eselon III), Seksi Standardisasi Alat dan Mesin Pertanian (Eselon IV), Seksi Pengujian Alat dan Mesin Pertanian (Eselon IV), dan Kelompok Jabatan Fungsional.
bridging dan linking programme maupun berbasis corporate programme. Program yang bersifat bridging programme antara lain dukungan terhadap pengembangan varietas unggul baru, teknologi, inovasi, dan rekomendasi kebijakan. b. Penelitian dan pengembangan yang bersifat in-house “bonding programme” terikat dengan tugas dan fungsi Balitbangtan
yang meliputi (a) penelitian dasar (basic research) secara berkelanjutan; (b) penelitian untuk menciptakan teknologi unggul dan inovasi (research to create innovation and improved technology); dan (c) penelitian adaptif (adaptive research) untuk pematangan teknologi yang siap dilepas. c. Sinergi program penelitian dan pengambangan pertanian
B. RESTRUKTURISASI FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN Balitbangtan juga mengalami restrukturisasi program penelitian dan pengembangan yang meliputi: a. Penelitian dan pengembangan yang mendukung langsung program dan kegiatan strategis Kementan, baik bersifat bounding,
Pagu anggaran penelitinan dan pengembangan pertanian tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
69
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
mendukung Agenda Riset Nasional (ARN) (linking programme), yaitu program konvergensi dan integrasi kegiatan litbang pertanian dengan ARN bidang pangan dan pertanian. Linking programme sekaligus merupakan bentuk kemitraan dan kerja sama dengan berbagai lembaga penelitian nasional (Kemenristek Dikti, LAPAN, LIPI, PT dll) dan internasional.
C. ANGGARAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
dialokasikan pada 66 satuan kerja di 14 unit kerja.
Pada tahun 2016 telah terjadi enam kali revisi pagu anggaran terkait dengan refocusing dan realokasi anggaran, penghematan dan pemotongan belanja K/L, percepatan penarikan PHLN, dan penambahan pagu PNBP. Pada akhir tahun 2016, total anggaran Balitbangtan adalah Rp. 1.924.118.391.000 yang
Penggunaan anggaran mengutamakan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai target kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Anggaran terbesar dialokasikan untuk kegiatan perbenihan, yaitu 58,1% dari total anggaran. Sementara alokasi anggaran untuk kelembagaan dan kebijakan sosial ekonomi 2,7% dan untuk manajemen 12,9%.
D. ASET BALITBANGTAN
70
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
71
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
72
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
Anugerah Sentra HaKI Terproduktif Tahun 2016
Penandatanganan perjanjian lisensi formula vaksin Bivalen AI Subtipe H5N1 dan formula vaksin ND GTT/11 antara BB Litvet dengan PT. Caprifarmindo Laboratories
Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yang dikelola Balitbangtan terdiri atas paten, cipta, merk, dan perlindungan varietas tanaman. Selain perlindungan HaKI, Balitbangtan juga mendaftarkan varietas hasil pemuliaan pada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian. Royalti dari kerja sama lisensi pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp 3,14 milyar dari Rp 774 juta pada tahun sebelumnya.
Imbalan royalti telah dibagikan kepada inventor paten dan PVT sebesar Rp 583,8 juta untuk invensi formula feromon exi, formula pupuk hayati untuk tanaman padi (Biobus), formula pupuk hayati untuk tanaman kedelai (SMART), pupuk mikroba Rhizoplus, rice transplanter jajar legowo, mini combine harvester, proses penurunan indeks glikemik gabah, kentang Medians, dan Jagung hibrida Varietas Bima 3. Royalti yang diterima berkisar antara Rp 2.100.000-369.000.000. Kinerja Balitbangtan dalam perlindungan HaKI, alih teknologi
Perkembangan lisensi teknologi tahun 2012-2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian
melalui perjanjian lisensi, dan perolehan royalti telah mendapat apresiasi dari Kementerian Ristek dan Dikti, berupa Anugerah Sentra HaKI Terproduktif 2016. Teknologi Informasi dan Komunikasi Mendukung Manajemen Dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), konektivitas data melalui internet dilakukan oleh masing-masing UK/UPT, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Secara umum perlu peningkatan kapasitas koneksi yang handal dan stabil. Secara keseluruhan telah dibangun fasilitas virtual private network (VPN) yang digunakan untuk komunikasi data manajemen. Sejak akhir tahun 2012, Balitbangtan telah mengimplementasikan penggunaan VPN yang dipasang di 65 satker dengan kapasitas masingmasing satker berkisar antara 5122.048 Kbps. Layanan front office, situs web Balitbangtan telah memberikan kontribusi bagi publik untuk mendapatkan layanan, termasuk kerja sama penelitian dan pengembangan pertanian. Dalam skala internasional, situs web Balitbangtan telah mendapat prestasi webometric, yang 73
Inovasi Manajemen Litbang Pertanian
Peringkat situs web Balitbangtan versi webometric
Layanan Server Balitbangtan untuk Satker lingkup Balitbangtan
merupakan penilaian bergengsi bagi 8.000 lembaga riset dunia. Keikutsertaan dalam penilaian webometric telah menempatkan, Balitbangtan pada peringkat 83 pada tahun 2013, namun merosot pada tahun 2015 karena perubahan domain dari litbang. deptan.go.id menjadi litbang. pertanian.go.id. Pada tahun 2016 peringkat Balitbangtan meningkat kembali menjadi
74
ranking 480 dunia dari peringkat 1.283 pada tahun 2015. Sejak tahun 2004 situs web Balitbangtan mendapat prestasi yang menggembirakan pada peringkat tiga dan mendapat ranking pertama pada tahun 2016. Sebagai salah satu media diseminasi, situs web Balitbangtan berkewajiban mempublikasi inovasi melalui fitur cerita yang terdiri atas Info Aktual
dan Info Teknologi. Pada tahun 2016 telah ditayangkan 252 berita dan total berita yang telah ditayangkan sejak 2011 mencapai 1.449 artikel. Kebijakan one day one news situs web Balitbangtan bertujuan untuk percepatan informasi aktual yang menarik bagi pengunjung situs. Jumlah pengunjung yang mengakses situs web Balitbangtan pada tahun 2016 mencapai 416.230 orang.
Laporan Tahunan Badan Ltbang Pertanian Tahun 2016