GETAR • April 2015
SASTRA:
Sang Pujangga Air Mata
REHAT:
Mengatasi Rasa Kantuk Saat Kuliah
DIA
Yang Berkuasa di Balik Jeruji
DI BALIK SKRIPSI:
Berawal dari Hobi Bersosial Media
SALAM REDAKSI Halo,
GETAR
kembali
hadir
di
kepengurusan KMSI tahun 2015/2016! Dalam Edisi perdana di tahun 2015
ini, GETAR
mengangkat tema ‘Pramoedya Ananta Toer’ sebagai salah satu sastrawan berpengaruh dalam kesusastraan Indonesia. Sastrawan yang meninggal pada 30 April 2006 ini memang membawa inspirasi melampaui zaman. Simak bincang-bincang kami dengan Ramayda Akmal, dosen dan peneliti yang sekaligus penggemar berat Pramoedya. Meneruskan spirit yang telah dibangun pada kepengurusan sebelumnya, GETAR hadir sebagai wadah berkarya bagi kontributor. Harapannya kontributor mendapat umpan balik dari pembaca sebagai proses pembelajaran dalam berkarya. Selain itu, GETAR menambah cerita mahasiswa dalam menggarap tugas akhiri.
ALAMAT REDAKSI: HMJ Keluarga Mahasiswa
Selamat membaca, sampai jumpa pada bulan Juni!
Sastra Indonesia (KMSI) UGM. Jl. Sosio-Humaniora No. 1 Sekretariat Bersama
SALAM! Anisah Zuhriyati Abdillah | Ari Wjayanti| Eka Rohmaniah Apriani | Kamaludin Yahya | Listya Adi Nugroho | I Desak Ketut Titis Ari Laksanti | Nurcahyo | Wahyu Nur Vidya
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
l @kmsiugm f KMSI UGM m
[email protected] g kmsi.fib.ugm.ac.id
Jangan lupa download di KMSI.FIB.UGM.AC.ID !
rubrik baru yaitu ‘Di Balik Skripsi’ yang berisi
Etalase
DIA YANG BERKUASA DI BALIK JERUJI BESI oleh: Yuniardi Fadilah
PRAMOEDYA ANANTA TOER, lebih sering dikenal dengan Pram, ialah salah seorang sastrawan Indonesia yang gaungnya masih terdengar hingga kini. Membicarakan Pram tidak akan pernah ada habisnya. Tidak hanya karyanya, jejak hidupnya masih menjadi topik bahasan yang menarik.
Salah satu hal yang menarik adalah
kehidupan Pram di penjara selama 18 tahun. Dia dipenjara selama 3 tahun pada masa kolonial tanpa diadili, 1 tahun pada masa Orde Lama, dan 14 tahun pada masa Orde Baru (Pulau Buru Agustus 1969 – November 1979). Dia dipenjara karena karyanya dianggap berbahaya oleh pemerintahan yang sedang berkuasa. Alasan lain yang membuat Pram dipenjara adalah anggapan bahwa ia ikut terlibat dalam peristiwa G30S/PKI.
Meski dipenjara, Pram tidak serta
merta menghentikan proses kreatifnya dalam menulis. Pram tidak bisa untuk berhenti menghasilkan karya-karya sastra meski dirinya ditahan dan diasingkan. Di balik bui, Pram semakin sering menulis mengenai masalah kemanusiaan yang ada dan terjadi di sekitarnya.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
3
Etalase
Prof. Dr. A. Teeuw, seorang pakar sastra dan
begitu, bukan berarti karya Pram tidak dilarang
budaya Indonesia asal Belanda, menyebutkan
beredar. Di pulau Buru, Pram mendapatkan
bahwa Pram adalah penulis prosa modern
kertas dengan cara menukarkan telur ayam
Indonesia yang terbesar. Hal tersebut tentu
dengan kertas. Pram pernah mendapatkan
bukan isapan jempol belaka melihat pengaruh
pulpen dan tinta dari seorang mayor yang
Pram di dunia sastra Indonesia.
mengharapkannya untuk tetap menulis. Bahkan
Tidak sedikit karya Pram dari balik
jeruji besi yang mendapat penghargaan sastra. Salah satu romannya yang berjudul Perburuan ditulis di dalam penjara Bukit Duri dan mendapat penghargaan sastra dari Balai Pustaka pada tahun 1950. Selain itu, Keluarga Gerilya juga ditulis di balik penjara Bukit Duri. Dengan bantuan Prof. G. J. Resink, sejarawan dan guru besar fakultas hukum Universitas Indonesia,
rekan-rekan sesama tahanan politik di pulau Buru mengambil alih sebagian kerja wajib Pram agar ia bisa menulis. Pram dihormati oleh kawankawannya di tahanan. Suatu ketika, mesin ketik Pram,
lalu
rekan-rekannya
memperbaikinya
sehingga Pram tidak kehilangan kesempatan menulis. Saat Pram sakit, rekan sesama tapol merawatnya. Oleh karena itu, Pulau Buru begitu hangat bagi Pram.
beberapa karya Pram berhasil diselundupkan
Dalam keterasingan yang membuatnya
ke luar penjara dan kemudian diterbitkan. Karya
jauh dari dunia luar, Pram merasa mendapati
lain yang dihasilkan oleh Pram adalah Pertjikan
kebebasannya.
Revolusi (1950) dan Subuh (1951).
dilakukan oleh Pamusuk Eneste, Pram menyebut
Selama masa penahanan di Pulau
Buru, Pram melahirkan karya yang fenomenal, yaitu Tetralogi Buru. Terdiri dari Bumi Manusia,
Menurut
wawancara
yang
pulau pengasingannya dengan sebuah mistikum, kebebasan pribadi yang padat. Tekanan
yang
menimpa
dirinya
Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah
maupun sedikitnya akses untuk menulis tidak
Kaca, seri ini mengisahkan kehidupan Minke
membuat Pram menyerah. Keadaan yang
yang terinspirasi dari kisah hidup R. M. Tirto
mengenaskan di balik jeruji besi semakin
Adi Soerjo. Tetralogi inilah yang membawa karir
membuatnya
kepenulisan Pram semakin berkibar di dunia
mengenai
sastra
menulis, Pram merasa ada.
internasional,
hingga
membawanya
menjadi satu-satunya sastrawan Indonesia yang dinominasikan sebagai penerima penghargaan nobel sastra.
membuat Pram menulis dengan cara sembunyisembunyi. Ia pun didukung oleh seorang jendral
4
memperbolehkannya
untuk
menulis
kemanusiaan.
Dengan
”Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah
Berbeda ketika Pram dipenjara di Bukit
Duri, pengasingan pada masa Orde Baru ini tidak
yang
bersemangat
masalah
menulis.
GETAR • April 2014
Meski
bekerja untuk keabadian.”
Bincang-Bincang
Ramayda Akmal : Pram Adalah Sumber Inspirasi oleh: Eka Rohmaniah & Ari Wijayanti
PRAMOEDYA ANANTA TOER, namanya hampir
selalu
dibicarakan
oleh
Meskipun tidak tumbuh dalam keluarga
semua
sastra, perempuan kelahiran Cilacap 5 Mei
kalangan, baik pegiat sastra maupun bukan.
1987 ini selalu terkesan dengan tulisan pram
Sosok yang fenomenal dalam kesusastraan
yang memiliki muatan dalam. Karya yang
Indonesia ini seakan
pertama kali ia baca dan membuatnya jatuh
mendarah daging di
alam inspirasi Ramayda Akmal.
cinta adalah Bukan Pasar Malam, menurutnya aspek-aspek yang ditonjolkan dalam cerita ini
Ketertarikan sesosok Pram
masih universal. “Saya menyukai karya-karya
Ramayda telah mengenal sosok
Pram semasa ia masih menjadi pelajar putih abu-abu. Keterbatasan mencari buku-buku Pram di desanya yang terpencil membuatnya menahan rasa penasaran terhadap Pram. Hingga tiba ketika ia berkuliah di Jurusan Sastra
Indonesia
UGM,
Ayda,
sapaan
akrabnya, mulai mendalami karya-karya Pram.
Pram sebelum tahun 70-an yang merupakan karya-karya awal, alasannya karena muatan humanisme yang sangat kuat dan sesuai dengan konteks pada masa itu, yaitu kemerdekaan dan penjajahan,” ungkap wanita yang saat ini menjadi staf pengajar di almamaternya.
Kecintaannya terhadap karya-karya
Pram diekspresikan dengan menulis tesis
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
5
Bincang-Bincang
berdasarkan salah satu karya Pram, yaitu
sangat brilian. Kehidupan Pram seakan sudah
Perburuan. Bagi Ayda, tidak mudah menulis
lengkap dengan segala problematika yang
mengenai Pram di tengah ribuan orang yang
dia lihat dan dia alami. Dalam berbagai sisi,
telah
Pram
dia pun pantas untuk diacungi jempol karena
tentunya mengalami kesulitan, karena banyak
pada kenyataanya kita tidak mungkin bisa
orang yang sudah membahasnya. Jika kita
menjadi seperti dia”.
membahasnya.
membahas
yang
“Membahas
sudah
pernah
dibahas
orang lain, sulit mencari letak keorisinalitas dan pentingnya penelitian tersebut,” namun pada akhirnya ia dapat menyiasati dengan pengkajian melalui sudut pandang dan teori baru.
berpengaruh
Indonesia. merupakan
Lebih
bagi
dari
sejarah
itu,
Pram tidak kesusastraan karya
pergeseran
Pram sastra
Indonesia. “Dalam sastra Indonesia, Pram tetap menjadi inti poros yang selalu berkaitan. Meskipun ia dibicarakan, dihujat, dikucilkan, atau dilawan, sastra Indonesia tidak akan mampu terlepas dari campur tangan Pram, baik dari aspek eksternal maupun internalnya,”
Ayda
juga
menekankan
bahwa
Pram secara tidak langsung menambah dan mengubah prespektif baru dalam dirinya. “Ia telah mengubah pandangan saya. Dengan basic ilmu sosiologi sastra, saya menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah sosial,” Sosok Pram merupakan seorang
idola yang patut dibanggakan bagi Ayda. Pram yang tumbuh dalam segala keterbatasannya telah menjadi sumber inspirasinya. “Saya mengidolakan Pram, bukan sebagai fans yang harus tahu segalanya tentang dia. Namun, saya
6
Pram. Pram dengan teknik menulisnya itulah yang selalu saya contoh, yaitu bagaimana dapat
membangun
sebuah
cerita
yang penuh dengan amanat dan hanya
Menurut Ayda, karya
hanya
Sebagai seorang penulis, Ramayda
sebagaian besar merupakan inspirasi dari
Pram
Pengaruh Pram
tidak bisa lepas dari Pram. “Karya-karya saya
mengidolakan
pemikiran
GETAR • April 2014
dia
yang
menggunakan satu setting, tetapi membentuk sebuah jalinan cerita di dalam novel. Dan hal itulah yang selalu membuat saya takjub terhadap sosok dia,” ucap wanita yang mengampu mata kuliah penulisan kreatif ini.
Mengidolakan Pram dari segala
sisinya, membuat Ayda memiliki harapan besar terhadap Pram. “Andai Pram masih hidup, dia sudah sepatutnya memenangkan sebuah Nobel. Bahkan saya sangat berharap bisa bertemu dengan beliau dan meminta nasihat-nasihat sebagai seorang penulis”. Terakhir, Ayda menuturkan quotes favorit yang membuatnya selalu merasa bangga sebagai salah satu penggemar Pram, “Kalau kamu ingin mengurus orang lain, kamu harus bisa mengurus diri kamu sendiri. Kalau kamu tidak bisa mengurus orang lain, bagaimana kamu bisa mengurus orang atau sesuatu yang lebih besar,”
Cerpen
oleh: Wahyuning Prastiwi
DI PERSIMPANGAN aku berhenti, menatap beribu kendaraan yang berlalu-lalang, beserta riuhnya jejak kaki manusia pencari jalan. Memandang dengan sorot kedua mata, merasakan semilir angin menjalar di tubuh, masih dengan aspal yang sama, dua meter dari lampu lalu lintas berdiri. Simpangan itu berjumlah empat, semakin membuat riuh kota padat ini. Tadi aku mengatakan riuhnya jejak kaki manusia pencari jalan, iya mereka amatlah riuh, dengan kelebihan mulut yang menghiasi wajahnya. Aku melihatnya tiap hari, di pagi yang sama, di persimpangan yang sama, dan di tempat aku berdiri tiap saat. Sama sepertiku memandang dengan sorot kedua matanya, mengamati riuhnya jejak kaki manusia, namun entah dengan semilir angin yang sama atau tidak. Aku dengan berbalut jaket siap menepis dinginnya kota ini di pagi hari. Dia hanya berbalut kaos oblong yang setiap hari dipakainya, berwarna biru yang sudah luntur, dengan tulisan yang sudah menghilang, kalah dengan dinginnya kota ini jika di pagi hari. Aku menyempatkan diri untuk memandangnya, sekadar memandang kemudian melanjutkan aktifitasku menjadi murid yang katanya teladan di sekolah seberang persimpangan.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
7
Cerpen
Pukul 15.00 aku beranjak dari bangku yang sudah bersedia kududuki selama delapan jam, menuju persimpangan yang sama dengan plastik es teh berada dalam genggaman. Entah, aku merasa siang menuju sore hari ini terasa cukup panas dari pada biasanya. Menunggu bus menghampiri tepat di depanku membuatku sedikit menahan perih pada perut, maklum, aku hanya ingin menerapkan kebiasaan hemat, yang entah itu baik atau tidak untuk diriku. Lima jam sudah aku menahan untuk tidak makan setelah istirahat pertama usai. Dia, ku memandang kembali dengan sorot kedua mataku. Ya, aku hanya ingin fokus terhadap dia yang masih setia dengan persimpangan ini. Kadang aku menemukannya duduk termenung seperti menunggu, kadang menggelayut pada tiang listrik yang penuh dengan poster bertuliskan “Sedot WC” dan “Badut Sulap” atau bahkan berjalan tak tentu arah yang semakin menambah riuhnya persimpangan ini. Sesekali aku menemukannya dengan sebuah kaleng bekas berada dalam genggamannya kemudian dengan gontai berjalan dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Usia yang kurasa hanya berbeda lima tahun dariku, dengan tinggi badan yang hampir sama seperti tinggi badanku. Aku penasaran dengan tempat tinggalnya jika malam, atau dia tidak mempunyai tempat tinggal? Lalu tidur di mana ia? Jumlah bintik-bintik merah pada kaki dan tangannya sudah tidak dapat dihitung, mungkin akibat garukan jika nyamuk pada malam hari menghampirinya. Bisa kutebak tempat ia tidur adalah tempat terbuka, atau tempat yang tertutup namun kumuh. Bukan hanya dengan baju yang sama dan persimpangan yang sama. Namun, di mana ia berdiri atau berjalan gontai juga di tempat yang sama, tepat di depan sebuah toko roti di persimpangan sebelah selatan dan juga terdapat pos polisi yang sudah tidak berfungsi lagi. dia sepertinya sudah nyaman berada di sana, tidak berkeinginan untuk berpindah ke persimpangan sebelah timur, barat atau utara, mungkin karena dekat pos polisi yang sewaktu-waktu jika datang panas yang amat menyengat atau hujan deras disertai badai, ia bisa berteduh di pos polisi itu. Hari Minggu pukul 10.00 berjalan menusuri trotoar dan sampailah pada persimpangan itu. Hari libur yang padat, dengan berjuta manusia berlomba mencari hiburan di luar rumah. Bersepeda bersama keluarga, berlari demi menyehatkan tubuh, atau sekadar berjalan mencari jajanan yang bisa mengenyangkan perut. Sesaat berhenti pada persimpangan itu hanya untuk memandang riuhnya kota ini. Ya persimpangan ini adalah persimpangan yang amat padat dan riuh, bahkan tak jarang kecelakaan lalu lintas terjadi di persimpangan ini. Sepeda yang bertabrakan dengan sepeda motor, sepeda motor tertabrak mobil, atau bahkan pejalan kaki tergelincir karena licinnya trotoar akibat hujan badai. Hal yang sering terjadi adalah para pengendara yang berhenti karena bingung akan diarahkan ke mana kendaraan mereka, menentukan persimpangan yang memang hampir sama, namun menuju tempat yang berbeda. Masih terhenti dan menikmati beragam ekspresi manusia saat melakukan perjalanan. Tertawa bersama, saling menyapa atau saling diam. Tepat persimpangan sebelah selatan dekat
8
GETAR • April 2014
Cerpen
pos polisi, depan toko roti tidak kudapati anak berkaos oblong biru itu. Tak biasanya. Sudah tiga tahun aku selalu melihat anak itu duduk termenung atau melakukan aktifitasnya di persimpangan itu. Kini, persimpangan selatan itu hampa tanpa warna kaos oblongnya yang luntur. Kembali kupadangi seluruh persimpangan itu. Setelah tiga tahun aku selalu melihatnya di persimpangan yang sama, dan sekarang tepat Minggu pagi ini, dia termenung menundukkan kepalanya di persimpangan utara depan toko buah bertuliskan “Tokoh Buah Bu Sari” dan samping sekolah tepat aku mencari ilmu yang katanya berguna untuk masa depan. Tiga tahun itu waktu yang cukup lama dan kini aku melihatnya pindah dari persimpangan itu. Kupandangi persimpangan selatan itu, masih sama seperti biasanya. Pos polisi yang sudah tidak berfungsi, dekat toko roti yang kurasa masih cukup nyaman untuk anak itu. Selangkah aku berniat menghampirinya untuk menanyakan mengapa ia pindah dari persimpangan itu. Mungkin dia mengenalku juga, bagaimana tidak, sudah tiga tahun aku selalu mengamati persimpangan ini dan tepatnya si dia. Lalu bagaimana aku akan memulai bertanya? Urusanku tidak begitu berarti baginya, apa mungkin dia akan menjawab? Jika tidak bertanya, bagaimana aku tahu alasannya? Mencoba menyeberangi persimpangan ini, masih dengan langkah yang ragu aku mendekatinya, masih dengan iringan suara manusia dan kendaraan yang saling sahut menyahut. Tepat aku berdiri di depan tubuh anak yang duduk termenung. Kubungkukkan tubuhku untuk memastikan bahwa ia melihatku, dengan perlahan ia gerakkan kepalanya mengarah ke mataku. Kami saling menatap lebih dari lima menit di persimpangan ini. “Mengapa..?” Seakan sudah tahu pertanyaanku ia menjawab. “Bukankah hidup itu sebuah pilihan dari sekian banyaknya pilihan, biarkan aku menentukan pilihanku agar aku tahu tempat yang baik untuk diriku dan biarkan semua persimpangan ini menjadi pilihan untuk menuju tempat yang terbaik. Jadi, itu bukan urusanmu.” Lanjutnya. Masih dengan persimpangan yang sama, ribuan kendaraan yang berlalu-lalang menentukan persimpangan mana yang akan mereka pilih untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat yang mereka hendaki. Amat riuh memang.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
9
Sastra
SANG PUJANGGA AIR MATA oleh: Tito July Haryanto
ROMAN-ROMAN
KARANGAN
HAMKA
sering membahas tentang takdir melalui pernyataan
langsung
tokoh-tokohnya
maupun secara tersirat. Menurut Hamka, persoalan mengenai ajal, takdir, dan nasib merupakan hal yang harus diterima oleh manusia. Dengan kata lain, sejak manusia lahir sampai mati semuanya sudah ditentukan oleh Allah, manusia tidak mempunyai kuasa untuk
mengubah
takdirnya.
Walaupun
manusia diberi akal, namun kebebasan dan kemerdekaan itu sangatlah terbatas dengan kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Roman Hamka lebih menitikberatkan pada aspek pemujaan dan keindahan sifat Allah,
terutama
perihal
keteguhan
hati
seorang pemuda menghadapi kemalangan hidup. Ketika pengarang lain membuat tokoh utamanya mati gantung diri, Hamka justru membuat Hamid (dalam Dibawah Lindungan Ka’bah) mati di Kiswah Ka’bah. Hamka memberikan semacam pelajaran kepada para pembaca romannya bagaimana seharusnya menghadapi
kegagalan
hidup.
Hamka
berasumsi bahwa manusia harus menghadapi
10
GETAR • April 2014
Sastra
segala macam cobaan hidup dengan percaya
memiliki dialog yang lebih menitikberatkan
kepada takdir Tuhan.
pada tujuan dan romantiknya. Lindungan
Ada dua kemungkinan yang meyebabkan
Ka’bah, Hamka secara halus menolak adanya
Dalam
roman
Di
Bawah
Hamka menamai roman keduanya dengan
perbedaan kelas di dalam masyarakat yang
judul Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
didasarkan pada tingkat kekayaan, status
Sebab pertama ialah penyebab kematian
sosial dan sebagainya. Hamka secara cerdas
Hayati yang perlu dijadikan judul cerita, dan
menyelipkan
mengenai
sebab kedua ialah sebagai alat untuk menarik
diskriminasi sosial dalam bentuk tertulisan
perhatian semata. Padahal peristiwa kapal
karena hal itu dianggap tidak sesuai dengan
van der Wijck baru ditemui pada halaman 200
ajaran Islam yang ia pegang teguh.
keatas. Dapat dicermati bahwa judul tidak
kegelisahannya
Dalam roman Tenggelamnya Kapal van der Wijck, Hamka disamping menolak adat, Hamka juga menjelaskan keadaan adat yang sesungguhnya. Dalam struktur masyarakat Minangkabau,
kedudukan
ibu
diletakkan
secara sewajarnya di dalam roman oleh
mewakili isi cerita secara menyeluruh. Hal itu berbeda dengan roman Di Bawah Lindungan Ka’bah. Hamka menyusun tahap demi tahap cerita
dan
membawa
pembaca
kepada
pemecahan masalah yang tidak lepas dari jalannya cerita dalam roman tersebut.
Hamka. Ia menilai bahwa adat Minangkabau
Sebagai
pengarang
yang
lahir
di
tidak adil dengan cara mematikan tokoh-
Minangkabau, Hamka secara tidak langsung
tokoh utama di dalam ceritanya.
terpengaruh oleh kebiasaan rakyat Minang.
Pada romannya yang pertama, Hamka menggunakan gaya bercerita dengan sudut pandang orang pertama. Efek yang ingin dicapai dari penggunaan gaya ini adalah keotentikan cerita. Pembaca diminta untuk percaya bahwa peristiwa di dalam roman itu sungguh-sungguh terjadi. Sedangkan pada romannya yang kedua, Hamka menggunakan gaya sudut pandang ketiga. Hal ini dianggap wajar karena gaya tersebut memang sangat populer di dalam dunia sastra. Dialog yang terdapat pada roman pertama dianggap lebih berhasil membangun watak pelakunya karena dengan dialog tersebut Hamka menciptakan sebuah pola yang urut. Sedangkan pada roman Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Ia
memakai
ciri
khas
kebiasaan
dari
Minangkabau salah satunya penggunaan petatah-petitih yang menjadi bumbu khas dari
pengarang-pengarang
angkatan
dua
puluh. Pemakaian petatah-petitih ini ternyata merupakan sebuah keharusan bagi pengarang yang berasal dari Minangkabau. Ciri khas lain dari Hamka adalah gaya bahasanya yang merayu-rayu dan emosional. Rata-rata tema yang diambil oleh Hamka adalah cerita yang sedih. Penggunaan diksi yang menyayat hati menimbulkan rasa emosional terhadap pembaca. Dengan segala ciri khas Hamka yang ceritanya bertemakan kesedihan, bahasa yang sentimentil, dan lain-lain. Gabungan dari itu semua membuat pembaca memberikan julukan kepadanya ‘Pujangga Air Mata’.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
11
Di Balik Skripsi
HANNY LUTVYTASARI B erawal dari Hobi B ersosial Media oleh: Anisah Zuhriyati & Wahyu Nur Vidya
INSPIRASI MENGENAI TOPIC SKRIPSI
Hasil manis itu tentu tidak dituai Ivy
BISA DIAMBIL DARI MANA SAJA, termasuk
dengan cara instan. Jauh sebelumnya, Ivy
dari hobi atau kegiatan sehari-hari yang dekat
sudah rajin mengunjungi perpustakaan untuk
dengan kita. Hobi berselancar di sosial media
membuka wawasan, serta diskusi dengan
membuat Hanny Lutvytasari (Sastra Indonesia
dosen mengenai topik skripsinya. Menurutnya
2011) tertarik untuk mengambil topik meme
dukungan dosen pembimbing juga sangat
dalam Akun Instagram Dagelan. Mahasiswi
berarti dalam proses pengerjaan skripsi.
yang biasa dipanggil Ivy ini baru saja menyelesaikan skripsinya dengan judul “Meme Instagram Dagelan: Kajian Sosiolinguistik”.
12
GETAR • April 2014
“Untuk menyusun skripsi itu, pertama mencari topik kemudian mencari data dan
Di Balik Skripsi
mencari teorinya. Ketika ada data, maka kita
Internasional salah satu universitas di Jogja
akan diarahkan oleh pembimbing. Terkadang
ini. Meski berkuliah di dua tempat yang
kita kan bingung setelah mendapatkan topik,
berbeda, dengan jurusan yang berbeda, Ivy
data dan teori mau diapakan. Nah pembimbing
tidak
akan membantu mengarahkannya,” tuturnya.
senang dengan dua ilmu yang dipelajarinya.
Meme di media sosial memang terdengar menarik karena banyak digandrungi dan data penelitiannya mudah didapat. Namun, tantangan saat mengerjakan skripsi dengan topic yang diambilnya justru disebabkan jumlah
data
yang
sangat
banyak.
Ivy
harus memilah-milah dengan cermat data
merasa
terbebani
karena
terlanjur
Saat memutuskan berkuliah di dua tempat yang
berbeda,
ia
sudah
memikirkan
konsekuensi yang harus diterimanya. Tugas dan beban yang di atas rata-rata diterimanya, setelah ini pun Ivy masih harus menyelesaikan satu skripsinya lagi yang mengambil topik di bidang Pertahanan dan Keamanan.
yang diambilnya, dikerucutkan agar tetap
Walaupun terdengar sepele, namun bagi
fokus pada koridor yang dipilihnya, yaitu
Ivy, yang paling penting saat mengerjakan
sosiolinguistik.
skripsi adalah semangat. Selain semangat,
“Data awal yang terkumpul adalah 899 data. Kata dosen waktu itu ‘Mbak mau buat skripsi atau tesis?’” Ujar wanita yang hobi kulineran ini sambil tersenyum.
“Jadi Saya
mencoba memilah data-data tersebut dengan representatif atau reduksi data sehingga sampai 250 data. Diseleksi dari panjang pendeknya kata dan ragam santainya,” Selama itu ruang sidang selalu menjadi
Ivy,
selama
di
pengalaman
semenakutkan
ruang di
yang
ruang
ujian,
menurut
sidang
dibayangkan.
adalah
tidak
target.
Menentukan
kapan
ingin
wisuda sangat penting, karena setelah itu penyusun skripsi dapat menargetkan tenggat waktu sidang dan menyusun target mingguan atau bulanan. “Minggu ini mau mengerjakan apa? Bulan
momok bagi mahasiswa. Ditanya mengenai kesan
hal penting lain dalam penyusunan skripsi
ini
sampai
bab
berapa?
Dengan
membuat target dan menepati target yang dibuat sendiri, akan ada perasaan senang dan kepuasan tersendiri,” Relaksasi
dengan
jalan-jalan
dan
Yakin
kulineran adalah reward setelah menyelesaikan
dengan materi, itulah kunci kepercayaan diri
target, Ivy lakukan untuk menghindari stress
Ivy di ruang sidang.
dan memulihkan mood. Namun Ivy berpesan,
“Menguasai bahan dan membaca lagi teori yang kita tulis, itu akan membantu saat sidang berlangsung. Karena dalam ruang sidang kita diajak untuk berdiskusi mengenai topik yang kita buat,” ujar mahasiswi yang
jangan sampai mahasiswa terlena setelah selesai sidang, karena biasanya masih ada revisi yang perlu dikerjakan. Menurutnya, lebih baik segera menyelesaikan revisi agar dapat wisuda sesuai dengan target yang diinginkan.
juga sedang berkuliah di jurusan Hubungan
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
13
Puisi
Fatamorgana oleh: Aalaa Hilyati
Melihat keindahan semu Bergilir memberi arti cinta Kasih hanya sebuah petaka kala itu Mencoba hadir di tengah kegelapan Tak ada yang tahu alurnya Dia hanya asik menyaksikan Sedang yang lain pontang panting hilang arah Dia masih asik tersenyum Sedang Yang lain menunggunya bertitah Apa yang kelak dikatakannya Tak kan menjadikan semesta ini tertawa Semua tetap sama Sibuk menelusuri jejak-jejak kepedihan
14
GETAR • April 2014
Rekomendasi oleh: I Desak Ketut Titis Ary Laksanti
CERITA BUAT PARA KEKASIH AGUS NOOR | Penerbit Buku Kompas | 173 halaman
| 2014
REVIEW: Agus Noor dikenal sebagai seorang penulis yang unik, selalu memainkan logika pada setiap cerpennya, tetapi masih dekat dengan suasana percintaan dan kekasih. Kumcer ini berjumlah 9 cerpen yang khas, bercerita panjang lebar dengan gaya bahasa seharihari. Agus Noor juga menyisipkan fiksimini andalannya. Fiksimini adalah cerita yang terdiri dari 1 paragraf, 1 halaman, dan lebih pendek dari cerpen pada umumnya. Secara umum, kumpulan cerpen ini menceritakan sudut-sudut kehidupan manusia beserta segala persoalannya. Buku ini direkomendasikan untuk semua kalangan yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan masyarakat Indonesia!
SEPERTI DENDAM RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS EKA KURNIAWAN | PT Gramedia Pustaka Utama | 252 halaman
| 2014
REVIEW: Kita telah mengenal sosok Eka Kurniawan yang kerap kali mengangkat masalah yang berkaitan dengan sosialisme pada setiap karangannya. Bepihak kepada kaum proletar, Eka mengangkat masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan masyarakat Indonesia. Biasanya merupakan hal yang dekat dengan hal metropolitan, namun di sini sex sebagai “simbol” dan realita di dalam kehidupan masyarakat pedesaan pada umumnya. Novel ini juga masuk dalam 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa ke-14.
KUMPULAN PUISI: RUSA BERBULU MERAH AHDA IMRAN | Penerbit Kiblat | halaman
| 2014
REVIEW: Buku ini merupakan kumpulan sajak Ahda Imran yang terbaru. Sajak-sajaknya adalah sajak-sajak yang sadar diri, puisipuisi yang tertegun saat merenungkan dirinya .Sebuah kumpulan puisi yang unik karena
Ahda Imran menggunakan hewan-hewan
sebagai simbol estetika perilaku manusia. Seperti ular, serigala dan lain sebagainya. Kumpulan puisi ini masuk kedalam kategori 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa ke 14.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
15
Rekomendasi
MALAIKAT LERENG TIDAR REMY SYLADO | Penerbit Buku Kompas | 544 halaman
REVIEW:
| 2014
Bercerita tentang sebuah perjalan yang dilakukan
oleh manusia biasa. Ia menjadikan kekuatan cinta sebagai hal yang paling utama dalam menjalani segala biduk permasalahan dalam kehidupan. Remy Silado acap kali mengemas segala permasalahan tersebut dengan bahasa ringan dan mudah dipahami para pembacanya. Seperti covernya, novel ini juga keren pada setiap paragrafnya. Membawa hal-hal yang berbau sejarah dan budaya membuat pembaca semakin penasaran untuk membaca kelanjutan dari setiap babaknya. Remy juga mengangkat sisi emosional, heroik dan menyelipkan unsur komedi didalam novel ini yang membuat pembaca beberapa kali tergelak.
AKSARA AMANUNA RIO JOHAN | KGP | halaman
REVIEW:
| 2014
12 manusia, 12 zaman, 12 cerita. Semua berusaha
menghadapi sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Amananunna di zaman Sumeria harus merasakan pahitnya karma. Tokoh ‘aku’ di zaman modern berusaha lari dari sistem komunitas sadomasokis yang bagai apel terlarang. Kevalier d’Orange di Prancis abad pertengahan mencoba berkompromi pada sistem masyarakat dan keadaan dirinya. Seorang pemuda di Ginekopolis, suatu negeri di tahun 8475, diculik dan dipaksa melawan takdir. Ada juga kisah seorang gadis remaja yang terpaksa menyamar jadi laki-laki karena keadaan, mengikuti lika-liku nasib, dan akhirnya terempas dalam situasi tak terduga. Penasaran?
PAYUNG TEDUH “BERDUA SAJA” REVIEW:
Payung Teduh memang mempunyai ciri khas pada
setiap lirik lagunya yang ditulis seperti seperti puisi. Pemilihan diksi yang sangat puitis kerapkali membuat para pendengar lebih nyaman dan gampang memahami setiap kata-katanya. Termasuk lagu “Berdua Saja”. Satu kata untuk Payung Teduh! Keren!
16
GETAR • April 2014
Rehat
Mengatasi Rasa Kantuk Saat Kuliah oleh: Adi Nugroho
Pergi ke Solo sambil minum es, halo gaes... PERNAH GAK SIH merasa ngantuk di tengah pelajaran? Padahal mata kuliah itu penting banget. Pernah juga nggak sih lagi, ditanya serius sama dosen, eh malah mengheningkan cipta? Pasti pernah dong ya. Wqwq. Nah, kadang perasaan mengantuk di kelas memang sangat menyebalkan. Apalagi saat dosen killer, ih ngeriii. Oleh karena masalah yang menimbulkan keresahan itulah, ini ada tips buat kamu para mahasiswa agar bebas dari serangan kantuk di kelas.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
17
Rehat
1. Duduk paling depan Ini
adalah
juga. Tubuh yang kurang air dan kelelahan
cara
preventif
atau
pencegahan. Duduk di kursi paling depan membuat kita terpaksa harus berhadapan dengan dosen secara head to head dan
akan mudah mengantuk. Jadi isilah ragamu dengan air kehidupan. 4. Diskusi
secara
Kalau kantuk sudah mulai menyerang,
tidak
cobalah berdiskusi tentang mata kuliah itu,
mengantuk di kelas adalah dengan duduk
entah bertanya kepada dosen atau kepada
di kursi paling depan! Tapi jangan duduk di
teman sebelah. Kalau terpaksanya nggak
kursi dosen ya. Nanti bisa disuruh menutup
nyambung ketika mendiskusikan mata kuliah,
pintu.............dari luar. Wqwq.
diskusilah sejenak tentang hal-hal lain, seperti
membuat
kita
otomatis.
So,
menjadi langkah
terjaga awal
agar
berita terbaru. Tapi ingat, diskusi ya, jangan 2. Duduk tegap
mengadakan rapat akbar. Nanti semua malah
Lho? Emang ada pengaruhnya ya posisi duduk? Ya jelaslah. Kan nggak enak ya kalau kita duduk bersandar, tiba-tiba tanpa sadar
disuruh menutup pintu..........dari luar. 5. Cuci muka
kita masuk dalam kondisi rileks sepenuhnya,
Nah, ini nih cara ampuh! Kalau kamu
kemudian tanpa sadar kita melorot. Melorot.
sudah duduk di depan, sudah duduk tegap,
Melorot. Sampai akhirnya tidur terlentang di
sudah makan permen mint sampai satu
lantai kelas. Sumpah, itu nggak asyik banget.
kardus, tapi kok masih saja mengantuk, ini
Maka, aturlah posisi tubuh kalian, usahakan
adalah cara terakhir yang dijamin 98% berhasil.
badan kamu tegak lurus dengan permukaan
Mintalah izin pada dosen untuk sejenak ke
bumi. Eh, permukaan kursi. Kira-kira 90o lah,
kamar mandi dan mencuci muka. Jangan
kurang sedikit. Jangan berlebihan ya. Alasan
ngomong mau mencuci baju ya, nanti disuruh
pertama, tidak baik menggunakan sudut lebih
menutup pintu lagi.........dari luar. Mencuci
dari itu, apalagi kalau nekat sampai 360o.
muka dapat mengembalikan keremajaan kulit
Alasan kedua, Tuhan tidak menyukai orang-
(wesyeh) dan kesegaran tubuh lho. Yakin deh
orang yang berlebih-lebihan. Ciye.
setelah cuci muka, rasa ngantuk pasti sirna ditelan bumi dan wajah kembali segar seperti
3. Makan Permen Mint Kebanyakan
dosen
baru dipetik dari pohonnya. mempersilakan
mahasiswanya untuk minum dan makan makanan kecil, salah satunya permen. Nah, gunakan kesempatan ini untuk mengatasi rasa kantuk yang menyerang. Makanlah permen mint agar kamu kembali segar dan kantuk berkurang. Kalau perlu minum air putih
18
GETAR • April 2014
Nah itulah tips mengusir rasa kantuk yang
menyerang
saat
kuliah.
Semoga
bermanfaat ya. Semoga lancar kuliahnya dan cepat pakai toga. Wqwq.
Kontributor Kontributor
YUNIARDI FADILAH
WAHYUNING PRASTIWI
Warga Jember yang merantau ke Jogja
Wahyuning
Pratiwi
biasa
disapa
ini Hobi bermain futsal dan membuat fiksi
Tiwi. Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia
mini. Tulisannya dapat dilihat di goresanlayu.
Universitas
tumblr.com.
Karyanya
Mada
tahun
2013.
merupakan
hasil
penglihatannya memperhatikan sesuatu di
TITO JULY HARYANTO Penggemar berat Liverpool. Alumi SMAN 2 Yogyakarta ini merupakan ‘bapak’
Gadjah
kebanyakan
bagi
Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2013.
sekitarnya. Tiwi dapat dihubungi via pesan singkat di 089635713933 atau via kicauan @W_Prastiiwii AALAA HILYATI
Tito dapat disapa melalui twitter @titofls.
Lahir 28 Juni 1994, mahasiswi Sastra
AYU ROSIDAH Seorang mahasiswa kelahiran Kudus, 25 Juli 1996, hobi menulis puisi, membaca karya sastra (khusushnya puisi). Kegiatan membaca dan bersosialisasi dijadikan inspirasi untuk
Indonesia angkatan 2013 ini menggemari panda, Masha and The Bear, dan warna ungu. Wanita kalem ini bisa disapa lewat twitternya @alahilya
menulis puisi. Ayu Rosidah dapat dihubungi via pesan singkat di 085641913665.
GETAR • Buletin Sastra Indonesia
19
Ramu Rima
Ganteng-ganteng Sasindo
Main Takraw
Latihan Sasporte
#MomenSasindo
I @KMSIUGM
Latihan Dasar Kepemimpinan
Pembantu KMSI 2014-2015