BANGUNAN PENGOLAHAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN KOTA BATU
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Perolehan Gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh : RAKA DEWANGGA NIM. 0910650072
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR 2013
BANGUNAN PENGOLAHAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN KOTA BATU Raka Dewangga, Edi Hari Purwono, Nurachmad Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT Haryono 167, Malang 65141, Indonesia ABSTRAK Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertanian yang melimpah dan berkualitas tinggi. Namun sayangnya kondisi ini tidak didukung dengan sarana dan sumber daya manusia yang mampu meningkatkan nilai jual produk terhadap daya saing global. Hal ini menjadi pemicu terjadinya beberapa masalah pada pertanian kita tentunya, juga pada perindustrian negara yang menjadi kunci untuk peningkatan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia. Kota Batu sebagai salah satu kota agropolitan di Indonesia, cukup berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Dilihat dari beberapa aspek bahwa kota Batu memang membutuhkan pengembangan lebih lanjut pada bidang pertanian dan perindustriannya. Ini bisa didukung dengan alam pertanian kota Batu yang melimpah menyelaraskan dengan visi misi kota Batu sebagai Kota Wisata Batu. Salah satu pengembangnya adalah CV. Arjuna Flora yang terletak di Desa Junggo, Kota Batu. Tempat ini membutuhkan pengembangan dan rancangan untuk bangunan produksi pertanian mereka. Menjadi kesempatan besar bagi saya untuk menanggapi hal tersebut untuk menjadi rujukan tempat pengaplikasian ilmu arsitektur yang sudah saya pelajari. Bangunan Pengolahan Hasil Produksi Pertanian Kota Batu dengan Optimalisasi Material Alam Sekitar Pada Bangunan Industri menjadi topik utama sekaligus masalah yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penulisan laporan skripsi ini.
Kata kunci : bangunan industri, material alam, produksi pertanian
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Batu adalah salah satu kota agropolitan di Indonesia. Mempunyai lahan pertanian yang subur, menjadikan pertanian sebagai salah satu sumber penting untuk pendapatan kota Batu. Dengan pengembangan Batu pada sektor wisata juga akan menambah daya dukung perekonomiannya. Namun kondisi pasar berbeda dengan apa yang ada. Overproduce menjadi kerugian tersendiri
pada pertanian kota Batu. Perlu adanya wadah yang memfasilitasi hal tersebut, dimana juga bertujuan untuk menambah nilai jual produk kota Batu yang dapat meningkatkan kualitas masyarakatnya juga menambah perekonomiannya. Masryrofie (1996) dalam Hanani et al (2003), mengemukakan pada masa mendatang peranan agroindustri sangat diharapkan dalam mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran serta sekaligus sebagai penggerak industrialisasi pedesaan. Dampak positif dari agroindustri
yang telah tumbuh dan berkembang di daerah pedesaan adalah membuka antara desa satu dengan desa lainnya atau dengan kota sehingga memberikan kesempatan kepada penduduk desa untuk mendapatkan pendapatan yang seragam. Agroindustri menjadi solusi untuk permasalahan diatas. Salah satu penggerak agroindustri di kota Batu saat ini adalah CV. Arjuna Flora yang membutuhkan pengembangan pada tempat usahanya.
Tentunya juga kesesuaian dengan tata aturan bangunan industri makanan yaitu, GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) pada industri makanan.
Perkembangan industrialisasi memunculkan pemahaman baru pada arsitektur. Disinilah arsitektur hadir dalam desain bangunan industri karena sebuah arsitektur berkaitan erat dengan sebuah penataan ruang (pada proses produksi) agar lebih efisien dan higienis. Faktor kenyamanan pada bangunan industri juga sangat mempengaruhi kualitas pada produksi tersebut. Manusia sebagai pekerja perlu mendapat sebuah ruang yang layak untuk memaksimal proses produksi, juga dengan pertimbangan tata letak mesin dan sistem operasional bangunan yang sesuai. Tidak kalah penting faktor kebersihan dan keamanan lingkungan juga perlu dipikirkan, apalagi biasanya limbah industri yang cukup berbahaya bagi lingkungan, terlebih lagi Batu sebagai kawasan pertanian.
Tujuan
Potensi alam kota Batu perlu dilestarikan. Optimalisasi material alam sekitar pada bangunan indsutri menjadi tantangan utama yang perlu dijawab. Penggunaan material alam tentunya didasari dengan kebutuhan dan kesesuian dengan permasalahan yang ada. Adanya bangunan industri pada kawasan pertanian dan wisata perlu ditegaskan dengan bentuk arsitektural yang menjelaskan tentang dimana keberadaan bangunan tersebut.
Rumusan Masalah Bagaimana perancangan Bangunan Pengolahan Hasil Produksi Pertanian Kota Batu dengan optimalisasi material alam sekitar pada bangunan industri?
1. Mencari alternatif pemilihan material dan struktur yang disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan proyek, dan potensi setempat yang ada. 2. Perancangan tempat Bangunan Pengolahan Hasil Pertanian Kota Batu dengan menyelaraskan kondisi dan kebutuhan masyarakat kota Batu guna meningkatkan produktivitas pertanian kota Batu dan mensejahterakan masyarakat sekitar.
TINJAUAN PUSTAKA Agroindustri Menurut Hanani et al (2003), Agroindustri adalah perpaduan antara pertanian dan industry dimana kemudian keduanya menjadi sistem pertanian dengan berbasis industry yang terkait dengan pertanian utamanya pada sisi penanganan paska panen. Tata Letak Pabrik Terdapat beberapa jenis produksi pada industri pengolahan pertanian ini. Terbagi menjadi 2, pengolahan setengah jadi ( Beniimo dan Bunga Potong) dan pengolahan jadi (Pengolahan
Hortikultura). Maka dari itu dipilih tata letak pabrik yang fungsional dan dapat mewadahai seluruh aktivitas proses produksinya. Tata letak job shop menjadi pillihan yang cukup tepat untuk permasalahan diatas. Job shop biasanya disebut juga tata letak proses atau fungsional, dimana mesin-mesin sejenis dikumpulkan pada satu lokasi yang sama. Tata letak proses cenderung mengandalkan perencanaan dan keterampilan profesionalmanusia. Kelebhihan-kelebihanya adalah : 1. Fleksibel dalam mengerjakan pesananpesanan beraneka ragam 2. Kepuasan kerja karena setiap pekerja mendapat tugas yang variatif dan menantang 3. Investasi yang rendah pada mesinmesin khusus. Klasifikasi Industri Berdasarkan hasil tinjauan dari Keputusan Menteri Perindustrian No.148 Tahun 1995 dan RTRW Kota Batu 2011, maka Bangunan Pengolahan Hasil Produksi Pertanian Kota Batu ini termasuk dalam kategori industi sedang. Ciri-ciri industri sedang sebagai berikut. 1. Modal lebih besar daripada industri kecil. 2. Tenaga kerja berjumlah 20 sampai 99 orang. 3. Sudah menggunakan teknologi yang cukup tinggi tetapi masih banyak menggunakan tenaga manusia. 4. Sudah menerapkan meskipun masih sederhana.
manajemen
5. Sudah ada pembagian kerja, misalnya bagian keuangan, administrasi, produksi, dan pemasaran. Sistem Pengolahan Air Limbah Ada 3 tahapan dalam pengolahan air limbah pada bangunan industri ini : Primary : Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Secondary : Menghilangkan partikelpartikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Tertiary : Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis. Material Pada Bangunan Industri Sesuai dengan rumusan masalah bahwa material alam sekitar akan digunakan pada bangunan ini, yaitu kayu dan batu kali. Jika diperhatikan rasio kuat dibanding berat volumenya. Paling tidak efisien adalah beton, sedangkan kayu mempunyai efisiensi lebih tinggi dibanding baja. Itu menunjukkan pada berat yang sama maka kayu mempunyai kekuatan yang lebih baik. Dengan hal ini potensi kayu yang tidak dapat diabaikan
jika digunakan kayu sebagai material konstruksi.
METODE PERANCANGAN 1. Gagasan Tahap perumusan gagasan yaitu proses berpikir secara sistematis dengan pencarian ide gagasan dengan isu yang berkembang saat ini, yang berhubungan dengan konteks objek perancangan Bangunan Pengolahan Hasil Produksi Pertanian Kota Batu. 2. Pengumpulan data Mencari informasi-informasi dan data yang berguna untuk objek perancangan dan topik gagasan yang muncul dan akan berguna pada tahap-tahap perancangan yang selanjutnya. 3. Analisis dan sintesis Suatu pengolahan data yang didapatkan yang dihubungkan satu sama lain untuk mendapatkan sebuah kesimpulan awal yang dapat berupa beberapa alternatif konsep yang dapat dijadikan suatu acuan perancangan dan digunakan untuk memecahkan permasalahan desain 4. Perancangan Perancangan ini dilakukan berdasarkan beberapa alternatif konsep yang dilakukan berdasarkan eksplorasi desain yang dilakukan, meliputi eksplorasi ruang, eksplorasi tapak dan ruang luar, serta eksplorasi bentuk dan tampilan bangunan. 5. Evaluasi Evaluasi dilakukan berdasarkan beberapa alternatif konsep yang
telah dievaluasi berdasarkan analisa ulang, yang nantinya evaluasi ini akan mencari desain yang telah sesuai dan dianggap mampu menyelesaikan permasalahan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada awal tahapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Lokasi Kota Batu secara geografis terletak pada 744'55,11" - 826'35,45" Lintang Selatan dan 12217'10,90" 12257'00,00" Bujur Timur. Luas tapak adalah 5.426,13 m2. Terletak di desa Junggo yang merupakan daerah pertanian subur di Kota Batu. Berbatasan langsung dengan perkebunan dan daerah pemukiman warga.
Gambar 1 Letak Tapak Pada Kota Batu Sumber : googleearth
Eksisting Tapak Bangunan terbangung pada tapak adalah pada kantor, storage, gapoktan, dan cafe. Bangunan terbangun pada kantor (lantai 2) dan storage (lantai 1) adalah bekas bangunan rumah tinggal lama dengan kondisi fisik dan tata ruang yang masih relatif sama sebagai fungsi rumah tinggal pada umumnya. Analisa Ruang A. Analisa fungsi Perancangan bangunan pengolahan hasil pertanian kota batu ini didasarkan pada fungsi dan kondisi pada CV. Arjuna Flora sebagai tempat perancangan. CV. Arjuna Flora bergerak dalam usaha beberapa produksi pengolahan hasil pertanian, yaitu : pengolahan beniimo, pengolahan hortikultura, dan produksi bunga potong.
Gambar 3 Diagram Alur Pengolahan Jadi
B. Analisa pelaku dan aktivitas
Gambar 2 Diagram Alur Pengolahan Setengah Jadi
Gambar 4 Diagram Alur Aktivitas Produksi
Analisa Dan Sintesa Tapak A. Dimensi
untuk memaksimalkan KDB dan KLB yang tersedia.
Gambar 6 Zoning Massa Bangunan F. Sirkulasi Penataan sirkulasi kendaraan dibatasi dengan vegetasi, karena menyesuaikan dengan lingkungan sekitar pertanian. Kemudian pintu masuk dan pintu keluar akan dibedakan agar sirkulasi dalam tapak bisa terjaga dan tertata. Gambar 5 Dimensi Tapak B. Orientasi Bangunan Orientasi bangunan dipengaruhi oleh arah sinar matahari dan bentuk tapak yang memanjang. C. View Tapak Kondisi tapak yang lebih rendah dari luar tapak ± 6m memungkinkan untuk membuat ruang yang lebih privasi untuk area produksi. D. Landscaping Kondisi tapak yang berkontur sangat memungkinkan untuk pengolahan kontur menggunakan metode cut and fill. E. Zoning Dengan kondisi tapak yang relatif sempit untuk kapasitas industri sedang, maka zoning vertikal bisa menjadi solusi
Analisa Material Bangunan Industri A. 1. 2. 3. 4. 5. B.
Syarat Material Bebas racun dan higienis Mudah pembersihan dan perawatan Fire resistance Kedap air Kuat dan awet Pemilihan Material
Pemilihan material didasarkan pada syarat material dan kebutuhan bangunan yang sesuai rumusan masalah. Sistem Operasional Bangunan A. Pasokan Air Bersih Kebutuhan air bersih adalah 27.000 L/hari. Ini berdasarkan hasil perhitungan dari kebutuhan proses produksi, jumlah kebutuhan pegawai, dan 20% estimasi kebutuhan lain pada tapak.
B. Sistem Kebersihan Keamanan Kerja
dan
Sistem kebersihan kerja adalah dengan memfasilitasi pekerja dengan beberapa fasilitas untuk bersih diri, seperti sink, hand drying, shower, dan toilet.
Hama yang sering dijumpai pada sekitar tapak adalah tikus, serangga, semut/rayap, dan jamur/lumut. Maka diperlukan antisipasi untuk hama tersebut adalah air curtain, electric fly killing, air lock system, dan penutup lubang saluran.
Gambar 9 Sistem Pengendalian Hama Konsep Perancangan Gambar 7 Sistem Kebersihan Dan untuk keamanan kerja tentunya dilengkapi dengan fasilitas firsi aid kit, secure door system, dan sirene. Juga keamanan untuk kebakaran dilengkapi dengan heat detector, smoke detector, firebell, sprinkler, dan hydrant.
A. Konsep Tapak Sesuai dengan Peraturan Jalan Raya Pasal 28, maka luas tapak harus dikurangi 9 meter ke dalam area tapak. Juga pemanfaatan kontur sebagai penghawaan alami pada bangunan karena ada beda ketinggian. B. Material Penggunaan material utama adalah kayu jati dan akasia yang banyak ditemukan di sekitar kawasan tapak. Untuk zona bangunan penghubung (dilatasi) adalah memakai material alam non kayu, yaitu batu kali, sebagai antisipasi merambatnya kebakaran.
Gambar 8 Sistem Kebakaran C. Sistem Pengendalian Hama
C. Konsep Penanganan Limbah Zero waste management adalah konsep dimana pengolahan limbah tanpa sisa, seperti kaidah permaculture yang sering digunakan pada bidang pertanian. Ini
sangat sesuai dengan Kota Batu sebagai kota agropolitan yang mencerminkan pelestarian lingkungan dan pertanian.
KESIMPULAN - Material alam bisa dioptimalkan pada bangunan industri makanan pada taraf perindustrian menengah (sedang). Penggunaan material alam ±70% pada perancangan ini. - Material alam membuthkan treatment khusus pada untuk mencapai kualitas yang dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan proses produksi. Membuat biaya lebih mahal dan pelaksanaan lebih lama. - Potensi alam dan sumber daya sekitar terberdayakan dengan penggunaan material alam sekitar.
SARAN - Konsep dan gagasan desain pada perancangan sebaiknya sesuai dengan kebutuhan bangunan. - Penggunaan material alam pada bangunan industri harus memiliki treatment khusus pada pengaplikasiannya, begitupun material fabrikasi. - Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dipatuhi pada setiap proses produksi, karena menyangkut dengan keberlanjutan sebuah industri. - Sistem bangunan juga harus mendukung proses produksi, guna meminimalisir setiap resiko yang ada pada setiap proses produksi dan pengaplikasian perancangan bangunan tersebut. - Keputusan desain pada proyek tentunya sangat bergantung pada kondisi alam, fisik, dan SDM sekitar tapak.
DAFTAR PUSTAKA Badan Agribisnis. 1997. Rencana Strategis Badan Agribisnis Repelita VII. Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Gitinger, J.P. 1982. Economic Analysis of Agricultural Project. John Hopkin University Press. USA. Suprapto.Karakteristik Penerapan dan Pengembangan Agroindustri Indonesia. 2000
di
Wignjosoebroto. Tata Letak Pabrik. 2005. Jogjakarta : Penerbit ANDI Frick, Heinz. 1979. Mekanika Teknik 1 Statika dan Kegunaannya. Yogyakarta : Kanisius Neufert, Ernst & Amril, Sjamsu. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Metcalf and Eddy., 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse, 3rd Eddition. Singapore: McGraw-Hill Book Co. Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1999. Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja. Jakarta. Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.