RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP BIOKLIMATIK DI KOTA MALANG
ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh : DELFTA YUGASWARA NIM. 0810650034
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR 2014
RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP BIOKLIMATIK DI KOTA MALANG Delfta Yugaswara, Beta Suryokusumo, Subhan Ramdlani Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur FT Universitas Brawijaya Malang E-mail :
[email protected] ABSTRAK Kota Malang merupakan salah satu kota terpadat penduduknya di Jawa Timur. Bertambahnya penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya lahan, membuat harga properti menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah menyediakan permukiman vertikal dengan harga sewa/beli terjangkau yang biasa disebut rumah susun (untuk selanjutnya disingkat rusun). Untuk itu pemerintah kota Malang merencanakan membuat rusun di kawasan Kedung kandang Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan programatik. Analisa dilakukan berdasarkan survey lokasi dan hasil pencarian data berupa data fisik tapak, kependudukan, dan klimatologi. Sedangkan, studi komparasi dilakukan terhadap Rumah Susun yang memakai respon terhadap ikim sebagai referensi. Kajian yang dilakukan antara lain mengenai aspek tanggap iklim. Kajian dilakukan untuk membantu dalam memahami karakteristik bangunan terhadap iklim. Dengan kajian ini diharapkan dengan konsep arsitektur bioklmatik yang merupakan konsep desain bangunan tanggap iklim terhadap tempat bangunan itu berada, tidak terkecuali penerapannya pada rusun. Kata kunci : rumah susun, tanggap Iklim, bioklimatik 1. PENDAHULUAN
temperatur udaranya sangat tinggi rata-rata
Latar Belakang
minimum 23,6 °C dan maksimum 34°C
Bioklimatik merupakan salah satu dari
aspek
arsitektur
Dengan
50%. Kondisi tersebut menyebabkan suhu
dapat
ruangan terlalu panas yang disebabkan
mengarahkan arsitek untuk mendapatkan
oleh adanya radiasi dinding atau langit –
penyelesaian
dengan
langit atau disebabkan oleh meningkatnya
memperhatikan hubungan antara bentuk
kelembaban dalam ruang tersebut akibat
arsitektur dengan
minimnya
pendekatan
hijau.
dan kelembaban udara rata-rata minimum
bioklimatik desain lingkungannya
dalam
aliran
udara,
sehingga
kaitan iklim daerah tersebut. Kota Malang
menghambat pencapaian kenyamanan fisik
mempinyai iklim tropis lembab yang
bagi
pengguna bangunan
yang pada
umumnya. Menurut Frick (2006) dalam
nyamanan yang dibahas disini terutama
mencapai kenyamanan bagi pengguna di
terkait dengan desain bangunan rusun
dalam ruangan dapat ditentukan dengan
tersebut.
hubungan antara suhu udara, kelembaban udara, gerakan angin, dan sirkulasi udara.
Permasalahan umum yang ada pada rusun
terjadi
karena
kurangnya
Kota Malang merupakan salah satu
pemahaman mengenai bangunan tanggap
kota terpadat penduduknya di Jawa Timur.
iklim. Salah satu contoh kasus adalah
Bertambahnya
tidak
kondisi temperatur pada rusun Dupak
diimbangi dengan bertambahnya lahan,
Bangunrejo di Surabaya yang mengalami
membuat harga properti menjadi mahal
over-heating pada pukul 11.00-17.00. Hal
dan tidak terjangkau oleh masyarakat yang
ini dikarenakan faktor dari penghawaan
berpenghasilan
ini
alami yang tidak berjalan dengan baik
untuk
(Indrani, 2008). Kesalahan dari peletakan
tinggal di tempat-tempat yang tidak layak,
ventilasi dan bukaan juga menjadi masalah
seperti di daerah bantaran Sungai Brantas.
rusun yang ada. Pada penelitian terhadap
Disebut tidak layak karena daerah tersebut
kualitas pencahayaan alami pada 7 unit
merupakan area hijau untuk penyerapan
rusun di Surabaya ditemukan bahwa,
air, sehingga mudah longsor dan rawan
ukuran dan pengaturan bukaan pada sisi
terkena banjir. Salah satu solusi untuk
bangunan yang bervariasi mempengaruhi
mengatasi
distribusi pencahayaan alami di dalam
akhirnya
penduduk
rendah.
memaksa
masalah
yang
Keadaan
masyarakat
tersebut
adalah
menyediakan permukiman vertikal dengan
ruangan.
harga sewa/beli terjangkau yang biasa
Pada rumah susun di kota malang
disebut rumah susun (untuk selanjutnya
yang terdapat di daerah kedung kandang
disingkat rusun). Untuk itu pemerintah
dari hasil pengamatan terdapat masalah
kota
pada pencahayaan dan penghawaan karena
Malang
rusun
di
merencanakan
kawasan
Kedung
membuat kandang
(Mulyadi, 2013) ditinggalkan oleh penghuninya karena faktor kenyamanan yang tidak memadai 2011).
Ketidak-nyamanan
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi penghuni
bangunan rusun
memperhatikan
unsur
iklim.
Terdapat tower yang menghadap langsung
Kebanyakan dari rusun tersebut
(Bernadi,
kurang
itu
maupun sendiri.
perilaku Ketidak
ke arah matahari, ini dapat menyebabkan permasalahan seperti rumah susun di atas.
Penggunaan material yang tepat dan karena bangunan ini merupakan bangunan rumah
susun
yang
bersubsidi
maka
pemilihan material ini juga mengutamakan efesiensi. 2.
Penempatan Bukaan Jendela
Gambar 1.1 Eksisting rumah susun kedungkandang Malang
Bukaan
jendela
sebaiknya
menghadap utara dan selatan sangat
Dari eksisting yang sudah ada perlu
penting
untuk
mendapatkan
orientasi
dilakukan redesain pada tower yang
pandangan. Jika memperhatikan alasan
menghadap langsung ke arah matahari, dan
easthetic, curtain wall bisa digunakan pada
agar dapat memaksimalkan penghawaan
fasad bangunan yang tidak menghadap
alami.
matahari.
Permasalah
tersebut
dapat
diselesaikan dengan konsep arsitektur
3.
bioklmatik yang merupakan konsep desain bangunan
tanggap
iklim
Penyekat Panas Insolator panas yang baik pada
kulit
bangunan
dapat
mengurangi
terhadap tempat bangunan itu berada, tidak
pertukaran panas yang terik dengan udara
terkecuali penerapannya pada rusun.
dingin yang berasal dari dalam bangunan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
4.
Menggunakan Alat Pembayang
Prinsip-prinsip Arsitektur Bioklimatik
Pasif
Menurut Kenneth Yeang
Pembayangan
sinar matahari
Konsep bioklimatik yang diusung
adalah esensi pembiasan sinar matahari
Ken
mendesain
pada dinding yang menghadap matahari
bangunan tinggi telah menjadi tolak ukur
secara langsung (pada daerah tropis berada
dari esttika desain massa dan prinsip-
disisi timur dan barat)
prinsip teknis.
5.
Menentukan Orientasi
1.
.
Orientasi bangunan sangat penting
oleh
Yeang
dalam
Desain Pada Dinding Penggunaan
yang
untuk menciptakan konservasi energi.
dengan
Secara umum, susunan bangunan dengan
lingkungan dapat dijadikan sebagai kulit
bukaan menghadap utara dan selatan
pelindung. Material bangunan merupakan
memberikan
salah satu aspek dalam insolator panas.
mengurangi insulasi panas.
menghubungkan
mebran bangunan
keuntungan
dalam
6.
Penggunaan Balkon
diawali
dengan
Karena adanya teras–teras yang
masalah
yang
mengidentifikasi ada
pada
tapak,
lebar akan mudah membuat taman dan
lingkungan sekitar, penghuni, serta
menanam tanaman yang dapat dijadikan
kendala yang ada pada rumah susun
pembayang sinar yang alami, dan sebagai
yang ada.
daerah
fleksibel
akan
mudah
untuk
B. pengumpulan data baik berupa data
menambah fasilitas – fasilitas yang akan
primer maupun data sekunder yang
tercipta dimasa yang akan datang.
berkaitan dengan perancangan rumah
7.
susun di kota Malang.
Hubungan Terhadap Landscape Menurut
dasar
C. metode kualitatif ataupun kuantitatif.
bangunan tropis seharusnya lebih terbuka
Analisa data yang dilakukan bertujuan
keluar dan menggunakan ventilasi yang
untuk menentukan solusi atau konsep
alami karena hubungan lantai dasar dengan
desain
jalan juga penting. Fungsi atrium dalam
ditemukan.
ruangan
pada
Yeang,
lantai
lantai
dasar
dapat
dari
permasalahan
yang
D. proses perancangan, langkah pertama
membuat bangunan menjadi lebih sejuk
yang akan dilakukan mengidentifikasi
8.
Membuat Ruang Transisional
masalah
Menurut Yeang, ruang transisional
menentukan penyelesaiaannya dengan
dapat diletakkan ditengah dan sekeliling
mengacu pada latar belakang yang
sisi bangunan sebagai ruang udara dan
ada.
yang ada di lokasi untuk
atrium.Ruang ini dapat menjadi ruang
E. mengumpulkan data yang ada, dimana
perantaran antara ruang dalam dan ruang
di dalam pengumpulan data terdapat
luar bangunan
metode survei dan studi komparasi objek, F. Pada tahap perancangan hal – hal yang
3. METODE PERANCANGAN
dijadikan parameter mendesain rumah
Metode Umum dan Tahapan
susun sewa di Malang adalah hasil
Perancangan Metode yang di gunakan pada proses kajian perancangan “Rumah Susun dengan
konsep
bioklimatik
di
kota
Malang” adalah : A. menggunakan
metode
deskriptif
analisis. Metode pada perancangan ini
dari proses analisis dan sintesa, yang akan di perhatikan dalam merancang tata massa, sistem perletakan vegetasi pada bangunan, sistem pencahayaan dan penghawaan alami serta sistem sanitasi yang dapat diterapkan pada tapak, bangunan dan ruang. Teknik
penyajian gambar perancangan akan
mendapat sinar matahari sepanjang tahun.
menggunakan gambar secara digital
Garis peredaran matahari pada tapak dapat
dengan
dilihat pada info grafis pada gambar
menggunakan
aplikasi
autocad, sketchup, dan ecotect. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi objek perancangan berada di
Kecamatan
Kedungkandang
Kota
Malang seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut. Banyak potensi yang terdapat di sekitar tapak. Potensi yang ada
Gambar Peredaran matahari tahunan (Sumber : Analisis menggunakan software Ecotect analysisi)
Eksisting Tapak :
adalah potensi alami, seperti keberadaan
- Tapak memanjang membentuk L pada
lahan hijau dan Sungai Brantas di sisi barat
arah Timur laut – barat daya dan barat laut
dan utara tapak.
– tenggara. Pembayangan yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.1 Batas-batas dan kondisi di sekitar tapak
Adapun batas-batas wilayahnya sebagai
Gambar 4.5 Pembayangan pada tapak
Analisis Angin
berikut :
Berdasarkan analisis menggunakan
Utara
: Makam, Kawasan Hijau
Timur
: Permukiman penduduk
software Vasari Analysis, arah angin pada
Selatan
: Permukiman penduduk
tapak bergerak dari arah utara-selatan.
Barat
: Kawasan Hijau
Sesuai dengan teori yang dipaparkan
Tapak memiliki luas ± 5500 m², dengan
Yeang, Apabila orientasi bangunan tegak
garis sempadan jalan 10 m serta
lurus dengan arah datangnya angin dengan
permukaan tanah datar tidak berkontur.
pola penataan massa yang beragam dan perbandingan antara inlet-oulet sebesar 1:2
Analisis Matahari
maka, angin akan lebih leluasa masuk ke
Lokasi tapak yang tidak jauh dari garis
khatulistiwa
membuat
tapak
dalam ruangan sehingga udara dalam ruangan terasa lebih sejuk.
dari susunan ini adalah, kemudahan dalam pemanfaatan
cross
ventilation
serta
kemungkinan kenyamanan termal yang lebih baik dari skenario pertama. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.9 Arah gerak angin pada tapak (Sumber : Analisis menggunakan Software Ecotec Analysis)
Penerapan
Konsep
Bioklimatik
Menurut Kenneth Yeang Terhadap
Gambar 4.33 Arah sinar matahari & Aliran angin pada massa skenario ke-2
Di
Rusun
skenario
terakhir,
penulis
mencoba mengkombinasikan kelebihan a. Orientasi Bangunan Untuk bangunan
dari tatanan masa yang terbentuk di
menentukan
masa utama disesuaikan dengan bentuk
pertama
lahan dengan sisi permukaan terluas
berdasarkan arah peredaran matahari, dan
dihadapkan pada jalan. Namun untuk
yang kedua berdasarkan arah angin.
penempatan
dua
poin
kondisi
skenario pertama dan kedua. Penempatan
iklim
terdapat
berdasarkan
oreintasi
penting,
bukaan/jendela
diarahkan
ke
bentuk
ruangan
termodifikasi
Utara-Selatan,
tetap sehingga
per-unit
menjadi
rusun
seperti
yang
ditunjukkan pada gambar 4.34. Gambar 4.32 Kemungkinan tatanan massa skenario ke-2
Gambar
tersebut
menunjukkan
posisi bangunan yang “canggung” karena permukaan
terluas
bangunan
tidak
menghadap ke arah jalan, dan bangunan menjadi
sangat
berbeda
Gambar 4.34 Arah sinar matahari & Aliran angin pada massa skenario ke-3
Dari hasil analisis tersebut skenario
dengan
ketiga dipilih sebagai formasi tatanan
lingkungannya. Selain itu, pada skenario
massa rusun pada tapak, karena paling
ini tercipta ruang-ruang luar dengan
sesuai
bentuk yang tidak menguntungkan serta
bioklimatik, dan teori pemanfaatan ruang.
dengan
prinsip
arsitektur
potensi fungsi bernilai rendah cenderung menjadi dead space. Sedangkan kelebihan
b. Penempatan Bukaan Jendela
Hal pertama yang dilakukan setelah terbentuknya
masa
mentransformasi
adalah
permukaan
massa
A
menjadi fasad bangunan. Permukaan ini menerima panas yang berlebihan terutama dari sekitar jam 7 pagi hingga siang hari seperti yang
Gambar 4.38 fasad ditransformasi agar ventilasi terhindar dari sinar matahari langsung
itunjukkan pada gambar 4.35.
A
Gambar 4.35 Sisi dinding yang menerima sinar matahari langsung
Gambar 4.39 Insolation Analyisis pada gedung A
c. Hubungan Terhadap Landscape Untuk mengurangi efek heat island digunakan sistem pengangkatan massa bangunan /panggung (kolong bangunan dimanfaatkan sebagai parkir dan area Gambar 4.36 Insolation Analyisis pada gedung A
Sesuai teori maka penempatan bukaan jendelan harus menghadap ke arah Utara-Selatan. mentransformasi tersebut
ke
Maka
penulis
bentuk
permukaan
arah
servis) sehingga memungkinkan tetap terjadinya aliran udara dan evaporasi terhadap lingkungan.
Utara-Selatan.
Transformasi yang diberlakukan tidak mengubah
keseluruhan
bangunan
Gambar 4.42 Pengangkatan masa untuk mengurangi heat island
melainkan hanya perunit rusun saja. Dengan bentuk bangunan blok
Sehingga bentuk permukaan blok rusun menjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.32.
yang
sedikit
“melayang”
diharapkan
terbentuk aliran udara yang. d. Membuat Ruang Transisional
Berdasarkan fungsi ruang yang diprogram,
unit
rusun
yang
mampu
ditampung disetiap blok hanya sebanyak tiga
lantai
Namun
Pasif Shading device di rancang sebagai
penulis
alat pembayangan untuk membatasi panas
lantai
yang dihasilkan oleh matahari. Pada rumah
dengan tujuan untuk membuat ruang-ruang
susun ini konsep shading device dirancang
transisional. Menurut Yeang,1996 ruang
sedemikian rupa untuk dapat menontrol
transisional dapat menjadi ruang perantara
perolehan cahaya matahari sesuai dengan
antara ruang luar dan ruang dalam. Ruang
kebutuhan.
menambahnya
saja.
f. Menggunakan Alat Pembayang
menjadi
empat
ini dapat menjadi ruang udara yang mampu mendorong angin masuk kedalam ruangan. Sehingga blok bangunan berubah bentuk menjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.45.
Gambar 4.48 Shading device terhadap sinar matahari
g. Penyekat Panas Gambar 4.45 aliran angin melalui ruang transisional
e. Penggunaan Balkon
Alat penyekat panas pada rusun ini berupa jaring-jaring yang bisa sebagai
Balkon dirancang sebagai tempat
tempat tanaman rambat. Selain sebagai
penghuni rusun menanam tanaman yang
penyekat panas vegetasi vertikal ini juga
berfungsi sebagai penyaring udara dan
sebagai alat penyaring debu dan penyejuk
juga sebagai penyejuk ruangan. Pada
ruangan.
balkon terdapat shading yang berfungsi sebagai alat pembayangan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan.
Gambar 4.51 Alat penyekat panas
h. Desain Pada Dinding
Material yang digunakan rusun ini selain dapat dijadikan sebagai pelindung
pengontrol
pencahaaan
dan
penghawaan alami..
dan juga harus efisien. Penggunaan batu
3. Hubungan terhadap landscape, untuk
bata pada dinding dengan nilai absorbtansi
mengurangi efek heat island digunakan
radiasi
sistem pengangkatan massa bangunan
matahari
α
=
0,89
dan
menggunakan cat berwarna putih dengan
/panggung
nilai absorbtansi radiasi α = 0,30 dengan
dimanfaatkan sebagai parkir dan area
menggunakan
tersebut
servis) sehingga memungkinkan tetap
penyerapan radiasi matahari yang dapat
terjadinya aliran udara dan evaporasi
membawa panas akan semakin kecil .
terhadap lingkungan.
4.
material
4. Membuat
SIMPULAN DAN SARAN hasil
dari
studi
ini,konsep arsitektur bioklimatik yang merupakan tangap
konsep
iklim
desain
terhadap
bangunan
bangunan
itu
berada,tidak terkecuali penerapannya pada rusun. Proses perancangan di awali dengan mengaplikasikan
teori
ruang
bangunan
transisi,
dengan
mengkosongkan beberapa bagian blok
Simpulan Berdasarkan
(kolong
arsitektur
bioklimatik dari Kenneth Yeang.
untuk menciptakan ruang transisional yang berfungsi sebagai perantara ruang luar dan ruang dalam yang menjadi ruang udara yang mampu mendorong angin masuk kedalam ruangan. Pada rumah susun ini ruangan ini berfungsi sebagai ruang bersama pada tiap lantai. 5. Penggunaan balkon yang berfungsi sebagai
tempat
penghuni
rusun
1. Orientasi bangunan ini dilakukan untuk
menanam tanaman, dengan tanaman
menentukan peletakan bukaan kamar,
yang berfungsi menyejukan ruangan
yang diintegrasikan dengan kondisi
dan pada rumah susun (permukiman
eksisting iklim terkait arah matahari,
vertikal) penggunaan balkon ini sebagai
dan arah angin. Tujuan utamanya
pengganti halaman yang ada pada
adalah untuk mengarahkan bangunan
rumah pada umumnya (permukiman
agar
horisontal).
terhindar
matahari
dari
secara
penchayaan langsung,
dan
memasukkan udara menuju bangunan. 2. Penempatan
bukaan
jendela
6. Menggunakan alat pemybangan pasif, Pengaplikasian shading device pada bangunan
rumah
susun
sebaiknya
menghadap utara – selatan. Dengan
diletakkan pada sisi yang terkena
sudut kemiringan bukaan dapat sebagai
cahaya
matahari
langsung
atau
perletakannya
untuk
menanggapi
masalah yang ada dalam tapak.
vegetasi dan penghuni yang akan menempati
rumah
susun
tersebut.
7. Penyekat panas, dengan menggunakan
Karena akan ber integrasi kondisi
jaring – jaring sebagai tempat tanamn
eksisting dengan konsep yang akan
rambat
dirancang..
selain
sebagai
insulation
terhadap sinar matahari juga sebagai
Saran
untuk
pemerintah
terkait
penyaring debu. Alat ini terpasang
meskipun
hanya pada lantai 1 dan 2 saja
untuk orang berpenghasilan menengah
dimaksimalkan untuk menyaring debu
ke bawah, sebaiknya rumah susun yang
yang terbawa oleh angin bawah.
akan
8. Desain
Pada
merupakan
dinding
aspek
isolator
rumah
susun
sasarannya
dibangun
selanjutnya
material
memperhatikan penghuni yang akan
panas.
tinggal, agar kebutuhan ruang sesuai
Pemilihan material yang tepat harus
dengan kebutuhan penghuni.
juga mengutamakan efisiensi karena bangunan rumah susun ini merupakan
Catatan
bangunan bersubsidi. Penggunaan batu
berdasarkan skripsi penulis dengan
bata dan cat bewarna putih mempunyai
Pembimbing I Beta Suryokusumo dan
nilai
Pembimbing II Subhan Ramdlani
absorbtansi
terhadap
radiasi
:
artikel
ini
disusun
matahari paling tinggi. Daftar Pustaka
Saran Penulisan skripsi ini diharapkan
Yeang,
susun yang tanggap iklim. Bagi pihak yang ingin mengaplikasikan konsep tanggap tanggap iklim ini, ada beberapa saran yang diberikan. Pemberian saran ini bertujuan agar pengaplikasiannya bisa maksimal dan kontekstual:
saranya
adalah
Skyscraper Considered,
London, Academy 1996 Yeang, Ken, Bioc!imatic Skyscrapers, London, Artemis London Ltd, 1994 Yeang,
Ken, Bioclimatically
The
Skyscraper Considered,
London, Academy, 1996 Givoni B. (1994), Climate Considerations in Building and Urban Design,
Penerapan konsep ini pada desain yang lain
The
Bioclimatically
dapat memberikan gambaran bagi pihakpihak yang mencoba membangun rumah
Ken,
Van Nostrand Reinhold, New York
memahami
Krishan, A., Baker, N., Yannas, S.,
karakteristik lingkungan yang akan
Szokolay, S.V. (2000), Climate
dibangun baik secara lokasi, iklim,
Responsive Architecture, McGraw
Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Olgyay, V. (1992), Design With Climate: Bioclomatic
Approach
Architectural
Regionalism,
to Van
Nostrand Reinhold, New York http://Koran Arsitektur Arsitektur Bioklimatik.html, (diakses tanggal 28 Januari 2013) www.Desain-Gaya-Arsitektur-BangunanYang-Tanggap-TerhadapLingkungan-Beriklim-Tropis.co.id (diakses tanggal 10 Februari 2013) http://rusunamirusunawa.blogspot.com/2011/11/pe raturan-rusun.html.
(diakses
tanggal 18 Februari 2013) www.skyscrapers.com
(Menara
Mesiniaga) (diakses tanggal 28 Juni 2013) www.mesiniaga.com (diakses tanggal 28 Juni 2013) www.smartarch.nl (Ken Yeang / Menara Mesiniaga) (diakses tanggal 28 Juni 2013) www.ellipsis.com
(projects-Menara
Mesiniaga) (diakses tanggal 27 September 2013) www.archnet.org Oktober 2013)
(diakses
tanggal
20