BAB IV PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KELUARGA DI ASRAMA BRIMOB PEKALONGAN
Atas dasar hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab III, maka akan dilakukan pembahasan secara simultan terhadap “Implementasi Pendidikan
Karakter
dalam
Keluarga
(Studi
Di
Asrama
Brimob
Pekalongan)”, sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan pada bab I. A. Implementsi Pendidikan Karakter dalam Keluarga Brimob Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikan bentuk pertama dari pendidikan dalam kehidupan keluarga. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang sangat penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir ibunyalah yang selalu ada di sampingnya oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan ayahnya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabilah ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Pendidikan putra putrinya di dalam rumah atau keluarga sangat diperhatikan hal ini sesuai dengan ungkapan salah satu orangtua yaitu Ny Nanang Haryanto: Karena saya merasa masih kurang jika mengandalkan proses pendidikan yang ada di pendidikan formal, sehingga saya perlu untuk membimbing dan mendidik anak saya di rumah”. Hal ini menurut
84
85
pengamatan peneliti di beberapa rumah Asrama Brimob Pekalongan yang hasilnya memang orang tua di Asrama Brimob tersebut memberi pendidikan atau pelajaran tambahan pada putra-putrinya. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula dipercayainya, apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkan, kecuali apabila ia di tinggalkan dengan memahami segalah sesuatu yang terkadang dalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai besar, disertai kasih sayang, dapat ibu megambil hati anak untuk selama-lamanya. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pulah dimata anaknya. Ia seorang yang tertinggi gengsinya dan yang terpandang di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaan sehari hari berpengaruh terhadap pekerjaan anaknya. Hal ini didukung oleh ungkapan Ny. Siswanto: “menurut saya pendidikan karakter di dalam kelurga sangat penting karena salah satu faktor yang menentukan karakter anak kita adalah keluarga”. Kemudian juga didukung ungkapan dari Ny. Erna sigit susilo: “Pendidikan karakter harus dimulai dari keluarga sebagai pondasi yang pertama dan utama.” Selanjutnya ungkapan Ny.Agus Susanto yang mengemukakan hal yang sama: “...pendidikan karakter harus diawali dari lingkungan keluarga”. Sejalan dengan hasil observasi peneliti di Asrama Brimob Pekalongan para orang tua juga mementingkan pendidikan keluarga di lingkungan keluarga. Pada dasarnya kenyataannya yang dikemukakan diatas itu berlaku dalam kehidupan keluarga dan rumah tangga, dengan yang bagaimanapun juga keadaannya. Hal ini menunjukkan ciri-ciri watak
86
rasa tanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-anaknya mereka untuk masa kini dan masa mendatang. Bahkan para orang tua umumnya merasa tanggung jawab atas segalahnya dari kelangsungan hidup anakanaknya, karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab pendidikan itu diakui secara sadar atau tidak, diterima dengan sepenuhnya hatinya, hal itu adalah merupakan “fitroh” yang telah dikodrati Allah swt kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa menggelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakan amanah Allah swt yang dibebankan kepada mereka. Jadi pada umumnya pendidikan karakter dalam keluarga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melaikan karena secara kodrati suasana dan strukturnya.
Memberikan
kemungkinan
alami
membangun
situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Disamping itu ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga, pertama-tama yang diperintahkan Allah swt kepada nabi Muhammad
dalam
mengembangkan
agama
islam
adalah
untuk
menganjarkan agama itu kepada keluarganya, baru kemudian kepada masyarakat luas. Hal itu berarti bahwa keselamatan keluarga harus lebih dahulu mendapatkan perhatian, karena keselamatan masyarakat pada hakekatnya bertumpu pada keselamatan keluarga. Peran seorang ibu lebih urgen jika dibandingkan dengan peran ayah di dalam keluarga dalam rangka membentuk kepribadian atau karakter
87
anak. Karena ibu pada umumnya lebih berperan aktif dan lebih sering bergaul langsung dengan anak, sementara bapak mencari nafkah. Hal ini sebagai bentuk pembagian tugas dalam keluarga antara tugas seorang bapak dan ibu. Ibu yang baik akan berusaha bersikap dan berbuat secara hati-hati tidak hanya ketika mempunyai anak balita, tetapi mulai dari hamil hingga anak berusia remaja atau dewasa. Sebagaimana ungkapan Ny Anas Saad mengungkapkan bahwa: “...Sebagai ibu harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anak saya dalam berbagai hal terutama pada halhal yang menyangkut sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari”. Ketika peneliti berbaur dalam hubungan sosial di lingkungan keluarga Asrama Brimob Pekalongan, setiap anak meniru ucapan atau sikap perilaku ibunya misalnya ketika menyuapi anak sambil bermain dan ketika orangtua mengerjakan sholat. Pada dasarnya penanaman karakter anak di keluarga Asrama Brimob Kota Pekalongan sudah cukup bagus dan menjadi tradisi pada setiap keluarga yang ada di Asrama tersebut. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh M. Quraish Shihab yang mengemukakan bahwa : “....kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas keluakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.”1
1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 327.
88
Peran keluarga dalam pembentukan karakter anak sangat penting dan menentukan masa depan anak kita. Sebuah keluarga yang harmonis akan melahirkan anak atau generasi muda yang berkarakter dan mempunyai kepribadian yang luhur. Keluarga menjadi salah satu faktor penting dan pertama dalam membentuk karakter anak. Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi setiap anggotanya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga adalah sekolah tempat putra putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat, dan kasih sayang, ghirah (kecemburuan positif) dan sebagainya. Dari kehidupan keluarga, seorang ayah dan suami memperoleh dan memupuk sifat keberanian dan keuletan sikap dan upaya dalam rangka membela sanak keluarganya dan membahagiakan mereka pada saat hidupnya dan setelah kematiannya. Peran ibu dalam pendidikan karakter di keluarga di Asrama Brimob Kota Pekalongan pada umumnya lebih menonjol dibandingkan peran ayah. Ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, khususnya pada masa balita. Pakar-pakar ilmu jiwa menekankan bahwa anak pada periode pertama kelahirannya sangat membutuhkan kehadiran ibubapaknya. Hal ini dari ungkapan seorang ibu Ny Siswanto D: “Ketika saya masih hamil saya juga hati-hati demi sang buah hati, tidak hanya dalam rangka menjaga kesehatan semata namun hal yang tidak kalah pentingnya
89
adalah hati-hati dalam bersikap dan berbuat ketika saya sedang mengandung.” Ungkapan Ny. Siswanto D tersebut dilakukannya sampai sekarang karena beliau menjalankan ungkapan dari gurunya sewaktu di belajar ngaji di Majlis ta’lim. Ungkapan SiswantoD tersebut menurut hemat peneliti sesuai dengan apa yang ada di lapangan, karena Siswanto D tersebut orang yang sibuk dan kurang bisa mengurusi anak secara maksimal sehingga yang dominan adalah istrinya. Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas implementasi pendidikan karakter di Asrama Brimob Pekalongan sudah bagus dan berjalan sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan keluarga masing-masing di asrama tersebut. Implementasi pendidikan karakter di keluarga Asrama Brimob Pekalongan yang paling banyak berperan adalah seorang ibu karena sebagian besar para ayah di lingkungan Asrama Brimob Pekalongan tersebut berprofesi sebagai anggota Polisi Republik Indonesia yang hampir setiap hari berangkat pagi dan pulang sore bahkan malam, sehingga tidak sempat mendidik atau mendampingi putra-putrinya secara intensif dan maksimal. Bentuk kegiatan pendidikan karakter di Asrama Brimob ini melalui pembiasaan hidup sehari-hari yang secara langsung didampingi oleh seorang ibu. 1. Materi Pendidikan Karakter Setelah peneliti mengadakan penelitian di Asrama Brimob Kota Pekalongan, materi pendidikan karakter yang dikembangkan dalam beberapa keluarga meliputi religi, kejujuran, toleransi dan kedisiplinan.
90
Keempat hal tersebut merupakan faktor penting yang dikedepankan oleh para orang tua yang ada di asrama tersebut. a. Pendidikan Religi Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di beberapa keluarga Asrama Brimob Kota Pekalongan salah satu materi yang dikembangkan adalah materi religi yang meliputi penanaman aqidah dan praktik ibadah sejak dini. Sebagaimana ungkapan dari Ny Anas Saad: saya mengedepankan pendidikan religi pada anak-anak saya.. Kemudian menurut ungkapan dari Ny Haryanto: saya di dalam keluarga lebih mengedepankan pendidikan religi terutama yang menyangkut praktik ibadah, supaya anak-anak saya dapat terbiasa melaksanakan kewajibannya tanpa ada paksaaan dan tekananan. Kemudian juga ungkapan dari Anas Saad seorang bapak yang bekerja sebagai anggota polisi mengungkapkan: saya tetap mengajarkan mereka untuk mengenali agamanya supaya kelak dewasa sudah tahu dan mau melaksanakannya sebagai umat agama yang baik. Dari hasil wawancara tersebut, pendidikan religi ini yang ditekankan adalah nilai-nilai spiritual terhadap diri seorang anak. Jika seorang anak sejak dini atau sejak kecil sudah dibiasakan dan dikenalkan nilai-nilai spiritual misalnya melalui sholat, shodaqoh dan lain sebagainya, maka si anak akan terbiasa hingga dewasa dan terpatri kuat dalam hatinya nilai-nilai tersebut. Hal ini sesuai dengan
91
hasil observasi di lapangan yang dilakukan oleh peneliti bahwa tidak sedikit para orang tua yang mengedepankan nilai religi sebagai basic pendidikan karakter pada putra-putrinya. b. Pendidikan Kejujuran Kemudian ungkapan juga dari seorang bapak Anas Saad: Anak saya dari kecil saya ajari bersikap jujur dan berbuat tanggungjawab. Karena kedua hal itu sangat penting untuk ditanamkan pada anak sejak dini. Misalnya ketika saya suruh anak saya untuk membelikan sesuatu di warung terdekat, kembalian uangnya dikembalikan utuh dan tidak menguranginya. Dari beberapa hasil wawancara tersebut di atas, pendidikan moral atau karakter sangat dikedepankan di keluarga Asrama Brimob Pekalongan. Adapun nilai-nilai yang dikedepankan yaitu kejujuran. Dengan sikap kejujuran menjadi sebuah pondasi pada anak-anak sejak dini dan menjadi benteng generasi bangsa untuk mengawali hidup tanpa korupsi. c. Pendidikan Toleransi Selain anak-anak dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang positif dalam hal religi dan kejujuran, tidak kalah pentingnya pendidikan toleransi juga perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Supaya kelak anak-anak dapt peka terhadap orang lain, terutama kepada orang yang sangat membutuhkan, tidak acuh terhadap orang lain dan tidak pula melakukan perbuatan yang
92
mengganggu atau merugikan orang lain. Sebagaimana ungkapan dari Ny Nanag Haryanto: ...Pendidikan toleransi bagi anak itu sangat penting, karena manusia itu sebagai makhluk yang beragama atau bertuhan juga makhluk yang bersosial... Yang dimaksud dengan pendidikan toleransi ini adalah hal-hal yang termasuk dengan orang lain misalnya toleransi dan bersahabat. Sebagaimana ungkapan dari Anas Saad: Saya mendidik anak-anak saya untuk selalu berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain secara baik dan bijak, tidak mudah mengganggu orang lain atau merugikan orang lain. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas bahwa Anas Saad menjelaskan
pentingnya
materi
pendidikan
karakter
yang
berhubungan dengan hubungan sosial, karena sebagai benteng kepada anak untuk hidup bersosial ke depan. Sebagaimana juga ungkapan dari Anas Saad: Saya biasakan anak saya untuk mengikuti sholat jum’ah di masjid, ketika di masjid saya perintahkan anak saya untuk memasukkan ke kotak. Itu saya lakukan stiap seminggu sekali, dan menurut saya itu penting karena sebagai pola pembiasaan anak untuk dapat peduli terhadap sosial. Berdasarkan hal tersebut di atas, materi pendidikan toleransi yang dikembangkan di keluarga Asrama Brimob Pekalongan misalnya
saling
(dermawan).
menghargai
(toleransi)
dan
saling
berbagi
93
d. Pendidikan kedisiplinan Bentuk pendidikan disiplin ini merupakan salah satu sikap yang menghargai waktu karena selalu mengisi kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pendidikan kedisiplinan di Asrama Brimob Kota Pekalongan diterapkan oleh para orang tua dalam mendidik putra-putrinya supaya kelak terbiasa untuk hidup disiplin misalnya bangun pagi-pagi, sarapan pagi bersama, dan berangkat ke sekolah. Hal ini sebagaimana ungkapan dari Ibu Elfa Indtriyani: ...Saya ajak anak saya untuk sholat berjamaah di tempat ibadah yang ada di Asrama Brimob ini... Berbeda dengan Ibu Isnayati yang mengungkapkan bahwa: Setiap pagi anak saya biasakan untuk sarapan pagi bersama pada pukul setengah tujuh, kemudian jam tujuh berangkat ke sekolah. Melalui kebiasaan tersebut menurut saya, anak saya dapat menjadi terbiasa untuk bersikap disiplin sarapan pagi dan berangkat sekolah. Kemudian menurut ungkapan Anas Saad: Saya mendidik anak-anak saya dengan cara membiasakan anak-anak saya tiap hari tentang pentingnya kedisiplinan misalnya ketika sholat, makan bersama, atau berangkat sekolah..kalo itu dibiasakan terus menerus mereka kelak dewasa akan merasakannya dampak baiknya. Jadi pendidikan karakter merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai karakter dan kecerdasan berfikir, baik yang bersifat formal maupun
94
informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran islam. Dalam pendidikan dalam keluarga, pendidikan karakter diajarkan sedini mungkin kepada anak melalui keteladanan orang tua dan pembiasaan-pembiasaan berkarakter dengan karakter yang baik. Berdasarkan pembahasan tersebut di atas bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di keluarga Brimob Pekalongan melalui proses pembiasaan setiap hari yang menjadi bagian pola kehidupan keluarga di keluarga tersebut. Melalui metode cerita, keteladanan dan pembiasaan sebagai cara untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang dibutuhkn saat sekarang untuk anak-anak. Metode tersebut digunakan tidak terstruktur seperti lembaga pendidikan, melainkan menjadi pola kehidupan keluarga Brimob Pekalongan. Meskipun dari sekian banyak kepala keluarga tersebut merupakan orang yang berkarir sehingga menjadikan kurangnya perhatian kepada anak, maka mereka khususnya di keluarga Brimob tersebut berusaha untuk memberikn didikan yang baik untuk putra-putrinya. Kemudian materi yang digunakan atau disampaikan kepada anak-anak di Keluarga Brimob Kota Pekalongan tersebut materi tentang religi, karakter, dan toleransi. 2. Metode Pendidikan Karakter Orang tua adalah figur utama di lingkungan keluarga. Sebagai figur yang selalu memiliki waktu lebih banyak bergaul dengan anak, sikap dan tingkah laku orang tua lebih mudah melekat dalam diri anak. Pendidikan karakter sesungguhnya sudah selayaknya tertanam pada diri
95
anak mulai saat sang anak masih berada dalam kandungan sang ibu. Bagaimana keimanan, ketaqwaan, moralitas, spiritual, mentalitas, sosial dan budaya kedua orang tua akan membentuk karakter yang baik pada anak. Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan adalah ketepatan menentukan metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Dari beberapa a. Metode Cerita Dari hasil pengamatan peneliti mengahsilkan bahwa di dalam keluarga Brimob Kota Pekalongan para orang tua kebanyakan menggunakan metode bercerita untuk mendidika putra-putrinya dalam keluarga yang dilaksanakan ketika menjelang anak-anak tidur pada malam hari. Hal ini terasa efektif digunakan karena dapat melatih anak untuk dapat memperhatikan orang lain dalam hal ini orang tua dan juga melatih anak untuk menanamkan nilai-nilai religius pada diri anak-anak. Sebagaimana ungkapan salah satu orangtua yaitu Ny Erna: saya menggunakan metode cerita untuk menanamkan nilai – nilai karakter pada anak saya, dengan bercerita anak saya dapat tergugah rasa ingin tahunya.
96
Erna setiap sebelum tidur menceritakan anaknya yang hendak tidur ketika peneliti bertamu ke SR tersebut ternyata anaknya memang senang dibacakan cerita sebelum tidur. Salah satu metode yang digunakan Al-Qur’an untuk mengarahkan manusia ke arah yang dikehendakinya adalah menggunakan kisah. Setiap kisah menunjang meteri yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar terjadi maupun kisah simbolik. b. Metode Keteladanan Ketika sang anak lahir, tumbuh dan berkembang, maka karakter anak mulai tampak. Anak mulai dapat mencermati seperti apa karakter orang tuanya. Berdasarkan keteladanan sikap dan tingkah laku ini, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang unik. Di samping itu, anak juga akan bersosialisasi dengan lingkungannnya secara langsung dan tidak langsung. Sesuai dengan perkembangan dan kematangan karakternya, anak akan cenderung meniru lingkungannya tersebut. Meniru dan mencontoh sikap dan kepribadian pihak luar selain kedua orang tua. Misalnya tokoh-tokoh tertentu yang menarik perhatian mereka. Penanaman karakter yang baik sejak dini di lingkungan keluarga akan memperkokoh karakter anak meskipun mereka telah meniru dan mencontoh karakter tokoh idolanya tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti di Asrama Brimob Kota Pekalongan menghasilkan bahwa metode keteladan ini dipraktekkan
97
langsung oleh orangtua di Asrama Brimob Pekalongan. Hal ini didukung oleh ungkapan dari Ny Anas SaadS: Salah satu cara saya mendidik anak-anak adalah dengan metode keteladanan,. Ketika peneliti mengikuti sholat jamaah di tempat ibadah Asrama Brimob, ada beberapa orang tua yang mengajak anaknya supaya kenal dan dengan mudah meniru perilaku orang tuanya. Selanjutnya ungkapan dari seorang ibu Elfa: ...sholat jama’ah itu penting buat saya, dan saya kenalkan pada anak saya tentang sholat jama’ah. c. Metode Pembiasaan Pembiasaan selalu menjadi satu rangkaian tentang perlunya melakukan pembiasaan–pembiasaan yang baik dilakukan di setiap harinya. Sebagaimana ungkapan dari Ny Hadi Kriswanto: saya melatih dan membiasakan kepda anak-anak saya untuk hidup mandiri. Mulai dari mandi sendiri, menyiapkan keperluan sekolah sendiri,menyiapkan keperluan mengaji sendiri... Hal ini berbeda dengan ungkapan seorang ibu yang bernama Ny.Anas Saad di Asrama Brimob Pekalongan: Sejak kecil anak saya saya biasakan untuk selalu jujur kepada orang tua dan orang lain. Karena dengan kejujuran orang lain pasti akan menghargainya. Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, karena dengan kebiasaan, seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi
98
dan waktu yang banyak. Dari sini dijumpai bahwa Al-Qur’an menggunakan pembiasaan yang dalam prosesnya akan mejadi kebiasaan sebagai salah satu metode yang menunjang tercapainya target
yang
diinginkan
dalam
penyajian
materi-materinya.
Pembiasaan tersebut menyangkut segi-segi pasif (meninggalkan sesuatu) ataupun aktif (melaksanakan sesuatu).
B. Kendala yang dihadapi dalam Mengimplementasi Pendidikan Karakter di Asrama Brimob Pekalongan Dalam sebuah proses pendidikan karakter tidak mungkin nihil dari hambatan, artinya pasti ada hambatan dalam rangka menuju proses keberhasilan. Implementasi pendidikan keluarga di Asrama Brimob Pekalongan ini ada beberapa hambatan yaitu sebagai berikut: 1. Adanya keberagaman pola sikap dan perilaku orang tua dengan berbagai macam latar belakang sehingga mempengaruhi pada karakter anak-anaknya misalnya orang tua yang berasal dari madura berwatak agak keras dan berdampak pada sikap dan perilaku anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan salah satu warga Asrama Brimob Pekalongan berinisial Anas S: latar belakang kehidupan sosial saya menyebabkan saya harus menyesuaikan dengan kondisi sosial di Asrama Brimob ini. Adapun hasil observasi peneliti yang hasilnya bahwa di Asrama Brimob Kota Pekalongan tidak sedikit para orang tua yang merupakan pendatang dari luar kota, sehingga latar belakang
99
kehidupan orang tua juga akan turut berbeda dengan keadaan di Asrama tersebut. 2. Orang tua mendapatkan tugas di luar kota yang menyebabkan perhatian pada anak kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan Anas S yang mengemukakan: ...tugas di luar kota meyebabkan saya kurang maksimal dalam membimbing dan mengawasi secara langsung anak saya di rumah.. Peneliti mengamati warga di Asrama Brimob Pekalongan salah satu warga tersebut kebetulan beliau sering ditugaskan ke luar kota, mau tak mau beliau meminta bantuan kepada orang lain (baby sister, guru privat atau lainnya) untuk membimbing anak-anaknya. 3. Orang tua belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya untuk anak-anaknya. Hasil wawancara peneliti dengan warga di
Asrama
Brimob
Pekalongan
berinisial
Bapak
Anas
Saad
mengemukakan bahwa: ...ternyata sulit juga menjadi teladan untuk anak-anak saya..Setelah peneliti melakukan observasi dengan warga di Asrma Brimob Pekalongan salah satu permasalahan yang berat adalah peran orang tua untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di lingkungan keluarga.