BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik Deskriptif Deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu Good Corporate Governance (GCG) dengan pengukuran indeks Corporate Governance Perception Index (CGPI) dan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan pengukuran Corporate Social Disclosure Index (CSDI) sebagai variabel yang mempengaruhi harga saham, dimana harga saham diukur berdasarkan perubahan harga, dan untuk melihat pengaruh GCG serta CSR digunakan perubahan kumulasi harga abnormal atau Cumulative Abnormal Return (CAR). Jumlah data yang diolah dalam penelitian ini adalah 32 sampel yang terdiri dari 16 perusahaan yang dijadikan sampel selama 2 tahun yang terdiri dari data variabel GCG, CSR , dan harga saham. Berikut ini penjelasan mengenai deskripsi dari variabel-variabel penelitian ini : Pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel Good Corporate Governance (GCG) yang berdasarkan indeks CGPI selama tahun 2010 menunjukkan skor CGPI tertinggi, yaitu sebesar 91,81 pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan skor CGPI terendah, yaitu sebesar 70,73 pada PT Timah (Persero) Tbk. Sedangkan indeks CGPI selama tahun 2011 dengan skor CGPI tertinggi, yaitu sebesar 91,91 pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan skor CGPI terendah, yaitu sebesar 72,80 pada PT Bumi Resources Tbk. Hal ini
59
60
menunjukkan indeks CGPI pada perusahaan-perusahaan emiten yang aktif berpartisipasi setiap tahunnya mengalami peningkatan dan relatif stabil. Jika dilihat dari nilai rata-rata (mean) sebesar 82,48 untuk tahun 2010 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 82,99 untuk tahun 2011. Hal ini berarti bahwa selama periode 2010-2011 perusahaan-perusahaan menerapkan GCG dengan terpercaya menurut skor pemeringkatan indeks GCG dari IICG. Sehingga semakin baik penerapan mekanisme GCG pada sampel perusahaan yang aktif ikut berpartisipasi dalam IICG di BEI periode 2010-2011 menunjukkan kinerja perusahaan yang bertambah baik setiap tahunnya dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Tabel 4.1 Indeks Good Corporate Governance Periode 2010-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama Perusahaan Emiten PT Aneka Tambang (Persero)Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bakrie Telecom Tbk PT Bumi Resources Tbk PT Bakrieland Development PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT United Tractors Tbk PT Bukit Asam (Persero) Tbk PT Bank Tabungan Negara Tbk Mean ( X)
Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
CGPI 2010 86,15 78,11 85,35 78,19 91,81 91,46 73,97 70,83 77,36 85,82 83,41 89,10 70,73 87,36 84,33 85,70 82,48
CGPI 2011 86,55 79,09 85,75 77,80 91,91 89,88 75,73 72,80 77,37 85,84 83,65 89,57 75,68 87,77 82,55 85,90 82,99
61
Tabel 4.2 menunjukkan variabel Corporate Social Responsibility (CSR) yang berdasarkan hasil indeks CSDI selama tahun 2010 mempunyai nilai tertinggi sebesar 59% atau sebesar 47 item pengungkapan aktivitas CSR yaitu pada PT Timah (Persero) Tbk dan nilai terendah sebesar 9% atau sebesar 7 item pengungkapan aktivitas CSR yaitu pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sedangkan nilai tertinggi hasil indeks CSDI selama tahun 2011sebesar 61% atau sebesar 48 item pengungkapan aktivitas CSR yaitu pada PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, dan nilai terendah sebesar 9% atau sebesar 7 item pengungkapan aktivitas CSR yaitu pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hal ini mungkin disebabkan karena perusahaan belum mempunyai sarana pendukung seperti standar pelaporan dan tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya), dan banyaknya jenis aktivitas CSR yang tidak terpenuhi secara keseluruhan berdasarkan kategori GRI. Apabila dilihat pada nilai rata-rata (mean) sebesar 23% untuk tahun 2010 artinya tingkat rata-rata pengungkapan yang dilaporkan pada sampel perusahaan sebesar 18 item pengungkapan (23% x 79 item) dan nilai rata-rata (mean) sebesar 25% untuk tahun 2011 artinya tingkat rata-rata pengungkapan yang dilaporkan pada sampel perusahaan sebesar 20 item pengungkapan (25% x 79 item). Hal ini menunjukkan pengungkapan CSR pada periode 2010-2011 untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan.
62
Tabel 4.2 Indeks Corporate Social Responsibility Periode 2010-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama Perusahaan Emiten PT Aneka Tambang (Persero)Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bakrie Telecom Tbk PT Bumi Resources Tbk PT Bakrieland Development PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT United Tractors Tbk PT Bukit Asam (Persero) Tbk PT Bank Tabungan Negara Tbk Mean ( X)
CSDI 2010 0,58 0,14 0,13 0,16 0,09 0,15 0,19 0,33 0,23 0,27 0,19 0,18 0,59 0,18 0,18 0,13 0,23
CSDI 2011 0,61 0,14 0,16 0,19 0,09 0,15 0,20 0,34 0,24 0,29 0,23 0,18 0,59 0,23 0,18 0,13 0,25
Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
Dalam Tabel 4.3 dapat diketahui variabel Cumulative Abnormal Return (CAR) selama tahun 2010 mempunyai nilai tertinggi, yaitu sebesar 0,376 pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan nilai terendah, yaitu sebesar -0,852 pada PT Astra Otoparts Tbk. Sedangkan variabel Cumulative Abnormal Return (CAR) selama tahun 2011 mempunyai nilai tertinggi, yaitu sebesar 0,290 pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan nilai terendah, yaitu sebesar -1,544 pada PT Bakrie Telecom Tbk. Cumulative Abnormal Return pada tahun 2010 menunjukkan nilai positif hanya pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT United Tractors Tbk. Sedangkan Cumulative Abnormal Return tahun 2011 menunjukkan nilai positif pada PT Astra Otoparts Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi
63
Indonesia Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. Pada tahun 2011 Cumulative Abnormal Return pada PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Bumi Resources Tbk mengalami penurunan relatif besar yang masing-masing sebesar – 1,544 dan – 1,169. Apabila dilihat dari nilai rata-rata (mean) CAR pada periode 2010-2011 yang masing-masing sebesar -0,206 dan -0,303, menunjukkan penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini berarti harga saham semakin menurun dari tahun 2010 ke tahun 2011. Sehingga
pada
periode
2010-2011
menunjukkan
harga
saham
berfluktuasi untuk setiap sampel perusahaan. Tabel 4.3 Cumulative Abnormal Return 1 April 2011 s/d 31 Maret 2012 dan 1 April 2012 s/d 31 Maret 2013 No. Nama Perusahaan Emiten 1. PT Aneka Tambang (Persero)Tbk 2. PT Astra Otoparts Tbk 3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 4. PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk 5. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 6. PT Bank CIMB Niaga Tbk 7. PT Bakrie Telecom Tbk 8. PT Bumi Resources Tbk 9. PT Bakrieland Development 10. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 11. PT Jasa Marga (Persero) Tbk 12. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 13. PT Timah (Persero) Tbk 14. PT United Tractors Tbk 15. PT Bukit Asam (Persero) Tbk 16. PT Bank Tabungan Negara Tbk Mean ( X) Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
CAR 2010
CAR 2011
-0,257 -0,852 -0,073 -0,208 -0,120 -0,391 -0,480 -0,360 -0,158 0,070 0,376 -0,179 -0,461 0,310 -0,137 -0,381
-0,358 0,012 0,084 -0,010 0,222 -0,029 -1,544 -1,169 -0,877 -0,067 -0,046 0,290 -0,368 -0,716 -0,476 0,211
-0,206
-0,303
64
B. Uji Asumsi Klasik Analisis ini juga dapat disebut sebagai uji prasyarat dari model regresi linier berganda. Model regresi yang baik harus menghasilkan estimator linier yang tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data, dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data residual dengan menggunakan software SPSS: Tabel 4.4 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. b.
Test distribution is Normal. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
32 .0000000 .36593835 .153 .101 -.153 .866 .441
65
Berikut ini adalah hipotesisnya: : F (x) =
(x), dengan F (x) adalah fungsi distribusi frekuensi
hasil pengamatan, dan
(x) adalah distribusi frekuensi
harapan (teoritis) yang bermakna residual berdistribusi normal. : F (x) ≠
(x) atau distribusi residual tidak normal.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka maka
diterima. Jika probabilitas < 0,05
diterima. Hasil uji normalitas pada data residual, berdasarkan uji Kolmogorov-
Smirnov diperoleh angka probabilitas (Asymp. Sig. (2-tailed)) sebesar 0,441. Dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5% atau (0,05), maka diketahui nilai probabilitas 0,441 lebih besar (0,441>0,05), maka
diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Kesimpulan tersebut sama seperti pengujian pada Normal Probability Plot of Residual. Gambar 4.1 Uji Normalitas Menggunakan P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
66
Jika dilihat dari grafik pada Gambar 4.1, maka dari semua data berdistribusi normal. Hal ini karena semua mengikuti garis normalitas ditunjukan dengan titik-titik yang tidak jauh dari garis diagonal. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006). Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Nilai umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF pada masing-masing variabel seperti terlihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
-3.076
1.017
-3.025
.005
GCG
.034
.012
.503
2.953
.006
.869
1.151
CSR
-.125
.496
-.043
-.252
.803
.869
1.151
a. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
Dari data tersebut diperoleh bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF jauh dibawah angka 10.
67
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3. Uji Autokorelasi Untuk uji autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji DurbinWatson (DW) untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yang dapat dilakukan dengan cara melihat besaran Durbin Watson sebagai berikut pada Tabel 4.6: a) Angka DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. b) Angka DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c) Angka DW diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.6 Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.520
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.270
.220
.37835
Durbin-Watson
1.282
a. Predictors: (Constant), CSR, GCG b. Dependent Variable: CAR
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Dari hasil pengolahan data Tabel 4.6, dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda terbebas dari gejala autokorelasi, karena angka yang dihasilkan dalam kolom Durbin-Watson menunjukkan angka 1,282 yang terletak diantara -2 sampai +2 (Singgih Santoso, 2002:219). 4. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
68
tetap,
maka
disebut
Homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006:125). Untuk menentukan heterokedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heterokedastisitas dan model regresi layak digunakan. Hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut ini: Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Dari grafik scatterplot terlihat bawa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik dia atas maupun diabawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
69
C. Uji Koefisien Determinasi (
)
Koefisien determinasi (
) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai (
) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:87). Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (
)
Model Summaryb
Model 1
R .520
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.270
.220
.37835
a. Predictors: (Constant), CSR, GCG b. Dependent Variable: CAR
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Berdasarkan output SPSS tampak bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted (
) sebesar 0,220 atau 22% artinya pengaruh GCG dan CSR
terhadap CAR sebesar 22% atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (GCG dan CSR) mampu menjelaskan sebesar 22% variasi variabel dependen harga saham yang dilihat melalui CAR. Sedangkan sisanya yaitu (100%-22%= 78%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Standard Error of the Estimate (SEE) sebesar 0,37835, makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Angka Koefisien determinasi (
) pada Tabel 4.7 sebesar 0,520
70
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah sedang karena memiliki nilai Koefisien Determinasi (
) di
atas 0,5 mendekati nilai 1. D. Uji Hipotesis Setelah model regresi linier berganda memenuhi syarat uji asumsi klasik, maka selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap hipotesis yaitu dengan menggunakan uji f dan uji t. 1. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabelvariabel independen atau bebas yang dimasukkan berpengaruh secara serentak terhadap satu variabel dependen atau terikat. Tabel 4.8 Uji Signifikan Serentak (Uji F) ANOVAb Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square
Regression
1.535
2
.768
Residual
4.151
29
.143
Total
5.686
31
F 5.362
Sig. .010a
a. Predictors: (Constant), CSR, GCG b. Dependent Variable: CAR
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai F = 5,362 dengan probabilitas sebesar 0,010 < 0,05. Nilai probabilitas pengujian yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa Cumulative Abnormal Return (CAR) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variabel Good Corporate
71
Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan kata lain, GCG dan CSR secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dimana perubahan harga dilihat melalui Cumulative Abnormal Return (CAR). 2. Uji Signifikan Parsial (Uji T) Tabel 4.9 Uji Signifikan Parsial (Uji T) CAR = α + β1GCG + β2CSR + e a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error
-3.076
1.017
GCG
.034
.012
CSR
-.125
.496
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-3.025
.005
.503
2.953
.006
-.043
-.252
.803
a. Dependent Variable: CAR
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Uji T digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Dari uji statistik t antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Pengaruh GCG terhadap harga saham yag dilihat dengan Cumulative Abnormal Return Hasil pengujian terhadap variabel GCG menunjukkan nilai t sebesar 2,953 dengan nilai signifikan sebesar 0.006 < 0,05. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa GCG memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Cumulative Abnormal Return. b) Pengaruh CSR terhadap harga saham yang dilihat dengan Cumulative Abnormal Return
72
Hasil pengujian terhadap variabel CSR menunjukkan nilai t sebesar -0,252 dengan signifikan sebesar 0,803 > 0,05. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa CSR tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap Cumulative Abnormal Return. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Setelah melakukan pengujian asumsi klasik dan telah terbukti bahwa data terbebas dari asumsi-asumsi klasik tersebut, maka data dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk melakukan pengujian analisis regresi berganda. Uji regresi linear berganda yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh antara dua atau lebih variabel X sebagai variabel independen (bebas) dengan variabel Y
sebagai variabel dependen
(terikat).Dalam penelitian ini, analisis regresi linear berganda dilakukan agar mengetahui koefisien regresi atau besarnya pengaruh variabel dependennya yaitu
Cumulative
Abnormal
Return-CAR
sedangkan
(Y),
variabel
independennya yaitu Good Corporate Governance-GCG (X1), Corporate Social Responsibility-CSR (X2). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda karena memiliki variabel independen lebih dari satu. Tabel 4.10 Uji Analisis Regresi a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
-3.076
1.017
GCG
.034
.012
CSR
-.125
.496
a. Dependent Variable: CAR
Sumber : Data sekunder yang diolah 2013
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-3.025
.005
.503
2.953
.006
-.043
-.252
.803
73
Dapat disimpulkan bahwa variabel GCG dan CSR terhadap harga saham yang dilihat dengan Cumulative Abnormal Return dengan persamaan regresi yaitu: CAR = - 3, 076 + 0,034 GCG – 0,125 CSR + e a) Konstanta sebesar -3, 076 artinya jika nilai GCG dan CSR adalah 0, maka CAR nilainya adalah -3,076. b) Koefisien regresi variabel GCG sebesar 0,034 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan GCG mengalami kenaikan nilai sebesar 1 satuan, maka CAR akan mengalami kenaikan sebesar 0,034. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara GCG dengan CAR, semakin baik penerapan GCG maka nilai perusahaan semakin baik dimata investor. c) Koefisien regresi variabel CSR sebesar -0,125 artinya jika variabel independen lainnya tetap dan CSR mengalami kenaikan 1 satuan, maka CAR akan mengalami penurunan 0,125. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara CSR dengan CAR. Sehingga semakin baik pengungkapan CSR dalam annual report, maka semakin kecil nilai CAR.
74
E. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh GCG dan CSR terhadap harga saham yang dilihat melalui Cumulative Abnormal Return. Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis
Kode Ha1
Hasil
GCG dan CSR berpengaruh positif terhadap Harga Diterima saham
Ha2
GCG berpengaruh positif terhadap harga saham
Diterima
Ha3
CSR berpengaruh positif terhadap harga saham
Ditolak
Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
1. Pengaruh GCG terhadap Cumulative Abnormal Return Berdasarkan hasil Uji t, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel GCG berpengaruh secara signifikan terhadap Cumulative Abnormal Return. Variabel GCG berpengaruh secara signifikan terhadap Cumulative Abnormal Return baik secara simultan maupun parsial. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi atas transparansi dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik akan memberikan penilaian bagi investor mengenai kinerja perusahaan yang baik dan nilai perusahaan yang meningkat, sehingga abnormal return perusahaan akan selalu positif. Hal
tersebut
sesuai
dengan
penelitian
Tristiarini
(2005)
menunjukkan bahwa penerapan mekanisme dari Corporate Governance yang tercermin dari keempat prinsip yaitu transparansi, kewajaran,
75
akuntabilitas,
dan responsibilitas,
secara
parsial maupun simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham yang dapat dilihat dari abnormal return. Sehingga sesuai dengan konsep teori stakeholder, dengan adanya mekanisme GCG dalam suatu perusahaan, maka tingkat kepercayaan stakeholder semakin meningkat terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan tersebut dapat memberikan pengaruh signal positif berupa good news pada investor untuk membeli saham suatu perusahaan, sehingga akan terjadi perubahan harga saham yang semakin meningkat. 2. Pengaruh CSR Terhadap Cumulative Abnormal Return Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel CSR tidak berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return. Hal tersebut sesuai dengan konsep teori legitimasi,
dimana perusahaan melakukan pengungkapan hanya
sebatas untuk mendapatkan pengakuan atas pertanggungjawaban aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Di samping itu kemungkinan perusahaan belum mengungkapkan kegiatan CSR nya dalam laporan tahunan sesuai dengan UU No.40 tahun 2007 tentang “Perseroan Terbatas” pasal 66 ayat (2) dan
juga kemungkinan masih banyaknya perusahaan yang belum
menerapkan pengungkapan CSR berdasarkan kategori GRI.