BAB III TEORI PENUNJANG 3.1.
Sejarah T-Shirt Dulu benda ini yang tidak jelas siapa penemunya ini hanya dipakai sebagai pakaian dalam oleh kaum pria. Ketika itu warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu. Maksudnya, benda itu berwarna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan lingkar lengan. T-shirt alias kaos oblong ini mulai dipopulerkan sewaktu dipakai oleh Marlon Brando pada tahun 1947, yaitu ketika ia memerankan tokoh Stanley Kowalsky dalam pentas teater dengan lakon “A Street Named Desire” karya Tenesse William di Broadway, AS. T-shirt berwarna abu-abu yang dikenakannya begitu pas dan lekat di tubuh Brando, serta sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Pada waktu itu penontong langsung berdecak kagum dan terpaku. Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan sehingga muncullah polemik seputar kaos oblong. Polemik yang terjadi yakni, sebagian kalangan menilai pemakaian kaos oblong – undershirt – sebagai busana luar adalah tidak sopan dan tidak beretika. Namun di kalangan lainnya, terutama anak muda pasca pentas teater tahun 1947 itu, justru dilanda demam kaos oblong, bahkan menganggap benda ini sebagai lambang kebebasan anak muda. Dan, bagi anak muda itu, kaos oblong bukan semata-mada suatu mode atau tren, melainkan merupakan bagian dari keseharian mereka. Polemik tersebut selanjutnya justru menaikkan publisitas dan popularitas kaos oblong dalam percaturan mode. Akibatnya pula, beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi benda itu, walaupun semula
mereka
meragukan
prospek
bisnis
kaos
oblong.
Mereka
Laporan Kerja Praktek | 8
mengembangkan kaos oblong dengan berbagai bentuk dan warna serta memproduksinya secara besar-besaran. Citra kaos oblong semakin menanjak lagi manakala Marlon Brando sendiri dengan berkaos oblong yang dipadu dengan celana jeans dan jaket kulit menjadi bintang iklan produk tersebut. Mungkin, dikarenakan oleh maraknya polemik dan mewabahnya demam kaos oblong di kalangan masyarakat, pada tahun 1961 sebuah organisasi yang menamakan dirinya “Underwear Institute” (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaos oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Mereka mengatakan, kaos oblong juga merupakan karya busana yang telah menjadi bagian budaya mode. Demam kaos oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaos oblong dalam film “Rebel Without A Cause”, sehingga eksistensi kaos oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana. Di Indonesia, konon masuknya benda ini karena dibawa oleh orangorang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal. Namun demikian, kaos oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain. Selanjutnya, tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia pun kaos oblong sudah menjadi media berekspresi. Kaos oblong yang berwarna putih itu diberi gambar vinyet, dan waktu itu sempat menjadi tren/mode di kalangan Laporan Kerja Praktek | 9
anak muda Indonesia. Tapi tidak lama. Berikutnya vinyet digeser oleh tulisantulisan yang berwarna-warni. Tekniknya sepeprti sablon. Selain itu, ada juga gambar-gambar koboi, orang-orang berambut gondrong, dan lain-lain. Warna bahan kaos oblong pun sudah semarak, yaitu merah, hitam, biru kuning. Dan, tren kaos oblong rupa-rupanya direkam pula oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya dengan tajuk “Generasi Kaos Oblong”1. Dibanding jenis pakaian lainnya, sejarah kaos oblong sebenarnya belumlah terlalu panjang. Kemungkinan besar kaos baru muncul antara akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kaos berbahan katun biasanya dipakai oleh tentara Eropa sebagai pakaian dalam (di balik seragam), yang fleksibel dan bisa dipakai sebagai pakaian luar jika mereka beristirahat di udara siang yang panas. Istilah "T-Shirt" (metafor yang mungkin diambil berdasar bentuknya) baru muncul di Merriam-Webster's Dictionary pada 1920, dan baru pada Perang Dunia II ia menjadi perlengkapan standar dalam pakaian militer di Eropa dan Amerika Serikat (T-Shirt King). Kaos oblong mulai dikenal di seluruh dunia lewat John Wayne, Marlon Brando dan James Dean yang memakai pakaian dalam tersebut untuk pakaian luar dalam film-film mereka. Dalam A Streetcar Named Desire (1951) Marlon Brando membuat gadis-gadis histeris dengan kaos oblongnya yang sobek dan membiarkan bahunya terbuka. Dan puncaknya adalah ketika James Dean mengenakan kaos oblong sebagai simbol pemberontakan kaum muda dalam Rebel Without A Cause (1955) (Cullum-Swan dan Manning, 1990). Teknologi screenprint di atas kaos katun baru dimulai awal "60-an dan setelah itu barulah bermunculan berbagai bentuk kaos baru, seperti tank top, muscle shirt, scoop neck, v-neck dsb. Fashion, Kaos, dan Komunikasi, meski sudah mulai mendunia sejak "50-an, konvensi mode dunia tetap saja belum 1
http://thekaospolos.blogspot.com/2012/02/sejarah‐t‐shirt.html
Laporan Kerja Praktek | 10
memasukkan kaos ke dalam kategori fashion. Kaos tetap saja dianggap sebagai pakaian dalam yang tidak pantas dikenakan sebagai pakaian luar. Memakai kaos masih juga dianggap sebagai tindakan yang unfashion. Karena itu pada masa musik heavy metal mulai digemari kalangan muda, mereka ini sengaja memilih seragam kaos oblong sebagai bentuk penolakan terhadap konvensi arus utama mode dunia (high fashion) (McRobbie, 1999). Menyobek beberapa bagian dari kaos oblong bahkan merupakan bagian dari gaya subkultur punk. Bagi mereka ini bentuk fashion adalah unfashion (Hebdige, 1999). Perubahan dalam bahan dan teknologi produksi kaos turut berperan dalam perubahan makna kaos dalam kehidupan sosial. Ditemukannya polyester
dan
bahan-bahan
fiber
artifisial,
bersamaan
dengan
diperkenalkannya bahan drip dry untuk pembuatan pakaian, penambahan variasi warna, gaya dan tekstur, membuat kaos semakin diterima sebagai pakaian luar. Meski begitu, dalam diferensiasi sistem fashion, hingga sekarang kaos masih digolongkan dalam kategori low fashion (unfashion?). Berbeda dengan produk high fashion yang didesain dan dibuat secara khusus untuk orang-orang khusus, hampir semua kaos merupakan low fashion yang didesain untuk tujuan diproduksi secara massal. Kaos oblong sekarang ini juga telah menjadi wahana tanda. Kaos, sebagaimana pakaian lainnya, membawa pesan dalam sebuah "teks terbuka" di mana pembaca atau penonton bisa menginterpretasikannya. Berbagai bentuk, gambar, atau kata-kata dalam kaos merupakan pesan akan pengalaman, perilaku dan status sosial. Kaos oblong mengkomunikasikan berbagai lokasi atau identitas sosial: tempat (HRC, Borobudur, Bali, Yogyakarta), bisnis (Coca Cola, Yamaha, Suzuki), institusi (UGM, UI, ITB, De Britto). Kaos oblong lainnya mengkomunikasikan kelompok atau kolektivitas (Canissi Seminarium, Pro Iustisia), tim (MU, Inter Milan), konser atau acara kesenian (Jakjazz, Pameran AWAS!), komoditas yang dianggap Laporan Kerja Praktek | 11
bernilai (VW, Harley Davidson), pengalaman ceremonial (KKN UGM 2000), sementara banyak juga yang mengkomunikasikan slogan (Awas Pemilu 97 Curang, kaos-kaos Dagadu, Joger). Dengan semakin tumbuhnya industri periklanan, kaos merupakan billboards mini yang cukup efektif untuk mengkomunikasikan sebuah produk, sebagaimana mengkomunikasikan diri atau identitas. Seringkali kaos dijadikan iklan berjalan yang oleh pengiklan kadang-kadang dibagikan secara gratis. Di Indonesia, adalah hal yang biasa banyak orang berebut mendapatkan pembagian kaos dari OPP pada saat Pemilu (tak jarang juga disertai pembagian "amplop"). Perusahaan-perusahaan sekarang ini juga membuat kaos dengan nama atau logo perusahaan yang tertera di atasnya (Coca Cola, Reebok, Nike, Wilson), dan menjualnya di toko-toko sebagai pakaian produksi massal yang siap pakai. Bagi sejumlah besar pemakainya, tentu memakai kaos oblong tidak dimaksudkan sebagai iklan, melainkan sebagai indikasi status dan pendapatan pemakainya, loyalitas atau kepercayaan pada satu produk. Ia juga merupakan suatu bagian dari identitas diri, "Saya adalah penggemar Coca Cola", "Seperti Michael Jordan, saya memakai Nike. Kaos-kaos buatan perusahaan tertentu dianggap mewakili gaya hidup atau selera yang khas, selain sekaligus si pemakai mengiklankan perusahaan pembuatnya. Misalnya kaos bermerek Benetton, Ralph Lauren atau Calvin Klein. Simbol-simbol tertentu pada kaos, seperti buaya kecil atau kuda poni dan pemain polo kecil (dan berbagai variannya), juga sangat penting. Simbolsimbol ini bukan hanya menunjukkan status pemakainya yang mampu mengkonsumsi pakaian buatan desainer mahal, tetapi juga status dalam sistem fashion itu sendiri2. Sedangkan bagi para desainer dan seniman, dapat memanfaatkan kaos oblong sebagai media untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasannya pada 2
http://kunci.or.id/articles/menjadi‐modern‐dengan‐kaos/
Laporan Kerja Praktek | 12
permukaan kaos oblong untuk berkarya. Karena itulah kaos oblong merupakan salah satu media untuk mengekspresikan kreativitas desain komunikasi visual. 3.2.
Jenis-jenis Bahan T-Shirt 1. Cotton ada 2 macam berdasarkan spesifikasi benang: a. Cotton Combed ‐
Serat benang lebih halus.
‐
Hasil Rajutan dan penampilan lebih rata.
b. Cotton Carded ‐
Serat benang kurang halus.
‐
Hasil rajutan dan penampilan bahan kurang rata.
Sifat kedua jenis bahan tersebut bisa menyerap keringat dan tidak panas, karena bahan baku dasarnya adalah serat kapas. 2. TC (Teterton Cotton) Jenis bahan ini adalah campuran dari Cotton Combed 35 % dan Polyester (Teterton) 65%. Dibanding bahan Cotton, bahan TC kurang bisa menyerap keringat dan agak panas di badan. Kelebihannya jenis bahan TC lebih tahan ’shrinkage’ (tidak susut atau melar) meskipun sudah dicuci berkali-kali. 3. CVC (Cotton Viscose) Jenis bahan ini adalah campuran dari 55% Cotton Combed dan 45% Viscose. Kelebihan dari bahan ini adalah tingkat shrinkage-nya (susut pola)
Laporan Kerja Praktek | 13
lebih kecil dari bahan Cotton. Jenis bahan ini juga bersifat menyerap keringat. 4. Polyster dan PE Jenis bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk dibuat bahan berupa serat fiber poly dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik. Karena sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas dipakainya. 3.3.
Jenis-jenis Benang Pentingnya mengetahui tentang benang atas bahan kaos yang kita kehendaki adalah berkaitan dengan ketebalan atau gramasi bahan kaos itu sendiri. 1. Benang 20S Biasanya dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos atara 180 sampai dengan 220 Gram/Meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt. 2. Benang 24S Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 170 sampai dengan 210 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt. 3. Benang 30S Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 140 sampai dengan 160 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt atau Gramasi 210 sampai dengan 230 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double Knitt. 4. Benang 40 S Laporan Kerja Praktek | 14
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 110 sampai dengan 120 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt atau Gramasi 180 sampai dengan 200 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double Knitt. 3.4.
Jenis-jenis Rajutan 1. Single Knitt (Contoh. Combed 20'S, S nya adalah single knitt) •
Pengertian teknisnya adalah rajutan jarum single.
•
Penggunaan hanya satu permukaan atau tidak bisa dibolak-balik (2 permukaan).
•
Jenis rajutan rapat, bahan padat, kurang lentur (stratching).
•
Sebagian besar produk kaos yang ada di pasaran adalah memakai jenis rajutan Single Knitt.
2. Double Knitt (Contoh. Combed 20'D, D nya adalah double knitt) •
Pengertian teknisnya adalah rajutan Jarum Double.
•
Sehingga penggunaannya bisa dibolak-balik (atas bawah tidak masalah).
•
Jenis rajutan tidak rapat, bahan kenyal, lembut, dan lentur.
•
Produk kaos yang biasa memakai rajutan jenis ini adalah pakaian untuk bayi (baby) dan anak-anak (Kid’s). Ada sebagian orang menyebut bahan ini dengan sebutan Interlock.
3. Lacoste •
Pengertian teknisnya adalah rajutan texture / corak.
•
Penggunaan tidak bisa dibolak-balik.
•
Jenis rajutan ber-texture, bulat, kotak, atau menyerupai segitiga kecilkecil.
Laporan Kerja Praktek | 15
Sebagian orang ada yang menyebut bahan ini Pique atau Cuti, dan hanya lazim digunakan untuk Polo Shirt atau Kaos Kerah. 4. Striper atau Yarn Dye •
Pengertian teknisnya adalah rajutan kombinasi benang warna (Yarn Dye).
•
Penggunaan tidak bisa di bolak-balik.
•
Jenisnya bisa Single Knitt maupun Double Knitt.
•
Finishing harus openset/belah. Orang awam menyebut bahan ini dengan sebutan bahan
salur/warna-warni. Biasa digunakan untuk produk kaos dewasa (Pria, Wanita, T-Shirt, maupun Polo Shirt). 5. Drop Needle •
Pengertian teknisnya adalah rajutan dengan variasi cabut jarum.
•
Penggunaannya bisa di bolak-balik.
•
Jenis rajutan texture garis lurus vertikal, lembut, dan lentur. Produk kaos ini banyak digunakan untuk Rib Leher (T-Shirt),
Ladies T-Shirt Body Fit, dan kaos singlet3.
3 http://jamrfirdaus.wordpress.com/2011/02/27/jenis‐jenis‐bahan‐kaos‐t‐shirt/ http://cannizaro.wordpress.com/2008/08/28/jenis‐jenis‐kaos/
Laporan Kerja Praktek | 16
3.5.
Jenis-jenis T-Shirt
3.6.
Fungsi T-shirt ¾ Pelindung Badan Berfungsi sebagai pelindung badan dari panas dinginnya cuaca yang bersifat casual dan simple. ¾ Seragam Untuk keseragaman suatu kegiatan atau perusahaan untuk mencapai keidentitasan yang kuat. ¾ Kampanye Untuk berkampanye kaos disablon untuk menyampaikan pesan kampanye
yang
ingin
disampaikan.
Misalnya
kaos
disablon
Laporan Kerja Praktek | 17
bertuliskan : STOP GLOBAL WARMING, GO GREEN, STOP HIV atau bisa juga untuk logo partai. ¾ Fashion Kaos juga bisa menjadi fashion dengan diberi motif – motif atau corak pada bagian tertentu dan diberi pernak pernik untuk menambah nuansa glamour pada kaos tersebut. ¾ Lifestyle Seperti yang terjadi pada saat ini, kaos menjadi lifestyle pada kehidupan anak–anak muda dari berbagai kalangan seperti kaos disablon dengan berbagai macam desain tema yang menarik untuk menambah kepercayaan diri sipemakai kaos tersebut.
Laporan Kerja Praktek | 18