BAB III TEORI PENUNJANG 3.1
Tata Letak Tata letak atau disebut Layout (manajemen bentuk dan bidang) yaitu penyusunan elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan yang artistik dan berestetika. Menata letak berarti meramu seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu. layout adalah tentang bagaimana seorang desainer mengorganisasikan ruang, hal tersebut didahului dengan mempelajari semua tentang konten dalam ruang tersebut. Pendek kata, sebelum me-layout sebaiknya desainer meempelajari apa yang akan di layout1. Tujuan utama layout yaitu menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Prinsip-prinsip Layout: Urutan
: menunjuk pada aliran membaca.
Penekanan
: :menunjuk pada objek-objek penting dalam urutan pembacaan.
Keseimbangan
: menunjuk pada pembagian berat ruang, termasuk ruang isi dan kosong (ruang sela).
Kesatuan
: menunjuk pada usaha menciptakan kesatuan objek, termasuk ruang secara keseluruhan.
Konsistensi
: menunjuk pada kontrol estetik tampilan keseluruhan. Konsistensi kian terasa pada penerbitan berkala. Konsistensi selain sebagai kontrol estetik terutama berguna bagi koordinasi keseluruh material yang dilayout.
1
Layout, http://dgi-‐indonesia.com/layout/, diakses 2 Januari 2014, jam 21.30
7
Disamping lima prinsip di atas, terdapat dua prinsip lagi yang penting terutama untuk layout penerbitan berkala. Dua prinsip tersebut yaitu konstanta dan variabel. Konstanta adalah elemen-elemen yang konstan, elemen yang selalu dipertahankan. Sedangkan variabel adalah elemen-elemen yang berubah. (Koskow, Merupa Buku, pp. 171-172) Konstanta dan variabel memperjelas prinsip konsistensi. 3.2
Model Layout Elemen dasar dalam suatu layout yang tidak boleh ditinggalkan adalah: yang pertama yaitu Headline dalam suatu publikasi. Bukan hanya judul tetapi mungkin harus berisi pesan utama yang ditonjolkan. Kemudian. Teks isi atau bodytext. Dalam publikasi berbentuk majalah bodytext adalah bagian teks yang paling banyak dan memiliki format yang seragam. Akan tetapi, pada layout Wan, mungkin teks yang berisi info utama ini memiliki lebih dari satu format, kadang memiliki beberapa tingkat hierarki tergantung detail informasi yang ingin disampaikan. Yang ketiga yaitu Elemen gambar atau foto. Berikutnya Ruang kosong dalam bidang publikasi. Sebuah publikasi yang tidak memperhatikan tersedianya ruang kosong akan sulit meletakkan fokus. Berikut Desain Layout yang ada pada sebuah Majalah: 1. Desain Convensional, Model ini sangat sederhana. Mementingkan informasi dalam bentuk bodytext. Biasanya meletakkan judul di pojok kiri atas sebagai bagian yang pertama kali akan dibaca sesuai alur membaca secara tradisional. Desain layout semacam ini tepat dipergunakan bagi publikasi yang pembacanya memang berminat pada informasi yang ingin disampaikan. Tidak ada unsur yang ingin membujuk agar responden bersedia membaca publikasi ini, karena ini diperlukan oleh pembacanya. 2. Desain Klasik adalah desain standar di dalam pemformatan layout publikasi. Designer dan bahkan kalangan tertentu menganggap seperti inilah layaknya sebuah publikasi ditata. Desain ini sederhana dan menarik. Layout
8
ini merupakan peninggalan zaman mesin cetak timah yang masih tetap dipakai hingga kini. Penulisan judul rata tengah dan di bagian atas halaman dan bodytext disusun dalam dua kolom yang sama besarnya. Keterangan gambar ditulis dengan style yang berbeda di bawah gambarnya. 3. Desain Modern, Desain ini muncul di era modern (tahun 70-an) dan masih dominan hingga sekarang. Sudah berani meninggalkan batasanbatasan lama seperti kolom tunggal yang cukup panjang. Untuk mengimbangi panjangnya kolom, leading (jarak antarbaris) dibuat longgar. Usaha untuk menarik perhatian pembaca adalah dengan menonjolkan unsur visual, seperti menampilkan gambar lebih banyak. Termasuk juga alat bantu tipografi, seperti unsur garis tebal yang berguna untuk memberikan stressing pada bidang publikasi. Pemakaian ruang kosong telah mulai memperoleh porsi yang cukup. 4. Desain Technical, Model desain ini cocok untuk seseorang yang berselera praktis dan untuk memuat hal-hal yang bersifat teknis. Kolomnya rata-rata sempit dan tidak memuat teks yang terlalu panjang. Ruang kosong yang tersedia sangat banyak, berguna untuk mengarahkan fokus pada isinya. Gambar terpasang secara simetri pada bagian-bagian halaman yang memberikan kesan balance. Pembaca yang menyukai layout seperti ini, biasanya tidak membaca publikasi secara urut. la cenderung mencari-cari topik yang disukai, baik dengan membuka-buka halaman demi halaman maupun dengan melihat daftar isi. Penomoran halaman jelas dan cenderung menonjol. Sekalipun pada contoh ini, dari dua halaman cukup diperlukan satu nomor halaman genap. Sebab setelah menangkap nomor halaman ini, 72, tanpa melihat nomor berapa di sebelahnya, pasti yang berada di sebelah kanan adalah halaman 73. Itulah sifat orang-orang teknik yang selalu mengedepankan logika. 5. Desain Agresif, pada Desain jenis ini bersifat agresif. Layout agresif tidak dimuat terus menerus sepanjang isi publikasi. la hanya diperlukan maksimum 20% dari seluruh halaman.Keagresifan dari desain ini dibuat dengan menampilkan gambar yang besar dan bahkan sebagai latar belakang
9
artikel jika perlu. Gambar yang besar sekaligus untuk menggantikan peran white space secara berkebalikan. Jika gambar tampil kuat, bagian teks harus cukup kontras untuk dibaca, baik dengan memberikan background maupun menggunakan jenis huruf yang sangat legibly (dapat dibaca) dalam warna yang jelas. 3.3 PRINSIP DESAIN 1. Keseimbangan ( Balance ) Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan suatu elemen dalam satu halaman memiliki efek keseimbangan. Terdapat dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan formal atau simertis dan keseimbangan informal atau asimetris. Keseimbangan formal dapat digunakan untuk menata elemen - elemen grafis agar terkesan tertata rapih dan formal. Prinsip keseimbangan formal atau simetris sering digunakan dalam karya publikasi yang dibuat untuk memberikesan dapat dipercaya, dapat diandalkan dan memberi kesan aman. Sebaliknya keseimbangan informasi memiliki tampilan yang tidak simetris. Pada dasarnya setiap elemen yang disusun memiliki kesan yang seimbang, hanya saja pengaturanya tidak sama. 2. Kesederhanaan Banyak pakar desain grafis menyarankan penggunaan prinsip ini dalam pekerjaan desain. Hal ini sangat logis demi kepentingan kemudahan pembacadalam memahami isi pesan yang disampaikan. Contoh dalam penggunaan huruf sebuah berita yang menggunakan huruf judul (headline), subjudul dan tubuh berita (body text) agar pembaca mudah membaca. Prinsip ini bisa diterapkan dengan penggunaan elemen kosong (white space)dan tidak banyak menggunakan unsur - unsur yang bersifat aksesoris. 3. Kesatuan( Unity ) Prinsip kesatuan atau unity ( pakar lain menyebutkan proximity ayau kedekatan ) adalah hubungan antara elemen - elemen desain yang semula 10
berdirisendiri serta memiliki ciri - ciri sendiri yang disatukan menjadi satu kesatuan yang baru dan akan memiliki fungsi baru yang utuh. 4. Penekanan Penekanan dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca, sehingga ia mau melihat dan membaca bagian desain yang dimaksud. Dalam konteks desain web bisanya penekanan ini menampilkan apa yang prioritas tertinggi dalam visual web.
Penekanan dalam desan web mencoba untuk
membuat segalanya pada halaman web menonjol, namun menggunakan kpenekanan dengan bijaksana segingga bagian - bagian penting dari tata letak mkenkdomkinasi tanpa banyak seeli dan ada hirarki visual yang membawa pembaaca melalui halaman web. biasanya penekaknan melaluli warna, kontras antar tekstur, nada warna, garis dan ruang. 5. Irama ( Rhytm ) Irama memiliki arti yang sama dengan repetition alias pola perulangan yang menimbulkan iramayang enak diikuti. Penggunaan pola warna atau motif yang diulang dengan irama tertentu merupakan salah satu prinsip penyusunan layout.
3.4
TIPOGRAFI Di dalam desain grafis, tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak2. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki. Desain Komunikasi Visual tidak bisa lepas dari tipografi sebagai unsur pendukungnya. Perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh faktor
2
Adi Kusrianto, Tipografi Komputer Untuk Desainer Grafis ( Yogyakarta, Penerbit Andi : 2004) Hal 1 11
budaya dan teknik pembuatan. Karakter tipografi yang ditimbulkan dari bentuk hurufnya bisa dipersepsikan berbeda. Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan hanya berarti sebuah makna yang mengacu pada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan citra atau kesan secara visual, karena dalam suatu huruf terdapat nilaifungsional dan nilai estetika, pemilihan jenis huruf pun harus disesuaikan dengan citra yang ingin diungkapkan. Huruf-huruf dapat digolongkan menurut jenisnya yaitu: 1. Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku. 2. Serif, memiliki sirip, kaki, atau serif yang berbentuk lancip pada ujungnya, dan ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. 3. Egyptian, jenis huruf yang memiliki ciri kaki, sirip, atau serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil. Egyptian populer dengan sebutan slab serif. 4. Sans serif, jenis huruf yang tidak memiliki kaki, atau serif jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. 5. Script, menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miringke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab. 6. Miscellaneous, merupakan jenis huruf pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
12
Tipografi dapat dikatakan alat komunikasi apabila tipografi tersebut dapat berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas (clarity), dan terbaca (legibility). Eksekusi terhadap desain tipografi dalam rancang grafis pada aspek legibility akan mencapai keberhasilan bila melalui proses investigasi terhadap makna, alasan-alasan kenapa teks harus dibaca, dan siapa yang membacanya 3.5
UNSUR VISUAL DALAM DESAIN GRAFIS Unsur atau elemen merupakan bagian dari suatu karya desain. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain. Masing-masing memiliki sikap tertentu terhadap yang lain, misalnya sebuah garis mengandung warna dan juga memiliki style garis yang utuh, yang terputusputus, yang memiliki tekstur bentuk, dan sebagainya. Selain itu juga dijelaskan oleh Arthur (2009), dalam suatu karya, unsur visual dapat tampil eksplisit atau implisit. Unsur yang tampil eksplisit berarti ia dapat langsung dikenali sebagai titik merah atau garis sapuan kuas misalnya. Sebaliknya, disebut implisit karena unsur-unsur ini tidak langsung dikenal sebagai garis atau titik, tapi ia tampil dalam bentuk gambar atau huruf. Unsur visual ‘tersamar’ atau ‘terkandung’ dalam bentuk gambar dan huruf. Menurut Adi Kusrianto (2007) untuk mewujudkan suatu tampilan visual, diperlukan beberapa unsur yang disusun menjadi karya desain yang selaras, serasi dan seimbang dalam kesatuan, unsur-unsur tersebut yaitu titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur. 1. Titik Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan dan kepadatan tertentu.
13
2. Garis Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau coretan juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis dapat tampil dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan serta bidang dasar tempat garis digoreskan. Garis merupakan unsur terbentuknya sebuah gambar. Garis memiliki dimensi memanjang serta memiliki arah.Goresan suatu garis memiliki arti/ kesan sebagai berikut: 1. Garis tegak: kuat, kokoh, tegas, dan hidup 2. Garis datar: lemah, tidur, dan mati 3. Garis lengkung: lemah, lembut, mengarah 4. Garis patah: tegas, tajam, hati-hati, naik turun 5. Garis miring: sedang, menyudutkan 6. Garis berombak: halus, lunak, berirama 3. Bidang Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/ beraturan dan non-geometri/ tidak beraturan. Bidang dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih. 4. Ruang Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antara objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti. 14
Ruang betapapun kecilnya, raut tetap meneempati ruang. Sebab itu ruang dapat terisi atau kosong. Dapat pula tampak papar atau seakan - akan jeluk.Ruang dapat dipandang dengan berbagai cara, ruang dapat positif ataupun negatif, pipih atau maya, taksa atau bertentangan3. 5. Warna Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Menurut Maran L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:119) yang dikutip Sulasmi Darmaprawira, menggolongkan warna menjadi dua, yaitu earna eksternal ddan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifak fisika atau faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, secara manusia melihat warna kemudian pengolahanya diotak dan cara mengekspresikanya4. Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pembuat gambar dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood, semangat dan lainnya. Secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Molly E. Holzschlag (seperti dikutip Kusrianto, 2007), seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya Creating Color Scheme membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respon secara psikologis, seperti warna merah mampu memberikan respon yang ditimbulkan kekuatan,bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya; warna biru menimbulkan kepercayaan, 3
Wucius Wong, Beberapa Asas Merancang Dwimatra ( Bandung, Penerbit ITB : 1986)Hal 4 & 87 Sulasmi Darmaprawira W.A, Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaanya ( Bandung, Penerbt ITB :2002) Hal 30 4
15
konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah; warna hijau menimbulkan kesan alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan; warna kuning menimbulkan rasa optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/
kecurangan,
pengecut,
pengkhianatan;
warna
ungu
menimbulkan spiritual, misteri, keagungan, perubahan, bentuk, galak, arogan; warna orange menimbulkan energi keseimbangan, kehangatan; warna coklat menimbulkan respon dapat dipercaya, nyaman, bertahan; warna abu-abu menimbulkan intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak; dan warna putih menimbulkan rasa bersih, kemurnian/ suci, kecermatan, innocent (tanpa dosa), steril, kematian. 6. Tekstur Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi tekstur halus dan kasar, dengan kesan pantul mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya tekstur digolongkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan. Sedangkan, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan.Variabel penyusunan unsur-unsur visual meliputi kedudukan, arah, ukuran, jarak, bentuk, dan jumlah. Kedudukan adalah masalah dimana suatu objek yang terbentuk oleh unsurunsur visual ditempatkan. Arah, memberikan pilihan mengenai ke arah mana suatu objek dihadapkan dan bagaimana efeknya terhadap hubungan suatu objek dengan objek lainnya. Ukuran, menentukan kesan besar-kecilnya sesuai peranannya. Jarak, bentuk, dan jumlah berpengaruh terhadap kepadatan, bobot, dan keluasaan ruang atau bidang dimana berbagai objek dihadirkan.
16
3.6
TEORI MESIN CETAK Mesin Grafika dibagi atas 3 (tiga) bagian: A. Mesin Repro Mesin Repro terdiri dari: 1. Mesin untuk membuat naskah atau image. Contoh: komputer dan printer. 2. Mesin untuk membuat film. Contoh: kamera, scanner, single setter, dan processor film. 3. Mesin untuk membuat plate. Contoh: plate maker dan processor plate. B. Mesin Printing/Cetak Mesin cetak secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Feeder (input) 2. Unit Printing Feeder (input) Adalah bagian yang berfungsi untuk mentranformasikan kertas yang akan dicetak satu persatu ke unit printing. Berdasarkan alat atau komponen yang digunakan, sistem ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1. Sistem Angin. Sistem ini menggunakan kompressor/vacuum untuk menghisap kertas melalui pipa penghisap yang berada di atas tumpukan kertas yang akan dicetak, sehingga kertas dapat ditransfer menuju unit printing melalui meja feeder. Sistem angin seperti ini juga dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 2. Sistem Universal Feeder Adalah suatu sistem dimana kertas dihisap satu persatu, dimana setelah kertas yang dihisap dan ditransfortasikan berada di meja feeder seluruhnya, barulah yang kedua dihisap lagi dan seterusnya. 17
3. Sistem Streem Feeder Adalah suatu sistem dimana kertas dihisap secara satu persatu, dimana pada saat setengah bagian dari kertas sudah mencapai meja feeder, maka kertas kedua mulai dihisap lagi dan seterusnya. C. Sistem Rol Karet Sistem ini menggunakan rol karet yang berputar ke arah unit printing (biasanya mesin yang menggunakan sistem ini tidak memiliki meja feeder). Rol karet akan berputar di atas tumpukan kertas yang akan dicetak sehingga pada saat kertas bersinggungan dengan rol karet (saat operator mengaktifkan tuas untuk mencetak), maka kertas akan ditarik oleh rol tersebut menuju unit printing. Unit Printing Cylinder Plate Rol yang melekat pada cylinder plate dinamakan sebagai form roller yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Ink Form Roller: Rol tinta yang bersinggungan dengan plate cylinder. 2. Water Form Roller: Rol air yang bersinggungan dengan cylinder plate. Cylinder Blanket Berfungsi untuk menerima image yang berada di plate, dan mentransfer image tersebut ke atas kertas yang akan dicetak. Cylinder Impression Digunakan sebagai penahan kertas pada saat kertas dicetak (masuk diantara cylinder blanket dan cylinder impression sehingga pemindahan image dari blanket ke kertas dapat mencapai hasil yang sempurna). 3. Output. A. System Chute 18
Kertas yang telah selesai dicetak keluar dan ditampung di atas tray yang telah tersedia. B. System Chain Delivery Rantai Kertas yang telah selesai dicetak dijepit oleh gripper delivery dan disusun satu persatu di atas tray yang telah tersedia. Mesin Finishing Mesin-mesin finishing diantaranya: 1. Mesin Potong. Digunakan untuk memotong kertas ke ukuran yang dikehendaki pada saat sebelum dan setelah selesai proses cetak. 2. Mesin Potong 3 sisi Digunakan untuk memotong kertas yang telah selesai dicetak dan dirangkai menjadi buku sebanyak 3 sisi sekali potongan. Mesin potong seperti ini lebih efisien dalam perhitungan waktu dibandingkan dengan mesin potong biasa. 3. Mesin Book Binding Digunakan untuk melekatkan cover buku dengan isi buku (halaman) secara otomatis dengan menggunakan lem panas, dimana lem tersebut harus dipanaskan dulu sebelumnya. Lem panas tersebut cepat kering (sekitar kurang lebih 20 detik) sehingga bisa langsung menjadi sebuah buku. 4. Mesin Lipat Digunakan untuk melipat kertas yang telah selesai dicetak, dan terbagi atas 2 tipe: 1. Mesin Lipat Dua mata (2 kali lipatan). Biasa digunakan untuk melipat brosur atau majalah ukuran besar. 2. Mesin Lipat Empat mata (empat kali lipatan).
19
Biasa digunakan untuk buku-buku pelajaran, buku untuk umum, dan sejenisnya 5. Mesin Nomerator Biasanya mesin/alat ini menjadi satu dengan mesin cetak, dimana alat ini (numbering unit)digunakan untuk menomeri cetakan-cetakan yang memerlukan nomer seri/urut, misalnya: Nota/bon/faktur, karcis/tiket, dan sebagainya. 6. Mesin Cacah (Perporasi) Digunakan sebagai alat untuk membuat lubang-lubang kecil yang membentuk garis pada hasil cetakan dengan tujuan untuk mempermudah penyobekan. 7. Mesin Pond Digunakan sebagai alat untuk memotong dan membuat rel berdasarkan motif bentuk yang akan dibuat. Biasanya digunakan pada kartu undangan, kartu ucapan, berbagai macam bentuk dus/kemasan, dan sebagainya. 8. Mesin Foleder Gluer (Lipat dan Lem) Digunakan untuk melipat hasil dari cetakan sesudah turun dari mesin Pond menjadi bentuk kotak (biasanya) dan dilem pada satu sisinya. Mesin ini biasa digunakan pada industri packaging. Contohnya: dus obat, dus pasta gigi, dus gelas, dan lain-lain. 9. Mesin Jahit Kawat dan Benang. Digunakan untuk menjilid bagian tengah daripada buku dengan menggunakan kawat atau benang. Misalnya: agenda, buku-buku, dan sebagainya. 10. Mesin Polymas Digunakan untuk mentransfer hasil cetak dengan cara dipress dan dipanaskan dengan menggunakan kertas tinta emas berbagai warna. 20
Sebelum dipress, harus dibuatkan pola motif dengan cetakannya (matres) berbentuk lempengan. Contohnya penggunaan pada kartu undangan, kartu nama, sertifikat, ijazah, dan lain-lain.
3.7
TIPE KERTAS Pada dunia Percetakan jenis dan type kertas sangatlah banyak dan hampir dari setiap jenisnnya sangat sulit untuk dibedakan, apalagi bagi mereka (Klien) yang mintanya terima sudah serba beres. pada artikel ini kita akan membedakan sebagian jenis dari istilah kertas dalam dunia percetakan (Printing) yang sering digunakan. 1. Uncoated Paper, Kerta yang termasuk uncoated diantaranya : Kertas HVS, HVO, Kertas koran, dll. Uncoated mempunyai sifat dengan daya penyerapan yang besar, akan terlihat pada permukaan yang sedikit kasar, mudah terkelupas atau terjadi picking (tercabut), PH rendah sehingga lambat kering, dan karena permukaannya bergelombang (tidak rata) maka hasil cetak tidak menimbulkan gloss. 2. Coated paper, Jenis kertas yang termasuk coated antara lain : Art paper, coated paper,mat coated, cast coated, art karton, coated karton. Sifat-sifat dari Coated Paper ini berbanding terbalik dengan Uncoated paper. Penggunaan bahan Coated paper ini biasa dipakai pada cekan untuk jenis Brosur, Flyer dsb. Jenis bahan ini paling sering di kombinasikan dengan finishing cetak “Ultra Vernish (UV) / Super Glossy”. 3. Non Absorption Paper, yang termasuk non absorbtion antara lain : Vynil stiker, Yupo, Typex, Gold Foil, Alumunium Foil, art synthetic paper, dll. Karena jenis ini tidak mempunyai daya serap, maka pengeringan terjadi secara oksidasi penuh. Biasanya timbul masalah set off atau lambat kering. Sehingga perlu penanganan khusus seperti : 1). Tidak menumpuk hasil cetakan terlalu tinggi 2). PH air pembasah tidak terlalu asam (karena akan menghambat 21
oksidasi) 3). Memakai air pembasah seminim mungkin Hati-hati karena tinta mempunyai pengeringan lebih cepat dari pada tinta biasa, tidak sampai lapisan tinta mengering. Jenis kertas yang dipasarkan umumnya terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu : 1. Kertas berdasarkan jenis serat, kertas jenis ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. kertas mengandung kayu, dengan ciri-ciri : 1). Terdiri dari serat mekanis 2). Tidak tahan disimpan lama 3). Mudah berubah warna jika terkena matahari contoh : koran, HHI b. kertas bebas kayu, dengan ciri-ciri : 1). Terdiri dari serat kimia 2). Tahan disimpan lama contoh : HVS, HVO 2. Kertas berdasarkan pekerjaan akhir (Finishing), yaitu : a. kertas coated, dengan ciri-ciri : 1). Terdiri dari kertas dasae dan lapisan kapur dengan bahan perekat 2). Permukaannya halus dan mengkilap (gloss) 3). Daya serap terhadap minyak lemah contoh : art paper, kunsdruk b. kertas uncoated, dengan ciri-ciri : 1). Tidak diberi lapisan kapur 2). Permukaan kertas kasar tapi bisa juga dihaluskan 3). Daya serap terhadap minyak kuat contoh : koran,HHI, HVS, HVO
22
3. kertas berdasarkan penggunaannya, yaitu : a. Kertas cetak, seperti HVO, koran, art paper b. Kertas tulis, seperti HVS, kertas gambar c. Kertas bungkus, seperti cassing, kertas sampul, kertas Samson d. Kertas khusus, seperti kertas uang, kertas sigaret, kertas tisue.
23