7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu kemampuan, namun apa arti kemampuan itu sendiri sering tidak diketahui. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta yang diolah kembali oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2007: 742) kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Menurut Nurkhasanah dan Didik Tumianto (2007: 423) kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan atau tindakan sebagai hasil dari pembawaaan dan latihan. Suatu kegiatan dan tindakan yang dapat dilakukan oleh seseorang dari pembawaan dan latihan anatara lain adalah kemampuan menulis. Kemampuan menulis merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh seseorang ketika dia sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, dan sudah dapat meniru kegiatan orang lain. Di samping itu seseorang sudah terdorong untuk menulis sebelum masuk sekolah. Mereka sering kelihatan memegang alat tulis dan sibuk menulis. Mereka menulis dengan cara mereka sendiri.
8
2.1.1 Pengertian Menulis Menulis
merupakan
suatu
keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan
suatu
kegiatan
yang
produktif
dan
ekspresif.
Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek. Menurut Resmini, dkk (2006: 12), menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca. Pendapat lain mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau media (St.Y. Slamet (2008: 104). Pesan disini yaitu berupa isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan, sedangkan tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahwa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata. Mengacu kepada pemikiran tersebut, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasa tuliskan bahasa lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dengan pembaca). Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan
9
yang diamaksudkan oleh pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis. Berdasarkan pengertian menulis yang telah disampaikan oleh para pendapat, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan atau gagasan yang melukiskan lambanglambang berupa huruf-huruf dan angka-angka yang menggambarkan suatu bahasa dari suatu pengekspresian ide, gagasan, perasaan, dan pikiran secara logis dan sistematis yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain. Dengan demikian menulis bukanlah sekedar membuat huruf-huruf ataupun angka pada selembar kertas dengan menggunakan berbagai alternatif media, melainkan merupakan upaya untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu. 2.1.2. Hakikat
Menulis
Percakapan
Dengan
Menggunakan
Kalimat
Sederhana Bagi orang yang sudah terbiasa membuat percakapan, mungkin kaidah yang berlaku dalam membuat percakapan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat percakapan terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat percakapan (internet). Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat percakapan yang baik dan teratur.
10
1) Membaca Naskah Asli Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui tentang percakapan tersebut secara menyeluruh. Penulis percakapan juga perlu mengetahui maksud dan Menyeleksi serta mengetahui topik pembicaraan penulis naskah asli. Untuk pencapaianya, penulis
perlu
mengetahui
tujuan
khusus
pembicaraan
dengan
memperhatikan penggunaan kata-kata yang ditulis sehingga menjadi percakapan yang menggunakan kalimat sederhana. Siswa pun dapat mempraktikkan naskah percakapan yang asli dengan teman sebangku agar dapat memudahkan siswa dalam mengingat penggunaan percakapan dengan menggunakan kalimat sederhana. 2) Mencatat Kerangka Pembicaraan Jika Anda sudah menangkap maksud, Menganalisis bacaan percakapan
dan
situasi,
Memilih
topik
pembicaraan,
silakan
memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Dalam pembuatan percakapan kita pun perlu mengaitkan Kemampuan menulis percakapan dengan kalimat sederhana di SD adalah suatu jenis kemampuan menulis disehelai kertas atau lebih yang di dalamnya dituliskan sebuah percakapan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis percakapan adalah (1) sesuai dengan topik yang di bacakan, (2) cara penulisannya sesuai dengan EYD, (3) penggunaan tanda baca harus sesuai, dan (4) penggunaan huruf kapital.
11
2.1.3
Tujuan Menulis Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, siswa pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran menulis adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang menulis itu sendiri. Kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif; artinya kemampuan menulis itu merupakan kemampuan yang menghasilkan dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis disini merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif. Setiap penulis dituntut
bagaimana
mengekspresikan
serta
mengungkapkan
ilmu
pengetahuan, pengalaman hidup, ide-imaji, dan lain-lain yang telah mereka peroleh dalam bentuk tulisan kepada orang lain agar dipahami. Pendapat lain mengungkapkan bahwa secara umum tujuan orang menulis adalah: a) untuk menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk menyakinkan, e) untuk merangkum (M. Atar Semi, 2007: 14-21).
12
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menentukan tujuan dalam menulis, maka penulis akan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dalam proses penulisannya, bahan apa yang hendak diperlukan, bentuk ragam karangan macam apa yang hendak dipilih, dan mungkin sudut pandang penulisan yang seperti apa yang akan ditetapkan. Singkatnya, dengan kalimat kunci berupa rumusan tujuan penulisan, maka penulis bisa menentukan pijakan dari mana tulisan itu akan disusun dan dimulai. 2.1.4
Manfaat Menulis Manfaat menulis adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis, mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis sangat membantu penulis menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan teratur.
2.1.5
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Model pembelajaran kooperatif tipe Round Table merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif tipe Round Table adalah salah satu metode belajar kooperatif yang paling sederhana. Sehingga model belajar tersebut dapat digunakan guru-guru yang baru mulai menggunakan metode belajar kooperatif. Round table merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam tim yang
13
beranggotakan 4 atau 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudisn dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapat sertifikasi atau penghargaan lainnya. 2.1.6 Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Komponen Round Table adalah sebagai berikut : a.
Presentasi kelas Presentasi kelas dalam Round Table berbeda dari cara pengajaran yang biasa. kelompok mempresentasikan hasil tulisan yang telah meraka buat. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.
b. Belajar dalam tim
14
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. 2.1.7
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Round Table www.PTK.blongspirit.com.4Februari2012 adalah sebagai berikut : a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. b. Guru memperlihatkan beberapa topik yang akan dipilih oleh masingmasing anggota kelompok c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota,
dimana
anggota
kelompok
mempunyai
kemampuan
akademik yang berbeda-beda. d. setiap anggota kelompok memilih sebuah topik yang menarik untuk membuat percakapan secara berkelompok misalnya gempa bumi atau banjir di suatu daerah, bermain di sungai, pengalaman pertama bekemah dan lain-lain. e. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Topik bahasan
15
untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai. f. Setiap anggota kelompok menulis judul percakapan yang mereka pilih serta tiga kalimat pertama untuk mengawali cerita. g. Kelompok berbagi tulisan dan memeilih salah satu topik percakapan untuk dibacakan di kelompok. h. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat anggota-anggota kelompok memperbaiki
salah
satu
topik
percakapan
tersebut
untuk
meningkatkan kualitas tulisan. i. Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang dapat membuat percakapan dengan menggunakan kalimat sederhana. 2.1.8
Tahap-Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table a. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok, sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan topik yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-5 orang. b. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada hal-hal berikut : 1.) Pendahuluan. Disini perlu ditentukan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
16
2.) Pengembangan dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan mempelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna. 3.) Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi c. Kegiatan kelompok Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, dan mengulang konsep. d.
Evaluasi Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
e.
Penghargaan kelompok Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
2.1.9
Karateristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe Round Table antara lain sebagai berikut : 1) Menyampaikan materi pelajaran
17
2) Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4 atau 5 siswa 3) Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok 4) Membimbing siswa dalam kerja kelompok 5) Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok 6) Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran 2.1.10
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table 1. Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Round Table sebagai berikut: a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok. b. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa. c. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. 2. Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Round Table adalah sebagai berikut: a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.
18
2.1.11 Penerapan Model Round Table Pada Pembelajaran Menulis Percakapan Dengan Menggunakan Kalimat Sederhana Siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda. Pada model kooperatif tipe Round Table siswa dikelompokkan ssecara
heterogen, kemudian siswa
yang pandai
menjelaskan kepada anggota yang lain sampai mengerti. Model Round table adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga model ini banyak digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan metode belajar kooperatif. Model Round Table menurut Asma (2006: 51) siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja dan jenis kelamin. Pembelajaran diawali dengan penyajian materi oleh guru yang kemudian dilanjutkan dengan setiap anggota kelompok memilih sebuah topik yang menarik untuk membuat percakapan dengan menggunakan kalimat sederhana secara berkelompok. Setiap anggota kelompok menulis cerita yang mereka pilih serta tiga kalimat pertama untuk mengawali percakapan. Anggota kelompok memutar kertas mereka ke arah kiri mereka. Setiap anggota memiliki waktu dua menit untuk membaca dan menulis. Kertas diputar hingga beberapa kali putaran dan pada akhirnya setiap anggota mendapatkan kembali kertasnya. Jika sudah selesai,
19
kelompok berbagi cerita dalam bentuk percakapan dan memilih salah satu percakapan untuk di praktekan oleh kelompok. Kemudian, anggotaanggota kelompok memperbaiki percakapan tersebut untuk meningkatkan kualitas percakapan dengan menggunakan kalimat sederhana. (Internet) Round Table merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan Round Table, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran kuis. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan. Pengetesan pembelajaran kooperatif model Round table, guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper and pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor dikelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
20
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Guru memiliki peran signifikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Namun demikian data di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Percakapan Dengan Menggunakan Kalimat Sederhana Di Kelas III Sekolah Dasar. Hasil penelitian yang relevan tentang meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis percakapan oleh Sri Yuningsih (2010) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Percakapan Melalui Metode Bercerita Pasangan Di Kelas III SD”. Hasil penelitiannnya mengungkapakan bahwa (1) Sebagian Siswa Yang Bertanya / Mengajukan Pertanyaan sebelum tindakan, (2) Sebagian Pula Siswa Mengemukakan pendapat sebelum tindakan, (3) Sebagian Besar Siswa Menjawab pertanyaan sebelum tindakan. Dalam uraian tersebut penerapan metode pada siswa masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan temuan di atas tampak bahwa kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi percakapan di Kelas III dengan berbagai macam strategi termasuk Melalui Metode Bercerita Pasangan masih dihadapkan pada berbagai kendala. Berbagai upaya tersebut perlu dievaluasi untuk dapat diketemukan sebab musababnya serta solusi efektif dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Percakapan Dengan Menggunakan Kalimat sederhana.
21
2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika menggunakan model Round Table maka kemampuan menulis ringkasan cerita siswa kelas III SDN 2 Tenilo Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah apabila anak yang menjadi subjek penelitian, kemampuan menulis ringkasan cerita dapat ditingkatkan melalui model Round table, hingga mengalami peningkatan dari 30% hingga mencapai 85% dalam kategori baik sesuai dengan aspek yang diamati melalui proses pembelajaran.