BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Pengertian Motivasi Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
pengertian motivasi yaitu sebagai berikut. Menurut Hardjana (1994:21), motivasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin atau hati orang yang menggerakkan perilaku sadarnya untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai sasaran yang ditujunya. Sedangkan menurut Mappa (1994:36) motivasi berasal dari kata motif yang berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Sementara menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia.
Hal senada juga
diungkapkan Winkel (2009:169) bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi motif pada saat-saat tertentu. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong individu melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi, tujuan yang menentukan arah kegiatan tersebut. Dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran seperti melatih cara berpikir
9
dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan lain-lain yang menentukan arah pembelajaran itu sendiri. 2.1.2
Manfaat Motivasi Adapun manfaat motivasi menurut lussi
(2010:1) adalah sebagai
berikut: (1) membangun kepercayaan diri secara utuh, (2) mencegah sikap putus asa, (3) mengubah stress, depresi, dan trauma dalam seketika, (4) mengubah ketakutan menjadi kekuatan, (5) mengubah sikap loyo menjadi semangat, (6) menghilangkan kebiasaan buruk dan rasa takut. Syaiful (Admin, 2010:2) juga menyebutkan bahwa ada tiga manfaat motivasi yaitu sebagai: (1) pendorong perbuatan, (2) penggerak perbuatan, dan (3) pengarah perbuatan. Pada intinya manfaat motivasi dapat disimpulkan sebagai penggerak perasaan maupun perbuatan seseorang menuju ke arah yang lebih baik. 2.1.3
Motivasi Belajar Motivasi
belajar
diartikan
sebagai
serangkaian
usaha
untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2005:75). Sementara menurut Admin (2010:2) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dalam diri maupun dari luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Definisi lain yaitu motivasi belajar merupakan suatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk
10
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan (http: // www. sarjanaku. Com /2011 /05/ motivasi-belajar-siswa.html). Dari beberapa teori tersebut, motivasi belajar dapat disimpulkan sebagai dorongan dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. 2.1.4
Pembelajaran IPS di SD
(1) Konsep IPS Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi (Sapriya,2009:19). Wiyono (Tasrif, 2008:2) berpendapat bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua apek kehidupan dan interaksinya dalam masayarakat. Tasrif (2008:2) juga memberikan definisi IPS sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiolog, dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari. Oleh karena itu Tasrif (2008:2) menyatakan bahwa IPS merupakan himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dari bahan realitas kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Mengenai tujuan IPS, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Secara garis besar tujuan pendidikan IPS menurut Tasrif (2008:33) adalah sebagai berikut.
11
1. Membentuk nilai moral dan etik Dalam formasi tujuan pendidikan Nasional ditekankan bahwa penyelenggaraan pendidikan menekankan pada pembentukan pengetahuan yang berwatak moral dan beretika. Demikian juga, pendidikan ilmu pengetahuan sosial dengan dasar sosial dan etika yang baik. 2. Membentuk manusia yang berbudaya dan memiliki mental sosial Setiap bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya besar. Pendidikan IPS merupakan ilmu sosial yang memberikan kontribusi dalam membentuk watak budaya yang kuat dan kokoh, mandiri, percaya diri, patriotisme, memiliki dedikasi tinggi, berkompetisi, dan berkomitmen terhadap nasionalisme bangsa. 3. Membentuk kecerdasan individu dan masyarakat Pendidikan IPS sebaiknya jangan dipandang sebagai komponen terpisahkan dalam upaya meningkatkan kecerdasan masyarakat. Setiap komponen dalam pendidikan
bertujuan
bagaimana
membangun
kecerdasan
masyarakat.
Pendidikan IPS sebagai suatu komponen dalam pendidikan menjadi sumber pengetahuan tentang dinamika sosial dan sosok masyarakat yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi.
(2) Pembelajaran IPS SD Adapun ruang lingkup IPS adalah menyangkut kegiatan dasar manusia. Bertitik tolak dari pemahaman bahwa IPS merupakan ilmu yang membahas manusia (masyarakat) dengan lingkungannya, maka Tasrif (2008:4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek berikut ini.
12
1. Ditinjau dari aspek-aspek ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, sosial, budaya, sejarah, geografi, dan politik. 2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga, kampung, warga desa, organisasi masyarakat, dan bangsa. 3. Ditinjau dari tingkatnya meliputi tingkat lokal, regional, dan global. 4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik, dan ekonomi. Selanjutnya ruang lingkup materi IPS yang dipelajari siswa kelas V SD berdasarkan kurikulum KTSP adalah sebagai berikut. a. Kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia b. Tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia c. Keanekaragaman kenampakan alam dan buatan di Indonesia serta pembagian waktu d. Menghargai suku bangsa dan budaya di Indonesia e. Perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang f. Masa Persiapan Kemerdekaan g. Peristiwa sekitar proklamasi h. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Dalam penelitian ini materi IPS dibatasi pada ruang lingkup Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia. 2.1.5
Motivasi Belajar IPS Admin (2010:2) menuturkan bahwa motivasi belajar IPS yang bersifat
internal dalam arti sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif
yang kemudian berpengaruh pada
perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran IPS maka motivasi belajar IPS adalah dorongan pada diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa pada mata pelajaran IPS dapat tercapai.
13
2.1.6
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu model. Guru sebaiknya juga menggunakan model yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan ruangan kelas dan peralatan khusus yang dikembangkan oleh Devries dan Slavin (1995). Sesuai dengan namanya model TGT ini mengandung kegiatankegiatan yang bersifat permainan. Secara umum peran guru dalam model ini adalah
memacu
siswa
agar
lebih
serius
dan
bersemangat,
kemudian
membandingkannya dengan prestasi siswa (kelompok) lain. Dengan demikian dapat ditentukan kelompok mana yang berhasil mencapai prestasi yang paling baik.
14
Kelebihan model pembelajaran tipe TGT menurut Slavin (1995:110) yaitu: 1. Siswa bekerja sama dalam pencapaian tujuan dengan menjungjung tinggi norma dalam belajar kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan menolong siswa yang lain dalam kelompoknya untuk sama-sama berhasil. 3. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Adanya turnamaen pada TGT membuat suasana kelas lebih menyenangkan. Dalam turnamen setiap siswa ingin menjadi pemenang sehingga menambah motivasi siswa dalam belajar. 5. Hasil turnamen individu akan disumbangkan kempada kelompoknya. Hal ini memacu setiap siswa untuk belajar lebih giat dan membantu siswa lain dalam kelompoknya. Menurut Slavin (1995:115), pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan yaitu: penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (team), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan
15
dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. 2. Games tournament Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya.
Siswa
yang
mewakili
kelompoknya,
masing-masing
ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang bersal dari kelompok yang sama. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Soal akan dibacakan sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Setelah waktu mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu, guru akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan. Disini permaianan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Secara skematis model pembelajaran TGT tampak seperti gambar berikut:
16
A1
T
B1
B2
B3
A2
T
B4
A3
A4
T
B5
A5
T
C1
C2
T
C3
C4
C5
Gambar 1. Skema pertandingan atau turnamen (Slavin, 1995:56) Keterangan: A1, B1, C1
= siswa berkemampuan tinggi
A (2,3,4) B (2,3,4) C (2,3,4)
= siswa berkemampuan sedang
A5, B5, C5
= siswa berkemampuan rendah
T1, T2, T3, T4, T5
= tournament table
3. Penghargaan kelompok Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok
dibagi
dengan
banyaknya
anggota
kelompok.
Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. 2.1.7
Model Team Games Tournament dalam pembelajaran IPS Guru sebelum memberikan tugas harus melihat keterampilan sosial
yang diperlukan dalam kelompok itu agar dapat bekerja sama dalam kegiatan
17
mereka. Sekali keterampilan itu ditetapkan maka akan sangat membantu siswa untuk dapat bekerja sama dengan orang lain secara efektif, di samping juga meningkatkan pencapaian akademik dan membangun keterampilan-keterampilan yang dianggap penting sepanjang hidup mereka. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia di kelas V SDN III Tolinggula Tengah dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut. 1.
Presentasi kelas (penyampaian materi)
2. Belajar tim 3. Turnamen atau pertandingan 4. Penghargaan tim.
2.1.8 Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Melalui Team Games Tournament Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar dikatakan berhasil bila siswa dalam melakukan kegiatan berlangsung secara intensif dan optimal sehingga menimbulkan pengaruh tingkah laku yang bersifat tetap. Perubahan tingkah laku sebagai akibat belajar dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah faktor motivasi yang merupakan hal penting dan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.
18
Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam melakukan kegiatan. Motivasi sangat dibutuhkan dalam pemahaman bahan belajar di sekolah. Bila belajar berhasil maka akan timbul motivasi dengan sendirinya dan menimbulkan keinginan untuk lebih banyak belajar. Sukses dalam belajar akan membangkitkan motivasi belajar IPS. Sehubungan dengan hal di atas, motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai dan menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat (Sardiman, 2006:85). Selain itu, motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa motivasi belajar mempunyai peran yang sangat besar karena siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan giat dalam belajar sehingga tujuan yang diharapkan yang ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan, mendukung, dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Untuk mendapatkan hasi belajar yang optimal banyak dipengaruhi oleh komponen belajar mengajar. Guru sebagai salah satu sumber belajar hendaknya mampu menumbuhkan kelas yang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai perwujudannya, salah satu
19
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan penentuan model pembelajaran yang tepat. Pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tasrif (2008:2) juga menyatakan bahwa IPS merupakan himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dari bahan relaitas kehidupan sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengembangkan pembelajaran IPS di kelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Motivasi belajar IPS adalah indikator proses belajar mengajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model pembelajaran. Penggunaan model yang bervariasi akan mendorong siswa berpikir kreatif dan kritis sehingga siswa tidaka kan bosan dalam belajar. Secara otomatis motivasi untuk belajar IPS akan lebih tinggi yang apda akhirnya presatsi belajarnya akan baik. Dengan menerapkan model TGT dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerja sama dalam proses belajar mengajar.
20
Peningkatan motivasi belajar IPS melalui model TGT merupakan langkah selanjutnya untuk mengetahui apakah dengan model TGT dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran tersebut. Motivasi belajar IPS harus dimiliki oleh peserta didik dalam proses pembelajaran karena motivasi merupakan kunci keberhasilan dalam belajar. Pelajaran IPS yang diberikan guru kurang dapat memberikan motivasi siswa selama proses pembelajaran. Oleh sebab itu model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran yang dapat memacu dan meningkatkan motivasi dalam proses belajar mengajar. Karena model TGT dapat meningkatkan motivasi belajar IPS. Apalagi jika model ini diterapkan pada materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia yang cakupannya cukup luas. Melalui model TGT siswa akan termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengangkat masalah tentang peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas V pada materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia melalui model pembelajaran Team Games Tournament.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang model pembelajaran TGT ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Triyani pada tahun 2009 dengan judul Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS. Pada penelitian ini bertujuan
21
untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal aktivitas belajar siswa, rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dan taraf keberhasilan pada tindakan siklus I yaitu sebesar 61,59% dengan taraf keberhasilan cukup, sedangkan pada siklus II meningkat 10,48% dari 61,59% (siklus I) menjadi 72,07% (siklus II) dengan taraf keberhasilan baik. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, rata-rata skor tes sebelum tindakan (pre test siklus I) adalah 68,47, kemudian meningkat 3,63 dari 68,47 (pre test siklus I) menjadi 72,1 pada tindakan siklus I (post test siklus I), dan kemudian pada tindakan siklus II meningkat 2,56 dari 72,1 (post test siklus I) menjadi 74,66 (siklus II). Dalam hal persentase ketuntasan belajar siswa kelas V, pada saat sebelum tindakan (pre test siklus I) persentase ketuntasan belajar siswa yaitu sebesar 71,88%, kemudian meningkat 3,12% dari 71,88% (pre test siklus I) menjadi 75% (post test siklus I), dan pada tindakan siklus II meningkat 15,63% dari 75% (post test siklus I) menjadi 90,63% (post test siklus II). Untuk itu peneliti Nur Triyani menyimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN KotaGede, khususnya pada mata pelajaran IPS. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan yang dilakukan oleh Nur Triyani berbeda dalam tujuan penelitiannya yaitu peneliti meneliti peningkatan motivasi belajar siswa sedangkan Nur Triyani meneliti peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
22
2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kajian pustaka maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut. “Jika menggunakan model Team Games Tournament maka motivasi belajar IPS pada materi Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan serta Pembagian Wilayah di Indonesia siswa kelas V SDN III Tolinggula Tengah dapat ditingkatkan”.
2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan dasar pengukuran terhadap ketercapaian hipotesis tindakan yang telah dibuat. Suatu program dikatakan berhasil apabila mampu mencapai indikator atau kriteria yang telah ditentukan dan gagal apabila tidak mampu melampaui kriteria yang telah ditentukan. Keberhasilan suatu tindakan biasanya didasarkan pada sebuah standar yang harus dipenuhi. Penelitian tindakan kelas keberhasilannya dapat ditandai dengan pembahasan ke arah perbaikan, baik terkait dengan guru maupun siswa. Keberhasilan suatu penelitian tindakan yaitu dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dengan hasil sesudah diberi tindakan.
23
Adapun kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini “jika dari keseluruhan jumlah siswa memperlihatkan motivasi belajar 75% maka tindakan tersebut dapat dikatakan berhasil”.