BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kenyamanan Memandang Secara Umum Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang
disebabkan
oleh
adanya
keterbatasan
rentang
gerakan
kepala.
Secara
antropometrik gerakan ini disebut sebagai rotasi leher dengan memiliki rentang yang dapat diupayakan sebesar 45 derajat ke arah kiri atau kanan secara horizontal tanpa menimbulkan ketegangan atau ketidaknyamanan bagi sebagian besar orang. Rentang gerak kepala dalam bidang vertikal ( sagital ) dapat dilakukan mulai dari rentang 0 derajat sampai 30 derajat tanpa menimbulkan perasaan tidak nyaman ( Panero dan Zelnik, 2003 ). Sudut pandang nyaman memandang ke atas pada kisaran 27 derajat, sudut pandang vertikal pada kisaran 10 derajat, dan sudut pandang nyaman horizontal pada kisaran 45 derajat. Ada daerah visual bidang horizontal dikenal dengan istilah penglihatan binocular yang besar sudutnya 60 derajat pada setiap arah. Di dalam bidang ini bayangan yang amat tajam ditransmisikan ke otak sehingga muncul persepsi yang dalam , serta dimungkinkan pengenalan diskriminasi warna. Di sini juga muncul pengenalan atas kata-kata dan simbol-simbol dengan prosentase 10 derajat sampai 20 derajat dari garis pandang bagi kata-kata, dan 5 derajat sampai 30 derajat dari garis pandang bagi simbol-simbol. Di bawah dari batas-batas tersebut, baik kata-kata ataupun simbol-simbol cendrung untuk menghilang, yaitu pada sudut antara 30 derajat – 60 derajat dari garis pandang (
6
7
Panero dan Zelnik, 2003 ). Kenyamanan tempat berdirinya pengamat antara 0,50 meter – 0,70 meter, tetapi jarak pengamatan ini tergantung pada besar kecilnya lukisan. Jarak nyaman antar lukisan yang dipamerkan adalah pada kisaran 0,75 m ( Mara, 1984 ). Penglihatan atau mata manusia digunakan untuk menghasilkan persepsi yang terorganisir akan gerak, ukuran,bentuk, jarak, tekstur, dan warna. Dalam dunia nyata mata selalu digunakan untuk melihat semua bentuk tiga dimensi. Mata dipaksa untuk dapat melihat objek yang sebenarnya berupa objek dua dimensi, namun harus dilihat sebagai objek tiga dimensi dengan teknik-teknik tertentu ( Dowton dan Leedhan, 1992 ). Medan penglihatan manusia merupakan hal penting dalam menentukan ukuran objek, karena medan penglihatan adalah sudut yang dibentuk ketika mata bergerak ke kiri dan ke kanan terjauh ( Santosa, 1997 )
2.2
Ilmu Ergonomi dan Kenyamanan Manusia Dalam Ruangan Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan
antara alat, cara dan lingkungan kerja, terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia, untuk mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien, sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya ( Manuaba, 1992; Dul and Weerdmeester, 1993 ). Orang merasa nyaman jika berada pada zona personal yang nyaman yaitu didasarkan atas zona perlindungan tubuh pada diameter 42 inci atau 106,7 cm, atau seluas 10 kaki persegi, atau 0,93 meter persegi. Pada posisi ini seseorang dapat melewati jarak antara dua orang yang berdiri bersampingan dengan posisi menyamping ( Panero dan Zelnik,
8
2003). Dinyatakan pula bahwa jarak nyaman orang memandang lukisan di dalam sebuah ruang pameran adalah jika di belakangnya ada ruang kosong pada kisaran 0,60 m untuk sirkulasi pengunjung ( Mara, 1984 ). Dalam kaitannya dengan masalah kenyamanan pengunjung memandang lukisan dalam ruang pameran, perlu dilakukan evaluasi ulang dalam hal menentukan ukuran lukisan yang akan dipajang dikaitkan dengan luas ruangan yang ada. Ini dimaksudkan agar dalam ruangan tersebut bisa tersedia ruang kosong di belakang pengunjung yang sedang memandang lukisan untuk sirkulasi orang lalu-lalang, sehingga bisa terwujud kondisi pameran yang sehat, aman, nyaman, dan efisien sesuai yang diharapkan. Jarak yang terlampau dekat dengan objek, sementara ukuran objek cukup besar, akan mempersempit sudut pandang, sehingga objek berupa lukisan tidak mampu dilihat secara utuh dalam sekali pandang, yang menyebabkan orang akan sering menoleh ke kiri dan ke kanan, atau ke atas dan ke bawah. Hal ini tentunya akan menyebabkan rasa kurang nyaman karena mata menjadi cepat lelah.
2.3 Konsep Ergonomi Ditinjau dari asal katanya, ergonomic berarti bidang studi yang mempelajari tentang hukum-hukum pekerjaan. Berasal dari kata Yunani yaitu: Ergos = pekerjaan, dan Nomos = hukum, bila didefinisikan secara bebas, ergonomic merupakan bidang studi multidisiplin yang mempelajari prinsipprinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia yang menggunakannya (
9
Manuaba, 1998; Harrianto, 2009 ). Ergonomi juga merupakan aktivitas rancang bangun ( desain ) ataupun rancang ulang ( redesain ), yang berkenaan dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi ( Nurmianto, 2008 ). Untuk melaksanakan hal tersebut di atas dapat dijalankan dengan dua cara. Pertama dengan menerapkan ergonomi mulai dari perencanaan yang dikenal dengan sebutan pendekatan konseptual. Kedua, dengan memperbaiki atau memodifikasi pekerjaan yang sudah ada dengan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dan dikenal dengan istilah pendekatan kuratif. Menurut Manuaba ( 1998 ), ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner dalam perkembangan dan prakteknya bertujuan sebagai berikut: 1)
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, khususnya mencegah munculnya cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban mental dan fisik.
2)
Meningkatkan kesejahteraan social dengan memperbaiki kualitas kontak social dan bagaimana mengorganisasikan kerja sebaik-baiknya
3)
Meningkatkan efisiensi system manusia-mesin melalui kontribusi rasional antara aspek teknis, ekonomi, antropologi dan budaya daripada system.
Kaitannya dengan masalah ergonomi bagi pelaku pameran adalah segera dilakukan intervensi ergonomi dengan pendekatan kuratif, dimana ukuran lukisan yang dipajang disesuikan dengan besar ruangan. Dengan demikian perbaikan
10
tersebut tidak akan memerlukan biaya yang besar, namun hasilnya akan optimal, dimana pengunjung pameran akan merasa lebih nyaman saat memandang lukisan.
2.4 Lingkungan Kerja Pada dasarnya sikap tubuh manusia dalam keadaan istirahat terdiri dari beberapa sikap yaitu : berdiri, duduk, jongkok, dan berbaring. Namun pada saatsaat melakukan aktifitas sikap tubuh dapat merupakan salah satu atau kombinasi dari sikap-sikap tersebut di atas ( Pheasant, 1991 ). Sedangkan Bridger ( 1995 ) mengatakan bahwa sikap kerja seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu: 1) Karakteristik pekerjaan seperti: umur, jenis kelamin, kesegaran jasmani, berat badan, ukuran antripometri, tajam penglihatan, kemampuan gerakan sendi, riwayat cidera. 2) Jenis keperluan tugasnya seperti: memerlukan ketelitian mata, kekuatan tangan, giliran tugas. 3) Desain tempat kerjanya seperti: dimensi ruang, lingkungan kerja. Pheasant ( 1991 ) berpendapat, sikap kerja seseorang ditentukan oleh hubungan antara dimensi tubuhnya dengan berbagai hal di ruang kerjanya, yang mana hubungan ini bisa bersifat fisik maupun visual. Kaitannya dengan kenyamanan memandang serta ukuran lukisan pada ruang pameran
adalah,
perlu ada
keserasian antara kemampuan pandang mata dengan objek yang dipandang sehingga menimbulkan rasa nyaman
11
2.5 Mikroklimat di Ruang Kerja Kenyamanan seseorang di dalam ruangan salah satunya dipengaruhi oleh suhu udara. Menurut Manuaba ( 1993 ), suhu yang dirasakan oleh seseorang merupakan rata-rata dari suhu udara dan suhu permukaan sekitarnya. Hal itu dapat diukur dengan memakai rumus: Tempat yang dirasakan = Tu + Tp : 2. Daerah nyaman untuk orang Indonesia, suhu kering berkisar antara 22 – 28 derajat Celsius dan kelembaban berkisar antara 70% – 80 %, sedangkan kenyamanan di dalam ruangan pada musim panas suhu antara 20-24 derajat Celsius, musim dingin antara 20– 21 derajat Celsius serta kelembaban antara 40% – 60% . Untuk rasa nyaman, perbedaan suhu di dalam dan di luar ruangan hendaknya diupayakan tidak melebihi 4 derajat Celsius, dan upayakan agar ada ruang antara dengan suhu berada di antara ke dua suhu ruangan tersebut ( Manuaba,1993 ). Suhu lingkungan yang ekstrem panas akan menimbulkan rasa cepat lelah, mengantuk, berkurangnya penampilan kerja, dan kemungkinan meningkatnya kesalahan kerja ( Harrianto, 2010 ). Dapat disimpulkan disini bahwa faktor lingkungan pun dapat berpengaruh pada kenyamanan orang saat beraktifitas di dalam ruangan.
2.6 Beban kerja Dalam menghadapi dan mengerjakan suatu pekerjaan, pekerja akan dihadapkan dengan keadaan, beban yang berlebihan, beban kerja yang kurang dan
12
beban kerja yang optimal. Secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua kelompok besar ( Adiputra, 1998 ), yaitu : 1. External load ( stressor ) atau beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan dan mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua orang. Misalnya pekerjaan, organisasi, dan lingkungan kerja. Organisasi berhubungan dengan lama kerja, jadwal kerja, istirahat, dan cara kerja. Lingkungan berhubungan dengan suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara. 2. Internal load ( strain ) merupakan reaksi tubuh seseorang terhadap external load yang diberikan Beban kerja pada proses kerja dapat berupa beban kerja yang berasal dari faktor eksternal dan dapat juga berasal dari faktor internal. Untuk itu dalam penilaiannya ada dua kriteria yang dapat dipakai: a. Kriteria objektif, yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang meliputi: reaksi fisiologis, reaksi psikologis/ perubahan tindak tanduk; b. Kriteria subjektif yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit, atau pengalaman lain yang dirasakan. Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah, secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut nadi. Frekuensi nadi kerja dari seluruh jam kerja, selanjutnya dipakai dasar penilaian beban kerja fisik, karena perubahan rerata denyut nadi berhubungan linier dengan pengambilan oksigen ( Rodahl, 1989 ). Hal ini merupakan refleksi
13
dari proses reaksi ( strain ) terhadap stressor yang diberikan oleh tubuh, dimana biasanya besar strain berbanding lurus dengan stress. Penilaian beban
kerja
secara subjektif dapat
dilakukan dengan
menggunakan kuesioner, yang mana dengan kuesioner tersebut akan terlihat tanda-tanda yang menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya ( Bridger, 1995 ). Dalam kaitannya dengan kenyamanan memandang lukisan dalam ruang pameran, maka kuesioner akan dipakai sebagai alat ukur untuk mendapatkan data dari subjek khususnya tentang kelelahan secara umum dan kenyamanan memandang lukisan dalam ruang pameran.
2.7 Kelelahan Kerja Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari cedera lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat ( Nurmianto, 2008 ). Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya akan bermuara kapada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh ( Grandjean, 1988 ). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh
14
karena monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan sebabsebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi ( Grandjean, 1988 ). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan dan kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja ( Pulat, 1992 ). Kelelahan otot dan kelelahan umum disebabkan karena jenis pekerjaan yang bersifat fisik berat dan lingkungan kerja. Kaitannya dengan masalah kenyamanan memandang lukisan di dalam ruang pameran adalah kelelahan yang terjadi disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak ergonomis dan berkaitan erat dengan task.
2.8 Faktor Penerangan .Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tanpa upayaupaya yang tidak perlu ( Suma’mur, 1997 ). Pada umumnya penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua, yaitu: ( 1 ) Penerangan artifisial (penerangan buatan), dan; ( 2 ) Penerangan alamiah (penerangan alam). Pada umumnya penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama bekerja ( Grandjean, 1988 ). Penerangan yang baik sangat penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi yang nyaman. Hal itu dapat membantu pekerja untuk melihat pekerjaannya setiap bagian dengan jelas dan cepat, serta memberikan kondisi nyaman dan menyenangkan, mudah dipelihara dan mudah dioperasikan ( Manuaba, 1998 ). Di dalam perencanaan penerangan, di samping
15
efisiensi penglihatan, faktor keselamatan dan kesejahteraan perlu diperhitungkan sepanjang dimungkinkan, misalnya: walaupun seharusnya diperlukan sedikit penerangan, tetapi dianjurkan memakai paling sedikit 200 luks, sehingga pekerja merasa senang bekerja di situ. Kalau penerangan tidak memadai maka beban yang dipikul oleh organ penglihatan mata bisa berupa stress dan akan dapat menimbulkan dua macam kelelahan, baik penglihatan maupun syaraf. Faktor penerangan di dalam ruangan disamping dapat berpengaruh terhadap kenyamanan orang saat bekerja, juga berpengaruh buruk terhadap kesehatan mata. Intensitas penerangan yang diperlukan saat bekerja dapat dicermati pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Intensitas Penerangan Sesuai Jenis Pekerjaan Tiap Pekerjaan
Contoh
Penerangan yang Diperlukan
Pekerjaan Kasar
Menyimpan Barang
80 – 170 luks
Setengah Teliti
-
170 -350 luks
Teliti
Membaca/Menulis
350 – 700 luks
Sangat Teliti
Menyesuaikan
700 -10.000 luks
( Sumber: Manuaba,1986 )
2.9 Kelelahan Mata Mata merupakan bagian yang paling banyak dikeluhkan para operator komputer dalam bekerja, dan keluhan tersebut disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah: jarak pandang mata dengan layar monitor yang dipakai. Jarak
16
pandang yang tidak sesuai menyebabkan timbulnya kelelahan, khususnya kelelahan visual ( Antarini.2005 ). Kelelahan mata dapat disebabkan oleh: 1. Gerakan mata yang konstan ( naik- turun, ke kiri-ke kanan ), terlalu sedikit variasi gerakan, dan memfokus dari mata. 2. Frekuensi perubahan penerangan, menyebabkan otot iris mengatur ukuran pupil sesuai dengan perubahan penerangan. 3. Penglihatan terlalu dekat untuk waktu yang lama atau memfokus mata pada satu objek secara konstan dalam waktu yang lama dengan kondisi yang tidak cocok dikaitkan dengan terjadinya peningkatan jarak pada titik dekat, suatu fenomena yang dianggap sebagai gejala kelelahan visual ( Grandjean,1993 ). Bagian-bagian mata yang berhubungan dengan kelelahan; 1. Satu set otot menggerakkan mata dari satu sisi ke sisi yang lain dan naik turun. 2. Otot iris dalam bola mata mengatur ukuran pupil menurut perubahan intensitas cahaya. Pupil bertambah besar pada kondisi remang-remang untuk menerima lebih banyak cahaya dan mengecil jika cahaya terang, untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. 3. Otot silaris mengubah bentuk lensa mata saat mata memfokus. Ketika mataa memfokus pada jarak dekat, otot silaris berkontraksi sehingga lensa mata makin cembung. Melihat terlalu dekat pada objek dalam periode waktu relatif lama akan mengakibatkan kelelahan pada otot ini ( Dyer dan Morris, 1990 ).
17
Dowton dan Leedhan ( 1992 ) menyatakan, medan penglihatan merupakan hal penting dalam menentukan ukuran obyek, karena medan penglihatan adalah sudut yang dibentuk ketika mata bergerak ke kiri dan ke kanan terjauh. Medan penglihatan ada 4 ( empat ) yaitu: a. Daerah pertama adalah tempat kedua mata mampu melihat sebuah objekdalam keadaan yang sama atau disebut juga dengan istilah binokuler b. Daerah ke dua adalah tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kiri ketika mata kiri digerakkan ke sudut paling kiri, atau disebut juga dengan penglihatan monokuler kiri. c. Daerah ke tiga adalah tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kanan ketika mata kanan kita gerakkan ke sudut paling kanan , atau disebut juga dengan penglihatan monokuler kiri. d. Daerah ke empat adalah daerah buta, yaitu daerah yang sama sekali tidak dapat dilihat oleh ke dua belah mata. Kaitannya dengan kenyamanan pengunjung pameran dalam memandang lukisan adalah bahwa mata manusia memiliki sudut pandang yang terbatas, sehingga ukuran objek harus diperhitungkan besarannya agar dapat dilihat oleh mata secara keseluruhan. Disamping itu jika mata memandang objek terlalu dekat menyebabkan mata cepat merasa lelah, dan mata akan sering melakukan gerakan memandang ke kiri-ke kanan, atau ke atas-ke bawah. Dapat disimpulkan disini bahwa jarak dan ukuran lukisan merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menciptakan kenyamanan pengunjung pameran saat memandang lukisan.
18
2.10 Pameran Pameran lukisan merupakan aktivitas pelukis yang memajang karyanya dalam sebuah ruangan untuk ditonton oleh masyarakat. Pada pameran tersebut, lukisan dipajang pada dinding di dalam ruangan dengan pertimbanganpertimbangan tertentu seperti: terhindar dari panas maupun hujan, terhindar dari pencurian serta mudah pengawasannya. Dari pengamatan terlihat bahwa pemajangan lukisan dilakukan atas dasar banyak pertimbangan seperti: karena kepentingan senimannya atau pemilik galeri untuk menampung seluruh lukisan yang ada sehingga ada kesan pemaksaan, serta karena memang tidak mengetahui tentang tata cara pemajangan lukisan di dalam ruang pameran. Dalam pameran lukisan dikenal ada tiga cara pemajangan lukisan, yaitu: rata atas ( sisi lukisan bagian atas rata semuanya ), rata tengah ( sisi bagian bawah lukisan rata semua ), menentukan titik tengah ( dengan menjadikan sebuah lukisan sebagai patokan untuk menentukan titik tengah sebagai patokan untuk pemajangan lukisan berikutnya ( Widnyana, 2010 ). Disamping itu desain tata pameran bukan sekadar menghadirkan unsur estetik yang bersifat dekoratif saja, tetapi juga menciptakan suatu sistem pameran yang memungkinkan koleksi tampil secara baik dalam arti sesuai dengan kriteria dan tujuan pameran. Dan juga memungkinkan pengunjungnya dapat menikmati pameran secara leluasa dan menyenangkan ( Soepeno, 2000 ). Kaitannya dengan kenyamanan memandang lukisan di dalam ruang pemeran adalah adanya berbagai macam ukuran lukisan jika dipajang di dalam
19
ruang pameran semestinya lukisan tersebut bisa dinikmati oleh pengunjung pameran secara leluasa dan menyenangkan sesuai dengan tujuan dari pameran itu sendiri. Hubungannya dengan ilmu ergonomi adalah bagaimana menciptakan suasana aman dan nyaman dalam aktifitas pameran tersebut.
2.11 Lukisan Impresionis Perjalanan seni rupa modern diawali oleh gerakan yang disebut dengan gerakan seni lukis realisme dinamis atau pasca impressionisme. Gerakan ini merupakan masa transisi dari konvensi realisme ke bentuk kebebasan seniman. Awalnya pandangan kaum impressionisme terhadap stimulasi persepsinya mutlak yaitu pelukisan alam benda, mengandung banyak massa tiga dimensi yang menyebabkan dalam volume tiga dimensi akan terjadi pelukisan ruang. Seorang impressionisme sejati akan selalu hanya mengamati berbagai warna yang terkandung pada permukaan benda. Dengan kata lain bahwa argumentasi kaum impressionis, persepsi alam adalah kemurnian image pada retina. Dengan demikian gambar kaum impressionis berhubungan dengan persepsi retina yang murni; suatu jajaran warna yang banyak, tak berhubungan dengan perbendaharaan benda itu sendiri dan tidak ada garis. Namun pelukis Paul Cezanne kemudian menyatakan bahwa impressionisme itu justru sangat erat hubungannya dengan garis. Ruang dan isi tidak bisa dipisahkan, Cezanne tidak ingin sekadar meniru alam (mimesis), melainkan alam ini ingin diciptakan kembali untuk memperoleh bentuk-bentuk yang kuat ( Kartika, 2004 ).