BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Perspektif dan Teori Komunikasi 2.1.1 Perspektif Perspektif merupakan sudut pandang atau cara pandang kita terhadap
sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Perspektif berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturanaturan yang menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturanaturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak terjadi konflik atau kekacauan. Perspektif ini memiliki dua ciri utama: 1. Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia. 2. Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat.
8 Universitas Sumatera Utara
Para ahli penganut aliran evolusi mengemukakan bahwa dalam mengamati tingkah laku manusia, perspektif ini menunjuk tujuh unsur di mana masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda dalam pengamatannya, diantaranya: 1. Memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai aturan. 2. Mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan. 3. Menitikberatkan perhatiannya pada aturan-aturan yang menentukan tingkah laku 4. Mengamati aturan-aturan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku. 5. Memfokuskan pengamatannya pada aturan-aturan yang mengikuti tingkah laku. 6. Mengikuti aturan-aturan yang menerapkan tingkah laku. 7. Memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang merefleksikan aturan. 2.1.2 Pengertian Teori Teori adalah abstraksi dari realitas. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip dan definisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. Sedangkan Llittle John and Foss (2005: 4) mengatakan “ A Theory is a system of thought, a way of looking”. Jadi dapat disimpulkan teori merupakan konseptualisasi mengenai aspek dunia empirik tentang suatu fenomena, peristiwa atau gejala yang telah tersusun secara sistematis dengan penjelasan yang logis.
9 Universitas Sumatera Utara
Ada hubungan yang saling mempengaruhi antara perspektif dengan teori, karena sudut pandang seseorang akan mempengaruhi bagaiamana dia akan mengumpulkan prinsip dan definisi dalam dunia empirik secara sistematis. Begitu juga teori akan mempengaruhi perspektif seorang atau sekelompok orang dalam memandang suatu fenomena. Didalam dunia akademisi teori dijadikan alat berpikir untuk mempelajari peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala yang ada disekitar. Peristiwa atau gejala tersebut disebut dengan data atau fakta. Dalam proses pembuatan teori, Little John dan Foss (2005) memberikan gambaran sederhana yang mencakup tiga hal sebagai berikut: 1. Mengembangkan pertanyaan. 2. Pengamatan. 3. Mengkonstruksi jawaban Tahapan inilah yang disebut menyusun teori. Menurut Little John penjelasan dalam teori berdasarkan prinsip keperluan (the principal of necessity) terbagi menjadi tiga macam yaitu: 1.
Causal Necessity (keperluan kausal), yaitu penjelasan yang menerangkan hubungan sebab akibat.
2.
Practical Necessity (keperluan praktis), yaitu penjelasn yang menunjukkan kondisi hubungan tidakan-konsekuensi.
3.
Logical Necessity (keperluan logis), yaitu x dan y secara konsisten akan selalu menghasilkan x Karena teori adalah konstruksi ciptaan manusia secara individual, maka
sifatnya relatif, dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat
10 Universitas Sumatera Utara
dan aspek yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat, dan lingkungan sekitar diamana teori tersebut di buat. Menurut Abraham Kaplan (1964), sifat dan tujuan teori bukan sematamata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Dengan demikian teori yang baik adalah teori yang sesuai dengan realitas kehidupan. Apabila konsep dan pejelasan tidak sesuai dengan relaitas, maka teori demikian dinamakan teori semu. Jadi teori yang baik harus memenuhu kedua unsur tersebut: 1. Teori yang sesuai dengan reallitas kehidupan 2. Teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukungoleh fakta serta diterapkan kedalam kehidupan nyata. 2.1.3 Tipologi Teori Komunikasi Untuk memahami konteks teori komunikasi dapat dilihat dari luas cakupan orang yang terlibat dalam suatu gejala komunikasi. Berikut ini merupakan tipologi atau pengelompokkan teori komunikasi, diantaranya: 1.
Intrapersonal communication Teori tentang bagaimana seseorang individu mengubah pesan atau gejala
komunikasi atau peristiwa komunikasi dengan dirinya. Pada teori ini, model komunikasi yang digunakan adalah model komunikasi yang dibuat oleh Aristoteles. Dimana teori ini mencakup tiga hal, yakni unsur sumber, pesan dan penerima. Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi. 2.
Interpersonal communication
11 Universitas Sumatera Utara
Komunikasi yang terjadi antara dua orang yang mengolah pesan atau peristiwa komunikasi untuk meningkatkan atau menurunkan intensitas atau kualitas hubungan, yang biasanya bersifat pribadi. Salah satu model yang digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi adalah model sirkular yang dibuat oleh Osgood bersama Schramm. Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis, dimana pesan ditrasmit melalui proses encoding dan decoding. Encoding adalah translasi yang dilakukan oleh sumber atas sebuah pesan, dan decoding adalah hubungan antar sumber dan penerima secara simultan dan mempengaruhi satu sama lain. Kemudian interpreter pada model sirkular ini bisa berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan. 3.
Groups communication Komunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok kecil. Komunikasi
kelompok mengamati interaksi yang terjadiantar anggota kelompok. Biasanya Melibatkan lebih dari dua orang dan komunikasi dilakukan secara bergantian. Pada tipologi teori komunikasi ini, digunakan model komunikasi partisipasi yang dibuat oleh D. Lawrence Kincaid dan Everett M. Rogers. Model ini mngembangkan sebuah model komunikasi berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori informasi dan sibernetik. Dalam model komunikasi ini Kincaid menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih saling menukar informasi untuk mencapai kebersamaan pengertian satu sama lainnya dalam situasi dimana mereka berkomunikasi. Saling pengertian ini adalah kombinasi estimasi seseorang dengan orang lain terhadap pesan. 4.
Public communication
12 Universitas Sumatera Utara
Komunikasi ini dilakukan antara satu orang (nara sumber) kepada sekelompok orang. Komunikasi dilakukan untuk suatu tujuan atau konteks tertentu sesuai kepentingan kelompok orang tersebut. Pesan ditujukan kepada sejumlah (atau sejumlah besar) orang. Khalayak terhimpun pada suatu tempat atau lokasi (atau dihipun melalui media atau teknologi). 5.
Mass communication Komunikasi massa ditujukan untuk menyampaikan informasi tertentu
kepada sejumlah besar orang. Adapun karakteristik komunikasi massa melibatkan sejumlah besar khalayak, Khalayak tidak terhimpun, Khalayak heterogen, Khalayak anonim (tidak saling mengenal), Komunikasi dilakukan dengan menggunakan media massa seperti: televisi, surat kabar, radio film, musik. 2.2
Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang artinya sama. Sama disini dimaksudkan adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2000:9). Menurut Goyer komunikasi adalah berbagai pengalaman, dapat diamati sebagai penelitian dimana respon penggerak dan penerima berhubungan secara sistematis untuk referensi stimulus (dalam Ardiyanto, 2007:19). Dalam pengertian ini komunikasi memberikan individu-individu untuk memahami dan merespon apa yang disampaikan, jika penyampaian dipahami dan dimengerti, maka komunikasi berjalan dengan baik dan sehat. 13 Universitas Sumatera Utara
Carl I. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai suatu seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain (dalam Widjaja, 2000:26-27). Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Rogers bersama D. Lawrance Kincaid, 1981 mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling pengertian yang mendalam (dalam Cangara, 2006:19). Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan kita. Komunikasi apabila diaplikasikan dengan benar akan mampu mencegah dan memperbaiki hubungan sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan dan menciptakan hubungan yang harmonis baik antarpribadi, antar kelompok, antar bangsa dan sebagainya, membina kesatuan dan persatuan umat manusia seluruh penghuni bumi yang menghasilkan citra positif. Disini terlihat begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk melanjutkan hubungan maupun melepaskan hubungan. Selain beberapa pengertian sebelumnya komunikasi dapat dimaknai penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belah pihak saling memahaminya. Dimana dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat penting sama halnya dengan bernafas. Tanpa komunikasi tidak ada hubungan dan kesepian
dalam
menjalani
aktivitas.
Kualitas
komunikasi
menetukan
14 Universitas Sumatera Utara
keharmonisan hubungan dengan sesama individu, adapun bentuk dari komunikasi yaitu: 1.
2.
3. 4.
Komunikasi Personal (personal communication), terdiri dari komunikasi intra personal (intrapersonal communivcation) dan komunikasi antar personal (interpersonal communication). Komunikasi Kelompok a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) terdiri dari ceramah, forum, diskusi dan seminar. b. komunikasi kelompok besar (large group communication) terdiri dari kampanye. Komunikasi Organisasi (organization communication) Komunikasi Massa (mass communication) (Effendy, 2004: 10).
Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam proses apapun, maka dalam harmonisasi hubungan ini terbentuk dalam komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Hal ini membutuhkan proses di dalamnya, adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. 1.
2.
Proses Komunikasi Secara Primer, Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna dan sebagainya. Proses Komunikasi Secara Sekunder, Adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena di dukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang di topang oleh teknologi-teknologi lainnya (Effendy, 2004:11). Dalam keseluruhan komunikasi menjadi akan memberikan manfaat yang
mendalam,
jika komunikasi berlangsung dengan baik mampu memberikan
keuntungan dan mampu mencapai tujuan yang baik, jika komunikasi menjadi efektif. Pentingnya komunikasi untuk membina hubungan yang baik, bahwa kebutuhan utama manusia yang sehat secara rohaniah adalah kebutuhan akan 15 Universitas Sumatera Utara
hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang-orang lain. Abraham Maslow menyebutkan bahwa satu diantara keempat kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan (dalam Rakhmat, 2005:9). 2.2.2 Tujuan Komunikasi Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dengan yang lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan, antara lain: 1.
2.
3.
4.
Untuk mengubah sikap (to change the attitude) Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan merubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi tentang bahaya Narkoba pada masyarakat dan remaja pada khususnya dengan tujuan agar masyarakat dan remaja menjadi tahu bahaya dari Narkoba yang bisa berujung dengan kematian. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan, misalnya informasi mengenai pemilu. Untuk merubah perilaku (to change the behavior) Memberi berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan merubah perilakunya. Misalnya informasi yang dilakukan oleh pihak Kepolisian kepada masyarakat pengguna sepeda motor agar selalu menggunakan helm selama berkendara untuk keselamatan pengguna itu sendiri. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan (Effendy 2003:55).
2.2.3 Fungsi Komunikasi Proses komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi komunikasi itu sendiri adalah sebagai berikut: 16 Universitas Sumatera Utara
1. Menginformasikan (to inform) Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. 2. Mendidik (to educate) Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberi pendidikan atau penganjuran suatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah. 3. Menghibur (to entertaint) Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi, maupun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan. 4. Mempengaruhi (to influence) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk sumber motivasi, mendorong dan mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah yang baik dan modernisasi (Effendy 2003:55). 2.2.4 Unsur-Unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi. Menurut Wilbur Schramm komunikasi selalu menghendaki adanya paling sedikit tiga unsur yaitu: 1. Sumber (Source), sumber dapat merupakan perorangan (seseorang yang sedang berbicara, menulis, menggambar, melakukan suatu gerak-gerik) atau sebuah organisasi komunikasi (seperti surat kabar, biro publikasi, studio televisi, studio radio, studio film, dan sebagainya). 2. Pesan (Message), pesan atau message dapat berwujud tinta di atas kertas, gelombang radio di udara, daya tekan dalam aliran listrik, lambaian 17 Universitas Sumatera Utara
tangan, kibaran bendera, atau tanda-tanda lain yang bila ditafsirkan mempunyai arti tertentu. 3. Sasaran (Destination), sasaran dapat merupakan seorang yang sedang mendengarkan, memperhatikan, atau membaca, bisa juga berupa para anggota kelompok diskusi, hadirin yang sedang mendengarkan ceramah, penonton sepakbola, anggota gerombolan (mob), atau anggota kelompok khusus yang kita sebut massa (mass audience) seperti pembaca surat kabar atau penonton televisi (dalam Effendy, 2003: 39). 2.2.5 Ruang Lingkup Komunikasi Adapun ruang lingkup komunikasi adalah: 1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklafikasikan sebangai berikut: a. Komunikasi pesonal (personal communication) 1) Komunikasi interpesona ( interpesonal communication) 2) Komunikasi antar persona (interpesona comunication) 2. Komunikasi kelompok (group communication ) 1) Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) a) Ceramah (lecture) b) Diskusi panel (panel diskusi) c) Simposium (symposium) d) Forum e) Seminar f) Curah saran (branstorming) g) Dan lain lain 2) Komunikasi kelompok besar ( mass communication) 3) Komunikasi Massa ( Mass Communication) 1) Pers 2) Radio 3) Film 4) Televisi 5) Lain lain 4) Komunikasi Media ( Media Communication) 1) Surat 2) Telepon 3) Pamflet 4) Poster 5) Spanduk 3. Berdasarkan sifat komunikasi, diklafikasikan sebangai berikut : a. tatapan muka (face to face) b. media (meddiated) c. verbal seperti : lisan (oral) dan tulisan/cetak (written/printed)) d. nonverbal sepeti : kial/isyarat badaniah ( gestural ) dan bergambar ( pictorial) 4. Berdasarkan metode komunikasi, diklasifikasikan sebangai berikut : a. jurnalistik ( journalan ) 1. jurnalistik cetak ( printed journalism) 2. jurnalistik elektronik ( elektronic journalism ) 18 Universitas Sumatera Utara
3. journalistik radio ( radio journalism ) 4. juornalistik televesi ( television ) b. hubungan masyarat ( public relation ) c. periklanan ( advertising ) d. pameran ( exhibition/exposition ) e. publisitas ( publicity ) f. propanganda g. peran urat saraf h. penerangan 5. Berdasarkan teknik komunikasi, adalah : a. komunikasi informatif ( informative communication) b. komunikasi instruktif/koersif ( perrsuasive communication ) c. komunikasi instruktif/koersif ( instructive/coersive communication) d. hubungan manusiwi ( human realiation ) 6. Berdasarkan model komunikasi, diklasikan sebangaikan sebangai berikut: a. komunikasi satu tahap ( one step flow communication) b. komunikasi dua tahap ( two step flow communication) c. komunikasi multitahan ( multistep flow communication) 7. Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi: a. komunikasi sosial ( social commucation ) b. komunikasi manajemen/organisasion (managen/organisanalcommucation) c. konikasi perusahaan ( business communication) d. komunikasi politik (political communication ) e. komunikasi internasional ( internasional communication) f. komunikasi antarbudaya ( intercultural communication) g. komunikasi pembangunan ( development commucation ) h. komunikasi lingkungan ( environmental communication ) i. komunikasi tradisional (trasional commution ) (Effendy 2005 : 7-9 ) 2.3.
Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotaanggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
19 Universitas Sumatera Utara
secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. 2.3.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya. Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
1. Kelompok primer dan sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. 2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. 3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
20 Universitas Sumatera Utara
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompokdisebut prestasi (performance), b. memelihara moral anggota-anggotanya, tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu: 1. 2. 3. 4. 2.3.3
ukuran kelompok. jaringan komunikasi. kohesi kelompok. kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 1994). Karakteristik Teori Komunikasi kelompok Fungsi kelompok dalam individu ada dua alasan seseorang bergabung
dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan kebutuhannya dan mendapatkan reward soaial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dsb. Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dankeputusan yang dibuatnya. Brainstorming dalam mengambil keputusan kelompok akan efektif bila anggota kelompoknya 5-10 orang. Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, 21 Universitas Sumatera Utara
memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok. Perilaku dalam Kelompok “dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang individu”. Interaksi dalam kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang relevan dengan persoalankelompok.Namun demikian, kelompok juga tidak selalu menghasilkan keputusan yang lebih baik. Dalam kelompok tidak semua orang memberikan kontribusi secara bersamaan melainkan individu harus menunggu giliran. Akibat giliran dalam mengungkapkan pendapat ini, di antara anggota kelompok seringkali mengalami production blocking, terganggu pikirannya, atau kehilangan motivasi untuk berpartisipasi (malas). Individu kadang tidak mau berbagi (sharing) dalam memberikan informasinya. Meskipun performance kelompok seringkali lebih baik daripada performance rata-rata individu, seringkali performance itu dibawah standart individu,
terutama
bila
anggota
kelompoknya
umumnya
relatif
lemah
kemampuannya. Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact (Latane & Nida, 1981),yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan kelompok
22 Universitas Sumatera Utara
1.
Komposisi kelompok Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisikelompok : a. penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi b. pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi c. komunikasi dan status struktur; biasanya yang posisinya tertinggi dalam kelompok. d. Ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut. 2. Kesamaan anggota kelompok keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain. 3. Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.
2.3.4 Model Teori komunikasi kelompok Groupthink, merupakan proses ketika kelompok menghadapi keputusan yang penuh stres,mereka menjadi lebih memperhatikan adanya kesepatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive avoidance, yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan. Janis (1982) menulis bahwa group thinking terjadi karena pembuat keputusan itu adalah kelompok yang kohesif, ada kesalahan struktural dalam organisasi (pimpinan yang dominan), adanya situasi yang provokatif. Gejala Groupthink dapat digambarkan dari 3 tipe: yaitu: over-estimasi terhadap kelompoknya, kedekatan berpikir, dan tekanan untuk menjadi sama(seragam).Kelompok dapat menghindari Groupthink dengan dua tahap: discouraging leader bias, dan menghindari isolasi kelompok. Kelompok jangan sampai dominan, dan memberikan kepada anggota untuk mengkritik. Untuk menghindari isolasi kelompok, rencana kebijakan kelompok dapat dibagi ke 23 Universitas Sumatera Utara
dalam sub grup dan dan sub grup ini bertemu untuk membahas tujuan kelompok secara terpisah, dengan pemimpin masing-masing sub group yang berbeda dengan pemimpin semula. 1. Kelompok dapat bersifat formal dan informal. Kelompok formal adalah suatu kelompok kerja yang ditandai yang didefinisikan oleh struktur organisasi. Kelompok Informal adalah suatu kelompok yang atau tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi; muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial. 2. Kondisi Eksternal Yang Dikenakan pada Kelompok a. Strategi Organisasi Strategi bisa mengarahkan organisasi itu kearah pengurangan biaya, perbaikan kualitas, memperluas pangsa pasar, atau menciutkan ukuran operasi perusahaan secara keseluruhan. b. Struktur Otoritas Struktur otoritas mendefiniskan siapa melapor kepada siapa, siapa mengambil keputusan, dan keputusan apakah yang inidividu atau kelompok diberi kuasa untuk mengambil. 2.4. Bertahan Hidup Bertahan hidup (survival) adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk
melakukan
improvisasi
yang
menggunakan otak untuk improvisasi.
memungkinkan.
Kuncinya
adalah
Dalam keadaan survival diperlukan
pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup.
24 Universitas Sumatera Utara
Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival. Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif. Kebutuhan dasar hidup manusia sebenarnya sangat sederhana, bagaimana ribuan tahun yang lalu manusia tidak mempunyai pakaian, rumah, mobil, makan tiga kali sehari setiap hari. tetapi mereka dapat tetap bertahan hidup. daftar barang-barang yang dibutuhkan untuk hidup dan berapa lama orang itu bisa hidup tanpa perlengkapan itu sangatlah bervariasi dengan berbagai pertimbangan. Adapun Sikap yang diperlukan dalam bertahan sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang dilihat. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh. Hal yang
25 Universitas Sumatera Utara
berguna dalam menghadapi situasi bertahan hidup
dapat dilihat dalam dua
persoalan : 1. Secara naluriah, manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Setiap orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian, oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan. 2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi. yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya. penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting. Sejak zaman dahulu kala banyak orang selalu bertanya, “apa tujuan hidup kita?”, atau dalam kata lain “buat apa kita hidup?”. Dari pertanyaan sederhana itu banyak sekali jawabannya, mulai dari jawaban versi agama, versi philosophy atau versinya sendiri-sendiri.Sebenarnya kita bisa menarik kesimpulan yang sangat sederhana. “Mereka atau kita hidup untuk bertahan hidup selama mungkin!” atau “Life is just about staying alive as long as we can”. Selain itu ada 3 versi besar bagaimana caranya bertahan hidup yaitu: 1. Dengan sikap dan kelakuan Baik (Protagonist). 2. Dengan sikap dan kelakuan Buruk (Antagonist). 3. Dengan sikap dan kelakuan Kombinasi Baik & Buruk (Neutralist). 2.5.
Pemulung Pemulung adalah orang yang memulung dan mencari nafkah dengan jalan
memungut serta memanfaatkan barang–barang bekas (seperti puntung rokok,
26 Universitas Sumatera Utara
plastik, kardus bekas dan sebagainya) kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditi (Ali Lukman, 1991 : 51). Selain itu pemulung didefinisikan sebagai orang yang mempunyai pekerjaan utama sebagai pengumpul barang-barang bekas untuk mendukung kehidupannya sehari-hari, yang tidak mempunyai kewajiban formal dan tidak terdaftar diunit administrasi pemerintahan (Twikromo, 1999 : 09). Jurnal Geografi 123 Secara konseptual pemulung adalah lapisan ekonomi dan budaya paling bawah dalam stratifigasi masyarakat kota (Wirosardjono 1984 : 34). Hal tersebut disebabkan karena pemulung biasanya tidak memiliki rumah yang memadai, penghasilan rendah, sering melakukan hal–hal yang tidak terpuji seperti mencuri, sehingga pemulung termasuk dalam lapangan sosial, ekonomi dan budaya yang paling bawah. Ada beberapa karakteristik demografi sosial ekonomi pemulung yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Umur Jenis kelamin status kawin jumlah anggota keluarga status tempat tinggal lama tinggal intensitas pulang kampong pendidikan, pendapatan jam kerja efektif pengalaman kerja/lama bekerj pengetahuan, pekerjaan dan daerah asal pemulung. Fenomena pemulung tidak terjadi begitu saja ada faktor penyebab menjadi
pemulung, hal ini berangkat dari latar belakang masalah kesenjangan penghasilan antara masyarakat desa dan kota. Pendapatan masyarakat desa dari hasil pertanian dengan jumlah lahan yang semakin menyempit, akan semakin jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan beragam pekerjaan di kota. Keadaan seperti ini menciptakan 27 Universitas Sumatera Utara
kondisi yang dapat diamati dimana semakin berduyunnya migran dari desa mencari penghidupan “yang layak” di kota. Dengan keterbatasan yang umumnya terdapat
pada
masyarakat desa
terutama
pendidikan, pengetahuan
dan
ketrampilan, sulit bagi mereka ini untuk menembus pekerjaan formal diperkotaan yang mengutamakan persyaratan-persyaratan tersebut. Bagi mereka hanya sektor kerja informal yang dapat menampung. Dari sekian banyak sektor informal yang berkembang diperkotaan, penulisan penelitian
ini menitik-beratkan pada perdagangan sampah. Alasan
utama mengapa sektor perdagangan ini yang dipilih, karena didalammya banyak masyarakat (migran) desa yang terlibat. Pemulung disamping mempunyai keterbatasan dalam hal pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, juga memiliki potensi dan penguasaan sumber kerja yang lemah. Pada hal dengan segala keterbatasannya ini dia dapat bertahan hidup dalam struktur kehidupan kota yang keras. Cara-cara mereka bertahan hidup inilah yang ingin dikaji lebih mendalam. Basis teoritis di dalam mengungkap cara-cara pemulung dalam bertahan hidup dipergunakan analisa komunikasi kelompok. Analisa ini dipergunakan karena yang akan dikaji secara utama dalam penelitian ini adalah proses komunikasi dalam jaringan sosial (kelompok) pemulung untuk dapat bertahan hidup, terutama jika cara-cara tersebut juga dipengaruhi oleh peran individu lain dalam berhubungan, dalam hal ini peran sebagai keluarga, teman maupun pelapak, dan juga disertai faktor kedekatan serta kesamaan dalam atribut sosial tertentu. Dalam mengungkapkan konsep teoritis ini dipergunakan data dari kehidupan pemulung yang terdapat di TPA “Namo Bintang ”. Dipilihnya daerah
28 Universitas Sumatera Utara