9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prosedur Pengembangan Tes Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2009). Mengenai prosedur pengembangan evaluasi lebih lengkap dijelaskan oleh Arifin (2009) adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan tujuan penilaian Dalam penilaian hasil belajar, ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan). Dengan kata lain, tujuan penilaian harus dirumuskan sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan seperti penilaian formatif, sumatif, dignostik, penempatan atau seleksi.
2.
Mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan tindakan. Peserta didik dianggap kompeten apabila ia memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Mengenai hasil belajar, Bloom, dkk mengelompokkan
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
dalam tiga domain yaitu : (a) domain kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi ; (b) domain afektif, yang meliputi penerimaan, respon, penilaian, organisasi, karakterisasi; dan (c) domain psikomotor, yang meliputi persepsi, kesiapan melakukan suatu pekerjaan, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi dam orijinasi. 3.
Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal sebagai perangkat tes. Kisi-kisi yang baik akan memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda. Berikut langkah penyusunan kisi-kisi,
Iga Maliga, 2012
Langkah ke-1
Analisis Silabus
Langkah ke-2
Menyusun Kisi-Kisi
Langkah ke-3
Membuat Soal
Langkah ke-4
Menyusun Lembar Jawaban
Langkah ke-5
Membuat Kunci Jawaban
Langkah ke-6
Menyusun Pendoman Penskoran
Gambar 2.1. Langkah-langkah Menyusun Kisi-kisi Soal (Arifin, 2009)
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
4.
Mengembangkan draft instrumen Mengembangkan draft instrumen penilaian merupakan salah satu langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat disusun dalam bentuk tes maupun non tes. Dalam bentuk tes, berarti guru harus membuat soal. Penulisan soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi.
5.
Uji coba dan analisis soal Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu dirubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya.
6.
Revisi dan merakit soal (instrumen baru) Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus dibuang atau disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perakitan soal menjadi instrumen yang terpadu.
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Prosedur atau langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun tes menurut Sukewi (Harjanto, 2010) adalah sebagai berikut : a. Menentukan/merumuskan tujuan tes Untuk merumuskan tujuan penyusunan tes dengan baik, seorang pengajar perlu memikirkan apa jenis dan fungsi tes yang akan disusunnya, sehingga dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan disusunnya. b. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes yang disusun. c. Menentukan hasil belajar yang spesifik, yang sesuai dengan TIK. d. Merinci bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu. e. Menyiapkan tabel spesifikasi Tabel spesifikasi diperlukan sebagai dasar atau pedoman dalam membuat soal-soal dalam penyusunan tes. Dalam tabel spesifikasi ini memuat kolomkolom dan lajur-lajur yang memuat pokok bahasan (unit-unit pelajaran yang telah diajarkan) dan aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap (hasil belajar) yang diharapkan dicapai dari tiap pokok bahasan. f. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes. Dengan menggunakan tabel spesifikasi seorang pengajar dapat menentukan jumlah dan jenis soal yang diperlukan sesuai dengan tujuan instruksional dari tiap pokok bahasan.
B.
Validitas
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Anderson, et al (Arikunto, 2009) menyatakan ‘’A test is valid if it measures what it purpose to measure’’ atau jika diartikan kurang lebih, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh adalah validitas empiris (empirical validity). Dua hal ini lah yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes (Arikunto, 2009). Dari kedua jenis validitas yang telah disebutkan yang paling banyak diminati oleh peneliti adalah validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai dengan isi telah memiliki validitas isi sedangkan instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi (Arikunto, 2009). Menurut Arifin (2009), ada dua unsur penting dalam validitas ini. Pertama, validitas menunjukkan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang, dan ada pula yang rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Menurut Gronlund (Arifin, 2009) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes,
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
yaitu faktor instrumen evaluasi, faktor administrasi evaluasi dan penskoran, dan faktor dari jawaban peserta didik. 1. Faktor istrumen evaluasi Dalam mengembangkan instrumen evaluasi, seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi validitas instrumen dan berkaitan dengan prosedur penyusunan instrumen, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternatif jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebagainya. 2.
Faktor administrasi evaluasi dan penskoran Dalam administrasi evaluasi dan penskoran, banyak sekali
terjadi penyimpangan atau kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan soal yang tidak proporsional, memberikan bantuan kepada peserta didik dengan berbagai cara, peserta didik saling menyontek ketika ujian, kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang menguntungkan. 3.
Faktor jawaban dari peserta didik Faktor ini meliputi kecendrungan peserta didik untuk menjawab
secara cepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.
C. Reliabilitas Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
Reliabilitas
adalah
derajat
konsistensi
dari
suatu
instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Anderson (Arikunto, 2009) menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini validitas ini lebih penting dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Menurut Kerlinger (Arifin, 2009) mengemukakan, ‘’reliabilitas dapat diukur dari tiga kriteria, yaitu stability, dependability, dan predictability.’’ Stability menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu berbeda. Dependability menunjukkan kemantapan suatu tes atau seberapa jauh tes dapat diandalkan. Predictability menunjukkan kemapuan tes untuk meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Sedangkan menurut Gronlund (Arifin, 2009) mengemukakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas tes yaitu panjang tes, sebaran skor, tingkat kesukaran, dan objektivitas.
D. Daya pembeda Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Oleh karena dasar pikiran dari daya pembeda adalah adanya kelompok pandai dengan kelompok kurang pandai maka dalam mencari daya pembeda subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama besar berdasarkan atas skor total yang Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
diperoleh (Arikunto, 2009). Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, maka semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi (Arifin, 2009).
E. Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes yang menjawab dengan benar maka tingkat kesukaran tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya rendah (Arikunto, 2009). Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Suatu soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional) maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut dalam kategori baik. Suatu tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah (Arifin, 2009).
F. Open-Ended Problem
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
Open-ended problem adalah bentuk soal yang memiliki banyak kemungkinan jawaban benar (Yee, 2000). Getzles dan Jackson (Silver, 2000) mengemukakan cara lain untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, yakni dengan soal terbuka (open-ended problem). Open-ended merupakan salah satu dari tiga bagian dalam discovery learning, diantaranya yaitu open-ended discovery dan pembelajaran berbasis masalah. Van Jooglin ( Wijaya, 2010) mengatakan bahwa discovery learning adalah sejenis pembelajaran dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui penemuan dengan kemampuan dan menduga dari hasil penemuan. Discovery learning menjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah, karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun strategi untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Open-ended berasal dari suatu kenyataan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar dan berhak untuk membangun kreativitasnya melalui proses pembelajaran. Menurut Yeo (2000) bahwa jenis masalah yang digunakan dalam open-ended ini adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaannya (Openness) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe yakni process is open, end product are open and ways to develop are open. a. Process is open ( Prosesnya terbuka), maksudnya adalah bahwa tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
b. End product are open (hasil akhir yang terbuka), maksudnya bahwa tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. c. Ways to develop are open (cara mengembangkannya terbuka), maksudnya setelah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah yang pertama. Untuk mengkondisikan siswa agar dapat memberikan reaksi terhadap situasi masalah yang diberikan dalam bentuk open-ended tidaklah mudah. Sawada (Wijaya, 2010) mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga tipe masalah yang dapat diberikan, yaitu : a. Menemukan hubungan. Pada tipe masalah ini siswa diberi fakta-fakta sehingga siswa dapat menemukan beberapa aturan. b. Mengklasifikasi.
Pada
tipe
masalah
ini
siswa
ditanya
untuk
mengklasifikasi yang didasarkan atas karakteristik yang berbeda dari beberapa objek tertentu untuk membuat formulasi beberapa konsep. c. Mengukur. Pada tipe masalah ini siswa diminta untuk menentukan ukuranukuran numerik dari suatu kejadian tertentu dan diharapkan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Open-ended problem berkaitan dengan proses pemecahan masalah. Hubungan antara keduanya terlihat pada Gambar 2.2 di bawah ini. Masalah
Iga Maliga, 2012
Jenis tertutup tidak termasuk buku panduan latihan
Jenis terbuka open-ended
Investigasi dan proyek sains
Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
Masalah rutin isi spesifikasi banyak langkah
Masalah non rutin menggunakan strategi huristik pemecahan masalah
Mengubah masalah pada buku panduan ke situasi terbuka untuk pemahaman konseptual
Data yang hilang
Pemecahan masalah
Masalah terapan dengan konteks kehidupan nyata
Menjelaskan konsep aturan
(Yee, 2000) Dari Gambar 2.2 terlihat keterkaitan antara hubungan masalah secara umum Gambar 2.2. Hubungan Open-Ended Problem dengan Pemecahan Masalah yang ada dalam proses pembelajaran dengan open-ended problem yang merupakan bagian dari masalah tersebut. Secara tidak langsung terlihat bahwa salah satu jenis masalah yang ada dalam pembelajaran adalah masalah terbuka (open-ended problem). Menurut Sullivan (Wijaya, 2010) dalam menyusun suatu pertanyaan openended ada dua teknik yang dapat dilakukan : 1.
Teknik bekerja secara terbalik (working backward) Teknik ini terdiri dari tiga langkah, yaitu mengidentifikasi topik, memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban lebih dulu, dan membuat pertanyaan open-ended didasarkan pada jawaban yang telah dibuat
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
2.
Teknik penggunaan pertanyaan standar (adapting a standard question) Teknik ini juga terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik, memikirkan pertanyaan standar dan membuat pertanyaan open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah dibuat.
Menurut Becker dan Shimada (Permana, 2010) ada beberapa hal penting yang bisa dijadikan pedoman dalam mengkonstruksi masalah open- ended problem yaitu, a.
Siapkan suatu situasi fisik yang nyata dalam menyajikan permasalahan yang menyertakan sejumlah faktor yang tidak menetap (variabel), dimana konsep teramati oleh siswa.
b.
Memodifikasi soal pembuktian yang ada, sedemikian sehingga siswa dapat memahami antar keterkaitan antar konsep yang dapat digunakan dalam melakukan pembuktian yang lebih kompleks.
c.
Sajikan masalah open-ended melalui gambar, kemudian siswa diminta agar menemukan sebuah konsep.
d.
Sajikan masalah kepada siswa berupa angka ataupun tabel, kemudian siswa diminta untuk membuat kesimpulan atau menemukan aturanaturan.
e.
Sajikan beberapa kejadian nyata dalam beberapa katagori. Pilihlah salah satu kejadian untuk dijadikan contoh lalu siswa diminta untuk menyebutkan satu persatu kejadian lainnya yang memiliki karakteristik
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
sama dengan kejadian contoh tersebut, sehingga siswa dapat membuat generalisasi dari kejadian yang ada. f.
Sajikan beberapa latihan atau permasalahan yang memiliki satu permasalahan dengan permasalahan lainnya. Siswa dituntut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut serta meminta siswa untuk menemukan sebanyak-banyaknya kemungkinan sifat-sifat yang sama (kemiripan satu sama lain).
g.
Sajikan kepada siswa beberapa situasi yang tidak sebenarnya yang memuat suatu perbedaan tertentu yang dapat diamati siswa Menurut Cindy, et al (2000), tahap-tahap pemecahan masalah berdasarkan Open-ended problem adalah 1. Mengidentifikasi permasalahan dan berbagai informasi yang terkait (identifying). Pada tahap ini siswa harus mengidentifikasi permasalahan yang ada dengan berbagai sumber informasi yang terkait kemudian menyeleksi berbagai kemungkinan yang ada sesuai dengan informasi yang ada. Adapun bagian yang termasuk dalam tahapan ini adalah sebagai berikut :
Lancar dalam mengungkapkan hal lain yang memungkinkan sesuai dengan informasi yang ada
Lancar dalam menjelaskan alasan pemilihan informasi penting terkait dengan permasalahan
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Mengidentifikasi berbagai informasi terkait
2. Menganalisis
permasalah
ke
dalam
suatu
kerangka
berpikir
(Framing). Selanjutnya pada tahapan ini dituntut untuk mengenali dan mengontrol asumsi yang ada pada permasalahan kemudian dilakukan analisis terhadap informasi yang penting dan interpretasi kualitatif terhadap informasi yang relevan dari sudut pandang berbeda. Adapun hal-hal yang terkait dengan tahapan ini adalah sebagai berikut :
Mengorganisir semua informasi yang ada yang berkaitan
Melakukan analisis terhadap berbagai informasi yang penting dalam membuat keputusan
Menggunakan suatu pilihan yang didasarkan pada suatu asumsi
3. Memutuskan kemungkinan solusi yang tepat untuk masalah yang ada (Resolving). Pada tahap ini diharuskan untuk membuat petunjuk/prinsip yang sesuai untuk membuat keputusan dan kesimpulan yang sesuai terhadap berbagai kemungkinan jawaban yang ada pada permasalahan yang ditawarkan. Dalam tahapan ini ada beberapa hal yang berkaitan yaitu sebagai berikut :
Menggunakan petunjuk atau teori lain dalam menyelesaikan masalah
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
Memastikan berbagai petunjuk atau teori yang sesuai dalam mengambil keputusan
4. Memetakan kembali jawaban yang paling sesuai dengan konteks permasalahan (Re-addressing). Koordinasikan kembali semua tahapan sebelumnya untuk meyakinkan jawaban yang ada, untuk mengetahui kesesuaian permasalahan dengan jawabannya. Tahapan ini berkaitan dengan evaluasi kembali masalah dan alternatif solusi sebelumnya untuk mendapatkan alternatif solusi lain yang masih memungkinkan.
G.
Berpikir Kreatif Salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk Tuhan yang lain adalah dianugerahkannya otak sehingga manusia dapat berpikir dan menggunakan pemikirannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan. Berpikir adalah proses yang intensif untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain sehingga didapatkan alternatif pemecahannya. Berpikir sebagai proses mengatasi masalah, persepsi memberikan andil dalam menciptakan hasil yang diharapkan (Arifin, 2000). Kegiatan berpikir yang dilakukan dalam proses, digunakan keterampilan berpikir dasar dan berpikir kompleks. Menurut Costa (Arifin, 2000), yang termasuk keterampilan berpikir dasar meliputi kualifikasi,
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
klasifikasi, hubungan variabel, transformasi dan hubungan sebab akibat. Sedangkan keterampilan berpikir kompleks meliputi problem solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dengan demikian salah satu keterampilan berpikir yang dibutuhkan guna menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah kemampuan berpikir kreatif. Munandar (2009), kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford, 1967). Ciri-ciri berpikir kreatif dalam ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes (fleksibel), berpikir orisinal dan berpikir terperinci (elaborasi). Dari keempat ciri kemampuan berpikir kreatif di atas memiliki arti yang berbeda. Berpikir lancar memiliki arti yaitu (1) menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan, (2) arus pemikiran lancar. Indikator yang kedua yaitu berpikir luwes (fleksibel) memiliki arti (1) menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam, (2) mampu mengubah cara atau pendekatan, dan (3) arah pemikiran yang berbeda-beda. Indikator berpikir kreatif yang ketiga yaitu berpikir orisinal memiliki arti memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang. Dan indikator berpikir kreatif yang terakhir yaitu berpikir terperinci (elaborasi) memiliki arti Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
yaitu (1) mampu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, (2) memperinci detail-detail, dan (3) memperluas suatu gagasan (Munandar, 2009). Menurut Munandar (Wulandari, 2011), dalam kemampuan berpikir kreatif terdapat beberapa indikator dan sub indikator. Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kreatif No.
1
Indikator keterampilan
Sub indikator keterampilan berpikir
berpikir kreatif
kreatif
Fluency (berpikir lancar)
a. Mengungkapkan
berbagai
gagasan dengan lancar b. Mengidentifikasi
kesalahan
dan kelemahan dari suatu objek atau situasi dengan cepat 2
Flexibility (berpikir luwes)
a. Memberikan
bermacam-
macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah. b. Menggolongkan menuju
hal-hal pembagian
(kategori) yang berbeda. 3
Originality orisinil)
4
Elaboration merinci)
(berpikir Memiliki pemikiran yang berbeda dengan yang lain (berpikir Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan hal-hal
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
No.
Indikator keterampilan
Sub indikator keterampilan berpikir
berpikir kreatif
kreatif terperinci.
H.
Hubungan antara Open Ended Problem, Berpikir Kreatif dan Ilmu Kimia Ilmu kimia memiliki karakter yang khas sebagai pelajaran yang merupakan salah satu bidang ilmu yang termasuk dalam kategori IPA. Pembelajaran IPA sendiri tidak terlepas dari proses berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan dalam proses, digunakan keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks (Arifin, 2000). Menurut Costa (Arifin, 2000), yang termasuk ke dalam keterampilan berpikir kompleks meliputi problem solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Salah satu jenis berpikir yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran IPA ataupun pada kimia khususnya adalah karakter berpikir kreatif. Berdasarkan pengertiannya, berpikir kreatif merupakan proses berpikir yang digunakan untuk menemukan alternatif solusi dalam memecahkan masalah. Untuk menumbuhkan iklim atau suasana kreatif dalam proses pembelajaran perlu dilakukan proses warming up atau pemanasan. Pemanasan atau warming up disini maksudnya adalah menstimulus proses berpikir kreatif siswa dengan mengajukan pertanyaan
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
yang membuat siswa melakukan proses pemikiran divergen dan imajinatif. Karena salah satu kriteria berpikir kreatif adalah melakukan pemikiran divergen dan imajinatif. Menurut Munandar (2009), tugas atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran dan sikap kreatif menuntut cara dan sikap belajar yang berbeda, lebih bebas, terbuka, dan tertantang untuk berperan serta secara aktif dengan memberanikan diri dan senang memberikan gagasan sebanyak mungkin. Pemanasan/warming up dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa. Salah satu bentuk soal ataupun pertanyaan yang dapat digunakan untuk merangsang proses berpikir kreatif (divergen) siswa adalah dengan menggunakan pertanyaan yang mendorong ungkapan pikiran dan perasaan yang berakhir terbuka ( open ended thoughts and feelings ). Kern, et al (Nyachwayaa, 2011), pengembangan suatu assessment open-ended
ditujukan
untuk
menggali
kemampuan
siswa
dalam
memahami reaksi kimia. Silver (2000) mengemukakan cara lain untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, yakni dengan soal terbuka (openended problem). Hal ini didukung dengan pendapat Paduppai (2008), penerapan soal open-ended dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan kemandirian. Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan di atas terlihat keterkaitan antara materi kimia, berpikir kreatif dan open-ended problem. Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
I.
Larutan Penyangga 1.
Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga adalah suatu larutan yang mampu mempertahankan
(menyangga) pH sistem pada kisarannya apabila terjadi penambahan sedikit asam, penambahan sedikit basa, atau terjadi pengenceran (Johari, 2009). Larutan Penyangga adalah larutan yang mempunyai sifat dapat mempertahankan pH lingkungannya baik oleh pengaruh penambahan sedikit asam, basa maupun oleh pengenceran; merupakan campuran yang terdiri dari pasangan konjugasi asam-basa (Mulyono, 2007). 2.
Komponen Larutan Penyangga Kemampuan larutan penyangga dalam mengatasi perubahan pH dalam
suatu sistem dikarenakan larutan penyangga memiliki komponen asam dan basa. Pada umumnya komponen asam dan basa tersebut berupa pasangan asam basa konjugasi yakni asam lemah/ basa konjugasinya (HA/A-) atau basa lemah/asam konjugasinya (B/BH+) yang berada dalam kesetimbangan. Dengan demikian larutan penyangga biasa dikenal dalam dua kategori yaitu
a. Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-). Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
H+ (aq) + A- (aq)
HA (aq) Asam lemah
M+ (aq) + A- (aq)
MA (aq) Garam
Basa konjugasi
Di dalam pelarut air, asam lemah HA hanya terurai sebagian kecil membentuk sedikit H+ dan basa konjugasi A-. Adanya basa konjugasi Adari garam MA ini akan menggeser kesetimbangan asam lemah HA tapi sedikit sekali karena dibatasi oleh konsentrasi ion H+ yang sangat kecil. Dengan demikian, diperoleh komponen asam HA yang berasal dari asam lemah HA dan komponen basa A- yang dianggap berasal dari garam MA saja. Komponen HA/A- ini yang akan berfungsi sebagai ‘penyangga’ terhadap upaya mengubah pH sistem. Kesetimbangan komponen pasangan HA/A- dari larutan penyangga dapat dinyatakan oleh tetapan ionisasinya, Ka. Ka =
H+ [A− ] [HA]
[H⁺] = Ka x
HA A-
Larutan seperti itu dapat dibuat dengan berbagai cara misalnya : 1.
Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA).
2.
Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemah
dicampurkan
dalam
jumlah
berlebih.
Campuran
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
akan
30
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. 3.
Mencampurkan garam asam lemah berlebih dengan asam kuat
Contoh larutan penyangga asam 1.
Larutan CH3COOH + larutan NaCH3COO
CH3COO- (aq) + H+ (aq)
CH3COOH (aq)
Na+ (aq) +
NaCH3COO (aq)
CH3COO- (aq)
(komponen penyangganya : CH3COOH dan CH3COO-) 2.
Larutan H2CO3 + larutan NaHCO3 ( komponen penyangganya: H2CO3 dan HCO3-) 2H+ (aq) + CO32- (aq)
H2CO3 (aq) NaHCO3 (aq)
Na+(aq) +
HCO3-(aq)
b. Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+). B (aq) + H2O (l)
BH+ (aq) + OH- (aq)
Basa lemah BHA Garam
BH+ (aq)
+
A- (aq)
Asam konjugasi
Di dalam pelarut air, basa lemah B hanya terurai sebagaian kecil membentuk sedikit membentuk sedikit asam konjugasi BH+ dan ion Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
OH-. Sementara garam BHA akan terurai sempurna membentuk banyak asam konjugasi BH+. Adanya asam konjugasi BH+ dari garam BHA ini akan menggeser kesetimbanagan basa lemah B tapi sedikit sekali karena dibatasi oleh konsentrasi ion OH- yang sangat kecil. Dengan demikian, diperoleh komponen basa B yang berasal dari basa lemah B dan komponen asam BH+ yang dianggap berasal dari garam B saja. Komponen B/BH+ ini yang akan berfungsi sebagai ‘penyangga’ terhadap upaya mengubah pH sistem. Kesetimbangan komponen pasangan B/ BH+ dari larutan penyangga dapat dinyatakan oleh tetapan ionisasinya, Kb Kb=
BH+ [OH− ] [B] [BH⁺]
[OH⁻] = Kb x [B]
Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara serupa dengan pembuatan larutan penyangga asam. a. Mencampurkan suatu basa lemah dengan garamnya. NH3(aq)
NH4Cl (aq)
+ H2O (l)
NH4+ (aq) + OH-(aq)
NH4+ (aq) + Cl-(aq)
Garam Komponen penyangganya NH3/ NH4+ b. Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih. Iga Maliga, 2012
NH (aq)
3 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
+ HCl (aq)
NH4Cl (aq)
Berlebih NH3(aq)
NH4+ (aq) + OH-(aq)
+ H2O (l)
Sisa NH4+ (aq) + Cl-(aq)
NH4Cl (aq)
c. Mencampurkan garam basa lemah berlebih dengan basa kuat NH4Cl (aq) + NaOH (aq) NH3 (aq) + H2O (l) NH4Cl (aq)
NH3 (aq) + NaCl (s) NH4 (aq) + OH-(aq) +
NH4+ (aq)
+ Cl-(aq)
3. Prinsip Kerja Larutan Penyangga Prinsip kerja larutan penyangga HA/A- dan B/BH+
didasarkan atas
kesetimbangan komponen asam basa dari larutan penyangga. Upaya mengubah pH berupa penambahan sedikit asam (H+) atau basa (OH-), atau pengenceran (penambahan H2O) akan mengubah konsentrasi komponen asam basa
(HA/A- dan B/BH+) dari larutan penyangga. Akibatnya,
kesetimbangan akan bergeser sampai diperoleh kesetimbangan yang baru. a. Larutan penyangga asam Contoh : Larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COODalam larutan tersebut terdapat kesetimbangan CH3COOH (aq)
CH3COO- (aq) + H+ (aq)
1. Pada penambahan asam Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH CH3COO- (aq) + H+ (aq)
CH3COOH (aq)
2. Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air (H2O). Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+
dapat
dipertahankan.
Jadi,
penambahan
basa
menyebabkan
berkurangnya komponen asam (dalam hal ini CH3COOH) bukan ion H+. Basa yang ditambahkan ini praktis bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air. CH3COOH (aq) + OH- (aq)
3.
CH3COO- (aq) + H2O (l)
Pada pengenceran Pengenceran akan mempengaruhi mol H+ dan OH- dalam sistem
yang akan menyebabkan pergeseran kesetimbangan larutan penyangga. H2O(l) + CH3COOH (aq)
H+ (aq) + CH3COO- (aq)
H2O (l) + CH3COO- (aq)
OH- (aq) + CH3COOH (aq)
b. Larutan penyangga basa Contoh : Larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+. Dalam larutan tersebut terdapat kesetimbangan Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
NH3 (aq) + H2O (l) 1.
NH4+ (aq) + OH- (aq)
Pada penambahan asam Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari
asam itu akan mengikat ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Jadi, penambahan asam menyebabkan berkurangnya komponen basa (dalam hal ini NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+. NH3 (aq) + H+ (aq) 2.
NH4+ (aq)
Pada penambahan basa Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (dalam hal ini ion NH4+), membentuk komponen basa (yaitu NH3 ) dan air. NH4+ (aq) + OH- (aq)
4.
NH3 (aq) + H2O (l)
Kapasitas Larutan Penyangga Kapasitas larutan penyangga menyatakan kemampuan larutan
penyangga untuk mengatasi perubahan pH akibat penambahan asam, basa maupun
pengenceran.
Sebagai
contoh
larutan
penyangga
CH3COOH/CH3COO-, jika ke dalamnya terlalu banyak ditambahkan larutan HCl maka akan menyebabkan komponen basa CH3COO- akan habis Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
bereaksi sehingga larutan penyangga tidak lagi mampu mempertahankan pH sistem pada kisarannya. Dengan kata lain, larutan penyangga mempunyai kapasitas tertentu dalam menetralisir asam atau basa yang ditambahkan ke sistem. Kapasitas larutan penyangga ditentukan oleh dua faktor berikut : a. Konsentrasi komponen asam dan basanya Semakin tinggi konsentrasi komponen asam basa larutan penyangga, maka semakin besar kapasitas larutan penyangga tersebut b. Perbandingan konsentrasi komponen asam dan basanya Semakin kecil perubahan perbandingan komponen asam dan basa, maka semakin kecil perubahan pH yang terjadi.
5.
Menghitung pH Larutan Penyangga a. pH Larutan Penyangga Asam H+ (aq) + A- (aq)
HA (aq) Asam Lemah MA (aq) Garam
M+ (aq) +
A-(aq) Basa konjugasi
Di dalam pelarut air, suatu asam lemah akan terionisasi sebagian kecil membentuk sedikit H+ dan basa konjugasi A-. Adanya basa konjugasi Adari garam MA akan menggeser kesetimbangan asam lemah HA tetapi sedikit sekali karena dibatasi oleh konsentrasi ion H+ yang sangat kecil. Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
Dengan demikian, diperoleh komponen A- yang berasal dari garam MA saja. Ka =
H+ [A− ] [HA] [CH₃COOH]
[H⁺] = Ka x [CH₃COO⁻] pH = - log [H⁺]
[CH₃COOH]
pH = pKa - log [CH₃COO⁻] Contoh Soal : Hitung pH larutan penyangga CH3COOH/CH3COO- yang tersusun dari NaCH3COO 0,2 M dan larutan CH3COOH 0,15 M, jika Ka asam asetat adalah 1,8 x 10-5 mol/L. Jawaban : Mol komponen basa (CH3COO- ) diperoleh dari garam NaCH3COO NaCH3COO (aq) 0,2 mol
Na+ (aq) + CH3COO- (aq) 0,2 mol
0,2 mol
pH = pKa - log ([CH₃COOH])/([CH₃COO⁻]) = 4,74 – log 0,15 mol /0,20 mol = 4,86 b.
pH Larutan Penyangga Basa
contoh suatu larutan penyangga yang bersifat basa, yaitu yang mengandung NH3 dan garamnya NH4Cl mengalami reaksi seperti berikut : NH3 (aq) + H2O (l)
NH4+ (aq) + OH- (aq)
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
NH4Cl (aq) Kb=
NH4+ (aq) + Cl- (aq) BH + [OH − ] [B] [NH₄OH]
[OH⁻] = Kb x [NH₄⁺] pOH = pKb – log
[NH ₄OH ] [NH ₄⁺]
Contoh soal : Hitung pH larutan penyangga yang mengandung 0,25 mol NH3 dan 0,4 mol NH4Cl jika diketahui pKb = 4,74 ! Jawaban : NH4Cl (aq)
NH4+ (aq) + Cl- (aq)
0,4 mol
0,4 mol
0,4 mol
pH = pKb – log [NH3]/ [NH4+] pH = 4,74 – log 0,25 mol/0,40 mol pH = 9,06
6. Fungsi Larutan Penyangga Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi, fotografi, bidang kesehatan, industri kulit dan zat warna. Dalam reaksi- reaksi kimia tersebut dibutuhkan pH yang stabil. Dalam tubuh manusia, pH darah harus dijaga pada 7,35 – 7,45. Hemoglobin berfungsi mengontrol Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
pH dalam darah antara 7,35 – 7,45. Hemoglobin mengikat O2 dari respirasi dan membentuk kesetimbangan dengan Oxyhemoglobin. HHb+ + O2
H+ + HbO2-
Jika pH darah kurang dari 7,35 maka disebut asidosis (penurunan pH) yang dapat terjadi akibat penyakit-penyakit seperti ginjal, jantung, diabetes mellitus (penyakit gula), konsumsi protein berlebihan dalam waktu yang lama atau dehidrasi (kekurangan cairan tubuh yang cukup banyak) misalnya olah raga yang terlalu berlebihan atau diare yang terus menerus. Dan jika pH darah lebih dari 7,45 disebut alkalosis (peningkatan pH) yang bisa terjadi bila kita mengalami muntah yang hebat, bernafas terlalu berlebihan (hyperventilasi) biasanya di daerah yang udaranya tipis (ketinggian) atau ketika kita sedang cemas atau histeris. Kematian dapat terjadi jika pH darah kurang dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8. pH di dalam darah dijaga oleh beberapa sistem kesetimbangan larutan penyangga. Pada cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel (extracelluler), merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa konjugasi dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– – HPO42–). Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut: HPO42–(aq) + H+(aq) H2PO4–(aq) + OH–(aq)
H2PO4–(aq) HPO42–(aq) + H2O(l)
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
Pada cairan luar sel terdapat sistem penyangga pasangan asam basa konjugasi asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut: HCO3–(aq) + H+(aq)
H2CO3(aq)
H2CO3(aq) + OH–(aq)
HCO3–(aq) + H2O(l)
Dalam plasma darah terdapat sistem penyangga sebagai berikut:
Campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya ion bikarbonat (HCO3–).
Campuran asam hemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya ion oksihemoglobin (HbO2–). Dalam sel darah merah terdapat sistem penyangga sebagai berikut:
Campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya ion bikarbonat (HCO3–).
Campuran asam hemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya hemoglobin (Hb). Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh kemudian diserap oleh
darah, akan sangat mempengaruhi harga pH darah. Dengan adanya system penyangga, perubahan pH darah yang drastis, baik penurunan atau kenaikan pH darah dapat dicegah. Setiap tanaman hidroponik memiliki suatu kisaran pH untuk dapat tumbuh dengan baik. Untuk menjaga kisaran pH tersebut, telah dijual di pasaran larutan penyangga seperti Bio-zyme. (Hidroponik adalah Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
suatu metode penanaman dengan media non-tanah, seperti media kerikil, atau bongkahan tanah liat). Dalam bidang industri, terutama bidang farmasi (obat-obatan), diperlukan keadaan pH yang stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif dalam obat-obatan akan terus berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik dan obat yang dapat menimbulkan iritasi seperti tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak terjadi asidosis atau alkalosis pada darah.
Iga Maliga, 2012 Pengembangan Dan Analisis Soal Larutan Pnyangga Berdasarkan Open_Ended Problem Untuk MENGUKUR Kemampuan Berpikir Kreatuf Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu