BAB II KAJIAN PUSTAKADAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1
Teori Sinyal Menurut Saidi (2004, 44), isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.Menurut Wolk (dalam Thiono, 2006: 4), teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk
memberikan
informasi
laporan
keuangan
pada
pihak
eksternal.Kurangnya informasi yang dimiliki oleh pihak eksternal menyebabkan pihak eksternal tersebut melindungi dirinya dengan memberikan harga yang rendah terhadap perusahaan. Pihak manajemen akan berusaha meningkatkan harga perusahaannya dengan cara memberikan sinyal kepada pihak eksternal bahwa perusahaan yang dikelolanya berkinerja baik. Teori sinyal menunjukkan adanya hubungan asimetri antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap informasi perusahaan (Raharja dan Sari, 2008).Asimetri informasi terjadi ketika salah satu pihak memiliki informasi yang lebih baik daripada pihak lainnya. Pihak yang memiliki informasi yang lebih baik akan berusaha memberikan sinyal kepada pihak yang lain tentang keadaan perusahaannya. Salah satu hal yang didasari oleh teori sinyal adalah pada saat melakukan peringkat obligasi, dimana perusahaan mengungkapkan informasi tentang laporan keuangannya sehingga memberikan sinyal kepada PEFINDO
9
bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam melunasi utang-utang obligasinya. PEFINDO akan memberikan peringkat berdasarkan laporan keuangan tersebut dan mempublikasikannya kepada pihak investor sehingga informasi yang dimiliki oleh perusahaan dimiliki juga secara umum oleh pihak investor.
2.1.2
Teori Regulasi Teori regulasi lahir di akhir tahun 1970-an, pada masa itu situasi ekonomi
sedang dilanda resesi setelah mengalami masa kejayaan sekitar 20-30 tahun (Yuliandita, 2014).Regulation dalam arti harfiahnya adalah “regularities”.Dalam pengertian ini, sistem ekonomi dibentuk oleh “regularities” dari berbagai institusi yang membentuk ritme atau sistem tertentu. Ritme tersebut akan membentuk suatu keteraturan yang membuat sistem tersebut tetap hidup. Regulasi berfungsi untuk mengatur distorsi dan kontradiksi yang muncul akibat adanya kompetisi dan akumulasi kapital (Dunford, 2000).Regulasi ini dibuat dengan tujuan mengatur distorsi dan kontadiksi agar sesuai dan dapat disesuaikan dengan situasi sosial.Teori regulasi berpandangan bahwa ekonomi harus dibangun dalam sebuah konteks relasi sosial tertentu.Pemikiran ekonomi juga tidak pernah lepas dari konteks
historis
dan
konteks
ekonomipolitik
negara
di
mana
dia
berkembang.Demikian juga tentang konsep pembangunan, mekanisme ekonomi, hubungan antarinstitusi dan juga interaksi sosial pada umumnya, tidak pernah terlepas dari konteks waktu dan tempatnya. Teori regulasi ini juga menjadi dasar dalam proses pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh pemeringkat obligasi.
10
Dalam memperingkat suatu obligasi terdapat hubungan antar institusi yaitu antara pihak perusahaan dengan pihak pemeringkat obligasi dalam suatu mekanisme ekonomi yaitu pemeringkatan obligasi. Proses pemeringkatan obligasi akan menciptakan keteraturan dalam sistem tersebut yaitu perusahaan akan memberikan laporan keuangannya setiap tahun secara teratur kepada lembaga pemeringkat sebagai acuan dalam memberikan peringkat terhadap obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
2.1.3
Obligasi Obligasi (bond) dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang
akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada (Jogiyanto, 2013). Menurut Brealey et al. (2008: 130) obligasi adalah sekuritas yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada pemegang obligasi. Obligasi juga merupakan suatu jenis utang atau surat kesanggupan bayar jangka panjang, yang dikeluarkan oleh peminjam, yang berjanji untuk membayar kepemegangnya dengan jumlah yang tetap setiap tahun (Keown et al, 2001:232). Secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Adler dkk, 2000 dalam Ariwangsa, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa obligasi adalah bukti utang yang dikeluarkan perusahaan swasta maupun pemerintah dalam rangka mendapatkan tambahan
11
dana dan dengan harapan pembeli obligasi memperoleh imbal hasil berupa kupon yang dibayar secara berkala dan nilai pokok ketika obligasi tersebut jatuh tempo.
2.1.4
Macam-Macam Obligasi Menurut Jogiyanto (2013), terdapat beberapa macam obligasi ditinjau dari
penerbitnya yaitu : 1) Obligasi Pemerintah Pemerintah juga membutuhkan dana untuk pembangunan negara. Salah satunya dengan meminjam jangka panjang kepada masyarakat. Surat utang pemerintah ini disebut dengan SUN (Surat Utang Negara) atau dikenal dengan nama obligasi pemerintah. 2) Municipal Bond Merupakan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, seperti misalnya pemerintah provinsi, kota dan kabupaten. 3) Obligasi Perusahaan Merupakan surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta dengan nilai utang akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo dengan pembayaran kupon atau tanpa kupon yang sudah ditentukan di kontrak utangnya.
2.1.5
Risiko Obligasi Dalam melakukan investasi pada obligasi, terdapat risiko-risiko yang dapat
timbul, diantaranya adalah:
12
1) Credit Risk (Default Risk) Credit risk adalah risiko bahwa emiten tidak dapat membayar bunga maupun pokok utang.Alat ukur risiko ini yang lazim digunakan adalah peringkat dari emiten obligasi.Secara umum peringkat didefinisikan sebagai suatu pendapat tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya dengan memperhitungkan faktor-faktor risiko yang relevan. 2) Market Risk Risiko volatilitas harga instrumen dan risiko reinvestasi dari kupon yang diterima akibat pergerakan tingkat suku bunga.Alat ukur yang umumnya digunakan untuk melihat sensitivitas harga terhadap pergerakan suku bunga adalah duration dan convexity. 3) Liquidity Risk Liquidity risk adalah risiko bahwa pemegang instrumen menemui kesulitan dalam menjual obligasi di harga wajar ketika terpaksa harus menjualnya. 4) Foreign Exchange Risk Forex risk ini merupakan risiko yang timbul karena pergerakan kurs mata uang apabila berinvestasi pada suatu obligasi yang memiliki mata uang yang berbeda. 5) Political (Country) Risk Risiko politik dapat timbul akibat adanya tindakan pemerintah, seperti perubahan peraturan, penjadwalan, dan restrukturisasi utang.
13
2.1.6
Peringkat Obligasi Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatan waktu pembayaran
pokok dan utang bunga obligasi.Selain itu, peringkat obligasi mencerminkan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan.Dengan demikian peringkat obligasi menunjukkan skala keamanan obligasi dalam membayar kewajiban pokok dan bunga secara tepat waktu.Semakin tinggi peringkat, semakin menunjukkan obligasi tersebut terhindar dari risiko (Magreta dan Poppy, 2009). Agen-agen pemeringkat akan meninjau obligasi yang beredar secara berkala, dimana kadang-kadang agen-agen tersebut meningkatkan atau menurunkan peringkat suatu obligasi sebagai hasil dari perubahan kondisi yang dialami oleh emitennya (Pertiwi, 2013). Perusahaan cenderung untuk mempertahankan peringkat obligasinya karena menguntungkan bagi perusahaan. Keuntungan tersebut antara laincommercial papper, jalan masuk ke pasar modal dan investor serta hubungan yang lebih baik dengan pihakketiga. Perusahaan mempertahankan peringkat obligasinya dengan mengurangi penggunaan utang saat menjelang penerbitan peringkat obligasi.Penggunaan utang yang lebih sedikit dapat mencegah penurunan peringkat obligasi dan mendorong peningkatan peringkat obligasi tersebut (Kisgen, 2006). Foster (1986: 501-502) mengemukakan ada beberapa fungsi peringkat obligasi, yaitu sebagai: 1) Sumber informasi atas kemampuan perusahaan atau pemerintah daerah dalam menaati ketepatan waktu pembayaran kembali pokok utang dan tingkat bunga yang dipinjam.
14
2) Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasan informasi kredit yang terkait dengan cross section antar perusahaan, pemerintah daerah, dan pemerintah. 3) Sumber legal insurance untuk pengawas investasi. Membatasi investasi pada sekuritas utang yang memiliki peringkat tinggi (misalnya peringkat BBB ke atas). 4) Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan representasi manajemen lainnya. 5) Ketika peringkat utang perusahaan ditetapkan, hal itu merupakan reputasi perusahaan yang berupa risiko. Sarana pengawasan terhadap aktivitas manajemen. 6) Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Hal ini membuktikan bahwa investor memerlukan peringkat obligasi ini untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang tepat (Al-khawaldeh, 2013).Lembaga pemeringkat adalah perusahaan-perusahaan dengan fungsi khusus yaitu menilai kecenderungan ketepatan waktu pembayaran oleh penerbit pada kewajiban finansialnya (Kaur danKaur, 2011). Lembaga pemeringkat memainkan peran yang sangat penting dalam pasar keuangan dengan memberikan
15
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi PERINGKAT
KETERANGAN
Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan berisiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor yang AAA superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian. Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan obligor yang AA sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Efek utang yang berisiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas A Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan. Efek utang yang berisiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban BBB finansialnya sesuai dengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. Efek utang yang menunjukkan dukungankemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka BB panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadapkeadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan. Efek utang yang menunjukkan parameterperlindungan yang B sangat lemah. Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban CCC finansialnya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal. Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti D berusaha. Sumber : PEFINDO
16
pendapat tentang kualitas atau creditworthiness dari instrumen utang tertentu kepada investor (Sehgal dan Mahthur, 2013). Di Indonesia terdapat 3 lembaga pemeringkat utang yaitu PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), PT. Fitch Ratings Indonesia dan PT. ICRAIndonesia.Penelitian ini menggunakan peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT. Pefindo karena jumlah perusahaan yang menggunakan jasa pemeringkat ini lebih banyak dibandingkan dengan lembaga pemeringkat lainnya.
2.1.7
Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
revenue atau profit pada jangka waktu tertentu dengan menggunakan tenaga kerja, assets
dan
modal
(Seiford,
1999).Menurut
Karaduman
et
al.
(2010)
mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.Untuk mendapatkan profit yang maksimal dan berkelanjutan, perusahaan harus menjaga tingkat optimalisasi modal kerjanya (Saghiret al, 2013). Menurut Akinlo (2011) efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal atau kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung profitabilitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan berbagai macam rasio seperti Gross Profit Margin yaitu rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, Net Profit Margin yaitu rasio yang mengukur laba bersih setelah
17
pajak terhadap penjualan, Rentabilitas Ekonomi yaitu perbandingan laba sebelum pajak terhadap total aset, Return on Assets yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba, Return on Equity yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas, serta Earning per Share yaitu rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan setiap lembar saham perusahaan dalam menghasilkan laba.
2.1.8
Leverage Leverage adalah rasio keuangan yang menunjukkan seberapa jauh
perusahaan didanai oleh utang atau pihak luar (Amalia, 2013). Rendahnya rasio leverage menunjukkan risiko kegagalan dalam pembayaran utang yang rendah karena jika perusahaan memiliki utang yang rendah menunjukkan persahaan tersebut terhindar dari risiko ketidakmampuan pelunasan kewajiban utangnya. Leveragedapatdiproksikan dengan debt to equity ratioyaituperbandingan antara total kewajiban dengan total ekuitas dan debt to assets ratio yaitu perbandingan antara total kewajiban dengan total aset yang dimiliki perusahaan.
2.1.9
Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya (Putri, 2010). Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Jadi semakin tinggi rasio likuiditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Kemampuan pelunasan kewajiban jangka
18
pendek perusahaan secara tidak langsung berpengaruh pada pelunasan kewajiban jangka panjangnya (obligasi).Pengukuran terhadap likuiditas dapat dilakukan dengan
Current
Ratio,Quick
Ratio,
Cash
Ratio.Current
Ratio
adalah
perbandingan antara seluruh aktiva lancar dibagi dengan seluruh kewajiban lancar.Quick Ratio adalah perbandingan antara total aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi dengan total kewajiban lancar. Sedangkan Cash Ratio adalah perbandingan antara kas dan bank dibagi dengan total kewajiban lancar.
2.1.10 Solvabilitas Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek yang jatuh tempo.Penelitian Horrigan (dalam Raharja dan Sari, 2008) menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin kecil angka rasio ini maka semakin kecil fleksibilitas keuangan perusahaan dan semakin besar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah keuangan di masa yang akan datang. Semakin tinggi solvabilitas maka semakin baik peringkat obligasi perusahaan tersebut. Solvabilitas biasanya diukur dengan cara membagi kas dari aktivitas operasi dengan total kewajiban yang dimiliki perusahaan.
2.1.11 Produktivitas Rasio
Produktivitas
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut.Perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi cenderung mampu menghasilkan laba yang lebih
19
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang produktivitasnya rendah. Hal ini juga menunjukkan perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi akan lebih mampu memenuhi kewajibannya secara lebih baik. Menurut Horrigan (dalam Raharja dan Sari, 2008) rasio produktivitas secara signifikan berpengaruh positif terhadap credit rating.Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat obligasi perusahaan tersebut.Produktivitas biasanya diproksikan dengan Tottal Assets Turnover (TAT).
2.2
Rumusan Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah biasanya disusun menggunakan kalimat tanya (Sugiyono, 2013:93). Berdasarkan atas rumusan masalah serta penelitian terdahulu, maka dirumuskanlah hipotesis sebagai berikut:
2.2.1
Pengaruh profitabilitas pada peringkat obligasi Menurut Mark et al (2001), rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern dan pelunasan kewajiban (Linandarini, 2010). Ketika laba perusahaan tinggi akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula karena laba yang diperoleh dapat digunakan untuk melunasi kewajibannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Burtonet al(1998) (dalam Susilowati, 2010) bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi menurunkan
20
risiko insolvency (ketidakmampuan membayar utang).Penelitian Mark et al (2001) juga menemukan bahwa profitabilitas dengan proksi ROA mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dengan demikian peringkat obligasi perusahaan akan semakin membaik. H1: profitabilitas perusahaan mampu memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo
2.2.2
Pengaruh leverage pada peringkat obligasi Rasio leverage merupakan rasio keuangan yang menunjukkan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki (Magreta dan Poppy, 2009).Penelitian Burtonet al(1998)(dalam Raharja dan Sari, 2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Tingkat leverage yang tinggi menunjukkan tingkat utang yang dimiliki perusahaan tersebut tinggi. Tingkat utang yang tinggi dapat memberikan risiko ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi utang yang dimilikinya, maka peringkat obligasi perusahaan menjadi kurang baik. H3: leverage perusahaan mampu memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo
2.2.3
Pengaruh likuiditas pada peringkat obligasi Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang mampu melunasi semua
kewajibannya tepat pada waktunya.Hal tersebut dikarenakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya.
21
Kemampuan pelunasan kewajiban jangka pendek ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pelunasan kewajiban jangka panjang perusahaan (obligasi). Burton et al(1998) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara keuangan akan mampu mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.Penelitian Fridson dan Garman (dalam Choundhry, 2009) juga menyatakan bahwa di pasar obligasi, peringkat obligasi berdampak kepada likuiditas obligasi tersebut. H2: likuiditas perusahaan mampu memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo
2.2.4
Pengaruh Solvabilitas pada Peringkat Obligasi Apabila solvabilitas tinggi maka kemungkinan obligasi tersebut masuk
pada investment grade, karena dengan keadaan tersebut perusahaan mempunyai kemampuan untuk melunasi segala kewajibannya tepat pada waktunya.Hal ini sesuai dengan penelitian Horrigan (dalam Raharja dan Sari, 2008) yang menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. H4: solvabilitas perusahaan mampu memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo
2.2.5
Pengaruh Produktivitas pada Peringkat Obligasi Horrigan (dalam Raharja dan Sari, 2008) menyatakan bahwa rasio
produktivitas secara signifikan berpengaruh positif terhadap credit rating.Apabila produktivitas tinggi kemungkinan besar peringkat obligasi perusahaan tersebut
22
masuk investment grade, karena dengan penjualan yang tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang tinggi sehingga perusahaan lebih mampu untuk memenuhi segala kewajibannya utangnya. H5: produktivitas perusahaan mampu memprediksi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo
23