BAB II DESKRIPSI LOKASI
2.1. Sejarah dan Asal Muasal Pendirian Partai Golkar Secara historis perkembangan Partai Golkar dapat dibagi ke dalam empat tahap. Pertama, tahap embrio dari golongan fungsional non-afiliatif yang tergabung dalam Front Nasional yang berada dalam wadah Sekber Golkar (19571964). Kedua, tahap metamorphose dari Sekber Golkar menjadi Golkar pada masa Orde Baru (1965-1970). ketiga, tahap sebagai mesin politik Orde Baru hingga masa kejatuhannya pada tahun 1998 (1971-1998). Dan tahap keempat, tahap Golkar menjadi Partai Golkar (1999). 2.1.1 Dari Golongan Fungsional Ke Sekber Golkar Kelahiran Partai Golkar pada era politik multipartai saat ini tentu tidak dapat dipisahkan dengan sejarah marathon kemunculan Sekber Golkar di masamasa akhir pemerintahan Soekarno tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1964 sampai akhirnya diubah menjadi Golkar pada tanggal 17 Juli 1971 melalui musyawarah Sekber Golkar. Pada mulanya kehadiran Sekber Golkar dirancang sebagai sebuah organisasi yang dapat mengimbangi kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta kekuatan-kekuatan sayap kiri lainnya. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Pada bulan Agustus 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) No. 193/1964 yang intinya menginstruksikan agar organisasiorganisasi yang berada dalam Front Nasional segera berafiliasi dengan partaipartai politik yang ada atau bergabung menjadi satu organisasi37. Berdasarkan kepres tersebut, organisasi-organisasi fungsional yang tidak memiliki afiliasi dengan partai politik kemudian membentuk Sekber Golkar. Pada pembentukan awal, wadah ini tercatat sedikitnya 61 organisasi fungsional non afiliasi, termasuk militer (ABRI), ikut bergabung di dalamnya. Pada proses pembentukan Sekber Golkat tersebut, militer dianggap memainkan peranan yang sentral karena berkepentingan guna memelihara kekuatan kelompok anti komunis 22. Sejak tahun 1957 militer telah membentuk kelompok-kelompok fungsional sebagai dukungan bagi gagasan Soekarno untuk meningkatkan peranan golongan fungsional. Peranan militer untuk membentuk berbagai organisasi massa semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengaruh PKI. Militer kemudian mensponsori pembentukan tiga organisasi massa, yaitu Koperasi Simpan Tabung Gotong Royong (Kosgoro), musyawarah kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), dan Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (Soksi) yang kesemuanya dipimpin oleh kalangan militer. Ketiga organisasi ini kemudian dikenal sebagai kelompok
fungsional
Trikarya
yang
memiliki
peranan
penting
dalam
pembentukan Sekber Golkar yang dideklarasikan pada tanggal 20 Oktober 1964.
22
Umar Ibnu Al Khatab, 2009, Dari Beringin Ke Beringin;Sejarah, Kemelut, Rsistensi dan Daya Tahan Partai Golkar, Ombak:Yogyakarta, hlm. 35
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Dari Sekber Golkar ke Golkar Seiring dengan perkembangan politik, khususnya pasca kudeta 1965, sebuah keputusan penting seiring dengan reorganisasi di tubuh Sekber Golkar adalah memotong habis dominasi orang-orang Soekarno di dalam struktur kepemimpian Sekber Golkar. Segera setelah penyerahan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966, orang-orang yang dianggap memiliki kedekatan dengan Soekarno dalam tubuh Sekber Golkar itu dibersihkan dan diganti dengan orang-orang yang dikenal dekat dengan Soeharto, seperti pencopotan ketua umum Sekber Golkar yang pertama, Brigadir Jenderal (Brigjend) Djuhartono yang digantikan oleh Mayor Jenderal (Mayjend) Suprapto Sukowati yang dikenal dekat dengan kelompok Soeharto. Bukan hanya orang Soekarno saja yang menjadi korban, tetapi juga istilah-istilah yang sering diintrodusir Soekarno dan menjadi dasar gerakan Sekber Golkar, misalnya “Masyarakat Sosialis Indonesia” Setelah pembersihan itu, Sekber Golkar mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan bergabungnya banyak organisasi fungsional ke dalamnya. Tercatat tidak kurang dari 291 organisasi fungsional ikut sebagai anggota. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Sekber Golkar cukup diterima oleh berbagai kalangan. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu: 1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) 2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
Universitas Sumatera Utara
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) 4. Organisasi Profesi 5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM) 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI) 7. Gerakan Pembangunan Pada Juni 1966, tiga bulan setelah Soeharto memperoleh mandat Supersemar, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mengadakan sidang untuk mengesahkan mandat itu dan membahas pelaksanaan tanggal pemilu demi memberikan legitimasi bagi pemerintahan Soeharto. MPRS memutuskan pemilu akan diselenggarakan selambat-lambatnya pada 5 Juli 1958, namun karena alasan keuangan yang belum memadai untuk menyelenggarakan pemilu maka penyelenggaraan pemilu akhirnya diadakan pada tamggal 5 Juli 1971. dalam konteks menghadapi pemilu 1971, disamping menyiapkan kekuatan-kekuatan propemerintah yang lain, Presiden Soeharto telah memilih Sekber Golkar sebagai alat politiknya yang uatama untuk terjun sebagai peserta pemilu. Oleh karenanya, konsolidasi untuk memenangkan Sekber Golkar dikerjakan secara marathon dengan kalangan tentara sebagai penentu yang uatama. Dalam pemilu 1971 uasaha-usaha untuk menjadikan Sekber Golkar sebuah organisasi yang besar, walaupun kadang-kadang melalui cara-cara yang dianggap berlebihan, menghasilkan sukses yang gemilang. Sekber Golkar tampil sebagai pemenang dalam pemilu tersebut dengan hasil mutlak yakni memperoleh 236 kursi di Dewan Perwakilan (DPR) pusat atau setara dengan 34.348.673 juta suara atau 62,80 persen. Perolehan suara ini melampaui perolehan suara yang didapat partai Nahdhatul Ulama (NU) dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang sebelum
Universitas Sumatera Utara
pemilu dilakukan merasa yakin akan menang hanya mendapatkan 18,67 persen dan 6,94 persen atau setara dengan 10.213.650 dan 3.793.26640. Kemenangan Sekber Golkar ini sekaligus membuktikan kesuksesan pemerintahan Soeharto di dalam meraih dukungan politik masyarakat. Tidak lama setelah kemenangan itu, Sekber Golkar diubah menjadi Golkar, yaitu pada tanggal 17 Juli 1971. 2.1.3 Golkar Sebagai Mesin Politik Orde Baru Sejak diubah menjadi Golkar, Golkar secara resmi menjadi mesin politik Orde Baru. Golkar yang hadir sebagai kekuatan politik yang memberikan kepastian politik yang dibutuhkan oleh masyarakat setelah kekisruhan yang ditimbulkan oleh partai-partai politik di masa Soekarno telah memberikan corak baru bagi perpolitikan di Tanah Air. Setelah kemenangan yang pertama ini, pemerintaha Soeharto, dengan legitimasi di tangannya, melakukan pembaruan struktur politik dengan penyederhanaan kepartaian dan kekuatan social politik. Pada masa ini pula awal penyederhanaan partai dilakukan. Partai-paratai politik yang pernah ikut dalam Pemilu 1971 dikelompokkan menjadi dua partai berdasarkan ideologisnya, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dengan struktur fisik kepartaian mengalami perampingan dari sembilan partai menjadi dua partai yakni PPP dan PDI. Kemudian pada tahun 1975, penyederhanaan tersebut disyahkan dalam Undang-Undang yakni tentang Partai Politk dan Golongan Karya. Setelah Pemilu 1971, Golkar mendominasi jumlah kursi pada lembaga legislative baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada Pemilu 1977, Golkar
Universitas Sumatera Utara
menang kembali. Kemenangan ini semakin menguatkan domonasi Golkar dan memberikan legitimasi pada pemerintahan dengan scenario yang demokratis. Beberapa strategi dikembangkan untuk memenangkan Golkar diantaranya dengan memobilisasi dukungan masyarakat, terutama dari kalangan militer dan birokrasi. Di kalangan militer, ABRI masuk ke dalam area sipil masyarakat sebagai mesin ampuh untuk menakuti masyarakat agar taat pada kebijakan pemerintah. Sedangkan birokrasi menerapkan pola-pola kerja clientliism dalam melayani masyarakat sehingga menyuburkan tumbuh kembangnya praktek KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme). Tak heran jika pada zaman itu dikenal paket ABG (ABRI, Birokrasi dan Golkar). Kemenangan Golkar pada Pemilu 1977 ini semakin memberikan otoritas penuh kepada Orde Baru untuk melakukan serangkaian pembaruan, khususnya di bidang politik demi terciptanya stabilitas yang dapat menjamin pemulihan dan pemantapan kehidupan nasional dalam berbagai aspek yang dirumuskan dalam konsepsi Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun. Dan demi menjamin kelancaran terlaksananya konsepsi tersebut, pemerintah mendesak Kors Pegawai Negeri Republik Indonesia (Korpri) melakukan kampanye dikalangan mereka sendiri untuk memenangkan Golkar. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mengejutkan jika pada pemilu-pemilu berikutnya Golkar selalu menjadi pemenang dengan perolehen suara mutlak. Golkar menjadi organisasi politik yang mapan dan benar-benar mampu menjadi mesin politik yang ampuh bagi Orde Baru. Misalnya saja pada Pemilu 1987 dimana Golkar mampu mendulang suara sebanyak 73.16 persen atau mendapat 299 kursi dari 400 kursi yang diperebutkan.
Universitas Sumatera Utara
Begitu pula pada Pemilu 1992, Golkar meneruskan tradisi kemenangannya dengan meraup 66.599.331 juta suara atau sama dengan 282 kursi di DPR Pusat 2.1.4 Dari Golkar ke Partai Golkar Kemenangan-kemenangan Golkar yang diperoleh selama ini memang memberikan tambang kekuasaan pada pemerintahan Orde Baru. Akan tetapi, kemenangan Golkar pada Pemilu 1997 justru menghantarkan Orde Baru pada jurang kehancuran. Krisis ekonomi yang amat parah dan tak dapat diatasi Soeharto memaksanya untuk meletakkan jabatan presiden pada 21 Mei 1998. Dengan pengunduran diri Soeharto ini membuat Golkar mengalami masa surut yang sangat signifikan. Terang saja, karena salama ini Soeharto lah yang dikenal sebagai arsitek pembangun Golkar. Kehilangan Soeharto, Golkar seperti kehilangan induknya. Krisis ekonomi yang amat parah dan ditambah lagi merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap Orde Baru mempercepat pembaharuan politik nasional. Bersamaan dengan itu, Golkar yang merasa terhujat dan disingkirkan oleh masyarakat harus memutar otak untuk mengantisipasi hal ini. Dalam kondisi yang demikian, tak ada jalan pilihan bagi Golkar selain melakukan pembaharuan internal. Yakni pada tanggal 9-11 Juli 1998 Golkar menyelenggarakan Munaslub untuk melakukan pembaharuan pandangan politiknya agar mencerminkan kinginan rakyat dalam dinamika politik yang baru. Dan tepat pada tanggal 7 Maret 1999, Golkar dideklarasikan sebagai partai politik yang siap bertanding dala pemilu pertama pada era reformasi yakni Pemilu 1999. Dalam pidato politik di hadapan ratusan ribu yang menghadiri pendeklarasian tersebut, Akbar Tandjung
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa Partai Golkar termasuk pejuang reformasi dan bertejad menyusun kekuasaan yang bersumber dari rakyat. 2.2 Visi perjuangan Sejalan dengan cita-cita para bapak pendiri Negara (the founding father) kita bahwa tujuankita bernegara adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dan ikut mencipatakan perdamaian dunia, maka Partai Golkar sebagai pengemban cita-cita proklamasi menegaskan visi perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai cita-citanya. Partai Golkar berjaung demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertakwa, berakhlak baik, menjujung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi. Dengan visi ini maka Partai Golkar hendak mewujudkan kehidupan politik nasional yang demokratis melalui pelaksanaan agenda reformasi politik yang diarahkan untuk melakukan serangkaian koreksi terencana, melembaga dan berkesinambungan terhadap seluruh bidang kehidupan. Reformasi pada sejatinya adalah upaya untuk menata kembali system kenegaraan kita disemua bidang agar kita dapat bangkit kembali dalam suasan lebih terbuka dan demokratis. Bagi Partai Golkar upaya mewujudkan kehidupan politik yang demokratis yang bertumpu pada kedaulatan rakyat adalah cita-cita sejak kelahirannya.
Universitas Sumatera Utara
Keterbukaan adalah nilai kemanusiaan hakiki yang merupakan nafas dari gerakan reformasi. Atas dasar pandangan keterbukaan tersebut, kita harus mencipatkan system social politik yang terbuka atau transparan dengan struktur dan proses politik yang dapat secara efektif benar-benar mencerminkan kedaulatan rakyat. Untuk itu maka peluang bagi rakyat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses-proses politik mutlak dibuka seluas-luasnya. Kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan menyampaikan pendapat semakin terjamin dan dilindungi oleh undang-undang. Sendi utama masyarakat madani adalah supremasi hukum. Oleh karena Negara kita adalah Negara hokum maka supremasi hokum harus ditempatkan sebagai pilar utama dalam rangka mewujudkan system politik yang demokratis dan berdasarkan hukum. Partai Golkar memandang bahwa reformasi hokum tidak terbatas hanya pada penyempurnaan sarana dan prasarana, materi dan aparatur hokum, tetapi juga budaya hukum. Di bidang ekonomi visi Partai Golkar adalah ekonomi rakyat atau kerakyatan atas dasar keyakinan bahwa hanya system perekonomian inilah yang menjamin rakyat makin sejahtera. Pembangunan ekonomi dalam paradigma lama yang terlampau menekankan pertumbuhan dengan tulang punggung konglomerasi ternyata justru membawa Negara dan bangsa Indonesia terjerembab ke dalam krisis ekonomi yang sangat parah. Konglomerasi ternayta semu dan sangat rapuh terhadap goncangan ekomomi global. Dalam konteks ini, maka paradigma ekonomi kerakyatan justru memiliki potensi yang sangat kuat bagi penguatan fundamental ekonomi kita.
Universitas Sumatera Utara
Dengan visi ekonomi kerakyatan ini, maka usaha kecil, menengah, dan koperasi akan dikembangkan dan diperkuat sebagai pilar utama perekonomian nasional. Partai Golkar menginginkan di masa depan usaha menengah, kecil dan koperasi menjadi ujung tombak pemberdayaan masyarakat dalam pengertian yang sebenarnya. Tanpa uapaya-upaya pemberdayaan rakyat, maka tujuan menciptakan masyarakat madani akan semakin jauh dari gapaian kita. Untuk itu sejalan dan searah dengan visi mencipatakan kesejahteraan rakyat, perhatian terhadap upaya penguatan uasaha menengah, kecil dan koperasi menjadi prioritas yang paling diutmakan. Di bidang sosial budaya, Partai Golkar mencita-citakan penguatan budaya bangsa yang mampu melahirkan bangsa yang kuat, yakni bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau ketrampilan, memiliki etos kerja yang tinggi, memiliki disiplin social yang tangguh, dan memiliki etika yang kuat. Untuk menuju terciptanya bangsa yang kuat semacam itu, maka perlu dikembangkan suasana dan iklim yang mendukung bagi berkembangnya budaya ilmu (etos intelektualisme), budaya kerja (etos kerja), budaya disiplin, dan budaya hidup etis dan religius di kalangan masyarakat. Partai Golkar memandang kerukunan sebagai basis bagi integrasi bangsa. Untuk itu, maka kehidupan social budaya yang berkeadilan dan terjembataninya kesenjangan social ekonomi antarindividu, antarkelompok, antara kota-desa, antara Jawa-luar Jawa dan antarpusat-daerah, menjadi agenda penting yang harus dipentingkan. Demikian juga halnya pengembangan kehidupan beragama dan kerukunan antarumat beragama menjadi kepedulian Partai Golkar.
Universitas Sumatera Utara
Dengan visi ini pola Partai Golkar hendak mengembangkan pola hubungan social yang lebih harmonis dan dilandasi oleh semangat persamaan manusia. Pandangan yang diskriminatif dan tidak adil terhadap suatu kelompok tertentu harus dihapuskan dari segenap masyarakat kita, dan diganti dengan pandangan yang diliputi oleh semangat kekeluargaan, kebersamaan dan peran sejati antar warga Negara.\ 2.3. Misi Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi tersebut Partai Golkar dengan ini menegaskan misi perjuangannya, yakni: menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negaradan ideology bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan mewujudkan cita-cita proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, menegakkan supremasi hukum, mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan hak-hak asasi manusia. Dalam rangka membawa misi mulia tersebut Partai Golkar melaksanakan fungsifungsi sebagai sebuah Partai Politik moderen, yaitu; Pertama,
mempertegas
komitmen
untuk
menyerap,
memadukan,
mengartikulasikan, dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat public. Kedua, melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualitas melalui system prestasi (merit system) untuk dapat dipilih oleh rakyat menduduki posisi-posisi politik atau jabatanjabatan public. Dengan posisi atau jabatan politik ini maka para keder dapat mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk diabadikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Ketiga, meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat. 2.4 Platform Partai Platform yang dimaksudkan yang di sini adalah landasan tempat berpijak, yaitu wawasan-wawasan yang menjadi acuan dan arah dari mana dan kemana perjuangan Partai Golkar yhendak menuju. Platform merupakan sikap dasar yang merupakan kristalisasi dan pemahaman, penglaman dan kesadaran historis partai Golkar dalam menyertai bangsa membangun masa depan. Partai Golkar berpijak pada landasan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai konsekuensi dan pijakan ini maka Partai Golkar berwawasan kebangsaan, yaitu suatu wawasan bahwa bangsa Indonesia adalah satu dan menyatu. Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang mengatasi golongan dan kelompok baik golongan dan kelompok atas dasar agama, suku, etnis, maupun budaya. Kemajemukan atau pluralisme tidak dipandang sebagai kelemahan atau beban, melainkan justru sebagai potensi atau kekuatan yang harus dihimpun secara sinergis dan dikembangkannya sehingga menjadi kekuatan nasional yang kuat dan besar. Kemajemukan bagi Partai Golkar adalah anugerah Tuhan yang karena itu bersifat given. Kemajemukan inilah yang selama ini justru telah membentuk mozaik keindonesiaan yang sangat indah dan mempesona sebagaimana tercermin dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dengan platform ini maka Partai Golkar terbuka bagi semua golongan dan lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang etnis, suku, budaya, agama, dan status social ekonomi. Keterbukaan Partai Golkar diwujudkan secara sejati,
Universitas Sumatera Utara
baik dalam penerimaan anggota maupun dalam rekruitmen kader untuk kepengurusan dan penempatan pada posisi-posisi politik. Partai Golkar mengembangkan wawasan kemajemukan yang inklusif yang mendorong dinamika dan persaingan yang sehat serta berorientasi pada kemajuan serta senantiasa siap berkompetisi secara sehat. Perwujudan dari wawasan kebangsaan Partai Golkar yang paripurna ini adalah sikap keterbukaan dan kemajemukan. Partai Golkar berpijak pada wawasan keterbukaan (inklusif) yang menampung kemajemukan (pluralis) karena hadirnya kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Berdasarkan wawasan ini pula Partai Golkar bersifat non diskriminatif dan non sectarian baik atas dasar perbedaan suku atau etnis, agama, bahasa, budaya maupun aliran. Partai Golkar menolak segala bentuk eksklusifisme baik atas dasar primodialisme maupun kepentingan yang sempit lainnya. Sikap-sikap tersebut terakhir ini tidak sejalan dengan wawasan kemajemukan dan keterbukaan. Hadirnya kesadaran bahwa kemajemukan merupakan ciri keindonesiaan telah mengokohkan dan mengukuhkan tekad Partai Golkar untuk tetap menjadi “Partai politik yang paling Indonesia” yang menjadi “miniature Indonesia”, di mana semua golongan akan merasa kerasan (at home) berada di dalamnya. Dalam rangka itulah, maka Partai Golkar memantapkan platform-nya sebagai Partai yang nonaliran atau nonsekterian. Dengan prinsip ini politik Partai Golkar bukanlah politik aliran atau sekterian. Partai Golkar menjunjung tinggi ajaran agama yang dalam gerak langkahnya senantiasa mendasarkan pada nilai-nilai etika dan moralitas berdasarkan ajaran agama. Etika dan moralitas adalah saripati dari ajaran agama
Universitas Sumatera Utara
dan buah dari keberagaman itu sendiri. Bagi Partai Golkar agama menduduki posisi yang sangat penting dan harus diutamakan. Dengan dmikian seluruh langkah perjuangan senantiasa
dilandasi nilai-nilai etika
dan moralitas
berdasarkan agama. Perpaduan antara kedua wawasan yang terakhir – wawasan kebangsaan dan keagamaan – menjadikan Partai Golkar sebagai Partai kebangsaan yang menjunjung tinggi ajaran agama-agama. Dengan menjunjung tinggi ajaran agama, Partai Golkat tidak berarti sependapat dengan ajaran kecenderungan formalisasi dan apalagi politisasi agama. Partai Golkar menghindarkan kecenderungan memanipulasi symbolsimbol agama sebagai alat politik untuk mencapai tujuan-tujuan politik yang berdimensi jangka pendek. Partai Golkar adalah Partai yang demokratis yang memiliki komitmen pada demokrasi. Dalam masyarakat yang demokratis dan terbuka maka hanya Partai Golkar yang demokratis dan terbuka pula yang akan mendapatkan dukungan rakyat. Dengan kata lain Partai Golkar hanya akan bertahan dan berjaya, jika dalam tubuh organisasinya sendiri tegak kehidupan yang demokratis, dan berjuang untuk demokrasi. Dalam rangka demokrasi inilah, Partai Golkar mereformasi dirinya, sehingga melahirkan Partai Golkar yang demokratis yang menjunjung tinggi prinsip kedaulatan di tangan anggota. Ini semua tercermin dalam proses pengambilan keputusan di semua eselon kepemimpinan yang berlangsung secara demokratis dan dari bawah sebagai menifestasi ditegakkannya prinsip kedaulatan di tangan anggota. Partai Golkar adalah Partai moderat yang senantiasa mengambil posisi di tengah dan menmpuh garis moderasi. Parati Golkat tidak akan pernah bersikap ekstrim, baik dulu, kini, maupun yang akan mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai Partai moderat Partai Golkar akan tetap konsisten mengembangkan wawasan tengahan dan keseimbangan. Sikap tengahan atau moderat akan menghindarkan Partai Golkar dari kemungkinan terjebak pada pilihan-pilihan yang bersifat pemutlakan nilai. Garis moderasi yang dikembangkan Partai Golkar mengandung arti bahwa ia senantiasa mewujudkan keseimbangan dari tarik menarik berbagai kepentingan, dan sebaliknya berupaya untuk mengakomodasi dan mengharmonisasikannya. Dengan demikian, Partai Golkar senantiasa berada pada posisi tengahan (median position) dan menjadi kekuatan penengah (mediating and moderating force) di anatara semua kelompok potensi bangsa. Partai Golkar mengembangkan prinsip nonsectarian dan antisekterianisme, dan karena itu juga nondiskriminasi dan anti diskriminasi. Pilihan terhadap sikap moderat ini bukan hanya berkaitan erat dengan platform terbuka dan mejemuk yang sebelumnya dibicarakan, melainkan jauh lebih mendasar, yaitu karena hadirnya kesadaran akan kebenaran ajaran bahwa sebaik-baik
perkara
adalah
yang
tengah.
Selanjutnya,
Partai
Golkar
mengutamakan pembangunan hukum untuk keadilan dan tegaknya Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam kerangka ini, maka harus diupayakan tegaknya supremasi hukum karena Indonesia adalah Negara hukum. Lebih daripada itu, supremasi hokum harus ditempatkan sebagai pilar utama dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang demokratis, konstitusional dan berdasarkan hokum. Partai Golkar memandang bahwa reformasi hokum tidak terbatas hanya pada penyempurnaan saran dan prasarana, materi dan aparatur hokum, tetapi juga
Universitas Sumatera Utara
pembangunan budaya hukum. Penegakkan dan pemajuan HAM merupakan unsure penting dalam penghormatan harkat dan martabat kemanusiaan. Dalam rangka penghormatan harkat dan martabat kemanusiaan pula Partai Golkar memandang peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai salah satu tujuan nasional kita yang utama. Perjuangan politik Partai Golkar bermuara pada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat lahir dan batin. Dalam kaitan ini Partai Golkar memandang politik sebagai instrument dan manajemen untuk mewujudkan masyarakat madani yang sejahtera, adil dan makmur. Peningkatan kesejahteraan itu diwujudkan dalam bentuk antara lain peningkatan taraf hidup dan kecerdasan rakyat. Dengan sikap ini, maka Partai Golkar mempertegas keberpihakannya kepada rakyat 2.5.
Lahirnya Sekber Golkar di Sumatera Utara Dalam buku 30 Tahun Perjuangan Golkar yang merupakan perjalanan
panjang Partai Golkar di Sumatera Utara terihat bahwa latar belakang dan perjalanan panjang Partai Golkar juga terdapat peran ABRI sebagai barisan terdepan dalam pembentukkan Sekber Golkar. Dengan terbentuknya Sekber Golkar di pusat, ormas-ormas Golkar yang telah lahir menyambutnya dengan rasa optimis. Keadaan dan kondisi daerah Sumatera Utara pada waktu itu memang telah dirasakan sangat mencemaskan dimana kekuata organisasi Non Pancasialis yang dikoordinir PKI telah dapat berhasil menyusun kekuatan disegala sector dan bidang, ditengah-tengah golongan dan lapisan masyarakat. Tetapi untuk mengadakan suatu wadah yang merupakan Front Kekuatan Pancasila belumlah dapat dilahirkan. Justru itu kelahiran Sekber Golkar anggota Front Nasional telah
Universitas Sumatera Utara
disambut denganbaik dan memang benar telah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Sumatera Utara. Proses pembentukkan Golkar di Sumatera adalah sebagai berikut: Marzuki Lubis dari Dewan Daerah KBKI (Kesatuan Buruh Kerakyatan Indonesia) menerima mandate untuk membentuk Sekber Golkar Daerah. Menghadapi situasi masyarakat yang tidak menentu dan membahayakan keamanan, maka ABRI sebagai kekuatan Sospol dan Hankam, perlu turun tangan. Karena pada waktu itu segala organisasi-organisasi yang tidak berafiliasi dengan partai politik dan yang berorientasi pada karya-kekaryaan juga harus berada dalam Fronn Nasional. Pada tanggal 26 Juli 1985, dibentuk pada Panitia Persiapan pada waktu itu dipimpin oleh Let.Kol T.A.Lingga sebagai ketua dan Drs.Amir Husin Nasution sebagai sekretaris. Selanjutnya kantor Sekber Golkar Sumatera Utara ini bertempat di Jalan Teuku Daud No.5 Medan. Dalam waktu itu tidak terlalu lama maka terbentuklah pengurus Sekretaris Bersama Golongan Karya Sumatera Utara untuk pertama kalinya ditetapkan Ketua Let.Kol T.A.Lingga. Demikian pula selanjutnya, mengeluarkan pernyataan kebulatan tekad lahirnya suatu organisasi kekaryaan yang bernama Sekretariat Bersama Golongan Karya yang didukung oleh masyrakat dan ABRI. Oleh karena itu, ABRI tidak dapat tinggal diam setiap gerakan dalam masyarakat. Hal ini juga ditandai dengan pembentukan Sekber Golkar di setiap wilayah Kabupaten dan Kota dilaksanakan sesuai dengan surat kawat Panglima Daerah Militer II kepada DANREM 21 sampai 23 dan DANDIM 0212. Dalam kenyatan memang Sekber Golkar itu mendapat dukungan masyarakat banyak melalui organisasi-organisasi
Universitas Sumatera Utara
yang berafiliasi dengan partai politik dan yang berorentasi pada karya dan kekaryaan seperti MKGR, SOKSI, KOSGORO dan organisasi fungsional lainnya. Selanjutnya timbul suatu kebijaksanaan baru, pada tanggal 28 Juli 1985 oleh Panitia Pembentukan Sekber Golkar diadakan pertemuan dengan Ormas Golkar di Balai Prajurit (Sasana Bukit Barisan) yang dihadiri oleh 46 utusanutusan organisasi dan menghasilkan pembentukkan susunan Dewan Pleno yaitu: Ketua
: Let.Kol.T.A.Lingga (AD)
Wakil Ketua I
: R.Hutabarat SH (Persaja)
Wakil Ketua II
: H.Simanjuntak
Wakil Ketua III
: H.Arfan (SOKSI)
Sekretaris
: H.Jafar Lubis (AKRI)
Wakil Sekretaris I
: Drs.Amir Husin Nst (SOKSI)
Wakil Sekretaris II
: A.Simanjuntak (Veteran)
Wakil Sekretaris III
: O.K Soeratoellah (SOKSI)
Wakil Sekretaris IV
: Ridwan Matondang
Bendahara
: Masyahani Syarkawi BA (Ops.Per.antar pulau)
Wakil Bendahara
: Ny.Z.Hasibuan (KCK)
Universitas Sumatera Utara
Seksi-seksi Organisasi
: G.A Simanjuntak (PGRI)
Kekaryaan
: F.H. Hutabarat
Hubmas
: M.Junus Siagian (PSI)
Kebudayaan
: Soekiran (Gasbindo)
Khusus
: Marzuki Lubis (KBK) Ny.M.H.Sinaga (Bhayangkari) Pada tanggal 7 Mei
1966, diadakan musyawarah kerja bertempat di
gedung Bhayangkar telah diadakan perubahan susunan pengurus harian, sehubungan Let.Kol.T.A.Lingga ditugaskan untuk mengikuti SESKOAD. Dalam musyawarh tersebut terpilih A.Kadir Pohan dari Angkatan Darat sebagai ketua dan O.K.Soeratoellah dari SOKSI menjadi sekrektaris. Pada awal tahun 1968 saudara A.Kadir Pohan mendapat tugas baru di Kodam I/Iskandar Muda (Aceh), dan untuk memimpin Sekber Golkar ditugaskan kepada Kol.M.Saleh Arifin sebagai ketua. Tugas tersebut dijabat dijabat oleh yang bersangkutan sampai dengan Musyawarah Daerah I Golongan Karya Sumatera Utara. Berdasarkan surat telegram Menhankam/Pangab No.SK/152.IV 1970 tanggal 13 April 1970 telah ditetapkan pengurus KOKAR Mendagri Drs.Arif Nasution untuk ikut aktif dalam anggota DPH Sekber Golkar. Perkembangan pengelompokkan atau konsolidasi selanjutnya diadakan didaerah-daerah Tingkat
Universitas Sumatera Utara
II dan langsung dilantik oleh Ketua Umum DPH Sekber Golkar Sumatera Utara, dimana sebagian besar para ketua-ketua DPH Sekber Golkar Sumatera Utara. 2.6.
Pilkada Kota Medan
2.6.1. Jumlah Pemilih Terdaftar Tabel 2.1. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pilkada Kota Medan 2010 No
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah TPS
1
Medan Amplas
54,842
55,687
110,529
205
2
Medan Kota
48,359
49,433
97,792
199
3
Medan Area
52,503
53,479
105,982
196
4
Medan Denai
75,431
72,747
148,178
281
5
Medan Tuntungan
32,695
34,289
66,984
155
6
Medan Polonia
20,207
21,372
41,579
85
7
Medan Maimun
23,036
23,582
46,618
91
8
Medan Johor
51,573
52,668
104,241
206
9
Medan Selayang
41,396
42,494
83,890
178
10
Medan Baru
21,552
23,119
44,671
83
Universitas Sumatera Utara
11
Medan Sunggal
54,591
54,941
109,532
206
12
Medan Helvetia
65,640
66,730
132,370
277
13
Medan Petisah
33,956
36,289
70,245
139
14
Medan Barat
37,381
39,113
76,494
153
15
Medan Timur
49,879
51,702
101,581
190
16
Medan Perjuangan
53,768
55,440
109,208
224
17
Medan Tembung
66,066
67,172
133,238
273
18
Medan Deli
60,651
59,605
120,256
246
19
Medan Labuhan
42,973
42,755
85,728
186
20
Medan Marelan
44,960
44,655
89,615
167
21
Medan Belawan
41,795
40,629
82,424
157
Total
973,254
987,901
1,961,155 3,897
Sumber: KPU Kota Medan Dalam Daftar Pemilih Tetap Pilkada Kota Medan yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum Umum Kota Medan berjumlah 1.961.155 dengan jumlah Tempat Pemungutan Suara. Perempuan merupakan pemilih terbanyak dalam Pilkada Kota Medan dengan jumlah 987.901. Sedangkan pemilih laki-laki berjumlah 973.254
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Hasil Perolehan Suara Table 2.2. Rincian Perolehan Suara Pilkada Kota Medan 2010 Putaran I N
Nama Pasangan Med
Meda
Mea Med
Med
Medan
Med
o
Calon
n
n
an
an
Tuntun
an
Area
Kot
Dena Joho
gan
Baru
a
i
r
1075
385
1395
755
216
161
4553
239
6250
6568
3867
2093
Walikota an
dan
Wakil Amp
Walikota Medan las 2010 1
Dr.H.Syahrizal Anas,MBA
826 dan
Drs.H.Yahya Sumardi 2
Sigit Asri,
Pramono 5774 SE
dan
3
Ir.Hj.Nurlisa Ginting, M.Sc 3
Indra
Sakti 753
376
192
736
415
247
103
3041
187
2824
1871
850
357
Harahap, ST,M.Si dan Dr.Delyuzar, Sp.PA (K) 4
H.Bahdin
3205
Nur.Tanjung, SE, MM
9
dan
Drs.H.Kasim Siyo, Msi
Universitas Sumatera Utara
5
Drs.H.Joko Susilo 1311
1776
102
2458
1660
456
284
579
1022
8319
2738
1524
7
0
1252
668
1583
1648
1330
447
7961
325
4612
6999
3071
1784
6785
3109
3789
1784
6019
7578
4902
3431
1
dan Amir Mirza Hutagalung, SE 6
Drs.Rahudman
7696
6916
Harahap, MM dan Drs.H.Dzulmi Eldin, M.Si 7
Prof.Dr.Arif.Nasut 1850 ion,
MA
dan
H.Supraktikno W.S 8
Ir.H.Maulana
4639
Pohan, MM dan
0
H.Ahmad Arif, Se 9
H.Ajib Shah dan 3953 Dr.Ir
2812
Binsar
431
Situmorang
1
10 Dr.Sofan Tan dan 3779
12399
106 01
Nelly Armayanti, SP,MSP Lanjutan N
Medan
Meda
Meda
Meda
Meda
Meda
Med
Med
Medan
o
Selaya
n
n
n
n
n
an
an
Perjuang
ng
Maim
Polon
Sungg
Petis
Helvet Barat Timu
un
ia
al
ah
ia
240
226
672
329
1343
1
725
an
r 1651
847
803
Universitas Sumatera Utara
2
4952
2528
3185
6028
3129
6983
3276
5452
3581
3
233
127
128
330
145
403
215
407
632
4
1372
744
787
1512
647
2644
1010
2302
1583
5
1179
559
1131
1460
678
1425
595
1323
1546
6
5160
2907
2537
6254
4175
9903
5607
8398
7971
7
920
632
759
1122
658
1574
1295
1813
2028
8
3517
2894
1709
3583
1951
4320
2437
4306
3491
9
3603
1790
1802
5496
3944
6812
5071
3883
4636
1
4738
4643
4456
8182
8556
6410
8349
1076
7977
0
5
Lanjutan No Medan
Medan
Medan
Medan
Medan
Jumlah
Persentase
Tembung
Deli
Labuhan Marelan Belawan Akhir
1
1024
2123
1318
1600
947
18661
2,75%
2
5944
7353
3973
5759
3654
97295
14,33%
3
1404
616
299
355
622
8738
1,29%
4
2326
2505
1141
1670
1316
35586
5,24%
5
2805
3183
1497
1880
499
28726
4,23%
6
11233
13873
11981
12080
5382
150671
22,20%
7
3341
2155
1477
1088
1342
28982
4,27%
Universitas Sumatera Utara
8
3926
2759
3129
2642
2446
76351
11,25%
9
4385
4887
5572
3395
11299
93118
13,72%
10
7548
7449
5719
3818
3447
140676
20,72%
Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam pemilihan Walikota Medan 2010 diikuti 10 pasangan calon walikota dan wakil walikota. Calon-calon tersebut merupakan calon-calon yang diajukan prtaio politik dan melalui dari independen. Adapun kesepuluh pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan adalah sebagai berikut: 1. Dr.H.Syahrizal Anas,MBA dan Drs.H.Yahya Sumardi 2. Sigit Pramono Asri, SE dan Ir.Hj.Nurlisa Ginting, M.Sc 3. Indra Sakti Harahap, ST,M.Si dan Dr.Delyuzar, Sp.PA (K) 4. H.Bahdin Nur.Tanjung, SE, MM dan Drs.H.Kasim Siyo, Msi 5. Drs.H.Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE 6. Drs.Rahudman Harahap, MM dan Drs.H.Dzulmi Eldin, M.Si 7. Prof.Dr.Arif.Nasution, MA dan H.Supraktikno W.S 8. Ir.H.Maulana Pohan, MM dan H.Ahmad Arif, Se 9. H.Ajib Shah dan Dr.Ir Binsar Situmorang 10. Dr.Sofan Tan dan Nelly Armayanti, SP,MSP
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam Pilkada Kota Medan terjadi dua kali putaran. Dimana tidak ada satu pasangan calon pun yang menang sesuai dengan syarat Undang-Undang. Adapun yang lolos pada putaran putaran kedua Pilkada Kota Medan adalah : 1. Drs.Rahudman Harahap, MM dan Drs.H.Dzulmi Eldin, M.Si dengan jumlah suara 150671 atau 22,20% 2. Dr.Sofan Tan dan Nelly Armayanti, SP,MSP dengan 140676 atau 20,72% Table 2.3 Rincian Perolehan Suara Pilkada Kota Medan 2010 Putaran II NO
Kecamatan
Drs.Rahudman Dr.Sofan Tan dan Harahap, MM dan
Nelly Armayanti,
Drs.H.Dzulmi Eldin,
SP,MSP
M.Si Medan Amplas
26716
9397
Medan Area
32216
15244
Mean Kota
17643
15623
Medan Denai
34353
14715
Medan Johor
26947
13621
Medan Tuntungan
8958
12428
Medan Baru
5067
6991
Universitas Sumatera Utara
Medan Selayang
15671
12597
Medan Maimun
10705
6385
Medan Polonia
9772
7147
Medan Sunggal
21137
13982
Medan Petisah
12043
128130
Medan Helvetia
27426
14460
Medan Barat
19911
11642
Medan Timur
26347
15203
Medan Perjuangan
25094
13354
Medan Tembung
35419
13414
Medan Deli
38401
14172
Medan Labuhan
32698
36020
Medan Marelan
36020
22902
Medan Belawan
22902
9472
Jumlah
485446
251435
Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Pilkada Kota Medan pasangan yang diajukan Partai Golkar dan Partai Demokrat mendapat kepercayaan untuk memimpin Kota Medan 5 tahun kedepan. Pasangan Drs.Rahudman Harahap, MM dan Drs.H.Dzulmi Eldin, M.Si mendapat suara 485.446 suara. Sedangkan Dr.Sofan Tan dan Nelly Armayanti, SP,MSP mendapat 251435 suara
Universitas Sumatera Utara