BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak mulai kuat berhembus setelah rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 Februari 2012. Pasalnya, pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi seperti yang diamanatkan pada APBN sulit dilakukan. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN 2012, pasal 7 Ayat 4, menyebutkan pengalokasian BBM bersubsidi secara tepat sasaran dilakukan melalui pembatasan konsumsi BBM jenis premium untuk kendaraan roda empat pribadi pada wilayah Jawa-Bali sejak 1 April 2012. Kebijakan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi bagi mobil plat hitam dinilai belum matang dan berbahaya jika dipaksakan untuk berjalan pada April 2012. Hingga kini infrastruktur penyedia BBM non subsidi belum siap, dan masih banyak celah untuk menjual kembali BBM bersubsidi kepada khalayak umum yang akan meningkatkan pasar gelap dan penyelendupan. Oleh karena itu, pemerintah diminta segera mengajukan APBN-P sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mendengarkan masukan-masukan dari komisi VII DPR RI. Setelah diminta mengajukan APBN-P, pemerintah mengajukan dua usulan terkait bahan bakar minyak dalam hal ini solar dan bensin. Yang pertama adalah menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp. 1.500 perliter menjadi Rp. 6.000, yang kedua adalah kenaikan sebesar berapapun harga minyak internasional pemerintah akan memberikan subsidi sebesar Rp. 2.000 perliter.
1
Dari opsi yang ditawarkan pemerintah, anggota komisi VII DPR RI lebih memilih menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp. 1.500 menjadi Rp. 6.000 dan akan diberlakukan 1 April 2012. Kenaikan harga premium dan solar menjadi Rp. 6.000 perliter tidak bisa dihindari karena harga minyak diprediksi terus membengkak. Rata-rata harga minyak Indonesia ICP (Indonesian Crude Price) pada Februari 2012 bahkan menyentuh angka US$ 121,75 per barel, jauh di atas asumsi APBN 2012 yang sebesar US$ 90 per barel. Dari hasil keputusan rapat tersebut memunculkan pro dan kontra di masyarakat, ada yang setuju dengan kenaikan harga, adapula yang tidak. Kebanyakan yang mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak adalah dari pihak pemerintah. Mereka yang mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak menganggap bahan bakar minyak harus dinaikkan karena akan memberatkan APBN dan kalau kenaikan ini tidak dilakukan akan memperburuk kondisi Negara. APBN akan jebol jika harga bahan bakar minyak tidak segera dinaikkan, subsidi untuk bahan bakar minyak akan menjadi 120 trilyun lebih. Hal ini akan memberatkan APBN Negara Indonesia. Mereka yang menolak kenaikan harga menganggap kenaikan harga bahan bakar minyak akan tambah menyengsarakan warga miskin di Indonesia. Kebijakan ini juga dinilai melanggar pasal 7 ayat 6 UU No. 22/2011 tentang APBN 2012, yang menyatakan harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Kenaikan bahan bakar minyak memberikan efek psikologis untuk kenaikan berbagai komoditas di sektor kehidupan lain, diantaranya
2
kenaikan bahan pokok yang akan sangat memberatkan bagi kalangan petani dan nelayan. Langkah lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan efesiensi anggaran-anggaran yang tidak penting dan tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dikalangan masyarakat respon kenaikan harga bahan bakar minyak mulai bermunculan terutama dari kalangan mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan. Mereka mulai menggelar demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di berbagai daerah. Yang paling sering melakukan demo adalah dari kalangan mahasiswa, bahkan setiap hari kita melihat berita baik di media cetak maupun media elektronik meliput kegiatan demo tersebut. Tidak sedikit dari demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak berujung bentrok dengan aparat kepolisian. Peristiwa di atas mulai banyak diberitakan media menjelang akhir bulan Februari 2012, baik media cetak maupun media elektronik. Kedua media ini sangat berperan aktif dalam menyampaikan setiap perkembangan dari peristiwa tersebut. Di antara sekian banyak Koran lokal yang ada di kota Makassar yang rutin
mengikuti
perkembangan
dan
intens
serta
selalu
update
untuk
memberitakannya kepada khalayak dalah Tribun Timur dan Fajar. Kedua Koran ini merupakan Koran lokal yang ada di Sulawesi Selatan. Isu kenaikan harga bahan bakar minyak bahkan beberapa kali menjadi headline dalam pemberitaan media yang bersangkutan. Dalam ilmu komunikasi, media massa adalah sarana atau alat dalam komunikasi massa. Media massa dilihat sebagai alat untuk menyampaikan pesan-
3
pesan kepada sejumlah orang yang tersebar di berbagai tempat. Oleh karena itu, akibat pemberitaan mengenai peristiwa tersebut hampir seluruh lapisan masyarakat mengetahui kejadian itu sesuai apa yang mereka dapat dari media yang mereka gunakan. Permasalahannya, setiap koran kemungkinan memberitakan hal yang sama dengan cara yang berbeda. Cara yang berbeda disini dapat berupa perspektif yang berbeda, penonjolan serta porsi yang berbeda. Diperlukan sebuah upaya yang bermanfaat untuk membantu masyarakat memetakan bingkai-bingkai isu kenaikan harga bahan bakar minyak melalui sebuah teknis analisis tertentu. Setiap pesan yang dibingkai dan dibungkus secara berbeda akan dimaknai dan dipahami secara berbeda pula oleh khalayak. Dalam pemberitaan tersebut tentu ada proses konstruksi terhadap realitas yang ada. Untuk mengetahui proses konstruksi tersebut maka dapat dilakukan beberapa metode, diantaranya ialah analisis wacana, semiotika, dan analisis framing. Analisis framing merupakan metode yang paling sesuai karena dari perspektif komunikasi, analisis ini dipakai untuk menganalisa atau membedah cara-cara atau ideologi media khususnya Tribun Timur dan Fajar saat mengkonstruksi fakta. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis model Robert N. Entman. Robert N. Entman salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi media. Konsep framing media oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Selain elemen framing define problem, diagnose causes, make moral
4
judgement, dan treatment recommendation, dalam model Entman juga dapat dianalisis melalui kata, kalimat, gambar dan citra yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Pemberitaan yang gencar terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak tentunya memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan peristiwa mana yang akan diangkat. Peristiwa yang sama bisa saja diberitakan secara berbeda pula tergantung bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul : Perbandingan Analisis Framing
Headline Harian Tribun Timur dan Fajar Terhadap
Berita Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak pada Bulan Maret-April 2012. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah headline Tribun Timur dan Fajar membingkai pemberitaan kenaikan harga bahan bakar minyak? 2. Bagaimanakah perbandingan framing headline Tribun Timur Dan Fajar terkait berita kenaikan harga bahan bakar minyak? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan Framing headline Tribun Timur dan Fajar dari berita kenaikan harga bahan bakar minyak. 2. Untuk menggambarkan perbandingan framing headline Tribun Timur dan Fajar dari berita kenaikan harga bahan bakar minyak.
5
2. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan referensi dalam pengembangan Ilmu Komunikasi terkait dengan realitas di balik wacana media elektronik, khususnya studi mengenai berita media cetak dalam hal ini adalah framing berita kenaikan harga bahan bakar minyak. 2. Secara Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi mahasiswa, juga bagi jurusan Ilmu Komunikasi. Lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut: 1. Memberi acuan kepada pembaca yang ingin mengetahui Tribun Timur dan Fajar dalam membingkai berita kenaikan harga bahan bakar minyak. 2. Untuk pembuatan skripsi guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin. D. Kerangka Konseptual Marakanya berita tentang kenaikan harga bahan bakar minyak membuat media massa menyoroti isu tersebut, media lokal yang aktif memberitakan kasus tersebut adalah Tribun Timur dan Fajar, bahkan kedua Koran ini mengangkatnya jadi headline. Dari semua pemberitaan itu kita bisa melihat bagaimana media mengemas berita tersebut untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat luas.
6
Untuk mengetahui bagaimana media massa ini mengemas berita tersebut maka peneliti menggunakan analisis framing untuk menjelaskannya, dengan mengamati frame-frame yang dibentuk disetiap pemberitaanya. Media massa pada dasarnya melakukan konstruksi terhadap realitas yang ada. Upaya media massa ialah melakukan perekayasaan sehingga terbentuk realitas yang baru dari realita yang nyata. Dalam pandangan konstruksionis, media massa tidak akan pernah bisa lepas dari pemaknaan realitas. Dalam pandangan konstruksi social (konstruksionisme) berita bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil atau sebenarnya. Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh beterson tahun 1955 (Sobur, 2009:161). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media. Media massa sampai saat ini berpotensi menciptakan hipperrealitas (hiperreality), yakni suatu upaya media dalam melakukan perekayasaan terhadap
7
makna sehingga memungkinkan terjadinya realitas semu di balik sejumlah pemberitaan yang ada. Oleh karena itu, persoalan yang terdapat dalam media tidak bisa bersifat netral. Antonio Gramsci dalam Sobur (2009:30) melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di sisi lain, media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, peristiwa dipahami dalam dalam bentukan tertentu. hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa di maknai dan ditampilkan. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah
8
analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas.(Eriyanto,2005:10) Wacana media massa dalam banyak kasus, terutama pemberitaan media yang berhubungan dengan peristiwa yang melibatkan pihak yang dominan akan selalu disertai penggambaran buruk bagi yang kurang dominan (Sobur 2009:36). Dalam berita kenaikan harga bahan bakar minyak pihak yang menjadi bagian yang kurang dominan merupakan sebuah konstruksi kultural yang dihasilkan dari ideology, karena media dalam memuat suatu berita dan mengemas suatu isu atau peristiwa memiliki kerangka tertentu untuk memahami realitas social. Melalui narasi yang ditampilkan oleh media, bisa menimbulkan arti-arti tertentu mengenai suatu peristiwa, isu maupun pelaku atau aktor. John Hartley (Eriyanto, 2005: 131) menjelaskan bahwa narasi berita hampir mirip dengan sebuah novel atau fiksi, dimana di dalamnya ada pahlawan dan ada pula penjahat. Demikian juga dalam cerita fiksi, pahlawan baru ada kalau ada penjahat, begitupula sebaliknya, penjahat ada pahlawan akan menghentikannya. Untuk melihat bagaimana pemberitaan Tribun Timur dan Fajar terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak, salah satu cara yang bisa digunakan untuk menangkap cara media membangun realitas beritanya ialah dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing adalah sebuah alat atau metode yang dapat digunakan untuk melihat cara media dalam menampilkan sebuah berita untuk khalayak dan sangat tepat untuk melihat keberpihakan, atau kecenderungan sikap politik sebuah media dalam pemberitaannya.
9
Pada dasarnya analisis framing dipahami dan banyak digunakan dalam penelitian sebagai salah satu teknik analisis isi. Tetapi pada perkembangan berikutnya, analisis framing telah berubah menjadi seperangkat teori yang oleh sejumlah pakar komunikasi dipahami sebagai salah satu pendekatan untuk bagaimana domain dibalik teks media mengkonstruksi pesan. Secara metodologi, analisis framing memiliki perbedaan yang sangat menonjol dengan analisis isi (content analysis). Analisis isi dalam studi komunikasi lebih menitikberatkan pada metode penguraian fakta secara kuantitatif dengan mengkategorisasikan isi pesan teks media. Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu muncul; seperti, apa saja yang diberitakan oleh media dalam sebuah peristiwa? Tetapi, dalam analisis framing yang ditekankan adalah bagaimana peristiwa itu dibingkai (Eriyanto 2005:3). Oleh karena itu, dalam menganalisa pemberitaan Tribun Timur dan Fajar terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak, peneliti melihat analisis framing sebagai metode yang tepat dalam melakukan penelitian. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna. Selain itu, metode ini juga dipakai untuk menganalisis isi media agar lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Entmant (Eriyanto, 2005: 163) melihat framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua
10
faktor ini dapat mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya.
Gambar 1.1 Skema Kerangka Konseptual Headline Pemberitaan Tribun Timur dan Fajar terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak
- Define Problems - Diagnose Causes - Make moral judgement - Treatment Recomendation
Analisis Framing Model Robert N. Entman
Hasil Frame headline berita kenaikan harga bahan bakar minyak
Perbandingan frame headline Tribun Timur dan headline Fajar terhadap berita kenaikan harga bahan bakar minyak
11
E. Definisi Operasional -
Analisis Framing ialah salah satu bentuk analisis atau metode pengamatan
media
yang
digunakan
untuk
menggambarkan
dan
mengetahui cara media dalam proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dalam mengkonstruksi realitas. -
Headline ialah berita mengenai kenaikan harga baha bakar minyak yang ada pada halaman satu harian Tribun Timur dan Fajar.
-
Define problems adalah pemaknaan Tribun Timur dan Fajar terhadap berita kenaikan harga bahan bakar minyak.
-
Diagnose causes adalah elemen framing untuk membingkai siapa/apa yang dianggap sebagai aktor atau penyebab dari berita kenaikan harga bahan bakar minyak.
-
Make moral judgement adalah nilai moral yang disajikan untuk menjelaskan masalah kenaikan harga bahan bakar minyak.
-
Treatment
recommendation
adalah
jalan
yang
dipilih
untuk
menyelesaikan masalah dari berita kenaikan harga bahan bakar minyak. -
Berita merupakan hasil akhir dari informasi kejadian atau peristiwa yang telah mengalami proses penyuntingan dari redaksi dan di sampaikan ke publik.
-
Tribun Timur dan Fajar merupakan Koran lokal di wilayah Sulawesi Selatan.
12
F. Metode Penelitian 1. Objek dan Waktu Penelitian Objek penelitian ini adalah media cetak lokal di Sulawesi Selatan, yakni Tribun Timur dan Fajar. Penelitian dikhususkan pada pemberitaan kenaikan harga bahan bakar minyak, Penelitian ini berlangsung dari bulan April 2012 hingga Agustus 2014. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer yang diperoleh melalui pengumpulan data headline berita kenaikan harga bahan bakar minyak dari Tribun Timur dan Fajar. Untuk melengkapi data primer penelitian, maka ditunjang dengan berbagai referensi atau sumber dokumentasi seperti buku-buku, jurnal, laporan penelitian dokumen-dokumen, makalah dan surat kabar serta berbagai informasi dari media online / internet. 3. Populasi dan sampel Penelitian Penelitian ini menggunak metode sampel purposive, dimana peneliti menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu pada harian Tribun Timur dan Fajar. Berita yang dipilih adalah berita yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian ini. Peneliti mengambil headline berita dari bulan Maret sampai April 2012. Peneliti beranggapan pada bulan tersebut diatas, headline berita kenaikan harga bahan bakar minyak gencar diberitakan oleh Tribun Timur dan Fajar.
13
4. Tipe penelitian Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata/gambar dan bukan angka-angka. Hal ini dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. 5. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis framing berdasarkan model Robert Entman. Analisis framing merupakan salah satu cara menganalisis media untuk mengetahui realitas yang dikonstruksi atau dibingkai oleh media. Dalam kaitan dengan permasalahan penelitian ini, analisis framing digunakan untuk mengetahui
14
bagaimana Tribun Timur dan Fajar membingkai headline pemberitaan kenaikan harga bahan bakar minyak. Melalui analisis ini ingin diketahui seperti realitas yang dikonstruksi oleh Tribun Timur dan Fajar dalam menyajikan pemberitaannya mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Seleksi isu
Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluar (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.
Penonjolan
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika
aspek tertentu aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih, dari isu
bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Sumber : Eriyanto, 2005:187
15
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Define Problems
Bagaimana suatu peristiwa /isu dilihat? Sebagai
(pendefinisian masalah)
apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose causes
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa
(Memperkirakan
yang dianggap sebagai penyebab dari suatu
masalah
atau
sumber masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai
masalah)
penyebab masalah?
Make moral judgement
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
(membuat
keputusan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk
moral)
melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment
Penyelesaian
Recommendation
mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan
(Menekankan
dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
apa
yang
ditawarkan
untuk
penyelesaian) Sumber: Eriyanto, 2005: 188 Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame
16
bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Diagone causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian
masalah
yang
sudah
dibuat.
Ketika
masalah
sudah
didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Contoh gerakan mahasiswa, kalau wartawan memaknai demonstrasi mahasiswa sebagai upaya pertahanan diri, dalam teks berita bisa dijumpai serangakaian pilihan moral yang diajukan. Misalnya disebut dalam teks, “mahasiswa adalah kelompok yang tidak mempunyai kepentingan, dan berjuang di garis moral”. Element framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.
17