BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara kaya militer kuat. Dalam penerapan kebijakan tersebut, pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung oleh pemerintah, seperti pabrik senjata, kemudian membangun pertambangan, menyiapkan sarana dan prasarana pos dan telegram, membangun rel kereta api, serta menetapkan mata uang Yen, Sen, dan Rin sebagai sistem keuangan. Pada zaman Meiji pula, terjadi perubahan dalam bidang pendidikan (Toyota&Abe, 1988:50-51). Pada zaman Meiji, terjadi pembaharuan dalam dunia pendidikan yang dipelopori oleh Mori Arimori. Beliau menerapkan pendidikan Rinrisho yang merupakan pendidikan pada konsep pendidikan moral yang mengajarkan hubungan antara diri sendiri dengan orang lain. Kemudian, pemikiran Mori Arimori tersebut diteruskan oleh Fukuzawa Yukichi yang selanjutnya membedakan pendidikan menjadi dua meliputi gakumon (belajar ilmu pengetahuan dari negara Barat) dan kyouiku (pendidikan yang menekankan pada pengembangan individu, peningkatan kemampuan diri atau pendidikan moral). Dalam pendidikan ini, pemerintah menerapkan konsep modernisasi dengan mencanangkan wajib belajar enam tahun. Pemerintah membuat kurikulum pendidikan dan pendidikan moral dengan tujuan
1
2
agar pemerintah dapat menghasilkan sumber daya manusia yang diperlukan untuk kepentingan bangsa dan negaranya dalam bidang teknologi dan sains. Lembaga pendidikan pada awalnya dibagi menjadi tiga, yaitu Hankou, Shijuku, dan Terakoya. Hankou adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan memusatkan pada pengajaran konfusianisme klasik. Shijuku adalah sekolah nonformal yang diselenggarakan oleh tokoh masyarakat dan memusatkan pada
pendidikan
keterampilan,
seperti
keterampilan
menggunakan
senjata,
keterampilan menunggang kuda, dan lain-lain. Terakoya adalah sekolah yang diselenggarakan oleh kaum cendikiawan dan dikhususkan untuk masyarakat biasa yang memusatkan pada pendidikan moral, membaca, menulis, dan sempoa, serta diajarkan pula pendidikan khusus untuk anak perempuan, seperti pelajaran menjahit dan memasak. Pada zaman Shouwa, pembelajaran yang bersifat nasionalistik mulai diterapkan pada pendidikan di sekolah dasar dan kurikulum bertema nasional mulai dimasukkan. Dalam Undang-Undang Dasar di Jepang tahun 1946 pasal 26 disebutkan bahwa pendidikan bagi warga negara Jepang diberikan oleh pemerintah secara cumacuma dan setiap orang tua wajib menyekolahkan anaknya pada usia sekolah. Sistem pendidikan sekolah diselenggarakan selama sembilan tahun, yaitu enam tahun di tingkat sekolah dasar dan tiga tahun di tingkat lanjutan pertama (Madubrangti, 2008:94-100). Sebelum zaman Shouwa yaitu pada zaman Meiji dan zaman Taisho bukubuku pegangan untuk sekolah dasar dan sekolah menengah dapat diperoleh dengan bebas, menjelang tahun 1886 pemerintah mulai meningkatkan pengawasan. Pada
3
zaman Shouwa, akhirnya pemerintah Jepang menetapkan buku pelajaran yang memiliki izin saja yang boleh dipergunakan untuk sekolah dasar dan sekolah menengah, dan selama Perang Dunia II buku-buku pegangan tersebut bersifat nasionalitis dan militeris (Angela: 1988: 31). Pemerintah pusat pun memasok bukubuku secara gratis kepada semua siswa yang terdaftar di sekolah dasar negeri dan swasta, dan sekolah menengah (Sunbori, 1983: 136-138). Mata pelajaran yang diberikan khususnya untuk sekolah dasar adalah aritmatika, sejarah, bahasa Jepang, keterampilan dan moral. Kementerian pendidikan pun menetapkan kurikulum nasional untuk semua sekolah negeri dan swasta. Di bawah sistem tersebut, masingmasing sekolah menetapkan kurikulum sendiri sesuai dengan pertimbangan dan keadaan masyarakat dengan ketentuan undang-undang yang telah ditetapkan. Sesudah Perang Dunia II sistem pendidikan diperbaharui dengan adanya Perancangan Hukum Pendidikan Dasar yang memuat prinsip-prinsip pendidikan dengan dasar antiperang dan demokrasi. Demokratisasi sistem pendidikan sesudah perang diwujudkan melalui sentralisasi pengelolaan pendidikan diubah menjadi desentralisasi, prinsip persamaan kesempatan dalam pendidikan, pemisahan jenis kelamin ditiadakan dan pendidikan campuran dianjurkan, kurikulum pendidikan tidak diawasi oleh Pemerintah seperti awal mula tetapi sejalan dengan tingkat perkembangan dan individualitas siswa, guru diberi kebebasan dalam mengajar dan kebebasan guru-guru dalam mengikuti kegiatan politik, serta pengelolaan Universitas diberi suatu dasar yang sah dalam suatu sistem. Pemerintah Jepang kemudian menjamin pendidikan wajib belajar selama sembilan tahun (enam tahun sekolah dasar
4
dan tiga tahun sekolah menengah pertama) serta pemerintah Jepang memberikan hak setiap warga untuk mendapat pendidikan dan untuk menunjang hal itu sekolah menengah didirikan di seluruh negeri (Angela, 1988: 32-34). Sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa juga dimuat dalam karya sastra, yaitu novel Nijushi no Hitomi yang memiliki unsur-unsur pendidikan yang menonjol. Salah satunya adalah perpaduan sistem pendidikan terakoya dan militer yang diperuntukkan kepada seluruh anak-anak di Jepang. Dengan adanya perpaduan sistem tersebut, baik anak perempuan maupun laki-laki memiliki keahlian keterampilan. Oleh karena itu, sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi menarik untuk diteliti karena dengan sistem pendidikan tersebut memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Jepang. Novel Nijushi No Hitomi memuat kisah tentang pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa pada saat Perang Dunia II yang berakhir dengan kekalahan Jepang. Perang yang terjadi pada masa itu memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia pendidikan dan kehidupan masyarakat pada saat itu. Perang yang terjadi di Jepang tidak memberikan pilihan terhadap anak-anak untuk melanjutkan pendidikan. Anak laki-laki pada saat itu diwajibkan untuk mengikuti pendidikan militer dan mereka akan diturunkan ke medan perang untuk menjadi tentara yang menjaga keutuhan bangsa. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini memilih novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi sebagai objek penelitian khususnya dalam pendekatan sosiologi sastra. Hal ini merujuk pada novel Nijushi No Hitomi yang menceritakan
5
penerapan sistem pendidikan beserta dampak penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi? 2. Bagaimanakah dampak penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi?
1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi bertujuan agar pembaca memperoleh pemahaman tentang sistem pendidikan di Jepang yang terjadi pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi adalah sebagai berikut :
6
1. Mengetahui sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi 2. Mengetahui dampak penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi.
1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penelitian karya sastra, khususnya sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang pada zaman Shouwa yang terkandung dalam sebuah karya sastra. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam menganalisis novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi adalah agar dapat membantu pembaca memahami isi cerita, terutama tentang sistem pendidikan dan dampak penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi.
1.5 Ruang Lingkup Sebuah penelitian memerlukan fokus bahasan agar penelitian yang dilakukan dapat terfokus dan tidak melenceng dari pokok permasalahan yang diteliti. Hal ini
7
dimaksudkan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, sehingga penelitian ini dapat terarah dan terfokus. Penelitian ini difokuskan pada pembahasan penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dan dampak penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dalam novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi yang diterbitkan pada tahun 1952.
1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah teks asli novel Nijushi No Hitomi karya Sakae Tsuboi. Novel ini diterbitkan oleh Kobunsha Co., Ltd. di Tokyo dengan tebal 286 halaman yang diterbitkan pada tahun 1952. Selain itu, data sekunder yang digunakan, yaitu buku-buku serta jurnal mengenai sistem pendidikan di Jepang.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, serta metode dan teknik penyajian hasil analisis data. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data yang secara khusus meneliti teks baik lama maupun modern (Ratna, 2006: 39) dengan teknik catat. Dalam hal ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca sumber data, yaitu novel Nijushi
8
no Hitomi. Setelah itu data yang telah ditemukan dicatat, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan rumusan masalah yang terkait yaitu penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dan dampak dari penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode penganalisisan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode dialetik (hubungan timbal balik), yaitu analisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra yang terkandung dalam karya sastra yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah menganalisis sistem pendidikan pada zaman Shouwa di Jepang dan dampak penerapan sistem pendidikan pada zaman Shouwa di Jepang yang terkandung dalam karya sastra yang diteliti, kemudian menganalisis sistem pendidikan dan dampak dari sistem pendidikan pada zaman Shouwa di Jepang, setelah itu hasil analisis akan digabungkan sehingga terhubung dengan fakta fiksi yang terdapat dalam karya sastra dan fakta yang ada dalam masyarakat (Sangidu, 2005: 28-29). 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah data dianalisis, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah penyajian hasil analisis data. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode informal, yang berarti penyajian hasil analisis melalui kata-kata, bukan dalam bentuk angka, bagan, atau statistik (Ratna, 2006: 50). Teknik penyajian hasil analisis data dilakukan dengan memaparkan fakta-fakta berupa kutipan-kutipan dari data yang
9
telah dianalisis sebelumnya, yaitu mengenai penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa dan dampak dari penerapan sistem pendidikan di Jepang pada zaman Shouwa yang terdapat dalam novel Nijushi no Hitomi karya Sakae Tsuboi.