I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan pertanian berkaitan secara langsung dan tidak langsung
dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani dan upaya menanggulangi kemiskinan khususnya di pedesaan. Penyuluhan dapat menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Agar petani dapat melakukan praktek-praktek yang mendukung usahatani maka petani membutuhkan informasi inovasi di bidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara lain dari penyuluh melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi petani yang selalu berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut (Kartasapoetra,1994). Penyuluh Pertanian merupakan mitra sekaligus guru bagi petani dalam mengelola usahataninya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/Menpan/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya bahwa tugas pokok penyuluh pertanian melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian, pengembangan profesi dan penunjang kegiatan penyuluhan pertanian dalam upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani (Amelia, 2010).
1
2
Tugas pokok seorang penyuluh melakukan bimbingan langsung kepada petani terhadap segala macam kegiatan petani baik secara administratif maupun kegiatan petani di lapangan. Seorang penyuluh berkewajiban memberikan informasi kepada petani mengenai segala macam kegiatan pertanian secara langsung guna mempercepat dan mempermudah penyampaian informasi kepada petani. Dalam kaitan ini, petani dengan penyuluh dapat bertukar pikiran secara langsung mengenai permasalahan yang dihadapi petani. Komunikasi yang efektif antara petani dengan penyuluh akan tercipta, sehingga petani semakin mudah dapat memahami dan menyerap materi yang disampaiakan oleh penyuluh (Departemen Pertanian, 2010). Bimbingan langsung antara petani dengan penyuluh akan membuat petani lebih mengerti dan semangat untuk mempraktekkan secara langsung terhadap materi yang diberikan, maka petani pun lebih mudah memahami karena menerapkannya secara langsung inovasi yang diberikan. Tanpa adanya praktek langsung, petani tidak akan mudah mengerti apa yang diberikan oleh penyuluh. Disinilah pentingnya bimbingan langsung di lapangan dan prakteknya. Semakin tinggi tingkat adopsi inovasi oleh petani maka keberhasilan kinerja penyuluhan yang dilakukan semakin tinggi pula. Tinggi rendahnya keberhasilan kinerja seorang penyuluh dapat dipengaruhi oleh kualitas layanan yang diberikan oleh penyuluh. Semakin tinggi kualitas layanan penyuluh maka semakin tinggi tingkat kinerja penyuluh, dan sebaliknya jika kualitas layanan penyuluh rendah maka tingkat kinerja penyuluh akan dianggap rendah (Parasuraman, 1985).
3
Pelaksanaan tugas penyuluh pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kemampuan (ability) penyuluh pertanian yang terdiri atas kemampuan potensi (IQ) dan pendidikannya, faktor motivasi, yaitu motivasi yang terbentuk dari sikap (attitude) seseorang dalam menghadapi situasi kerja yang dapat menggerakkan pegawai agar terarah untuk mencapai tujuan kerja, sarana dan prasarana, budaya kerja (workplace culture) yang membentuk kebiasaan pegawai ditempat tugas dan menjadi sikap yang tercermin dalam perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Amelia, 2010). Upaya pemberdayaan kelembagaan petani memerlukan reorientasi pemahaman dan tindakan bagi para fasilitator perubahan selaku agen perubahan (change agent) dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Keterlibatan fasilitator pembangunan yang memiliki kemampuan komunikasi yang sepadan merupakan salah satu kunci keberhasilan proses diseminasi dan alih teknologi pertanian. Proses diseminasi teknologi akan berjalan lebih mulus bila disertai dengan pemahaman dan pemanfaatan potensi elemen-elemen kelembagaan dan status petani dalam suatu proses alih teknologi atau diseminasi teknologi baru (Kedi, 2008). Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian diharapkan dapat mengarahkan pembangunan pertanian di lapangan
dengan
mendorong pelaku utama pembangunan pertanian (petani dan
pelaku usaha
pertanian
kesejahteraan
lainnya)
untuk
meningkatkan
pendapatan
dan
keluarganya. Besarnya peranan penyuluh dalam melakukan pengembangan kelompok tani secara fisik tercermin melalui tingkat perkembangan usahatani yang ditekuni petani tersebut, sedangkan secara psikologis tercermin melalui
4
pandangan/persepsi petani terhadap peran penyuluh tersebut. Besarnya peran penyuluh akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh. Maka dari itu penyuluh haruslah tahu sebagaimana persepsi petani, agar nantinya penyuluh bisa melakukan tindakan sesuai kebutuhan petani (Daud, 2013). Kompetensi penyuluh pertanian diuraikan pada tugas pokok dan fungsi seorang penyuluh dalam membantu petani mengembangkan usahataninya, karena kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki penyuluh, baik kompetensi teknis maupun kompetensi manajerial. Kompetensi penyuluh pertanian perlu didukung dengan kemampuan intelektual (cognitif), kemampuan yang berkaitan dengan kejiwaan (affectif) dan kemampuan gerak fisik (psychomotoric). Adanya kompetensi seorang penyuluh diharapkan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dalam menyelenggarakan penyuluhan pertanian, serta nantinya dapat diaplikasikan dan dijadikan model percontohan untuk PPL lain di wilayah binaannya sehingga keberhasilan program yang diemban oleh PPL dalam memberdayakan petani dapat tercapai (Ikbal, 2009). Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang penyuluh dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya, merupakan prilaku yang nyata ditampilkan setiap penyuluh sebagai prestasi kerja yang dihasilkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan yang dipangkunya
(Mathis,
2005).
Perlu
diketahui
kinerja
penyuluh
dalam
memberdayakan petani yang diperagakan penyuluh sebagai kewajibannya
5
mengemban tugas-tugas pemberdayaan yang diamanahkan kepadanya, yang di ukur dari persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL. Persepsi merupakan pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasionalnya dan suatu inovasi akan diadopsi oleh petani apabila petani mempunyai persepsi yang baik terhadap inovasi tersebut (Rina, 2010). Baik ataupun buruk kinerja PPL di lapangan akan diketahui jika diketahui bagaimana persepsi petani terhadap kualitas layanannya. Persepsi petani tersebut sangat penting diketahui karena merupakan tolak ukur keberhasilan kinerja PPL dalam melaksanakan tugasnya di lapangan dan juga sebagai masukan kepada PPL agar bisa memperbaiki kualitas layanannya terhadap berbagai kebutuhan petani. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik mengambil penelitian tentang persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan
dikaji sebagai berikut. 1. Bagaimana persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan? 2. Apa kendala yang dihadapi PPL dalam melaksanakan tugasnya pada Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan?
6
1.3
Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. 2. Untuk menganalisis kendala yang dihadapi PPL dalam melaksanakan tugasnya pada Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. 1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagi PPL yang bertugas di wilayah kerja Desa Belimbing, diharapkan dapat memberikan pandangan/saran-saran yang bermanfaat mengenai persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL. 2. Bagi khasanah ilmu pengetahuan dapat bermanfaat untuk menerapkan teoriteori dan konsep-konsep ilmu sosial ekonomi pertanian yang adaa relevansinya dengan masalah penelitiaan yang dirumuskan, sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan disiplin ilmu penyuluhan dan komunikasi pada khususnya. 3. Bagi mahasiswa, untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan, dengan apa yang dialami pada kehidupan nyata di lapangan. 4. Masukan pada peneliti lain yang mengadakan penelitian serupa di daerah yang sama maupun pada daerah yang berbeda.
7
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang dibatasi pada persepsi petani
terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Persepsi petani yang dilihat dari dimensi kualitas layanan yang terdiri atas : (1) kehandalan (reliability), (2) kesigapan (responsiveness), (3) kepastian (assurance), (4) empati (emphaty), dan (5) bukti fisik (tangible). Kendala-kendala penyuluh pertanian dilihat dari : (1) aspek sosial, (2) ekonomi, dan (3) teknis.