BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan lapangan pekerjaan sehingga memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan yang merata di setiap daerah. Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah. Proses industrialisasi diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui suatu perantara untuk menuju proses pembangunan yang lebih baik dan
memperluas kesempatan kerja. Pembangunan industri
merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai pembangunan saja (Sadono, 2000). Dalam pembangunan ekonomi suatu negara pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan faktor penghambat
dalam tingkat
keberhasilan pembangunan, dimana pertumbuhan penduduk sering sekali diiringi dengan pertambahan jumlah angkatan kerja, tetapi tingginya jumlah angkatan kerja ini tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia, sehingga hal ini dapat mengakibatkan terciptanya pengangguran. Sejalan
dengan pernyataan tersebut peran sektor industri semakin penting dalam peningkatan perekonomian. Berkembangnya
industri
di
berbagai
sektor
mendukung laju
pertumbuhan industri, sehingga menyebabkan meluasnya peluang kerja yang dapat meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli), menurunkan tingkat pengangguran, serta mampu mengentaskan kemiskinan yang merupakan permasalahan dasar dalam pertumbuhan perekonomian. Setiap daerah diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal untuk mendukung berkembangnya sektor industri . Peranan industri, yaitu industri pengolahan sangatlah penting dalam perekonomian nasional maupun penyerapan tenaga kerja, tidak hanya industriindustri besar namun juga industri kecil. Industri kecil dapat menampung tenaga kerja yang tidak terserap dan tersisihkan dari persaingan kerja, karena umumnya industri kecil tidak membutuhkan banyak klasifikasi untuk tenaga kerjanya. Keberadaan industri kecil mempunyai andil yang besar dalam memperkokoh struktur industri di Indonesia terutama berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan. Komponen utama dalam pengembangan ekonomi lokal berasal dari industri kecil, karena industri kecil termasuk sektor informal yang tidak memerlukan persyaratan khusus (seperti pendidikan tinggi) sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
Menurut Thoha, dkk (1998:22) industri kecil diharapkan mempunyai peranan yang semakin penting dalam perekonomian nasional, baik dalam produksi, ekspor maupun penyerapan tenaga kerja. Sehingga industri kecil umumnya bersifat padat karya yang mana lebih banyak menggunakan tenaga kerja manusia daripada mesin-mesin, sehingga dapat membuka kesempatan kerja dan lebih banyak menyerap tenaga kerja. Industri kecil sendiri adalah kegiatan produksi dalam skala kecil yang umumnya dikerjakan di rumah-rumah dengan modal yang terbatas dan menggunakan teknologi yang sederhana. Menurut Kuncoro (1997) dalam Setiyadi (2008) industri kecil tidak berbadan hukum dan akses terhadap lembaga kredit formal yang rendah. Meskipun dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, industri kecil yang mana umumnya bergerak di sektor informal memiliki peran yang penting dalam perekonomian nasional. Beralihnya masyarakat ke sektor ini akan mengindikasikan terjadinya pergeseran pola ekonomi dari sektor formal menuju sektor informal untuk menyesuaikan adanya transisi ekonomi (Chen et al, 1999) Usaha pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan industri kecil dilakukan dengan melakukan pembinaan. Pembinaan pada industri kecil menggunakan strategi yang menyasar sentra-sentra kecil, karena mengingat industri kecil pada umumnya cenderung berkelompok dan menggunakan teknologi yang sederhana bahkan masih ada yang secara tradisional namun tetap banyak menyerap tenaga kerja. Kontribusi industri kecil terhadap kegiatan ekonomi
nasional
cukup
penting
dalam
menciptakan
kesempatan
kerja,mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas nasional (Bakce,2008:247). Di Bali cukup banyak sektor-sektor ekonomi yang berkembang pesat. Sektor ekonomi yang berkembang pesat di Bali tentunya sektor pariwisata. Selain sektor pariwisata, terdapat berbagai macam sektor ekonomi yang berkembang dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali, salah satunya adalah sektor industri. Sektor industri dalam prosesnya menggunakan berbagai input baik dari sektor pertanian ,pariwisata serta sektor jasa-jasa. Keterkaitan antara sektor satu dengan sektor lainnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Purnomo dkk, 2008:139). Produk-produk pada sektor industri selalu memiliki nilai tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan dibandingkan produk-produk pada sektor lain. Hal ini karena produk industri memiliki beragam variasi serta memiliki margin yang tinggi pada pemakainya. Melihat kelebihan-kelebihan tersebut maka industri dapat dikatakan sebagai sektor unggulan yang dapat mengatasi permasalahan perekonomian suatu daerah. Sektor industri baik itu industri besar, sedang, kecil ini memberikan kontribusi terhadap PDRB. Dimana ini memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap perekonomian di Bali serta berpengaruh terhadap PDRB di setiap Kabupatennya. Hal ini dapat dilihat dari data PDRB Bali atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha pada tahun 2009-2013 pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 20092013 (dalam Juta Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total PDRB
2009
2010
2011
2012
2013
11.326.122 387.916
12.098.703 471.151
12.737.168 544.960
14.136.970 660.010
15.902.860 758.205
5.588.427
6.151.814
6.606.301
7.470.929
8.241.758
1.163.778
1.263.308
1.429.611
1.703.888
1.970.756
2.760.100 17.868.607
3.033.986 20.196.293
3.440.423 22.702.063
4.351.426 25.373.039
4.862.732 28.259.736
8.194.713
9.683.288
10.688.612
12.299.191
13.476.642
4.234.063
4.619.316
5.023.886
5.663.392
6.371.557
8.768.508 60.292.239
9.676.373 67.194.237
10.856.771 74.029.799
12.284.484 83.943.332
14.711.523 94.555.773
Sumber : Bali Dalam Angka BPS Provinsi Bali 2013 Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa pada Tahun 2009 nilai sektor industri terhadap PDRB Bali adalah sebesar Rp.5.588.427 juta. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya, hingga pada tahun 2013 jumlah nilai PDRB Bali terhadap sektor industri mencapai 8.241.758. Hal ini menunjukan bahwa laju PDRB Kota
Denpasar terus berkembang dan produk yang dihasilkan setiap tahunnya terus bertambah.
Tabel 1.2 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kab/Kota di Provinsi Bali Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 20092013 (dalam persen) Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
2012
Jembrana 7.47 7.78 7.70 7.50 Tabanan 6.84 6.97 6.83 6.95 Badung 2.31 2.39 2.39 2.28 Gianyar 18.82 19.04 18.57 18.58 Klungkung 10.11 10.40 10.24 9.89 Bangli 8.96 8.86 8.52 8.28 Karangasem 6.79 6.36 6.91 6.44 Buleleng 9.88 10.00 9.77 9.48 Denpasar 11.77 11.48 11.03 10.76 Sumber : Bali Dalam Angka BPS Provinsi Bali 2013
2013 7.21 6.56 2.33 18.11 9.81 7.84 6.18 9.21 10.46
Ratarata 7.53 6.83 2.34 18.62 10.09 8.49 6.63 9.67 11.10
Tabel 1.2 dapat dilihat kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Bali berdasarkan kabupaten/kota terbesar diberikan oleh Kabupaten Gianyar. Pada urutan kedua adalah kota Denpasar dengan kontribusi tertinggi sebesar 11,77% pada tahun 2009. Industri furniture merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian khususnya dalam memberikan kontribusi dalam penciptaan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat Bali. Pada umumya industri furniture memproduksi berbagai macam perabotan rumah tangga seperti kursi, meja, lemari. Furniture juga dapat dibuat dari berbagai jenis bahan baku berupa kayu, plastik, logam, rotan dan lainnya. Perkembangan industri furniture di Bali sangat dibutuhkan untuk menunjang sektor pariwisata, dimana produk industri furniture digunakan untuk memenuhi perabotan di hotel-hotel maupun restoran. Tidak hanya untuk sektor pariwisata saja tetapi
juga dibutuhkan oleh masyarakat luas untuk melengkapi perabotan rumah tangga. Furniture merupakan benda yang tidak hanya sebagai aksesoris ataupun pajangan di rumah tetapi dapat digunakan sebagai pelengkap aktifitas penghuni rumah. Jika dilihat dari beragam jenis furniture yang dihasilkan oleh industri furniture yang ada di Kota Denpasar, jenis furniture yang terlihat familiar serta yang paling banyak diproduksi adalah kursi dan meja yang berbahan kayu, karena jenis furniture ini sangat dibutuhkan untuk menunjang aktifitas seharihari. Berikut pada Tabel 1.3 disajikan data jumlah unit usaha dan tenaga kerja pada industri furniture di Provinsi Bali menurut Kabupaten/Kota tahun 2014. Tabel 1.3 Jumlah Unit Usaha (unit) dan Tenaga Kerja (orang) Industri Furniture Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kabupaten/Kota Unit Usaha Tenaga Kerja Klungkung 12 124 Badung 55 434 Denpasar 163 1150 Gianyar 34 375 Jembrana 70 587 Karangasem 29 121 Tabanan 14 142 Bangli 17 63 Buleleng 19 77 Bali 413 3073 Sumber : Disperindag Provinsi Bali Tahun 2013 Tabel 1.3 menunjukan bahwa jumlah industri dan penyerapan tenaga pada industri furniture di Kota Denpasar paling banyak dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu 163 unit usaha dan 1150 tenaga kerja, hal ini karena kota denpasar merupakan pusat industri dan perdagangan.
Tabel. 1.4 Penyebaran Industri Furniture Menurut Kecamatan di Kota Denpasar tahun 2014 No
Kecamatan
Unit Usaha
1 2 3 4
Denpasar Utara Denpasar Timur Denpasar Selatan Denpasar Barat Total Sumber : Disperindag Kota Denpasar tahun 2013
24 28 42 69 163
Tenaga Kerja 130 177 287 556 1150
Pada Tabel 1.4 menunjukan penyebaran industri furniture pada setiap kecamatan yang ada di kota Denpasar. Industri furniture paling banyak terdapat pada kecamatan Denpasar Barat dengan jumlah unit usaha 69 unit dan jumlah tenaga kerja 556 orang. Urutan kedua yaitu Denpasar Selatan dengan jumlah unit usaha 42 unit dan tenaga kerja 287 orang. Di urutan ketiga yaitu Denpasar Timur dengan jumlah unit usaha 28 unit dan jumlah tenaga kerja 177 orang dan yang terakhir Denpasar Utara dengan jumlah unit usaha 24 unit dan tenaga kerja 130 orang. Perkembangan industri furniture dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.5 Tabel 1.5 Perkembangan Industri Furniture di Kota Denpasar Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013
Jumlah Industri (unit) 147 157 158 160
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1010 1096 1098 1104
2014 163 Sumber : Disperindag Kota Denpasar tahun 2013
1150
Pada Tabel 1.5 menunjukan perkembangan industri furniture selama 5 tahun terhitung dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja dimana peningkatan unit usaha tertinggi terjadi pada tahun 2010 ke 2011 yaitu dari 147 unit menjadi 157 unit. Pertumbuhan industri furniture di kota Denpasar cukup potensial dimana dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja. Tetapi walaupun terjadi peningkatan jumlah unit usaha dari tahun ke tahun namun pertumbuhan jumlah unit usahanya sedikit, hal ini dikarenakan pengembangan industri furniture belum optimal mengingat permasalahan yang dihadapi oleh industri furniture demikian kompleks dan luas yang dipengaruhi oleh variabelvariabel seperti modal dan teknologi yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan industri furniture dalam menyerap tenaga kerja yang maksimal guna mencapai efisiensi usaha. Menurut Subijanto (2001:96), menentukan jumlah tenaga kerja yang optimal merupakan tugas yang sulit bagi manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena apabila tenaga kerja yang digunakan terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menimbulkan kerugian. Pengaturan ketenagakerjaan juga memerlukan sikap kehati-hatian, karena perusahaan tidak begitu saja bisa melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa adanya alasan yang kuat. Sebaliknya tidak mudah pula merekrut tenaga kerja baru yang langsung siap pakai bila menghadapi jumlah pesanan yang meningkat tajam. Industri
furniture sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh setiap unit usaha. Diharapkan ketika pertumbuhan industri furniture meningkat maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Dilihat dari sisi hubungan dari variabel yang digunakan seperti modal terhadap penyerapan tenaga kerja adalah modal merupakan seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja, sedangkan tenaga kerja adalah jumlah orang yang digunakan untuk bekerja. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat saling mengganti. Menurut Esra dan Apriweni (2002), dalam pengelolaan modal kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya, semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien. Haryani (2002) menjelaskan bahwa pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan maka permintaan tenaga kerjanya juga akan semakin besar. Hubungan teknologi dengan penyerapan tenaga kerja dimana saat industri mempunyai teknologi yang modern dan canggih dalam usahanya maka tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit karena teknologi dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak mampu di lakukan oleh pekerjaan manusia dan sebaliknya. Peranan teknologi pada efisiensi usaha adalah berkurangnya tingkat kesalahan atau error yang dilakukan oleh tenaga kerja. Meskipun individu yang
dibutuhkan dengan menerapkan teknologi pada suatu proses produksi tergolong cukup mahal, namun perusahaan akan dapat memperoleh efisiensi usaha yang dapat dilihat dari perbandingan laba dan modal yang diinvestasikan. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Teknologi yang lebih modern diharapkan nantinya mampu mengahsilkan barang yang lebih banyak dan lebih efektif atau efisien (Irawan & Suparmoko 1983:121). Berdasarkan hal itu diharapkan dengan penggunaan teknologi yang lebih modern akan membuat hasil dari produksi industri furniture memiliki kualitas yang lebih baik dan menghasilkan output yang banyak. Penyerapan tenaga kerja pada suatu perusahaan atau industri akan meningkat apabila jumlah output yang diproduksi semakin besar dengan menggunakan input yang sedikit sehingga dapat mengurangi biaya produksi yang pada akhirnya akan semakin besar pula permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain apabila output yang dihasilkan banyak, dimana permintaan akan barang tersebut akan meningkat, hal ini akan mendorong pertambahan jumlah output yang diproduksi dan pada akhirnya menambah permintaan akan tenaga kerja. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adapun beberapa
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pengaruh
langsung
modal
dan
teknologi
terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industri furniture di Kota Denpasar? 2.
Bagaimana pengaruh langsung modal, teknologi dan penyerapan tenaga kerja terhadap efisiensi usaha pada industri furniture di Kota Denpasar?
3.
Bagaimana pengaruh tidak langsung modal dan teknologi terhadap efisiensi usaha melalui penyerapan tenaga kerja pada industri furniture di Kota Denpasar?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini yaitu: 1.
Untuk menganalisis pengaruh langsung modal dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri furniture di Kota Denpasar.
2.
Untuk
menganalisis
pengaruh
langsung
modal,
teknologi
dan
penyerapan tenaga kerja terhadap efisiensi usaha pada industri furniture di Kota Denpasar. 3.
Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung modal dan teknologi terhadap efisiensi usaha melalui penyerapan tenaga kerja pada industri furniture di Kota Denpasar
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Kegunaan Teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual mengenai berbagai pertimbangan
pada industri furniture dalam mencapai efisiensi usaha dan mampu meningkatan taraf hidup melalui penyerapan tenaga kerja pada industri furniture yang ada di Kota Denpasar maupun daerah lainnya. 2.
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para pengusaha
furniture
untuk
lebih
bisa
mengembangkan
dan
membandingkan antara penggunaan modal dan tenaga kerja untuk proses produksi yang efisien. 1.5
Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab
secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II
: Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai teori pertumbuhan ekonomi, teori ketenagakerjaan, konsep industri, industri kecil, industri furniture, teori penyerapan tenaga kerja, konsep modal,
teknologi, teori efisiensi serta hubungan-hubungan antara variabel. Bab III
: Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab IV
: Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V
: Simpulan dan Saran Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan.