BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penelitian Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh
seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usahausaha pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan. Melihat pembangunan ekonomi Indonesia sejak Pelita I dimulai pada akhir tahun 1970-an hingga krisis ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 1997 / awal tahun 1998, dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro. Dua diantaranya yang umumnya digunakan adalah tingkat Pendapatan Nasional per Kapita dan laju pertumbuhan PDB per tahun. Selama periode 1993 – 1995, rata-rata pertumbuhan per tahun antara 7,3 hingga 8,2 persen, yang membuat Indonesia termasuk negara di ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi. Dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi ini, rata-rata Pendapatan Nasional per kapita naik pesat setiap tahun, yang pada tahun 1993 sudah melewati angka US$ 800. Tetapi, akibat krisis, Pendapatan Nasional per
1 Universitas Sumatera Utara
kapita menurun drastis menjadi US$ 640 pada tahun 1998 dan US$ 580 pada tahun 1999. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan
ekonomi)
dalam
suatu
wilayah
tersebut
guna
meningkatkan Pendapatan Nasional per kapita. Konsep pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Namun akibat dari Pendapatan Nasional yang menurun drastis mengakibatkan turunnya kemampuan belanja (purchasing power) masyarakat dan lesunya kegiatan-kegiatan ekonomi domestik yang membuat menurunnya jumlah Agregat Demand, yang terdiri dari final demand dari masyarakat dan Intermediate demand dari sektor-sektor ekonomi (termasuk industri itu sendiri) terhadap produk-produk manufaktur. Sedangkan, dampaknya melalui sisi Agregat Supply terutama karena tingginya suku bunga pinjaman, terbatasnya kredit dari bank, mahalnya bahan-bahan baku impor, dan akibat ditolaknya Letter of Credit (L/C) yang dikeluarkan oleh bank-bank nasional oleh bank-bank di luar negeri. Semua
2 Universitas Sumatera Utara
ini membuat banyak perusahaan-perusahaan di sektor industri terpaksa menghentikan seluruh atau sebagian dari kegiatan produksi mereka. Untuk membangkitkan kembali sektor ini diperlukan penanganan yang cukup serius. Penerapan sistem aglomerasi merupakan salah satu alternatif yang sangat baik dan dinilai cukup sukses. Malaysia telah berhasil menjauh dari ketergantungan berat pada komoditas primer melalui pelaksanaan langkah-langkah kebijakan nasional kunci dan adopsi 'multi-sektor aglomerasi' strategi pembangunan. Ini adalah diversifikasi sektor manufaktur di Malaysia selama beberapa dekade. Ini menekankan 'mode aglomerasi' dalam mengembangkan manufaktur, sebelum memilih beberapa tempat industri. Ini telah membawa tiga gelombang utama diversifikasi ekonomi: pertama, diversifikasi horizontal dengan pergeseran dari komoditas primer ke sumber-sumber lain dari pertumbuhan seperti sektor manufaktur dan jasa; kedua, diversifikasi vertikal di mana perekonomian bergerak ke atas rantai nilai berbasis komoditas dari hulu ke hilir dengan tinggi nilai tambah; dan ketiga, lokasional, dengan menciptakan aktivitas manufaktur lebih koridor tersebar daripada terkonsentrasi pada lokasi terpusat. (M. Rizwan, dkk; 2014). Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi industrialisasi merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah. Perkembangan dan pertumbuhan secara sektoral menjadikan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang merupakan sektor berkontribusi besar hampir diimbangi dengan sektor industri pengolahan. Seiring dengan berkembang pesatnya industrialisasi serta didukung kebijakan dari pemerintah dalam mempermudah masuknya modal
3 Universitas Sumatera Utara
asing ke Indonesia maka sektor manufaktur ini mengalami peningkatan dan menjadi salah satu fokus dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah mulai masuk ke Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya. Industri manufaktur cenderung berlokasi di dalam dan disekitar kota, termasuk juga kota Medan. Kecenderungan konsentrasi ini juga didukung oleh penelitian Novalliansyah (2002) dengan kesimpulan hasil studinya bahwa daerah – daerah industri utama wilayah aglomerasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kota Medan. Tak hanya di kota Medan, namun juga kabupaten Deli Serdang. Fakta ini diperkuat dari peranan Deli Serdang terhadap perekonomian Sumatera Utara dengan tingkat pertumbuhan PDRB Deli Serdang yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Sumatera Utara melalui tabel berikut: Tabel 1.1 Perbandingan PDRB Kabupaten Deli Serdang Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 Deli Serdang Sumatera Utara Besaran PDRB Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
ADHB (Milyar Rp)
ADHK (Milyar Rp)
34.172,4 8 39.804,2 8 45.125,8 3 50.674,7 3 59.862,7 5
13.698,0 6 14.516,7 3 15.389,0 1 16.322,0 4 18.109,8 0
Besaran PDRB Pertumbuhan (%)
ADHB (Milyar Rp)
ADHK (Milyar Rp)
5,42
236.353,62
5,98
275.056,51
6,01
314.372,44
6,06
351.091,36
12,79
403.933,05
111.559,2 2 118.718,9 0 126.587,6 2 134.450,4 4 142.537,2 2
Pertumbuhan
(%) 5,07 6,42 6,63 6,21 6,01
Sumber : BPS Deli Serdang
4 Universitas Sumatera Utara
Keunggulan PDRB Deli Serdang ini diperoleh dari kontribusi 17 kategori lapangan usaha yg ada di daerah Deli Serdang. Keberadaan Kabupaten Deli Serdang yang mengelilingi Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara dengan berbagai fasilitas infrastruktur perhubungan baik darat, laut dan udara menjadikan daerah ini sebagai daerah utama pengembangan sektor industri (BPS Deli Serdang, 2014). Selain dari perbandingan PDRB Kabupaten Deli Serdang terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara. Dalam tabel berikut ini terdapat beberapa keunggulan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang dibandingkan denagn Provinsi Sumatera Utara: Tabel 1.2 Keunggulan Yang Terdapat Di Kabupaten Deli Serdang Dan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Kategori Kategori Deli Serdang Sumatera Utara Kondisi Alam Kondisi tanah yang subur (khas) dan Kurangnya tanah subur sumber mata air yang masih banyak dan sulitnya menemukan di dapat di setiap kecamatan serta mata air masih banyaknya pohon-pohon besar untuk pembuatan produk berbahan kayu Masyarakat Memiliki kerajinan khusus yakni Masih jarang dijumpai pembuatan guci, pengembangbiakan pembuat kerajinan tangan tanaman hias, ukiran jepara, dan untuk produk padat karya pembuatan patung hias Wilayah Kondisi wilayah ini dekat dengan Merupakan pusat pasar pangsa pasar yang besar, yakni Kota yang jauh dari sumber Medan dan Lubuk Pakam bahan baku produksi Aksesibilitas Aksesibilitas wilayah ini semakin Aksesibilitas yang ada meningkat baik darat dengan masih hanya dekat infrastruktur yang baik, laut dekat dengan pelabuhan dengan pelabuhan Belawan, maupun Belawan udara yang sekarang telah dibangun bandara Kuala Namu Konsentrasi Wilayah ini lebih berkonsentrasi Lebih banyak pada kegiatan kerajinan dan olahan berkonsentrasi pada kegiatan pasar
5 Universitas Sumatera Utara
Struktur lapangan usaha masyarakat Deli Serdang didominasi dari lapangan usaha industri pengolahan dan disusul Perdagangan, Hotel dan Restoran terlihat dari distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang atas dasar harga berlaku seperti yang terlihat pada tabel 1.2 dibawah: Tabel 1.3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2013 (Persen) Lapangan Usaha Pertanian
2009
2011
2012r
2013*
11,30
11,71
11,77
11,15
Pertambangan 0,90 dan Penggalian Industri 49,75 Pengolahan
0,93
0,95
0,96
0,89
49,41
49,10
48,50
45,98
Listrik, Gas dan Air Minum
0,21
0,20
0,20
0,20
0,20
Bangunan
2,17
2,22
2,35
2,48
2,47
Perdagangan, Hotel dan Restoran
21,15
21,03
20,68
21,09
20,55
Angkutan dan 1,58 Komunikasi
1,52
1,51
1,52
6,04
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
2,40
2,39
2,42
2,48
2,41
Jasa-jasa
11,24
11,00
11,06
11,01
10,32
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
PDRB
10,60
2010
Sumber : BPS Deli Serdang r) Angka Perbaikan * ) Angka Sementara
6 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 1.2 sektor lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB di Kabupaten Deli Serdang ialah sektor industri pengolahan. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan industri pengolahan untuk mendirikan pengolahannya secara berdekatan secara regional. Hal ini lah yang dapat dipahami secara sederhana sebagai pengertian aglomerasi (Montgomery dalam Kuncoro, 2002). Dan ini mengakibatkan banyaknya terserap tenaga kerja baik yang disekitar kawasan aglomerasi industri tersebut maupun yang jauh dari kawasan aglomerasi industri. Dan berkaitan dengan terserapnya tenaga kerja maka akan dihasilkan produksi barang yang maksimal juga. Aglomerasi yang muncul tersebut dikarenakan pangsa pasar yang menjadi tujuan dekat dengan pasar besar yaitu Kota Medan dan sekitarnya juga Lubuk Pakam dan sekitarnya dan kenyamanan dalam infrastruktur sehingga dapat menghemat biaya transportasi. Keuntungan aglomerasi diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan wilayah, namun disisi lain aglomerasi juga menimbulkan dampak negatif yaitu padatnya penduduk di suatu kota karena akibat berpindahnya penduduk desa ke kota (urbanisasi) yang mencari pekerjaan pada sektor industri. Berdasarkan data dan uraian tersebut diatas mengenai pengaruh aglomerasi industri manufaktur, jumlah tenaga kerja dan
produktivitas terhadap
Serdang
laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli
untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam mengatasi laju
pertumbuhan ekonomi yang secara rata-rata menurun, maka penelitian ini bermaksud untuk menganalisa kondisi tersebut, dengan mengambil judul
7 Universitas Sumatera Utara
penelitian “Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah tingkat dari sektor wilayah aglomerasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang? 2. Apakah produktivitas dan tenaga kerja pada wilayah aglomerasi Kabupaten Deli Serdang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Deli Serdang? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat aglomerasi industri pengolahan di Kabupaten Deli Serdang dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui tingkat produktivitas dan lapangan kerja dari wilayah aglomerasi aglomerasi Kabupaten Deli Serdang dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. 3. Untuk mengetahui keunggulan komparatif dan potensi di Kabupaten Deli Serdang.
8 Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh aglomerasi industri, tenaga kerja dan produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Deli Serdang. 2. Manfaat praktis a) Bagi Pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi input dan dasar pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mengatasi pesatnya arus urbanisasi sehingga tidak terjadi kepadatan yang berlebihan sehingga tidak menimbulkan masalah pengangguran. b) Sebagai
referensi
dan
informasi
bagi
penelitian-penelitian
selanjutnya dengan topik yang sama. c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Ekonomi khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.
9 Universitas Sumatera Utara