Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012
BAB 5. INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI
5.1. Area Beresiko Sanitasi Area berisiko sanitasi di Kota Ambon ditentukan berdasarkan tingkat resiko sanitasi, yang mengacu kepada 3 komponen utama yaitu (1) data sekunder, (2) hasil penilaian oleh SKPD, dan (3) hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa/negeri) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD, khususnya mengenai kepadatan penduduk, presentase Keluarga Miskin, presentase layanan air minum, dan persentase ketersediaan jamban. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kota Ambon terhadap kondisi sanitasi di Kota Ambon, khususnya dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tata Kota, Dinas Kesehatan, dan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan. Penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA yang dilakukan pada 50 desa/kelurahan/negeri di Kota Ambon, meliputi kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan). Penentuan area berisiko Kota Ambon dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja AMPL berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Setelah ketiga komponen utama tingkat resiko sanitasi tadi dianalis, Pokja AMPL Kota Ambon menyepakati bobot masing-masing data, dimana data sekunder mendapatkan bobot 30%, penilaian SKPD mendapatkan bobot 30%, dan studi EHRA mendapatkan bobot 40%. Penilaian resiko dilakukan terhadap setiap komponen sanitasi, yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Sampah, Air Limbah, Drainase, dan Air Minum, yang kemudian direkapitulasi menjadi penilaian resiko Sanitasi Kota Ambon. Penilaian resiko dimaksud dilakukan pada pada semua desa/negeri/kelurahan di Kota Ambon, yaitu 50 desa/negeri/kelurahan yang termasuk dalam 5 kecamatan. Penilaian resiko menggunakan skor 1 sampai 4, dimana 1 adalah resiko rendah, 2 adalah resiko menengah, 3 adalah resio sedang, dan 4 adalah resiko tinggi. 5.1.1. Area Beresiko PHBS PHBS di masyarakat Kota Ambon perlu mendapat perhatian serius untuk terus ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena semua kecamatan di Kota Ambon, yang meliputi 30 desa/negeri/kelurahan (60%), merupakan area beresiko tinggi PBHS (Tabel 5.1.A dan Peta 5.1.A). Selain itu terdapat pula 19 desa/negeri/kelurahan (38%), merupakan area beresiko sedang PBHS, dan sisanya 1 desa/negeri/ kelurahan yaitu Negeri Hatalai di Kecamatan Leitimur Selatan yang merupakan area beresiko menengah PBHS. 5.1.2. Area Beresiko Air Limbah Area beresiko tinggi air limbah di Kota Ambon terdapat pada 6 desa/negeri/kelurahan (12%), yaitu Kelurahan Urimessing, Kelurahan Waihaong, Kelurahan Batu Meja, Kelurahan Uritetu, Negeri Passo, dan Negeri Kilang (Tabel 5.1.B dan Peta 5.1.B). Keempat kelurahan dimaksud terdapat pada kawasan Pusat Kota Ambon dengan kepadatan penduduk yang tinggi, dan berada pada sisi sungai utama Kota Ambon, yaitu Sungai Batu Gajah dan Sungai Waitomu. Pada sisi lain terdapat 30 desa/negeri/kelurahan (60%) tersebar di semua kecamatan, merupakan area beresiko sedang air limbah, yang perlu penanganan lebih lanjut. Sedangkan resiko menengah air limbah terdapat di 14 desa/negeri/kelurahan (28%), yang tersebar di semua kecamatan.
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-1
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 5.1.3. Area Beresiko Sampah Area beresiko tinggi sampah di Kota Ambon terdapat pada 4 desa/negeri/kelurahan (8%), yaitu Kelurahan Waihoka, Desa Waiheru, Desa Hunuth, dan Negeri Rumah Tiga (Tabel 5.1.C dan Peta 5.1.C). Keempat desa/negeri/kelurahan terlayani merupakan jalur pelayanan sampah Kota Ambon, namun berada di luar Pusat Kota Ambon. Pada sisi lain terdapat 37 desa/negeri/kelurahan (74%) tersebar di semua kecamatan, merupakan area beresiko sedang sampah, yang perlu penanganan lebih lanjut. Sedangkan resiko menengah sampah terdapat 9 desa/negeri/kelurahan (18%), yaitu 7 Kelurahan (Wainitu, Mangga Dua, Silale, Amantelu, Uritetu, Honipopu dan Lateri), dan 2 Desa yaitu (Galala dan Negeri Lama). Kesembilan desa/keluarahan dimaksud sebagian besar tersebar di Pusat Kota Ambon yang merupakan kawasan pelayanan sampah yang intens. 5.1.4. Area Beresiko Drainase Area beresiko tinggi drainase di Kota Ambon terdapat pada 6 desa/negeri/kelurahan (12%), yaitu Negeri Seilale, Kelurahan Waihaong, Kelurahan Silale, Negeri Batu Merah, Negeri Passo, dan Desa Waiheru (Tabel 5.1.D dan Peta 5.1.D). Beberapa kawasan yang beresiko tinggi terhadap drainase tersebut dilalui oleh sungaisungai utama, yaitu sungai Batu Merah (Negeri Batu Merah), sungai Batu Gantung (Kelurahan Waihaong), sungai Batu Gajah (Kelurahan Silale), sungai Waiheru (Desa Waiheru), dan kanal Passo (Negeri Passo). Selain itu beberapa kawasan sering tergenang ketika rob (air laut pasang) yaitu Kelurahan Waihaong dan Keluruhan Silale. Sementara Negeri Passo, secara topografi berada beberapa sentimeter dibawah permukaan laut, sehingga aliran drainase sering lambat dan tergenang, dan jika musim hujan, sering terjadi genangan dalam jangka waktu lebih dari 3 jam. Pada sisi lain terdapat 10 desa/negeri/kelurahan (20%), merupakan area beresiko sedang drainase, yang perlu penanganan lebih lanjut. Sedangkan resiko menengah drainase terdapat di 34 desa/negeri/kelurahan (68%), yang tersebar di semua kecamatan. 5.1.5. Area Beresiko Air Bersih Area beresiko tinggi air bersih di Kota Ambon terdapat pada 4 negeri (8%), yaitu Negeri Urimessing, Negeri Naku, Negeri Kilang, dan Negeri Ema (Tabel 5.1.E dan Peta 5.1.E). Keempat negeri ini merupakan desa/negeri di pegunungan. Pada negeri Urimessing sebenarnya terdapat sumber mata air yang dipergunakan sebagai sumber air baku PDAM yaitu Air Keluar di Dusun Urimessing, maupun sumber air di Dusun Seri, namun karena wilayah Negeri ini cukup luas (4.616 ha), yang merupakan bukit-bukit dan gunung, sehingga tidak semua permukiman mempunyai jaringan air bersih yang memadai. Pada sisi lain terdapat 25 desa/negeri/kelurahan (20%) tersebar di semua kecamatan, merupakan area beresiko sedang air bersih, yang perlu penanganan lebih lanjut. Sedangkan resiko menengah air bersih terdapat di 21 desa/negeri/kelurahan (42%), yang tersebar di semua kecamatan. 5.1.6. Area Beresiko Sanitasi Berdasarkan penilaian resiko terhadap komponen sanitasi di atas, yaitu PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, dan Air Bersih, ternyata semua wilayah desa/negeri/kelurahan beresiko sanitasi, yaitu resiko tinggi dan resiko sedang sanitasi ((Tabel 5.1.F dan Peta 5.1.F). Area beresiko tinggi sanitasi tersebar di semua kecamatan, pada 13 desa/negeri/kelurahan (26%). Pada Kecamatan Nusaniwe tersebar di Negeri Seilale, Kelurahan Urimessing, dan Kelurahan Waihaong. Pada Kecamatan Sirimau tersebar di Negeri Batu Merah, Kelurahan Uritetu, dan Kelurahan Waihoka. Pada Kecamatan Teluk Ambon Baguala tersebar di Negeri Passo, dan Desa Waiheru. Pada Kecamatan Leitimur Selatan tersebar di Negeri Naku, Negeri Kilang, dan Negeri Ema. Pada Kecamatan Teluk Ambon tersebar di Desa Hunuth dan Desa Poka. Desa/negeri/kelurahan lainnya sejumlah 37 desa/negeri/kelurahan (74%) merupakan area beresiko sedang sanitasi, yang tersebar di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Nusaniwe pada 10 desa/negeri/kelurahan, Kecamatan Sirimau pada 11 desa/negeri/kelurahan, Kecamatan Teluk Ambon Baguala pada 5 desa/negeri/ kelurahan, Kecamatan Leitimur Selatan pada 5 desa/negeri/kelurahan, dan Kecamatan Nusaniwe pada 6 desa/negeri/kelurahan
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-2
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012
Tabel 5.1.A. Area Beresiko PHBS di Kota Ambon NO.
AREA BERESIKO
1
RESIKO 4 (TINGGI)
NAMA KECAMATAN 1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
2
RESIKO 3 (SEDANG)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN
3
5 TELUK AMBON RESIKO 2 (MENENGAH) 1 LEITIMUR SELATAN Sumber: Hasil Analisis, 2012
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
NAMA DESA/ NEGERI/ KELURAHAN 1 KEL. NUSANIWE 2 KEL. WAINITU 3 KEL. WAIHAONG 4 KEL. SILALE 1 GALALA 2 BATU MERAH 3 SOYA 4 KEL. RIJALI 5 KEL. PANDAN KASTURI 6 KEL. BATU GAJAH 7 KEL. URITETU 8 KEL. HONIPOPU 9 KEL. AHUSEN 10 KEL. WAIHOKA 1 HALONG 2 PASSO 3 NANIIA 4 WAIHERU 1 NAKU 2 RUTONG 3 HUTUMURI 4 LEAHARI 5 EMA 1 HUNUT 2 POKA 3 TIHU 4 RUMAH TIGA 5 WAYAME 6 HATIVE BESAR 7 LAHA 1 LATUHALAT 2 SEILALE 3 NUSANIWE 4 AMAHUSU 5 URIMESING 6 KEL. KUDAMATI 7 KEL. BENTENG 8 KEL. MANGGA DUA 9 KEL. URIMESSING 1 HATIVE KECIL 2 KEL. AMANTELU 3 KEL. KARPAN 4 KEL. BATU MEJA 1 LATTA 2 LATERI 3 NEGERI LAMA 1 KILANG 2 HUKURILA 1 TAWIRI 1 HATALAI
V-3
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012
Tabel 5.1.B. Area Beresiko Persampahan di Kota Ambon NO.
AREA BERESIKO
NAMA KECAMATAN
1
RESIKO 4 (TINGGI)
1 SIRIMAU 2 TELUK AMBON BAGUALA 3 TELUK AMBON
2
RESIKO 3 (SEDANG)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
3
RESIKO 2 (MENENGAH)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
NAMA DESA/ NEGERI/ KELURAHAN 1 KEL. WAIHOKA 1 WAIHERU 1 HUNUT 2 RUMAH TIGA 1 LATUHALAT 2 SEILALE 3 NUSANIWE 4 AMAHUSU 5 URIMESING 6 KEL. NUSANIWE 7 KEL. KUDAMATI 8 KEL. BENTENG 9 KEL. URIMESESSING 10 KEL. WAIHAONG 1 HATIVE KECIL 2 BATU MERAH 3 SOYA 4 KEL. RIJALI 5 KEL. PANDAN KASTURI 6 KEL. BATU MEJA 7 KEL. BATU GAJAH 8 KEL. KARPAN 9 KEL. AHUSEN 1 HALONG 2 LATTA 3 PASSO 4 NANIA 1 NAKU 2 RUTONG 3 HUTUMURI 4 HATALAI 5 LEAHARI 6 KILANG 7 EMA 8 HUKURILA 1 POKA 2 TIHU 3 WAYAME 4 HATIVE BESAR 5 TAWIRI 6 LAHA 1 KEL. WAINITU 2 KEL MANGGA DUA 3 KEL. SILALE 1 GALALA 2 KEL. AMANTELU 3 KEL. URITETU 4 KEL. HONIPOPU 1 KEL. LATERI 2 NEGERI LAMA
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-4
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012
Tabel 5.1.C. Area Beresiko Air Limbah di Kota Ambon NO.
AREA BERESIKO
1
RESIKO 4 (TINGGI)
NAMA KECAMATAN 1 NUSANIWE 2 SIRIMAU
2
RESIKO 3 (SEDANG)
3 TELUK AMBON BAGUALA 4 LEITIMUR SELATAN 1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA 4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
3
RESIKO 2 (MENENGAH)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU 3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
NAMA DESA/ NEGERI/ KELURAHAN 1 KEL. URIMESSING 2 KEL. WAIHAONG 1 KEL. BATU MEJA 2 KEL. URITETU 1 PASSO 1 KILANG 1 SEILALE 2 URIMESING 3 KEL. NUSANIWE 4 KEL. KUDAMATI 5 KEL. BENTENG 6 KEL. WAINITU 7 KEL. MANGGA DUA 8 KEL. SILALE 1 GALALA 2 BATU MERAH 3 SOYA 4 KEL. RIJALI 5 KEL. PANDAN KASTURI 6 KEL. BATU GAJAH 7 KEL. AMANTELU 8 KEL. HONIPOPU 9 KEL. AHUSEN 10 KEL. WAIHOKA 1 LATTA 2 WAIHERU 1 NAKU 2 KILANG 3 EMA 4 HUKURILA 1 HUNUTH 2 POKA 3 WAYAME 4 HATIVE BESAR 5 TAWIRI 6 LAHA 1 LATUHALAT 2 NUSANIWE 3 AMAHUSU 1 HATIVE KECIL 2 KEL. KARPAN 1 HALONG 2 LATERI 3 NEGERI LAMA 4 NANIA 1 RUTONG 2 HUTUMURI 3 HATALAI 1 TIHU 2 RUMAH TIGA
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-5
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012
Tabel 5.1.D. Area Beresiko Drainase di Kota Ambon NO.
AREA BERESIKO
1
RESIKO 4 (TINGGI)
NAMA KECAMATAN 1 NUSANIWE
2 SIRIMAU 3 TELUK AMBON BAGUALA 2
RESIKO 3 (SEDANG)
1 NUSANIWE 2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON 3
RESIKO 2 (MENENGAH)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
NAMA DESA/ NEGERI/ KELURAHAN 1 SEILALE 2 KEL. WAIHAONG 3 KEL. SILALE 1 BATU MERAH 1 PASSO 2 WAIHERU 1 KEL. WAINITU 2 KEL. URIMESSING 1 GALALA 2 HATIVE KECIL 3 KEL. RIJALI 4 KEL. BATU GAJAH 5 KEL. URITETU 6 KEL. AHUSEN 1 POKA 2 RUMAH TIGA 1 LATUHALAT 2 NUSANIWE 3 AMAHUSU 4 URIMESING 5 KEL. NUSANIWE 6 KEL. KUDAMATI 7 KEL. BENTENG 8 KEL. MANGGA DUA 1 SOYA 2 KEL. PANDAN KASTURI 3 KEL. BATU MEJA 4 KEL. AMANTELU 5 KEL. HONIPOPU 6 KEL. KARPAN 7 KEL. WAIHOKA 1 HALONG 2 LATTA 3 LATERI 4 NECERI LAMA 5 NANIA 1 NAKU 2 RUTONG 3 HUTUMURI 4 HATALAI 5 LEAHARI 6 KILANG 7 EMA 8 HUKURILA 1 HUNUT 2 TIHU 3 WAYAME 4 HATIVE BESAR 5 TAWIRI 6 LAHA
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-6
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Tabel 5.1.E. Area Beresiko Air Bersih di Kota Ambon NO.
AREA BERESIKO
NAMA KECAMATAN
1
RESIKO 4 (TINGGI)
1 NUSANIWE 2 LEITIMUR SELATAN
2
RESIKO 3 (SEDANG)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA 4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
3
RESIKO 2 (MENENGAH)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN 5 TELUK AMBON
NAMA DESA/ NEGERI/ KELURAHAN 1 URIMESING 1 NAKU 2 KILANG 3 EMA 1 LATUHALAT 2 SEILALE 3 NUSANIWE 4 AMAHUSU 5 KEL. NUSANIWE 6 KEL. KUDAMATI 7 KEL. BENTENG 8 KEL. URIMESE 9 KEL. WAIHAONG 1 HATIVE KECIL 2 BATU MERAH 3 KEL. PANDAN KASTURI 4 KEL. BATU MEJA 5 KEL. URITETU 6 KEL. KARPAN 7 KEL. WAIHOKA 1 HALONG 2 PASSO 1 HUTUMURI 2 HATALAI 3 LEAHARI 1 HUNUT 2 POKA 3 HATIVE BESAR 4 TAWIRI 1 KEL. WAINITU 2 KEL. MANGGA DUA 3 KEL. SILALE 1 GALALA 2 SOYA 3 KEL. RIJALI 4 KEL. BATU GAJAH 5 KEL. AMANTELU 6 KEL. HONIPOPU 7 KEL. AHUSEN 1 LATTA 2 LATERI 3 NECERI LAMA 4 NANIA 5 WAIHERU 1 RUTONG 2 HUKURILA 1 TIHU 2 RUMAH TIGA 3 WAYAME 4 LAHA
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-7
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Tabel 5.1.F. Area Beresiko Sanitasi di Kota Ambon NO.
AREA BERESIKO
1
RESIKO 4 (TINGGI)
NAMA KECAMATAN 1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA 4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON 2
RESIKO 3 (SEDANG)
1 NUSANIWE
2 SIRIMAU
3 TELUK AMBON BAGUALA
4 LEITIMUR SELATAN
5 TELUK AMBON
WILAYAH PRIORITAS (DESA/ NEGERI/ KELURAHAN 1 SEILALE 2 KEL. URIMESSING 3 KEL. WAIHAONG 1 BATU MERAH 2 KEL. URITETU 3 KEL. WAIHOKA 1 PASSO 2 WAIHERU 1 NAKU 2 KILANG 3 EMA 1 HUNUT 2 POKA 1 LATUHALAT 2 NUSANIWE 3 AMAHUSU 4 URIMESING 5 KEL. NUSANIWE 6 KEL. KUDAMATI 7 KEL. BENTENG 8 KEL. WAINITU 9 KEL. MANGGA DUA 10 KEL. SILALE 1 GALALA 2 HATIVE KECIL 3 SOYA 4 KEL. RIJALI 5 KEL. PANDAN KASTURI 6 KEL. BATU MEJA 7 KEL. BATU GAJAH 8 KEL. AMANTELU 9 KEL. HONIPOPU 10 KEL. KARPAN 11 KEL. AHUSEN 1 HALONG 2 LATTA 3 LATERI 4 NEGERI LAMA 5 NANIA 1 RUTONG 2 HUTUMURI 3 HATALAI 4 LEAHARI 5 HUKURILA 1 TIHU 2 RUMAH TIGA 3 WAYAME 4 HATIVE BESAR 5 TAWIRI 6 LAHA
PENYEBAB UTAMA RESIKO PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Air Limbah, Drainase PHBS, Air Limbah PHBS, Air Limbah, Drainase PHBS, Air Limbah, Drainase PHBS, Sampah, Drainase, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase PHBS, Air Limbah PHBS, Air Limbah PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Drainase PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah PHBS PHBS PHBS, Sampah PHBS, Sampah PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum Sampah, Air Limbah PHBS, Sampah PHBS, Sampah, Drainase PHBS, Sampah, Air Limbah PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah, Air Minum PHBS, Sampah, Air Limbah
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-8
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Peta 5.1.A. Peta Resiko PHBS Kota Ambon
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V-9
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Peta 5.1.B. Peta Resiko Air Limbah Kota Ambon
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 10
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Peta 5.1.C. Peta Resiko Sampah Kota Ambon
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 11
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Peta 5.1.D. Peta Resiko Drainase Kota Ambon
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 12
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Peta 5.1.E. Peta Resiko Air Bersih Kota Ambon
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 13
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Peta 5.1.F. Peta Resiko Sanitasi Kota Ambon
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 14
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 5.2. Posisi Pengelolaan Sanitasi Kota Ambon Mengacu kepada penjelasan-penjelasan pada bab-bab terdahulu, maka dapat dijelaskan posisi pengelolaan sanitasi Kota Ambon saat ini pada setiap sub sektor sanitasi. Posisi pengelolaan setiap sub sektor sanitasi saat ini digambarkan melalui analisa lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan), maupun analisa lingkungan eksternal (peluang dan ancaman). 5.2.1. Posisi Pengelolaan PHBS Posisi pengelolaan PHBS di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 5.2.A. Tabel 5.2.A. Posisi Pengelolaan PHBS Kota Ambon NO
LINGKUNGAN INTERNAL Kekuatan (Strengths)
S1
S2 S3
NO O1
O2
O3
Komitmen Pemerintah Kota Ambon mengikuti meningkatkan kualitas sanitasi perkotaan, melalui Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota, termasuk penyediaan dana melalui APBD Kota Ambon
Kelemahan (Weaknesses) W1
PHBS di sekolah belum menjadi kebiasaan yang baik karena belum terintegrasi dalam materi pelajaran maupun penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, khususnya untuk cuci tangan pakai sabun, dan jamban sekolah yang sehat Program promosi higiene tentang PHBS W 2 Pelibatan Komite Sekolah dalam menjadi program prioritas tahunan di Dinas mewujudkan Sanitasi yang sehat di sekolah Kesehatan belum optimal Telah tersedianya 36 tenaga sanitarian di W 3 Terbatasnya tenaga sanitarian yang tersedia Dinas Kesehatan untuk menjangkau 50 desa/negeri/kelurahan secara berkesinambungan. W 4 Kapasitas beberapa tenaga sanitarian masih terbatas, sehingga perlu ditingkatkan secara berkala LINGKUNGAN EKSTERNAL Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Tersedianya sumber-sumber alternatif T 1 Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pembiayaan pembangunan daerah selain pendidikan belum diarahkan sepenuhnya APBD Kota Ambon untuk sub sektor PHBS, untuk penyediaan sarana sanitasi yang sehat baik dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, di sekolah untuk pembentukan PHBS maupun Pemangku Kepentingan lainnya Terbukanya kerjasama dengan Pihak Ketiga T 2 Tingkat kemiskinan dan pengangguran masih seperti swasta, lembaga swadaya cukup tinggi, mempengaruhi kecenderungan masyarakat, maupun organisasi-organisasi masyarakat untuk lebih memperhatikan kemasyarakatan untuk mewujudkan PHBS pemenuhan kebutuhan pokok daripada mewujudkan PHBS yang baik, seperti jamban Adanya pendidikan dan pelatihan dari sehat. Pemerintah, dan Pemerintah Provinsi untuk penguatan kapasitas aparatur dalam pengelolaan PHBS di Kota Ambon
Kondisi lingkungan internal dan eksternal posisi pengelolaan PHBS di atas, akan menjadi acuan untuk membuat strategi dan program perbaikan dan pengembangan PHBS ke depan.
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 15
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 5.2.2. Posisi Pengelolaan Air Limbah Posisi pengelolaan air limbah di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 5.2.B. Tabel 5.2.C. Posisi Pengelolaan Air Limbah Kota Ambon NO
LINGKUNGAN INTERNAL Kekuatan (Strengths)
S1
Komitmen Pemerintah Kota Ambon mengikuti meningkatkan kualitas sanitasi perkotaan, melalui Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota, termasuk penyediaan dana melalui APBD Kota Ambon.
Kelemahan (Weaknesses) W1
W2
W3
Kurangnya sosialisasi, edukasi, dan penyadaran kepada masyarakat secara berkesinambungan tentang pengelolaan air limbah yang sehat Kuantitas aparatur masih terbatas, serta kapasitas beberapa aparatur masih terbatas, termasuk untuk monitoring dan evaluasi Sarana IPLT belum difungsikan seara optimal, dan belum ada Unit Pengelola (UPTD) secara professional
W4
NO O1
O2
O3
Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan limbah domestic, limbah medis, maupun limbah industry W 5 Mobil tinja yang tersedia hanya 1 unit, sangat terbatas untuk melayani seluruh kota Ambon LINGKUNGAN EKSTERNAL Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Tersedianya sumber-sumber alternatif T 1 Kurangnya kesadaran dan pemahaman pembiayaan pembangunan daerah selain masyarakat mengenai pengelolaan limbah APBD Kota Ambon untuk sub sektor domestic yang benar, karena saluran dari Sampah, baik dari Pemerintah, Pemerintah tangki septik ada yang dialirkan ke sungai, Provinsi, maupun Pemangku Kepentingan pantai, dan Teluk Ambon lainnya Terbukanya kerjasama dengan Pihak Ketiga seperti swasta, lembaga swadaya masyarakat, maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan Adanya pendidikan dan pelatihan dari Pemerintah, dan Pemerintah Provinsi untuk penguatan kapasitas aparatur dalam pengelolaan sampah di Kota Ambon
T3
T4
Tingkat kemiskinan dan pengangguran masih cukup tinggi, mempengaruhi kecenderungan masyarakat untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan pokok daripada mewujudkan tertib pengelolaan air limbah. Terbatasnya lahan untuk pembangunan Small Scale Sewerage di Pusat Kota Ambon
Kondisi lingkungan internal dan eksternal posisi pengelolaan air limbah di atas, akan menjadi acuan untuk membuat strategi dan program perbaikan dan pengembangan pengelolaan air limbah ke depan. 5.2.3. Posisi Pengelolaan Sampah Posisi pengelolaan sampah di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 5.2.C.
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 16
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 Tabel 5.2.C. Posisi Pengelolaan Sampah Kota Ambon NO
LINGKUNGAN INTERNAL Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
S1
Komitmen Pemerintah Kota Ambon mengikuti meningkatkan kualitas sanitasi perkotaan, melalui Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota, termasuk penyediaan dana melalui APBD Kota Ambon.
W1
S2
Ambon yang bersih dan tertib sampah menjadi salah satu prioritas Pemerintah Kota Ambon melalui Gerakan JUMPA BERLIAN (JUMat PAgi memBERsihkan LIngkungAN), dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan seluruh SKPD melakukan pembinaan kepada 50 desa/negeri/kelurahan di Kota Ambon
W2
S3 S4
NO O1
Kurangnya sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat secara berkesinambungan tentang tertib sampah, termasuk kurangnya edukasi dan informasi kepada masyarakat tentang daur ulang sampah Kapasitas beberapa aparatur dan tenaga petugas sampah lapangan masih terbatas, termasuk untuk monitoring dan evaluasi
W3
Pengelolaan sampah secara terpadu dan berkelanjutan masih perlu ditingkatkan, mulai dari sumber sampai tempat pengolahan akhir sampah, termasuk wilayah pelayanan yang belum menjangkau seluruh desa/kelurahan Tersedianya beberapa peraturan daerah W 4 Proses pengolahan sampah di IPST belum untuk mendukung pengelolaan sampah di memenuhi ketentuan perundanganKota Ambon undangan karena masih semi sanitary landfill Tersedianya aparatur, petugas lapangan, W 5 Belum maksimalnya penegakan hukum dan serta sarana dan prasarana persampahan peraturan dalam pengelolaan persampahan yang cukup memadai di Kota Ambon W6 Kondisi beberapa kendaraan operasional sampah yang sudah tidak layak karena termakan usia, rata-rata sudah berumur lebih dari 5 tahun LINGKUNGAN EKSTERNAL Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Tersedianya sumber-sumber alternatif T 1 Kurangnya kesadaran untuk tertib membuang pembiayaan pembangunan daerah selain sampah, seperti waktu dan tempat membuang APBD Kota Ambon untuk sub sektor sampah yang benar, sehingga sampah Sampah, baik dari Pemerintah, Pemerintah banyak ditemukan di sungai, pantai, dan Teluk Provinsi, maupun Pemangku Kepentingan Ambon lainnya T2 Adanya anggapan bahwa sampah adalah urusan Pemerintah Kota Ambon.
O2
Terbukanya kerjasama dengan Pihak Ketiga T 3 Tingkat kemiskinan dan pengangguran masih seperti swasta, lembaga swadaya cukup tinggi, mempengaruhi kecenderungan masyarakat, maupun organisasi-organisasi masyarakat untuk lebih memperhatikan kemasyarakatan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan pokok daripada pengelolaan sampah yang berkelanjutan mewujudkan tertib sampah. O 3 Adanya pendidikan dan pelatihan dari T4 Banyak prosuden yang hanya menjual Pemerintah, dan Pemerintah Provinsi untuk produknya, tampa menghiraukan sampah penguatan kapasitas aparatur dalam yang dihasilkan dari produk tersebut, seperti pengelolaan sampah di Kota Ambon air/ makanan dalam kemasan Kondisi lingkungan internal dan eksternal posisi pengelolaan sampah di atas, akan menjadi acuan untuk membuat strategi dan program perbaikan dan pengembangan pengelolaan sampah ke depan.
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 17
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 5.2.4. Posisi Pengelolaan Drainase Posisi pengelolaan drainase di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 5.2.D. Tabel 5.2.D. Posisi Pengelolaan Drainase Kota Ambon NO
LINGKUNGAN INTERNAL Kekuatan (Strengths)
S1
S2
NO O1
O2
O3
Komitmen Pemerintah Kota Ambon mengikuti meningkatkan kualitas sanitasi perkotaan, melalui Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota, termasuk penyediaan dana melalui APBD Kota Ambon. Pembangunan dan pemeliharaan drainase menjadi program tahunan pada instansi teknis pengelola drainase
Kelemahan (Weaknesses) W1
Kurangnya sosialisasi, edukasi, dan penyadaran kepada masyarakat secara berkesinambungan fungsi dan pengelolaan saluran drainase yang baik
W2
Kapasitas beberapa aparatur dan tenaga petugas lapangan masih terbatas, termasuk untuk monitoring dan evaluasi
W3
Belum adanya peraturan daerah/ peraturan kepala daerah mengenai pengelolaan drainase Kota Ambon
LINGKUNGAN EKSTERNAL Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Tersedianya sumber-sumber alternatif T 1 Kurangnya kesadaran untuk tertib membuang pembiayaan pembangunan daerah selain sampah, sehingga saluran drainase sering APBD Kota Ambon untuk sub sektor dipenuhi oleh sampah, dan kurangnya Sampah, baik dari Pemerintah, Pemerintah kesadaran dalam memelihara jaringan Provinsi, maupun Pemangku Kepentingan drainase lainnya Terbukanya kerjasama dengan Pihak Ketiga T 2 Tingkat kemiskinan dan pengangguran masih seperti swasta, lembaga swadaya cukup tinggi, mempengaruhi kecenderungan masyarakat, maupun organisasi-organisasi masyarakat untuk lebih memperhatikan kemasyarakatan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan pokok daripada pengelolaan drainase yang berkelanjutan mewujudkan drainse yang baik. Adanya pendidikan dan pelatihan dari T 3 Saluran drainase, umumnya tergabung Pemerintah, dan Pemerintah Provinsi untuk dengan saluran air kotor, baik domestic, dan penguatan kapasitas aparatur dalam kegiatan komersil, serta pola penanganan pengelolaan drainase di Kota Ambon belum secara konprehensif. T 4 Perkembangan permukiman dan area terbangun lainnya, sering tidak memperhatikan ketersediaan drainase setempat T 5 Pengelolaan drainase umumnya masih dianggap sebagai mengalirkan air hujan secara optimal untuk menghindari banjir dan genangan, dan belum menjadi kebutuhan untuk pengelolaan drainase yang berkelanjutan, seperti daur ulang air hujan, atau menahan air lebih lama di daratan
Kondisi lingkungan internal dan eksternal posisi pengelolaan drainase di atas, akan menjadi acuan untuk membuat strategi dan program perbaikan dan pengembangan pengelolaan drainase ke depan.
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 18
Buku Putih Sanitasi Kota Ambon Tahun 2012 5.2.5. Posisi Pengelolaan Air Bersih Posisi pengelolaan air bersih di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 5.2.E. Tabel 5.2.D. Posisi Pengelolaan Air Bersih Kota Ambon NO
LINGKUNGAN INTERNAL Kekuatan (Strengths)
S1
S2
S3
Kelemahan (Weaknesses)
Komitmen Pemerintah Kota Ambon mengikuti meningkatkan kualitas sanitasi perkotaan, melalui Buku Putih Sanitasi, dan Strategi Sanitasi Kota, termasuk penyediaan dana melalui APBD Kota Ambon. Pembangunan dan pemeliharaan drainase menjadi program tahunan pada instansi teknis pengelola drainase
W1
Kurangnya sosialisasi, edukasi, dan penyadaran kepada masyarakat secara berkesinambungan fungsi dan pengelolaan air minum yang baik
W2
Kapasitas beberapa aparatur dan tenaga petugas lapangan masih terbatas, termasuk untuk monitoring dan evaluasi
PADM Ambon sebagai perusahaan daerah telah menjangkau kawasan perkotaan, sedangkan SPAM melayani kawasan yang tidak terlayani PDAM.
W3
Belum adanya peraturan daerah/ peraturan kepala daerah mengenai pengelolaan air minum secara berkelanjutan di Kota Ambon
W4
NO O1
O2
O3
Tingkat kehilangan air cukup tinggi pada jaringan transmisi dan distribusi PDAM, akibat umur jaringan perpipaan yang sudah tua dan pengrusakan pipa oleh masyarakat LINGKUNGAN EKSTERNAL Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Tersedianya sumber-sumber alternatif T 1 Debit sumber air bersih pada musim panas pembiayaan pembangunan daerah selain jauh berkurang, rata-rata 40% dibandingkan APBD Kota Ambon untuk sub sektor musim penghujan. Hal ini mengindikasi Sampah, baik dari Pemerintah, Pemerintah adanya kerusakan kawasan resapan air, dan Provinsi, maupun Pemangku Kepentingan turut mempengaruhi kontinuitas volume lainnya jaringan air minum masyarakat Terbukanya kerjasama dengan Pihak Ketiga T 2 Tingkat kemiskinan dan pengangguran masih seperti swasta, lembaga swadaya cukup tinggi, mempengaruhi kecenderungan masyarakat, maupun organisasi-organisasi masyarakat untuk lebih memperhatikan kemasyarakatan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan pokok daripada pengelolaan air minum yang berkelanjutan mewujudkan air bersih yang berkualitas Adanya pendidikan dan pelatihan dari T3 Perkembangan permukiman dan area terPemerintah, dan Pemerintah Provinsi untuk bangun lainnya, cenderung merambah ke penguatan kapasitas aparatur dalam perbukitan dan kawasan resapan air pengelolaan air minum di Kota Ambon T4 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tertib menggunakan air secara bertanggung jawab, karena masih ditemukan kerusakan jaringan perpipaan, sambungan rumah, dan meter pelanggan
Kondisi lingkungan internal dan eksternal posisi pengelolaan air bersih di atas, akan menjadi acuan untuk membuat strategi dan program perbaikan dan pengembangan pengelolaan air bersih ke depan.
Bab 5. Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi
V - 19