BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI 5.1 Area Berisiko Sanitasi Area berisiko sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat resiko sanitasi dengan menggunakan data sekunder, data primer hasil studi EHRA, serta hasil penilaian oleh SKPD terkait sanitasi. Penentuan area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih, sanitasi, data umum meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta luas genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi, seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pendidikan, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Perindag ESDM, dan Bagian Humas TI Setda Kabupaten Kulon Progo. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan). Proses penentuan area berisiko dimulai dengan melakukan analisis terhadap data sekunder, diikuti dengan penilaian atau persepsi SKPD SKPD, dan analisis data primer berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja menentukan kesepakatan-kesepakatan berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Metode yang digunakan untuk menentukan area resiko berdasarkan data sekunder dilaksanakan dengan metode SWOT. Adapaun hasil dari penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko disajikan dalam bentuk tabel dan peta. Kabupaten Kulonprogo terbagi menjadi 3 zona tingkat resiko sanitasi yaitu : 1. Risiko Sangat Tinggi , yang meliputi Kecamatan Wates, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur. 2. Risiko Tinggi, yang meliputi Kecamatan Wates, Kecamatan Temon, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Pengasih, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Lendah, Kecamatan Kokap, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Galur. 3. Risiko Menengah meliputi Kecamatan Wates, Kecamatan Temon, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Nanggulan.
Tabel 5.1 Area Berisiko Sanitasi dan Penyebab Utamanya
No
Area Berisiko *)
1.
Risiko 4
2.
Risiko 3
Wilayah Prioritas Kelurahan/ Kecamatan Desa Wates Wates Bendungan Giripeni Sentolo Salamrejo Kanoman Panjatan Panjatan Kranggan Galur Tirtorahayu Triharjo Wates Karangwuni Kalidengen Jangkaran Sindutan Palihan Glagah Temon Kedundang Kulur Kaligintung Janten Karangwuluh Demen Sentolo Banguncipto Sentolo Tuksono Sukoreno Ngargosari Kebonharjo Purwoharjo Samigaluh Sidoharjo Pagerharjo Banjarsari Pengasih Karangsari Sendangsari Margosari Kedungsari Tawangsari Pengasih Sidomulyo Gotakan Tayuban Pleret Panjatan Bugel Bojong Krembangan Wijimulyo Kembang Nanggulan Banyuroto Donomulyo Tanjungharjo Jatirejo Sidorejo Wahyuharjo Bumirejo Lendah Gulurejo
Penyebab utama risiko **) Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kokap
Kalibawang
Girimulyo
Galur Wates
Temon
Sentolo 3.
Risiko 2 Samigaluh Panjatan Nanggulan
Ket : *) Risiko 4 ; Risiko Sangat Tinggi Risiko 3 ; Risiko Tinggi **) Urutan berdasarkan prioritas
Ngentakrejo Hargorejo Hargomulyo Kalirejo Hargowilis Hargotirto Banjarharjo Banjaroyo Banjarasri Banjararum Giripurwo Jatimulyo Purwosari Pendoworejo Brosot Karangsewu Nomporejo Pandowan Banaran Ngestiharjo Sogan Kulwaru Temon wetan Temon kulon Plumbon Kebonrejo Demangrejo Srikayangan Kaliagung Gerbosari Cerme Garongan Depok Jatisarono
Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS ,
Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS , Air Limbah, PHBS ,
Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Risiko 2 ; Risiko Sedang/ Menengah Risiko 1 ; Risiko Rendah
Dari tabel di atas tampak bahwa ada 8 desa/ kelurahan di 4 Kecamatan yang berisiko Sangat Tinggi; yaitu Desa Wates, Giripeni,dan Bendungan (Kecamatan Wates); Desa salamrejo (Kecamatan Sentolo); Desa Kanoman dan Panjatan (Kecamatan Panjatan); serta Desa Kranggan dan Tirtorahayu (Kecamatan Galur). Adapun 65 desa di 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo berisiko Tinggi, serta 15 desa di 6 kecamatan berisiko sedang/menengah. Penentuan penyebab utama risiko pada masing- masing desa ditentukan melalui hasil Studi EHRA (data primer). Dari tabel di atas ada fenomena dimana untuk area beresiko sangat tinggi, PHBS menjadi issue prioritas untuk ditangani, kemudian diikuti upaya penanganan masalah persampahan. Sedangkan untuk area beresiko tinggi maupun sedang/menengah penanganan masalah air limbah menjadi issue utama penanganan dan diikuti masalah PHBS dan penanganan persampahan. Sebagai gambaran penyebaran area beresiko sanitasi disajikan dalam gambar 5.1 berikut:
Gambar 5.1 Peta Area Berisiko Sanitasi
Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Kulon Progo saat ini
1.2
Pokja Sanitasi Kabupaten Kulonprogo dalam melakukan analisis terhadap issue pengelolaan sanitasi yang dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis SWOT. Metode SWOT dipilih karena dengan metode ini dapat menentukan cara yang paling baik, realistis, dapat dilaksanakan, serta menumbuhkan semangat kebersamaan dan menyatukan kepentingan- kepentingan stakeholder dalam mencapai tujuan. Analisis issue Sanitasi Kabupaten Kulonprogo dilakukan dengan cara mengidentifikasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), serta ancaman (threat).
1.2.1
Posisi Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) terkait Sanitasi saat ini
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah PHBS diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung (+)
BERTAHAN
Pemeliharaan Agresif
o
Pertumbuhan Stabil
Pemeliharaan Selektif Internal Lemah (-)
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan Cepat Ф ( 0.45, -0.15)
W
Internal
S Kuat (+)
Berputar Diversifikasi Besar-besaran RASIONALISASI
Ceruk
T
Diversifikasi Terpusat
DIVERSIFIKASI
Lingkungan tidak/kurang Mendukung (-) Gambar 5.1 Posisi Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kabupaten Kulonprogo saat ini pada titik koordinat X = 0,45 dan Y = -0,15 atau pada posisi Diversifikasi besar-besaran. Hal ini menujukkan bahwa kekuatan sedikit lebih besar daripada kelemahan yang ada, sedangkan tantangan yang muncul sedikit lebih besar dari pada peluang yang ada. Oleh karena itu selain mengelola kekuatan dan peluang yang sudah ada, perlu dilakukan upaya mengubah kelemahan menjadi kekuatan, seperti upaya meningkatkan rasio jumlah toilet
dengan jumlah siswa, sosialisasi aspek kesehatan dalam penyedotan tanki septik, Penyediaan tempat sampah tertutup untuk kantin sekolah, Peningkatan penyediaan air yang mencukupi untuk toilet sekolah, serta Penyediaan fasilitas wastafel untuk cuci tangan di sekolah. Sedankan tantangan yang muncul diupayakan dapat diubah menjadi peluang, seperti upaya menghindarkan perilaku masyarakat mengkonsumsi air tanpa dimasak terlebih dahulu, Peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang air limbah domestik dan sampah rumahtangga ke badan air, drainase, atau saluran irigasi. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menempatkan sampah dengan benar dan tidak melakukan pembakaran sampah, Peningkatan kebiasaan masyarakat untuk cuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, serta peningkatan kebiasaan siswa untuk menyiram toilet setelah digunakan.
1.2.2
Posisi Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kulonprogo saat ini
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah Pengelolaan Air Limbah diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung (+) Pemeliharaan Agresif
BERTAHAN
o
Pemeliharaan Selektif Internal Lemah (-)
Pertumbuhan Stabil
PERTUMBUHAN
(0.45, 0.30) Pertumbuhan
Cepat Internal
W
S Kuat (+)
Berputar Diversifikasi Besar-besaran RASIONALISASI
Ceruk
T
Diversifikasi Terpusat
DIVERSIFIKASI
Lingkungan tidak/kurang Mendukung (-) Gambar 5.2 Posisi Pengelolaan Air Limbah Posisi Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Kulonprogo saat ini pada Sumbu X = 0,45 dan Sumbu Y = 0,30 atau terletak pada kuadran I dengan posisi Pertumbuhan Cepat. Hal ini menujukkan bahwa kekuatan sedikit lebih besar daripada kelemahan yang ada, sedangkan peluang yang muncul sedikit lebih besar dari pada tantangan yang ada. Oleh karena itu untuk memberikan akselerasi bagi pengelolaan air limbah secara lebih cepat maka dilakukan upaya meminimasi kelemahan dan tantangan yang ada, seperti Penyusunan Perda Air Limbah, Peningkatan kelembagaan subsektor Air Limbah yang terintegrasi dengan Air Minum, dan Drainase di Seksi Penyehatan
Lingkungan. Peningkatan Jumlah SDM pengelola Subsektor air limbah, Penyusunan Master Plan Air Limbah Domestik Kabupaten Kulon Progo, Penambahan armada mobil sedot tinja. Peningkatan persepsi masyarakat akan perlunya kebutuhan pembangunan sarana air limbah yang sesuai dengan persyaratan kesehatan. 1.2.3 Posisi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Kulonprogo saat ini Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah Pengelolaan Persampahan diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung (+) Pemeliharaan Agresif
BERTAHAN
o
Lemah (-)
PERTUMBUHAN
Ф ( 0.55; 0,5 )
Pemeliharaan Selektif Internal
Pertumbuhan Stabil
Pertumbuhan Cepat Internal
W
S Kuat (+)
Berputar Diversifikasi Besar-besaran RASIONALISASI
DIVERSIFIKASI
Ceruk
T
Diversifikasi Terpusat
Lingkungan tidak/kurang Mendukung (-) Gambar 5.3 Posisi Pengelolaan Persampahan Posisi Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Kulonprogo saat ini berada pada koordinat Sumbu X = 0,55 dan Sumbu Y = 0,5 atau terletak pada kuadran I dengan posisi Pertumbuhan Cepat. Hal ini menujukkan bahwa issue kekuatan sedikit lebih besar daripada issue kelemahan yang ada, sedangkan peluang yang muncul sedikit lebih besar dari pada tantangan yang ada. Oleh karena itu untuk memberikan akselerasi bagi pengelolaan persampahan secara lebih cepat maka dilakukan upaya meminimasi kelemahan dan tantangan yang ada, seperti penambahan armada truk pengangkut sampah, peningkatan kapasitas transfer depo, Penyusunan Perda pengelolaan persampahan, penyusunan masterplan dan data base persampahan, peningkatan pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sosialisasi Perda retribusi sampah, Penambahan tenaga operasional pelayanan sampah bagi masyarakat, serta upaya mengubah tantangan yang ada menjadi peluang seperti Sosialisasi warga masyarakat dalam Penempatan TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara), Penggalangan dana pengoperasioan TPST dan Bank sampah kelompok masyarakat di luar APBN, Pengurangan cemaran sampah di sungai dan badan air, Peningkatan peranserta masyarakat dalam mengelola sampah, dan penyadaran masyarakat akan manfaat sampah secara ekonomis.
1.2.4
Posisi Pengelolaan Drainase Kabupaten Kulonprogo saat ini
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah Pengelolaan Drainase diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung (+) Pemeliharaan Agresif
BERTAHAN
o
Pertumbuhan Stabil
Pemeliharaan Selektif Internal Lemah (-)
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan Cepat
W
S
Berputar
Internal Kuat (+)
Ф (0,05;-0,06) Diversifikasi Besar-besaran
RASIONALISASI
Ceruk
T
Diversifikasi Terpusat
DIVERSIFIKASI
Lingkungan tidak/kurang Mendukung (-) Gambar 5.4 Posisi Pengelolaan Drainase Posisi Pengelolaan Drainase di Kabupaten Kulonprogo saat ini pada Sumbu X = 0,05 dan Sumbu Y = -0,06 atau pada posisi Diversifikasi besar-besaran. Hal ini menujukkan bahwa issue kekuatan sedikit lebih besar daripada kelemahan yang ada, sedangkan tantangan yang muncul sedikit lebih besar dari pada peluang yang ada. Oleh karena itu selain mengelola kekuatan dan peluang yang sudah ada, perlu dilakukan upaya mengubah kelemahan menjadi kekuatan, seperti Peningkatan fasilitas dan pemeliharaan drainase, peningkatan jumlah SDM pengelola subsektor drainase, peningkatan kapasitas SDM subsektor drainase, Peningkatan anggaran pengelolaan drainase yang bersumber dari APBD, Peningkatan kapasitas saluran drainase, peningkatan cakupan saluran drainase kawasan perkotaan, Penyusunan masterplan drainase Kabupaten Kulon Progo, Pengurangan pendangkalan saluran drainase, Peningkatan fungsi dan perwatan saluran drainase, dan penyusunan Perda drainase. Sedangkan tantangan yang ada yang bisa diubah menjadi peluang diantaranya pembangunan saluran drainase di sekitar tanah milik warga, pencegahan pembuangan limbah rumahtangga di saluran drainase, pengurangan genangan banjir pada musim penghujan, serta pencegahan penyumbatan saluran drainase oleh gulma dan eceng gondok.