BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Stakeholder Yaitu individu atau sekelompok orang atau komunitas yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan. Menurut Budimanta et al. (2008) yang berpengaruh dalam perusahaan yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi dan kepentingan terhadap perusahaan. Untuk saat ini perusahaan sendiri tidak memandang stakeholder hanya investor dan kreditor tetapi pemerintah sebagai birokrasi atas berjalannya perusahaan dan pelanggan, karyawan, mitra, pesaing dan masyarakat juga ikut berperan dalam berjalannya perusahaan. Menurut Ghozali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa dalam teori stakeholder perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya
sendiri
namun
harus
memberikan
manfaat
bagi
stakeholdernya seperti pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis perusahaan, dan pihak lainnya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi pada dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Dalam intellectual capital sendiri stakeholder sangat berpengaruh dalam pengungkapan satu informasi lebih khususnya asset tidak berwujud (intangible asset ) dan memberikan argumen atas perusahan. maka dari itu manajer harus mampu mengelola perusahaan dengan baik dengan
10
11
memanfaatkan potensi baik Human capital, Physical capital maupun struktural capital. Oleh karena itu informasi terkait intellectual capital menjadi penting untuk disampaikan kepada stakeholder (Goh dan Lim, 2004). Sehingga informasi tersebut mengungkapakan adanya value added yang ada di perusahaan akibat pengelolaan intellectual capital. Value added sendiri dianggap memiliki akurasi lebih tinggi dihubungkan dengan return yang dianggap sebagai ukuran bagi shareholder. Sehingga dengan demikian keduanya (value added dan return) dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja perusahaan. 2.1.2 Resources Based Theory Resource Based Theory (RBT) atau dikenal juga dengan teori berbasis sumber daya. Teori ini menggunakan pendekatan berbasis sumber daya dalam analisis keunggulan bersaingnya. Astuti dan Sabeni (2005:696) mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Resource Based Theory merupakan pemikiran yang berkembang dalam manajemen strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang menganalisis dan menginterpretasikan sumber daya organisasi untuk memahami bagaimana organisasi mencapai keunggulan kompetitif dan dapat menciptakan value added bagi perusahaan. Menurut Susanto (2007) ada dua hal untuk mencapai keunggulan kompetitif dan menciptakan value
12
added bagi perusahaan. Pertama, memiliki keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun yang tidak berwujud (intangible assets). Kedua, adalah kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif. Menurut Madhani (2009) sumber daya itu sendiri harus memenuhi kriteria VRIN agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriteria VRIN tersebut adalah: 1. Berharga (V) Sumber daya berharga jika memberikan nilai strategis bagi perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika membantu perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar. Tidak ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika tidak menambah atau meningkatkan nilai perusahaan. 2. Langka (R) Sumber daya yang sulit untuk ditemukan di antara pesaing dan menjadi potensi perusahaan. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik untuk menawarkan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat merancang dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor lain.
13
3. Imperfect Imitability (I) Sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut. 1. Non-substitusi (N) Non-substitusi sumber daya menunjukkan bahwa sumber daya tidak dapat diganti dengan alternatif sumber daya lain. Di sini, pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan mengganti sumber daya dengan sumber daya alternatif lainnya. Berdasarkan konsep Resource Based Theory, jika perusahaan mampu mengelola intellectual capital dengan baik dan memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang berharga, langka, unik dan tak tergantikan maka perusahaan akan dapat menciptakan keunggulan yang kompetitif di bandingkan dengan pesaingnya. 2.1.3 Intellectual Capital 1.
Pengertian Intellectual Capital Saat ini intellectual capital sangat penting bagi perusahaan karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan. Menurut Cut Zurnali (2008) banyak praktisi yang sudah mulai meneliti tentang intellectual 29capital. Seperti penelitian Hong et al. (2007) yang
14
mengklasifikasikan intellectual capital dalam sebuah perusahaan menjadi sumber kompetensi dan kemampuan untuk bermitra atau hubungan. Habiburrochman (2008) mengartikan intellectual capital sebagai pengetahuan yang dapat dieksploitasi untuk menghasilkan uang atau tujuan lainnya. Sedangkan Ulum (2009) menyatakan bahwa intellenctual capital termasuk semua proses dan asset yang tidak bisa ditampilkan pada neraca dan seluruh asset tidak berwujud (merek dagang, paten dan brands) yang di anggap sebagai metode akuntansi modern. Dengan adanya intellectual capital, perusahaan akan mendapatkan tambahan keuntungan atau kemapanan proses usaha serta memberikan perusahaan suatu nilai lebih dibanding dengan kompetitor atau perusahaan lain (Puspitasari, 2011). 2.
Komponen Intellectual Capital
Dalam intellectual capital terdapat 3 Komponen sebagai berikut: a. Human Capital Human Capital merupakan pengetahuan individual yang tak terlihat dari para anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan (education), warisan genetik (genetic inheritance), pengalaman dan sikap (experience and attitudes) tentang kehidupan dan bisnis (Ulum, 2007). Menurut Pramelasari (2010) Human capital merupakan sumber innovation dan improvement karena didalamnya terdapat pengetahuan, keterampilan dan kompentensi yang dimiliki oleh karyawan perusahaan.
15
b. Structural Capital Structural Capital pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisasi. Dalam hal ini mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara yang terkoordinasi (a coordinated manner). Tanpa ini intellectual capital hanya merupakan human capital. Menurut Fatima (2012) structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Sedangkan menurut Suhendah (2012) structural capital timbul dari proses dan nilai organisasi yang mencerminkan fokus internal dan eksternal perusahaan disertai pengembangan dan pembaruan nilai untuk masa datang. Organisasi dengan structural capital yang kuat akan memiliki budaya yang mendukung yang memungkinkan individu untuk mencoba hal baru, belajar, dan gagal. Structural capital adalah link penting yang memungkinkan intellectual capital untuk diukur pada tingkat analisis organisasi. c. Customer Capital Customer Capital pengetahuan yang komprehensif dalam bidang pemasaran (marketing) dan hubungan dengan pelanggan (customer relations). Hal ini mencakup pengembangan pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi industrial atau yang berkaitan dengan
16
pemerintah. Customer capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia perusahaan (function of longevity). Tema utama dari customer capital adalah pengetahuan tertanam dalam saluran pemasaran dan hubungan pelanggan bahwa organisasi berkembang melalui perjalanan melakukan bisnis. 3.
Islamic Banking-Value Added Intellectual Coefficient (iB-VAICTM) Islamic Banking-Value Added Intellectual Coefficient (iB-VAICTM)
merupakan metode yang di modifikasi oleh Ulum pada tahun 2013 dari model Pulic tahun 1998. Menurut Ulum (2013) menyatakan bahwa perbedaan utama dari metode iB-VAICTM dengan VAICTM yaitu metode VAICTM digunakan untuk mengukur intellectual capital pada perusahaan konvensional (private sector, profit motive, non syariah) sedangkan metode iB-VAICTM digunakan untuk mengukur intellectual capital pada perbankan syariah di Indonesia. Dan perbedaan lain terletak pada akun-akun yang digunakan untuk menghitung Value Added (VA). Akun-akun yang digunakan untuk mengembangkan rumus Value Added dalam model Pulic dikonstruksi dari total pendapatan, sementara pada iBVAICTM dikonstruksikan dari akun-akun pendapatan yang semuanya berbasis syariah, yaitu pendapatan bersih kegiatan syariah dan pendapatan non-operasional syariah. Penelitian yang dilakukan Ulum (2013) diperoleh cara perhitungan intellectual capital dengan metode iB-VAICTM diukur dengan value added yang terbentuk dari penjumlahan value added capital
17
employed (iB-VACA), value added human capital (iB-VAHU), dan structural capital value added (iB-STVA). 2.1.4
Perbankan Syariah
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip prinsip syariah (Sudarsono, 2004). Sedangkan menurut UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang berkaitan bank syariah dan unit usaha syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, hingga proses pelaksanaan kegiatan usahanya. Perbankan Syariah di Indonesia dibagi menjadi 3 Jenis: 1. Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah. 2. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.
18
3. BPRS adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (2007:5) implementasi yang sesuai dengan paradigma dan asas syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut : 1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha. 2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib). 3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas. 4. Tidak mengandung unsur riba. 5. Tidak mengandung unsur kezaliman. 6. Tidak mengandung unsur maysir. 7. Tidak mengandung unsur gharar. 8. Tidak mengandung unsur haram. 9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bilghurmi (no gain without accompanying risk). 10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
19
sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad. 11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar). 12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah). Sistem perbankan syariah yang dalam pelaksanaannya berlandaskan pada syariah hukum islam, menonjolkan aspek keadilan dan kejujuran dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi dan menghindari kegiatan spekulatif dari berbagai transaksi keuangan. Memberikan manfaat dan membawa kesejahteraan semua kalangan masyarakat. Sedangkan prinsip yang menjadi perdoman perbankan syariah yaitu: Prinsip yang pertama adalah prinsip Al-Ta’awun yakni prinsip untuk saling membantu dan bekerjasama antara umat manusia dalam kebaikan. Prinsip yang kedua adalah prinsip menghindari Al-Ikhtinaz yakni membiarkan uang tidak bergerak dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat (Hosen et al, 2008). Sehingga dengan berpedoman kepada hukum dan prinsip islam, maka produk yang dihasilkanpun berbasis syariah. Menurut Kasmir (2008:189), berikut ini jenis-jenis produk bank syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
20
1. Al-wadiah (simpanan) Al-wadiah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan. Prinsip Alwadiah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perseorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip mengehendaki. 2. Pembiayaan dengan bagi hasil Penyaluran dana dalam bank konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah dalam penyaluran dana yang kita kenal adalah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah bunga, tetapi yang diterapkan adalah bagi hasil yang diterapkan dalam 4 pembiayaan yaitu: a. Al Musyarakah Al Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko di tanggung bersama sesuai kesepakatan. b. Al Mudharabah Al Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari
21
pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Mudharabah Mutlaqah Dimana shahibul maal memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf). 2) Mudharabah Muqayyadah Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. c. Al-Muza’arah Al-Muza’arah merupakan kerja sama pengelolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang platation atas dasar bagi hasil panen. Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan penggarap menyedakan keahlian, tenaga, dan waktu. Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah disepakati.
22
d. Al-Musaqah Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-Muza’arah, yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari presentase hasil pertanian. 3. Bai’al Murabahah Bai’al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari’ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. 4. Bai’as-Salam Bai’as Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan di muka dengan ketentuan si pembeli membayar saat ini untuk barang yang akan diterimanya di masa mendatang. 5. Bai’Al Istihna Bai’Al Istihna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat
23
atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah di sepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran di lakukan di muka, melalui cicilan atau di tangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang. 6. Al-Ijarah (Leasing) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. 7. Al Wakalah (Amanat) Al wakalah adalah penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandate dari satu pihak ke pihak lain. 8. Al-Kafalah (Garansi) Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 9. Al-Hawalah Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak.
24
10. Ar-Rahn Ar-Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. 2.1.5
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Menurut Hanafi dan Halim (2003:27) jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. 2.1.6
Asset Turn Over (ATO)
Asset Turn Over (ATO) rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa asset (Firer dan William, 2003). Rasio ini dihitung dengan membagi total pendapatan atau penjualan dengan total aset atau aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin efisien penggunaan asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Rasio ini menggambarkan dana yang tertanam pada aktiva berputar dalam satu
25
periode tertentu atau kemampuan modal yang ditanamkan dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan pendapatan. 2.1.7 Penelitian Terdahulu Firer dan Williams (2003) melakukan penelitian dengan objek 75 perusahaan sektor publik yang go public di Afrika Selatan pada tahun 2001. Dalam penelitiannya, intellectual capital diproksikan dengan (VAICTM) dan diuji pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan, yaitu profitabilitas (ROA), produktivitas (ATO) dan market to book value (MB) dengan menggunakan korelasi dan regresi sederhana. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital hanya berpengaruh terhadap market to book value (MB) dan produktivitas (ATO), sedangkan profitabilitas (ROA) tidak. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital (modal fisik) merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Ulum (2008) melakukan penelitian untuk menginvestigasi hubungan antara efisiensi dari value added komponen-komponen utama yang berbasis pada
sumber daya perusahaan (human capital, physical capital dan
structural capital) dan tiga dasar kinerja keuangan perusahaan ROA (Return On Assets), ATO (Assets Turn Over), dan GR (Growth In Revenues). Hasil dari penelitian ini menunujukkan bahwa terdapat pengaruh positif intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan di masa depan, dan bahwa rata-rata pertumbuhan
26
intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan di masa depan. Ting dan Lean (2009) juga menggunakan metode VAIC TM untuk menguji kinerja intellectual capital dan hubungannya dengan kinerja keuangan dari 20 institusi keuangan di Malaysia untuk periode 1997-2007. Intellectual capital sebagai variabel independen dalam penelitian ini yang diproksikan dengan (VAICTM) dan
Return on Asset (ROA) sebagai
dependen variabel. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif antara intellectual capital (VAICTM)
dengan kinerja
keuangan (ROA) pada sektor keuangan Malaysia. Sehingga menjadi rekomendasi untuk meningkatkan kualitas human capital pada perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Chu et al. (2011) menguji pengaruh intellectual capital yang diproksikan dengan (VAICTM) terhadap kinerja perusahaan, menggunakan penilaian pasar (MB), profitabilitas (ROA, ROE), dan produktivitas (ATO) sebagai variabel independen. Leverage dan ukuran perusahaan berupa logaritma dari kapitalisasi pasar digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian tersebut. Hasil regresi menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara VAICTM dengan penilaian pasar, namun menunjukkan hasil yang signifikan dan negatif dengan produktivitas. Di sisi lain, VAICTM berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE perusahaan. Pal dan Soriya (2012) juga menguji pengaruh kinerja intellectual capital terhadap
produktifitas (ATO), profitabilitas (ROA, ROE) dan
27
penilaian pasar (MB) di dua sektor industri di India, yaitu industri farmasi dan industri tekstil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa VAICTM tidak berhubungan signifikan terhadap produktifitas (ATO) baik di industri farmasi maupun industri tekstil. Namun, VAICTM menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif terhadap ROA di kedua industri, pengaruh signifikan positif terhadap ROE di industri farmasi, dan signifikan negatif terhadap penilaian pasar (MB) di industri farmasi. Hermawan dan Wahyuaji (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kemampuan laba perusahaan manufaktur consumer goods di Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital (VAICTM) tidak berpengaruh terhadap Gross Profit Margin (GPM) dan Net Profit Margin (NPM). Tetapi terdapat pengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA) dan Retun on Equity (ROE). 2.2 Rerangka Pemikiran Dalam Rerangka pemikiran apakah ada hubungan antara intellectual capital pada profitablilitas dan produktivitas perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh antara intellectual capital yang diukur dengan iB-VAICTM yang terdiri dari 3 komponen yaitu iB-VACA, iB-VAHU dan iB- STAVA terhadap ROA sebagai indikator profitabilitas, ATO sebagi indikator produktivitas pada Perbankan Syariah. Dengan variabel kontrol SIZE sebagai indikator Ukuran Perusahaan dan DER sebagai indikator Leverage.
28
Berdasarkan tinjauan teoretis dan hasil penelitian terdahulu serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis penelitian ini, berikut disajikan Rerangka pemikiran yang dituangkan dalam gambar 2.1 Perbankan Syariah Teori Stakeholder
iB-VACA
Resources Based Theory
iB-VAHU
iB-STAVA
iB-VAICTM H2 (+)
H1 (+) DER
SIZE
ROA
ATO
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Keterangan : Perbankan Syariah
= Perusahaan
Stakeholder
= Tinjauan Teoretis
Resources – Based
= Tinjauan Teoretis
29
iB-VAICTM
= Islamic Banking-Value Added Intellectual Coefficient
iB-VACA
= Islamic Banking-Value Added Capital Employed
iB-VAHU
= Islamic Banking-Value Added Human Capital
iB-STAVA
= Islamic Banking-Structural Capital Value Added
ROA
= Return On Asset
ATO
= Asset Turn Over
SIZE
= Ukuran Perusahaan
DER
= Debt Equity Rasio
2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Hubungan Intellectual Capital terhadap Profitabilitas ROA merupakan indikator dalam mengukur profitablitas dengan laba sebelum pajak
dibagai total Asset. ROA menunjukkan kemampuan
manajemen perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan, menunjukkan bahwa semakin tinggi pula keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan asset yang dimilikinya. Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) dan Ulum (2008) menunjukkan bahwa intellectual capital
berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perusahaan. Hal itu menujukkan semakin tinggi nilai
30
intellectual capital di dalam perusahaan maka profitabilitas suatu perusahaan tersebut juga semakin meningkat. Oleh karena itu dengan pengelolaan intellectual capital yang baik, maka akan timbul value added yang akan memberikan keunggulan kompetitif untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan menggunakan metode Ulum (iB-VAICTM) untuk mengukur intellectual capital perbankan syariah maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap Profitabilitas ? 2.3.2
Hubungan Intellectual Capital terhadap Produktivitas
ATO merupakan indikator dalam mengukur produktivitas dengan total pendapatan dibagai total asset. Berdasarkan resource based theory, intellectual capital yang ada pada perusahaan membuat perusahaan menggunakan sumber dayanya secara efisien dan ekonomis. Perusahaan tersebut juga lebih dapat mengoptimalkan aset yang dimilikinya, sehingga dapat menghasilkan produk yang ungul dalam persaingan dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan atau pendapatan. Semakin tinggi intellectual capital VAICTM maka diharapkan produktivitas akan semakin meningkat (Ghosh dan Mondal, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008) dan Suhendah (2012) yang menunjukkan
bahwa
intellectual
capital
berpengaruh
terhadap
produktivitas perusahaan. Hal ini menandakan perusahaan yang telah secara efektif didalam penggunaan assetnya akan memperoleh keunggulan kompetitif yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan
31
menggunakan motode Ulum (iB-VAICTM) untuk mengukur intellectual capital perbankan syariah maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 : Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap Produktivitas ?