BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Sebelum menganalisis apa yang menjadi pokok permasalahan, terlebih dahulu akan dikemukakan teori yang berhubungan pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai landasan dalam perumusan dan analisis tersebut. 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah instrumen keuangan yang memperjual belikan surat-surat berharga berupa obligasi dan ekuitas atau saham untuk melakukan investasi jangka panjang, yang kegiatannya dilaksanakan di bursa. Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan
dana
dengan
pihak
yang
membutuhkan
dana
dengan
cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Sedangkan menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Bursa Efek didefinisikan sebagai berikut: “Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan meperdagangkan Efek diantara
mereka.” Apa yang dimaksudkan dengan pihak disini adalah orang perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. Pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang menunjang perekonomian,
karena
pasar
modal
dapat
menghubungkan
pihak
yang
membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu pasar modal dapat memberikan alokasi dana yang efisien, dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilihi alternatif investasi dengan return besar. Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut (Eduardus Tandelilin, 2010:27) Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan agar dapat beroperasi meningkatkan pendapatan yang menentukan likuiditas. 2. Jenis Pasar Modal Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, ada beberapa jenis-jenis pasar modal yang dapat dikategorikan menjadi empat yaitu (Samsul, 2015:61) : a. Pasar Pertama (Pasar Perdana) Pasar pertama atau pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Pasar pertama ini sering disebut juga dengan penawaran umum perdana (initial
public offering - IPO). Penawaran umum perdana ini mengubah bentuk perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka (Tbk.) b. Pasar Kedua (Pasar Sekunder) Pasar kedua atau pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Harga pasar terbentuk oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor disebut juga dengan istilah order driven market. Sistem perdagangan bursa efek Indonesia sudah terintegrasi dengan sistem penyelesaian yang ada di Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). c. Pasar Ketiga Pasar ketiga (third market), atau yang biasa disebut dengan over the counter market (OTC market) adalah sarana transaksi jual-beli efek antara pedagang efek (market maker) dan investor, dimana harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih market maker yang memberi harga terbaik. Market maker adalah anggota bursa. Pasar ketiga disebut juga dengan securities market. d. Pasar Keempat Pasar Keempat (fourth market) adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa lewat perantara efek. Transaksi dilakukan langsung tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa. Pelaku di pasar keempat menjadi anggota dari ECN, anggota central custodian dan central clearing house.
3. Instrumen Pasar Modal Instrumen
pasar
modal
adalah
semua
surat-surat
berharga
yang
diperdagangkan di bursa yang bersifat jangka panjang. Menurut Samsul (2015:59) bentuk instrumen di pasar modal berupa : a. Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikan perusahaan. Pemilik saham disebut juga pemegang saham (shareholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila seseorang atau suatu pihak sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku daftar pemegang saham (DPS). Berikut adalah jenis-jenis saham : 1) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif dimaksudkan bahwa hak laba yang tidak didapat pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga akan menerima laba dua kali. 2) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah bagian laba saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. b. Obligasi
Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat, yaitu di atas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder). Pemegang obligasi menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. c. Bukti Right Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu artinya harga sudah ditetapkan di muka biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan. d. Bukti Waran Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak hanya diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga diberikan kepada pemegang obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan atau 10 tahun. e. Produk Turunan (Derivative) Contoh produk derivative di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks obligasi. Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging). Perdagangan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual.
2.1.2 Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi adalah akumulasi suatu bentuk aktiva dengan harapan memperoleh keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Abdul Halim (2005:4) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada asset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada asset-aset riil (real assets). Investasi pada asset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lainnya. Sedangkan investasi pada asset-aset riil dapat berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya. 2. Tujuan Investasi Investasi bertujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam suatu keputusan, diperlukan ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu pula dalam bidang investasi, perlu menetapkan tujuan yaitu (Irham Fahmi, 2012:3) : a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut Dalam hal ini keberlanjutan adalah kehidupan layak di masa mendatang, dengan berinvestasi kita dapat memutar dana yang ada tanpa harus mempermasalahkan nilai waktu uang. b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan.
Dengan berinvestasi kita dapat menentukan keuntungan maksimum yang ingin dimiliki. Karena investasi saham ini sangat likuid dapat dijual kapanpun saat dibutuhkan dan dengan harga penawaran yang tinggi. c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham Mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah jaminan bagi pihak investor. Selain mendapat profit dari investasi, kita juga mendapat hasil pembagian dividen perusahaan. d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa Dengan berinvestasi kita dapat memberikan tambahan dana kepada perusahaan untuk mengembangkan usahanya agar lebih produktif, jika perusahaan produktif pasti pembayaran pajaknya juga baik, maka dari itu pembayaran pajak dapat digunakan untuk pembangunan fasilitas bagi masyarakat. 3. Risiko Investasi Risiko merupakan tingkat potensi kerugian yang timbul karena peroleha hasil investasi yang diharapakn tidak sesuai. Menurut Irham Fahmi (2006:104) investor yang terlibat dalam bisnis di pasar sekunder merupakan tempat terjadinya risiko dengan sangat tinggi. Risiko yang tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang diterima investor di masa depan. Ini disebabkan risiko saham berhubungan dengan keadaan-keadaan yang terjadi, seperti keadaan perekonomian, politik, industri, dan keadaan perusahaan atau emiten. Bila risiko tersebut dilihat dalam bentuk informasi terjadinya pergerakan angka pertumbuhan GNP (Gross National Product), tingkat bunga, maka ini
merupakan informasi yang mempengaruhi semua industri atau perusahaan yang terdapat di Negara tersebut. Risiko yang dialami tersebut sifatnya disebabkan oleh kebijakan yang dibuat oleh suatu Negara. Namun jika informasi tersebut menyangkut dengan data atu informasi penjualan dari perusahaan pesaing atau penurunan penjualan dari pesaing maka ini sifatnya tidak menyeluruh pada seluruh perusahaan pesaing tapi hanya menyangkut perusahaan yang sejenis. Bagi investor secara sederhana sumber risiko dibagi menjadi dua. Pertama, risiko sistematis, yaitu sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Kedua, risiko yang tidak sistematis, yaitu hanya membawa dampak pada perusahaan terkait. 2.1.3 Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan membeli sebagian kepemilikan perusahaan, dan berhak ata perolehan keuntungan yang disebut dividen. Menurut Irham Fahmi (2014:323) saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. Dengan kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya yang siap untuk dijual. Saham digunakan sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan dana. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pasar saham yaitu investor, spekulator, dan pemerintah. 2. Jenis-Jenis Saham Setelah mengetahui pengertian saham, maka selanjutnya adalah mengetahui jenis saham. Jenis saham yang dikenal publik (Irham Fahmi, 2014:324), yaitu :
a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Berikut adalah jenis-jenis saham biasa : 1) Saham Unggulan (Blue-Chip Stock) Merupakan saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas. 2) Growth Stock Merupakan saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham yang lain, dan juga mempunyai PER yang tinggi. 3) Defensive Stock Merupakan saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. 4) Cyclical Stock Merupakan sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
5) Seasonal Stock Merupakan perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca atau hari libur. 6) Saham Spekulatif Merupakan saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative. b. Saham Istimewa (Preferred Stock) Saham istimewa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulan). Macam dari saham preferen ini diantaranya adalah saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa (convertible preferred stock), saham preferen yang dapat ditebus (callable preferred stock), saham preferen dengan tingkat dividen yang mengambang (floating preferred stock). 3. Penilaian Saham Untuk mengetahui saham perusahaan yang bersifat likuid dibutuhkan untuk penilaian saham. Menurut Abdul Halim (2005:21) perhitungan harga saham (nilai intrinsik) oleh setiap analisis bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian yang memuaskan. Berikut ini adalah analisis tentang penilaian saham : a. Analisis Fundamental
Analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Ide dasar pendekatan ini adalah, bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara makro. Yang pertama adalah pendekatan dividen, dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Sehingga pembayaran dividen yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dapat diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan perusahaan kurang baik. Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turunnya besarnya dividen yang dibayarkan. Yang kedua adalah pendekatan Price Earning Ratio (PER), rasio ini digunakan oleh analisis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. b. Analisis Teknikal Analisis ini dimulai dengan cara memerhatikan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah :
1) Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan. 2) Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional. 3) Perusahaan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu. 4) Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan. 5) Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar. 6) Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang. 2.1.4 Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Harga saham merupakan harga yang terbentuk dari penawaran dan perminataan pada pasar, sehingga harga saham suatu perusahaan dapat berubahubah. Artinya perubahan harga saham tergantung kepada pihak emiten yang menwarkan saham dan para pialang saham sebagai yang mengajukan permintaan. Harga saham yang cenderung naik mempunyai dampak adanya capital gain, atau dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang cenderung cukup baik atau mempunyai prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dan sebaliknya, harga saham cenderung turun, dapat mengakibatkan capital loss, dan permintaan saham juga akan turun, hal ini menunjukkan kekurangan percayaan para investor terhadap kemampuan prospek jangka panjang perusahaan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham di pasar modal selalu berubah menyesuaikan diri terhadap informasi baru yang dapat mempengaruhi situasi pasar. Harga pasar saham yang semakin tinggi di Bursa Efek, menunjukkan permintaan yang naik terhadap saham perusahaan tersebut, dan berlaku sebaliknya. Hal ini menggambarkan bahwa posisi perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Kekuatan permintaan dan penawaran dapat juga mempengaruhi harga pasar saham, namun untuk melakukan penilaian harga pasar saham dengan baik diperlukan data operasional perusahaan. Menurut Suad Husnan (2015:275) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham : a. Faktor Fundamental Faktor fundamental ini memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor yang mempengaruhi harga saham dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut share price forecasting model. Faktor fundamental yang diidentifikasi adalah pendapatan, pertumbuhan penjualan, aliran kas, kebijakan dividen, dan pendekatan PER. 1) Para pemegang saham dengan jelas sangat memperhatikan pendapatanpendapatan, karena pendapatan-pendapatan yang dilaporkan maupun ramalan pendapatan membantu para investor dalam memperkirakan atau meramalkan arus kas dividen di masa mendatang.
2) Pertumbuhan
dapat
diartikan
sebagai
perkembangan
penjualan,
perkembangan laba atau perkembangan aktiva. Perekembangan penjualan memberi arti bahwa perusahaan mampu mengatasi persaingan dengan menunjukkan adanya stabilitas penjualan serta penjualan yang tinggi mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan. Pertumbuhan keuntungan secara normal diukur melalui kenaikan pendapatan per lembar saham atau earning per share. 3) Aliran kas adalah pendapatan sesudah pajak ditambah dengan beban nonkas, khususnya depresiasi. Investor yang serius tentu ingin memeriksa aliran kas dari perusahaan dengan hati-hati, karena hasil suatu analisis mungkin memberikan suatu wawasan terhadap probabilitas perusahaan. 4) Dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Aharony dan Swary (dalam Abdul Halim dan Sarwoko, 1995:8) pengumunan yang dihubungkan dengan penurunan dividen dan pengumuman yang dihubungkan dengan kenaikan dividen berpengaruh positif. Perusahaan yang membayarkan dividen mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dapat diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan perusahaan kurang baik. Akhirnya, harga saham cenderung mengikuti naik turunnya besarnya dividen yang dibayarkan (Abdul Halim, 2005:21). 5) Price earning ratio (PER) sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang
diperlukan untuk mengembaikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu (Suad Husnan, 2015:27). b. Faktor Teknikal Faktor teknikal ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan haraga saham tersebut di waktu lalu. Analisis teknikal menggunakan grafik (charts) maupun berbagai indicator teknis. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk mengetahui perubahan harga saham. Misalnya peningkatan atau penurunan harga yang berkaitan dengan volume perdagangan. 2.1.5 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah asset, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja adalah penghasilan dan beban. 2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Dwi Prastowo & Rifka Juliaty, 2008:5).
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca (menggambarkan informasi posisi keuangan), laporan laba rugi (menggambarkan informasi kinerja), laporan perubahan posisi keuangan , catatan dan laporan lain. 3. Bentuk Laporan Keuangan Menurut Samsul (2015:168) laporan keuangan meliputi : a. Neraca Neraca sangat penting bagi pihak kreditur dan investor efek, karena investor akan terlebih dahulu menganalisis kinerja perusahaan dan kinerja manajemen beberapa tahun yang lalu sampai sekarang untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi pada perusahaan tertentu. b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi digunakan sebagai perusahaan sebagai tolak ukur kemajuan atau kemunduran bagi perusahaan. Suatu perusahaan yang mampu meraih keuntungan setiap tahunnya mengindikasikan kemajuan, sedangkan perusahaan yang menderita kerugian setiap tahunnya mengindikasikan kebangkrutan. c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas sangat penting bagi perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi, terutama dalam kondisi ekonomi yang mengalami inflasi. Kebijakan akuntansi tersebut biasanya mengenai metode penilaian persediaan dan penyusutan aktiva/asset tetap. Metode tersebut berpengaruh besar terhadap penetapan laba perusahaan. Arus kas dapat dilihat dari perubahan unsur neraca yaitu arus kas finansial dan dalam unsur laporan laba rugi yaitu arus kas operasional. 1) Arus Kas Finansial Arus kas finansial lebih luas sifatnya daripada arus kas operasional. Dana tunai disini berasal dari penyusutan dan amortisasi, pemasukan setoran modal, dana pinjaman yang diterima, dana dari penjualan asset tetap, dan lain-lain. Pengeluaran dana tunai meliputi pembelian asset tetap, pembayar pinjaman, dividen, peningkatan persediaan, peningkatan piutang. 2) Arus Kas Operasional Rugi atau laba akuntansi dipengaruhi oleh beberapa kebijakan akuntansi yang diputuskan oleh manajemen. Contoh kebijakan akuntansi yang mempengaruhi besar laba rugi tahunan antara lain adalah penyusutan dipercepat atas asset tetap, amortisasi biaya, PPH ditangguhkan, dan metode penilaian persediaan (FIFO dan LIFO). d. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas atau modal merupakan laporan yang harus dibuat oleh perusahaan. Laporan ini menunjukkan apakah suatu perusahaan
mengalami peningkatan atau penurunan pada aktiva bersih atau kekayaan dalam periode tertentu. e. Catatan Laporan Keuangan Catatan laporan keuangan terdapat di halaman belakang neraca dan laporan laba rugi perlu dipahami, karena merinci setiap akun yang ada dalam laporan keuangan. 4. Pemakai Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat, dan shareholders (para pemegang saham). Menurut Dwi Prastowo & Rifka Juliaty (2008:3) Informasi yang dibutuhkan meliputi : a. Investor Berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Selain itu mereka juga tertarik pada informasi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. b. Kreditor (pemberi pinjaman) Berkepentingan dengan informasi keuangan dalam mengambil keputusan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Berkepentingan dengan informasi dalam mengambil keputusan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha juga berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor. d. Shareholders (para pemegang saham) Berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya. e. Pelanggan Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Berkepentingan
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
oleh
karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya. g. Karyawan Karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
h. Masyarakat Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2.1.6 Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umunya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan membayar dividen yang memadai. Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan pada periode tertentu (Irham Fahmi, 2014:52). Analisis rasio keuangan sendiri dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Menurut Sutrisno (2009:215) jenis-jenis rasio dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Berikut ukuran rasio likuiditas : 1) Current Ratio (Rasio Lancar)
Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Rumusnya adalah
Semakin tinggi nilai current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya. 2) Quick Ratio atau Acid Test Ratio Adalah rasio antara aktiva lancer sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancer. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Rumusnya adalah :
Semakin tinggi rasio cepat, faktor keamanan bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek semakin tinggi. 3) Cash Ratio Adalah rasio yang membadingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rumusnya adalah :
Semakin tinggi kas dan aktiva yang di dapatkan perusahaan, maka semakin cepat pula perusahaan dalam membayar hutang lancarnya. b. Rasio Leverage (Leverage Ratios)
Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage faktor, perusahaan mempunyai risiko yang kecil bila kondisi ekonomi menurun. Jadi kesimpulannya semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah hutang yang digunakan, dan semakin besar risiko bisnis yang dihapadi terutama pada kondisi ekonomi lesu. Berikut rasio leverage : 1) Total Debt to Total Asset Ratio Adalah rasio yang mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah hutang perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah karena tingkat keamanan dananya semakin baik. Rumusnya adalah :
Semakin tinggi debt ratio ini menunjukkan perusahaan semakin berisiko, maka kreditor akan meminta imbalan semakin tinggi. 2) Debt to Equity Ratio Adalah rasio imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh
melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi, maksimal 100%. Rumusnya adalah :
3) Time Interest Earned Ratio Rasio ini juga sering disebut coverage ratio yaitu rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunga. Rumusnya adalah :
Rasio ini mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa harus menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. 4) Fixed Charge Coverage Ratio Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Karena mungkin saja perusahaan menggunakaan aktiva tetap dengan cara leasing, sehingga harus membayar angsuran tertentu. Rumusnya adalah :
5) Debt Service Ratio
Adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman.
c. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Merupakan rasio yang mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Elemen aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut. Berikut rasio aktivitas : 1) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan. Rumusnya adalah :
2) Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Adalah ukuran efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Piutang berkaitan dengan penjualan kredit, sehingga rumusnya adalah :
3) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover) Adalah perbandingan antara penjualan dengan total aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan.
4) Perputaran Aktiva (Asset Turnover) Adalah ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran aktiva maka semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rumusnya adalah :
d. Rasio Keuntungan (Profitability Ratios) 1) Profit Margin Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumusnya adalah :
2) Return On Asset Sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba denga semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Rumusnya adalah :
3) Return On Equity Sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Rumusnya adalah :
4) Return On Investment Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Rumusnya adalah :
5) Earning Per Share Adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Rumusnya adalah :
e. Rasio Penilaian (Valuation Ratios) Merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarkat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham. Berikut rasio penilaian : 1) Price Earning Ratio (PER) Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham. Rumusnya adalah :
2) Market to Book Value Ratio Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Rumusnya adalah :
2.1.7 Price Earning Ratio Price Earning Ratio merupakan rasio yang sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu (Abdul Halim, 2005:27). Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan, sehingga PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : P
= Harga saham yang dibeli
EPS
= Laba per saham
Rasio ini diperlihatkan oleh investor dalam memilih saham karena perusahaan yang mempunyai nilai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang tinggi pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham, sebaliknya apabila perusahaan mempunyai PER yang rendah menunjukkan nilai pasar yang rendah sehingga akan berdampak terhadap penurunan harga saham (Suad Husnan, 2001).
2.1.8 Earning Per Share Informasi EPS atau laba per lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Laba per lembar saham dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Berikut rumus perhitungan EPS :
Menurut Eduardus Tandelilin (2010:373) Earning Per Share memiliki hubungan yang positif dengan harga saham. Peningkatan laba per lembar saham akan mempengaruhi hasil pengembalian yang berhak diperoleh investor dalam bentuk dividen dan capital gain. Semakin tinggi EPS maka semakin tinggi pula suatu saham, dan sebaliknya semakin rendah EPS maka semakin rendah pula suatu saham tersebut sehingga investor enggan menanamkan modalnya. 2.1.9 Dividend Per Share Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang tinggi akan meningkatkan harga saham perusahaan karena memiliki prospek baik. Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar. Menurut Susan Irawati (2006:64) rumus perhitungan DPS adalah :
DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. Analisis yang menggunakan dividen per share merupakan salah satu analisis yang digunakan investor dalam menentukan harga saham suatu perusahaan, karena semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan mempengaruhi harga saham. 2.1.10 Dividend Payout Ratio DPR merupakan presentase tertentu dari laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen kas kepada pemegang saham. DPR merupakan keputusan mengenai kebijakan dividen, apakah laba dibagi dalam bentuk dividen atau sebagian diinvestasikan kembali. DPR menunjukkan besarnya laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil (Sutrisno, 2009:269). Berikut adalah rumus perhitungan DPR menurut Zaki Baridwan (2004:444) :
x 100% 2.1.11 Penelitian Terdahulu 1.
Disusun oleh Dita Ristia Wardani dan Hadi Pramono 2014 Meneliti tentang “Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2011-2013”. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti terdahulu adalah untuk menguji pengaruhi variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel yang digunakan adalah Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah secara simultan variabel ROE, DER, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial variabel ROE tidak berpengaruh positif, variabel DER tidak berpengaruh, dan variabel PER juga tidak berpengaruh, tetapi variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia. Persamaan dan perbedaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini adalah : Persamaan : a.
Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan perusahaan sektor pertambangan.
b.
Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan variabel independen PER dan EPS dan variabel dependen yaitu harga saham.
Perbedaan : a.
Tujuan penelitian terdahulu yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas lainnya yaitu ROE dan DER terhadap harga saham. Sedangkan tujuan penelitian saat ini untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu DPS dan DPR terhadap harga saham.
b.
Penelitian terdahulu menggunakan tahun penelitian selama tiga tahun yaitu dari tahun 2011-2013.
2.
Disusun oleh Aranda Dedhe Febriano dan Budi Rustandi Kartawinata 2015 Meneliti tentang “Pengaruh Dividen Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan Sub Sektor Batubara Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Tujuan yang ingin dicapai penelitian terdahulu adalah untuk meneliti pengaruh variabel DPS dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan Industri Batubara di Bursa Efek Indonesia. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah secara parsial variabel DPS dan EPS tidak berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan Industri Batubara di Bursa Efek Indonesia. Secara simultan variabel DPS dan EPS berpengaruh positif terhadap harga saham. Pada perusahaan Industri Batubara di Bursa Efek Indonesia. Persamaan dan perbadaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini adalah :
Persamaan : a. Penelitian terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan variabel bebas Dividend Per Share dan Earning Per Share dan variabel terikat harga saham. b. Penelitian terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan sampel perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. c. Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan 5 tahun, periode
peneliti
terdahulu
2009-2013
sedangkan
peneliti
saat
ini
menggunakan periode 2010-2014. Perbedaan : a. Penelitian terdahulu objek penelitiannya pada pertambangan sub sektor batubara, sedangkan peneliti saat ini objek penelitinya pada semua perusahaan pertambangan. b. Penelitian terdahulu hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu DPS dan EPS, sedangkan peneliti saat ini menggunakan empat variabel bebas yaitu PER, EPS, DPS, dan DPR. 3.
Disusun oleh Sri Zuliarni 2012 Meneliti tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Tujuan yang ingin dicapai penelitian terdahulu adalah untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan mining and mining service di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Variabel yang digunakan
pada kinerja keuangan adalah Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), dan Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah secara parsial variabel ROA dan PER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan variabel DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan variabel ROA, PER, dan DPS berpengaruh terhadap harga saham Pada perusahaan Industri Batubara di Bursa Efek Indonesia. Persamaan dan perbadaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini adalah : Persamaan : a. Penelitian terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan variabel bebas PER dan DPR serta variabel terikat harga saham. b. Penelitian terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan sampel perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan : a. Penelitian terdahulu menggunakan periode penelitian selama tiga tahun yaitu tahun 2008-2010. Sedangkan penelitian saat ini menggunakan periode penelitian selama lima tahun yaitu tahun 2011-2015. b. Penelitian terdahulu hanya menggunakan tiga variabel bebas yaitu ROA, PER, dan DPR, sedangkan peneliti saat ini menggunakan empat variabel bebas yaitu PER, EPS, DPS, dan DPR. 4.
Disusun oleh Saparuddin 2013
Meneliti tentang “Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Coal Mining Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2010”. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti terdahulu adalah untuk menguji pengaruh variabel Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS) terhadap harga saham perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah secara simultan variabel DPS dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial variabel EPS mempunyai pengaruh negatif dan variabel EPS berpengaruh positif terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia. Persamaan dan perbedaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini adalah : Persamaan : a.
Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan perusahaan sektor pertambangan.
b.
Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan variabel independen DPS dan EPS dan variabel dependen yaitu harga saham.
Perbedaan : a.
Tujuan penelitian terdahulu yaitu untuk mengetahui 2 variabel bebas yaitu PER dan DPS terhadap harga saham. Sedangkan tujuan penelitian saat ini untuk mengetahui pengaruh 4 variabel bebas yaitu PER, EPS, DPS, dan DPR terhadap harga saham.
b.
Penelitian terdahulu menggunakan tahun penelitian selama empat tahun yaitu dari tahun 2007-2010.
5.
Disusun oleh Agka Wisnu Pratama 2016 Meneliti tentang “Pengaruh Kebijakan Dividen, Harga Emas, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Mining Yang Di BEI Periode 2010-2014”. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti terdahulu adalah untuk menguji pengaruh variabel kebijakan dividen, harga emas, dan inflasi terhadap harga saham pada perusahaan sektor mining yang di BEI. Kebijakan dividen adalah dividend payout ratio (DPR). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah secara parsial variabel harga emas dan inflasi tidak berpengaruh signifikan tetapi variabel DPR berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Persamaan dan perbedaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini adalah : Persamaan : a.
Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan perusahaan sektor pertambangan.
b.
Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama-sama menggunakan variabel independen DPR dan variabel dependen yaitu harga saham.
Perbedaan : a.
Tujuan penelitian terdahulu yaitu untuk mengetahui 3 variabel bebas yaitu harga saham, inflasi, dan DPR terhadap harga saham. Sedangkan tujuan
penelitian saat ini untuk mengetahui pengaruh 4 variabel bebas yaitu PER, EPS, DPS, dan DPR terhadap harga saham. b.
Penelitian terdahulu menggunakan tahun penelitian selama lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014.
2.2 Rerangka Konseptual Rerangka Konseptual adalah suatu skema atau bagan dalam penelitian yang menggambarkan hubungan antar konsep atau variabel yang diteliti yang diturunkan berdasarkan teori. Peningkatan dan penurunan harga saham banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Namun, dalam penelitian ini, peneliti melibatkan faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang digambarkan pada model konseptual. Rerangka konseptual pemikiran digunakan untuk memudahkan arah pemikiran dalam penelitian, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel independen yaitu Price Earning Ratio (PER), Earning per share (DPS), dan Dividen Payout Ratio (DPR) dan variabel dependennya harga saham seperti pada model konseptual berikut :
Gambar 1: Rerangka Konseptual
2.2.1
Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis adalah suatu anggapan data atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dihadapi. Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia 2. Variabel Earning per share berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia 3. Variabel Dividend Per Share berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia
4. Variabel Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia 5. Variabel antara Price Earning Ratio, Earning per share, Dividend Per Share, dan Dividend Payout Ratio berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia.