BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Teori sinyal adalah suatu teori yang menjelaskan hubungan informasi yang dipublikasikan sebagai pengumuman akan memberikan signal bagi investor untuk mengambil keputusan bagi investor (Jogiyanto, 2013). Informasi tersebut dapat berupa pengumuman yang mengandung berita baik atau berita buruk. Informasi yang mengandung berita baik maka akan mendatangkan signal yang positif, sedangkan informasi yang mengandung berita buruk akan mendatangkan signal yang negatif bagi investor. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori sinyal. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teori ini berfungsi untuk memberikan kemudahan sarana informasi lebih banyak mengenai baik buruknya
10
11
nilai perusahaan yang akan berdampak investasi invetor serta tingkat pengembalian. Sinyal informasi dibutuhkan bagi pihak investor untuk mengambil keputusan dimana investor akan menanamkan dana yang dimiliknya di perusahaan yang akan dipilinya. 2.1.2 Reaksi Pasar Berdasarkan Jogiyanto (2013:45) reaksi pasar adalah suatu bentuk tanggapan pasar atas informasi yang diterbitkan. Reaksi pasar ditandai dengan perubahan harga saham, reaksi pasar ini dipengaruhi oleh informasi yang diterbitkan. Informasi yang diterbitkan dapat berupa berita baik atau berita buruk. Reaksi yang ditunjukkan oleh investor dalam menanggapi suatu informasi menyebabkan adanya aktivitas jual beli dalam bursa saham sehingga hal ini akan menyebabkan perubahan harga saham. Pasar efisien adalah kondisi dimana pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2013:47). Pasar yang efisen merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang mungkin terjadi dengan cepat dan akurat. 2.1.3 Investasi Merupakan kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dan satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi. Seseorang melakukan investasi antara lain ingin mendapat kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak. Informasi merupakan
12
kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Informasi mempunyai makna apabila investor tersebut melakukan transaksi di pasar modal. Investor dalam melakukan investasi akan melakukan perkiraan tentang beberapa tingkat penghasilan yang diharapkan dari investasinya untuk periode tertentu di masa yang akan datang (Tandelilin, 2008). Ketidakpastian akan tingkat penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa pemodal harus selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana dan sumber daya yang lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2008:3), sedangkan Menurut Halim (2009:2), investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. keputusan investasi sebenarnya menyangkut tentang masalah dana, dan tentang akan diinvestaikan kemana dana yang akan dimiliki oleh seseorang atau perusahaan. Investasi ditinjau dari dimensi waktu dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu dalam model kerja (investasi jangka pendek) dan investasi aktiva tetap (investasi jangka panjang). Investasi dalam modal kerja dapat dilakukan dengan membeli surat berharga dari perusahaan investasi dalam bentuk saham atau obligasi. Saham yaitu surat bukti kepemilikan asset-asset yang dimiliki suatu perusahaan, sedangkan obligasi adalah surat hutang yang diterbitkan oleh perusahaan. Perusahaan investasi adalah lembaga perantara keuangan yang menjual saham-sahamnya kepada publik dan menginvestasikan hasil penjualan
13
(proceeds) tersebut dalam portofolio sekuritas yang terdibersifikasi. Investasi aktiva tetap dapat dilakukan dengan menginvestasikan sejumlah dana pada aktiva tetap seperti bangunan atau mesin berat. 1.
Pengertian dan jenis-jenis saham Menurut Sartono (dalam Aditya, 2014) saham adalah suatu jenis surat berharga jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Keown et al (dalam Clarensia et al, 2011:78) menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai atau harga saham perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan dampaknya pada harga saham perusahaan. Saham dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7-9) mengemukakan jenis – jenis saham ditinjau dari beberapa sudut, yaitu: a. Saham Biasa yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b. Saham preferen yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: (1) mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; (2) membayar dividen. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis
14
saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap. Perbedaanya dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa (Tandelilin, 2008:120). 2.
Penilaian Saham Menurut Jogiyanto (2013:82), dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yang digunakan untuk mengetahui saham – saham mana yang murah (undervalued). a. Nilai Buku, merupakan nilai saham yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai buku suatu saham dapat dihitung dari nilai nominal, agio saham, modal saham yang disetor dan laba yang ditahan. b. Nilai Pasar, nilai saham yang terjadi dipasar modal pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang berlaku di pasar bursa. c. Nilai Instrinsik, nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi dari perusahaan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai instrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini, biasanya investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Dan jika nilai pasar saham dibawah nilai instrinsik, maka saham tergolong murah (undervalued), sehingga dalam
15
situasi seperti ini para investor mengambil keputusan untuk membeli saham. 2.1.4 Analisis Fundamental Menurut Jogiyanto (2014:188) analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan dengan menggunakan data keuangan perusahaan, nilai intrinsik perusahaan dapat diwujudkan dengan harga saham. Faktor fundamental dari perusahaan bisa menjelaskan kekuatan dan kelemahan kinerja keuangan perusahaan di antaranya adalah rasio-rasio keuangan. Analisis fundamental dapat dikatakan sebagai analisis yang berbasis rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Analisis fundamental bisa dilakukan secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. a. Analisis ekonomi investor melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang di mana alokasi investasi akan dilakukan serta dalam bentuk apa investasi dilakukan. b. Analisis industri meliputi analisis yang berdasarkan hasil analisis ekonomi untuk menentukan jenis-jenis industri berprospek baik dan menguntungkan mana saja yang akan dipilih. c. Analisis perusahaan yang bertujuan untuk menentukan perusahaanperusahaan atau saham mana saja yang menguntungkan sehingga layak dijadikan pilihan investasi (Tandelilin, 2010:338). Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced
16
bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai intrinsiknya. 2.1.5 Konsep Return Saham Konsep return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula. Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Tingkat return menjadi faktor utama karena return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2013:120). Para investor dalam menanamkan modalnya di pasar modal tidak hanya bertujuan untuk jangka pendek saja tetapi bertujuan untuk jangka panjang dalam
17
meningkatkan pendapatan total. Pendapatan total yang diinginkan oleh para pemegang saham adalah capital gain dan yield. Capital gain merupakan selisih untung atau rugi dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi (Jogiyanto, 2013:120). 2.1.6 Kinerja Keuangan Investasi Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Baik atau buruknya kinerja perusahaan dapat digambarkan melalui kinerja keuangan suatu perusahaan. Untuk menganalisis menggunakan alat analisis keuangan untuk mengatahui baik atau buruknya kondisi keuangan dan prestasi keuangan sebuah perusahaan dalam waktu tertentu (Wibowo, 2014). Suatu keharusan bagi sebuah perusahaan menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan, agar saham tersebut tetap diminati oleh investor. Kinerja keuangan perusahaan dapat dicerminkan melalui laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Selain itu analisis terhadap informasi laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai intrinsic saham perusahaan dengan harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan, dan atas pertimbangan tersebut investor dapat mengambil keputusan apakah membeli ataukah menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Fungsi informasi keuangan adalah sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan,
bahan
pertimbangan
dalam
pengambilan
keputusan,
dan
18
penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan. Informasi keuangan tersebut akan digunakan sebagai tolak ukur dan pedoman bagi investor dalam melakukan transaksi jual-beli saham suatu perusahaan. Cara mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dengan melihat analisis laporan keuangan perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2009:74) analisis laporan keuangan di kelompokan lima dasar yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio pasar. Dalam penelitian ini menggunakan empat kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan sebagai berikut: 1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) Rasio likuiditas memberikan gambaran posisi keuangan dalam jangka waktu yang pendek, tetapi juga digunakan untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Tidak hanya bank dan para kreditor jangka pendek saja yang tertarik dengan angka rasio likuiditas berguna bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang (Munawir, 2001). Rasio Likuiditas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio menunjukkan perbandingan nilai kekayaan lancar dengan hutang jangka pendek (Munawir, 2001). current ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. (Hanafi dan Halim, 2009:75). Alasan digunakannya current ratio secara luas sebagai ukuran likuiditas karena kemampuannya untuk menggambarkan:
19
a. Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya (kewajiban jangka pendek). b. Kemampuan perusahaan dalam menyangga kerugian. c. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan cadangan dana lancar. 2.
Rasio Solvabilitas (Leverages Ratios) Rasio solvabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. (Hanafi dan Halim, 2009:79). Manfaat dari rasio solvabilitas adalah memberikan informasi yang bermanfaat dalam penentuan manfaat utang (Machfoedz, 2010). Para investor cenderung untuk menghindari resiko, akan tetapi apabila suatu perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya maka para pemodal perusahaan tersebut akan menanggung resiko finansial (financial risk). Resiko finansial adalah resiko tambahan yang ditanggung oleh investor karena perusahaan menggunakan solvabilitas keuangan. Rasio solvabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio, keputusan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari internal maupun dari eksternal. Debt to equity ratio yang tinggi menandakan modal usaha lebih banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat return yang diperoleh oleh investor adalah financial risk. Tingkat financial risk menyatakan variabilitas laba yang akan diterima pemegang saham. financial leverages adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat financial risk. Semakin banyak penggunaan financial leverages maka semakin banyak
20
penggunaan biaya tetap (jangka panjang) yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga laba operasional akan semakin kecil karena digunakan untuk menutup biaya jangka panjang dan beban bunganya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai debt to equity ratio maka akan menyebabkan meningkatnya nilai hutang yang akan menyebabkan penurunan laba bersih yang pada akhirnya akan mengurangi laba yang diterima oleh pemegang saham (Sartono, 2001). 3.
Rasio Profitabilitas (Profitabilty Ratios) Rasio profitabilitas adalah menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan pada tingkat asset, penjualan, dan modal saham tertentu. (Hanafi dan Halim, 2009:81-82). Dalam melakukan investasi, investor akan memperhatikan faktor profitabilitas dan resiko. Hal ini disebabkan karena kestabilan harga saham akan berpengaruh pada deviden dan return yang akan diterima oleh investor pada masa yang akan datang jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tergolong tinggi, maka harga saham akan juga akan mengalami peningkatan yang akan berdampak pada peningkatan return saham di masa yang akan datang (Husnan, 2000). Kemakmuran investor akan sangat tergantung pada return yang diharapkan dan resiko dari taksiran aliran kas di masa yang akan datang. Rasio Profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio return on asset Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan laba. return on asset diperoleh dengan cara membandingkan nilai pendapatan bersih setelah
21
pajak terhadap total aktiva. Semakin tinggi nilai return on asset maka kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar (Ang, 1997). Nilai return on asset dipengaruhi oleh pendapatan bersih sesudah pajak. Dengan tingginya nilai return on asset maka kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kemampuan menghasilkan laba tinggi. 4.
Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam operasinya baik dalam melakukan kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lain. Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat tertentu (Hanafi dan Halim 2009:76-79). Sedangkan menurut Sartono (2001) rasio aktivitas menunjukkan bagaimana suatu sumber daya sudah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri maka akan diketahui efisiensi perusahaan. Rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turnover yang menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan laba (Sartono, 2001). Total asset turnover dipengaruhi oleh nilai penjualan bersih yang dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki oleh perusahaan. Jika nilai total asset turnover ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, peningkatan penjualan bersih perusahaan akan mendorong peningkatan laba yang akan direspon
22
dengan peningkatan harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham perusahaan (Sartono, 2001). 2.2 Rerangka Pemikiran Berkembang pesatnya suatu konsep dalam aktivitas perusahaan dimana konsep tersebut merupakan perusahaan membutuhkan dana ekternal berupa investasi dalam jangka panjang untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan Go Public berarti menjual saham perusahaan ke para investor dan membiarkan
saham
tersebut
diperdagangkan
di
pasar
modal.
Untuk
mengharapkan terhadap tingkat kembaliaan (return saham). Dalam penelitian ini menggunakan dengan teori persinyalan yang menjelaskan penyampaian sinyal berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pihak yang berkepentingan salah satunya adalah investor, untuk mengetahui baik buruknya suatu kondisi perusahaan. Seorang investor yang melakukan aktivitas investasi seringkali mengalami kesulitan dalam memprediksi berbagai macam resiko dan kondisi ketidakpastian yang akan terjadi di masa mendatang. Oleh sebab itu, seorang investor memerlukan berbagai macam informasi mengenai kinerja perusahaan dari ketidakpastian dan untuk mengurangi resiko yang terjadi. Investor pada umumnya menggunakan teknik analisis fundamental untuk menilai kinerja perusahaan untuk mengestimasi return. Kinerja perusahaan dapat tercermin dalam data-data yang terdapat dalam laporan keuangan. Salah satu elemen penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yaitu rasio. Dalam penelitian ini menggunakan empat rasio
23
keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yaitu current ratio (CRt), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), total asset turnover (TAT). Dari laporan keuangan perusahaan tersebut investor menganalisis tingkat return yang diinvestasikanya. investor yang melakukan investasi mengharap tingkat return yang sesuai dengan dana yang diinvestasikan. Berdasarkan dari uraian latar belakang sampai dengan uraian tinjauan teoretis pada sebelumnya, dapat dilihat pada konsep gambar 1 di bawah ini.
Pasar Modal
Teori Signaling
Investor
Perusahaan
Kinerja keuangan
Current Ratio (CRt)
Return On Asset (ROA)
Debt to Equity (DER)
Reaksi Pasar (Return Saham) Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Total Asset Turnover (TAT)
24
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, serta tinjauan teori yang diuraikan sebelumnya, Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 2.3.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Reaksi Pasar Current Ratio (CRt) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2012:134). bahwa semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang secara otomatis akan meningkatkan return saham dipengaruhi oleh tingginya tingkat likuiditas. Sehingga dalam hal ini terjadi hubungan yang signifikan antara likuiditas (current ratio) dengan return saham. Berdasarkan teori yang dikemukakan Brigham dan Houston (2010) bahwa harga saham kemungkinan akan tinggi sesuai yang diperkirakan jika nilai dari rasio likuiditas, manajemen asset, manajemen utang dan rasio profitabilitas terlihat baik dan kondisi tersebut berjalan terus secara stabil. Jika current ratio baik maka kemampuan perusahaan akan semakin baik dalam mencukupi hutang jangka pendeknya dan terhindar dari masalah likuiditas. Semakin tinggi nilai current ratio ini semakin baik karena semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. meningkatnya nilai saham perusahaan maka akan semakin tinggi return saham yang akan didapatkan oleh investor. Hasil penelitian Setiyawan dan Pardiman (2014) menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh positif terhadap
25
harga saham. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Current ratio berpengaruh positif terhadap reaksi pasar 2.3.2 Pengaruh Debt to equity ratio Terhadap Reaksi Pasar Menurut Kasmir (2012:158) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan total hutang dengan seluruh ekuitas. bahwa semakin besar DER, maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin besar. Selain itu, semakin tinggi DER perusahaan juga harus membayar biaya bunga yang tinggi. maka akan dapat mengakibatkan penurunan pembayaran dividen. Investor melihat tersebut sebagai informasi yang buruk, sehingga permintaan terhadap saham perusahaan akan mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan harga saham. Kondisi tersebut menandakan saham perusahaan kurang diminati yang secara otomatis akan menurunkan tingkat return saham perusahaan. Sehingga dalam hal ini terjadi hubungan yang berlawanan arah dan signifikan debt to equity ratio terhadap return saham. Hasil penelitian Arista dan Astohar (2012) dan Hermawan (2012) menunjukkan bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh yang berlawanan arah serta signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2 : Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap reaksi pasar. 2.3.3 Pengaruh Return On Asset Terhadap Reaksi Pasar Menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, return on asset
26
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan
efektivitas
manajemen
dalam
menggunakan
aktiva
untuk
memperoleh laba. Semakin besar nilai dari ROA berarti bahwa semakin baik perusahaan menggunakan assetnya untuk mendapat laba, dengan meningkatnya nilai return on asset profitabilitas dari perusahaan semakin meningkat (Arista, 2012). Dalam hal ini membuat investor menjadi tertarik untuk membeli saham perusahaan serta berdampak pada harga saham yang semakin meningkat dan diikuti dengan tingkat pengembalian return saham yang tinggi. hal ini membuat investor menjadi tertarik untuk membeli saham perusahaan serta berdampak pada harga saham yang semakin meningkat dan diikuti dengan tingkat pengembalian return saham yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian oleh dilakukan oleh Astohar (2010) dan Susilowati (2011) return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3 : Return on asset berpengaruh positif terhadap reaksi pasar. 2.3.4 Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap Reaksi Pasar Menurut Kasmir (2012:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas dalam penelitian ini diukur dengan total asset turnover. Total asset turnover merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Total asset turnover
mencerminkan
efisiensi
asset
manajemen
untuk
mendapatkan
penghasilan dari aktivitas operasi perusahaan (Darsono, 2005), Sehingga total
27
asset turnover yang tinggi bermanfaat bagi perusahaan dan dapat memberikan efek yang baik pada return saham (Martani et al, 2009). Semakin tinggi total asset turnover akan semakin baik. Disebabkan bahwa perusahaan telah mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliknya dengan baik. Nilai total asset turnover yang tinggi akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan dipilihnya, yang berdampak pada naiknya nilai saham perusahaan dan akan semakin tinggi return saham yang dipilih investor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh oleh Nuryana (2013) yang menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi total asset turnover memberikan daya tarik investor dalam melakukan investasinya, meskipun informasi yang disajikan memberikan gambaran bagaimana aktiva yang terdapat pada perusahaan dapat dikembalikan dari hasil investor. Berdasarkan penelitian yang diperkuat oleh Ghasempour (2013) menunjukan bahwa total asset turnover berhubungan positif signifikan dengan return saham. Berdasarkan uraian diatas peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H4 : Total asset turnover berpengaruh positif terhadap reaksi pasar.