BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Analisis Sistem Menurut Sutabri (2004:84), proses analisis sistem dalam pengembangan
sistem informasi merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul serta membuat spesifikasi sistem yang baru atau sistem yang akan diusulkan dan dimodifikasi. Adapun tujuan utama dari tahap analisis sistem ini menurut Sutabri (2004:84) adalah sebagai berikut: a. Memberikan pelayanan kebutuhan informasi kepada, fungsi-fungsi manajerial di dalam pengendalian pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. b. Membantu para pengambil keputusan, yaitu para pemimpin, untuk mendapatkan bahan perbandingan sebagai tolak ukur hasil yang telah dicapainya. c. Mengevaluasi sistem-sistem yang telah ada dan berjalan sampai saat ini, baik pengolahan data maupun pembuatan laporannya. d. Merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai berupa pola pengolahan data dan pembuatan laporan yang baru. e. Menyusun suatu tahap rencana pengembangan sistem dan penerapannya serta perumusan langkah dan kebijaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Rekayasa Rekayasa adalah upaya untuk pembentukan produk berkualitas melalui
pendekatan sistematik yang berdasarkan pada sains dan matematika dalam merancang, menghasilkan, dan mengoperasikan struktur, mesin, proses, atau sistem. Rekayasa adalah menciptakan solusi yang cost-effective terhadap persoalan praktis melalui penerapan pengetahuan sains dengan membangun sesuatu untuk pelayanan umat manusia (Hariyanto, 2004:6-7). Rekayasa atau teknik adalah penerapan ilmu atau teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, matematika, atau pengalaman praktis yang diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Para praktisi teknik profesional disebut insinyur (sarjana teknik).
2.3.
Supplier Relationship Management Istilah supplier relationship management didefinisikan sebagai berikut:
“Supplier Relationship Management is an all-inclusive approach to managing the affairs and interactions with the organizations that supply your company with goods and services. This includes communications, business practices, negotiations, methodologies and software that is used to establish and maintain a relationship with a supplier. Benefits include lower costs, higher quality, better forecasting and less tension between the two entities that result in a win-win relationship.” (http://www.operationstech.com)
Jadi suatu Supplier Relationship Management adalah seluruh pendekatan inklusif untuk mengelola permasalahan dan interaksi dengan organisasi atau
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang menyediakan barang dan jasa bagi suatu perusahaan. Termasuk di dalam hal ini adalah komunikasi, praktek bisnis, negosiasi, metodologi, dan perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan dan mengelola hubungan dengan supplier, keuntungan yang dapat diperoleh adalah biaya yang lebih rendah, kualitas yang lebih tinggi, dan peramalan yang lebih baik di dalam suatu kerangka hubungan yang menguntungkan kedua belah pihak. Supplier
Relationship
Management
(SRM)
dimaksudkan
untuk
menyederhanakan rantai pasokan dengan meningkatkan komunikasi antara perusahaan dan pemasoknya. Kemampuannya mencakup antara lain: 1. Strategic Supply Management Memastikan perusahaan mempunyai supplier yang baik dari segi kinerja, dan perusahaan membayar harga yang terbaik. 2. Supply Chain Collaboration Mengijinkan perusahaan untuk berbagi informasi dengan suppliernya secara real time, memotong biaya material, meminimasi persediaan, dan mengurangi kekurangan barang, dan kecepatan. 3. Direct Materials Procurement Execution Menggunakan internet untuk melakukan automatisasi proses persetujuan dengan supplier. Keuntungannya termasuk mengurangi waktu siklus, meningkatkan perputaran persediaan, dan mengizinkan staf pembelian untuk menghapus kegiatan yang bernilai rendah dan fokus pada hal – hal penting.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa data dari supplier yang harus diketahui oleh perusahaan sebelum melakukan seleksi terhadap pemasok (Supriyanto dan Masruchah, 2008). Data tersebut harus dipelajari dengan baik sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan perusahaan tersebut diterima menjadi supplier. Antara lain: 1. Jenis usaha dan kategori produk. 2. Perolehan material. 3. Kapasitas produksi dan jenis peralatan yang dimiliki. 4. Sistem pengendalian proses produksi. 5. Sistem pengendalian kualitas. 6. Status perusahaan. 7. Struktur organisasi perusahaan. 8. Nilai asset. 9. Sertifikasi ISO atau sistem pengendalian mutu. 10.Referensi perusahaan yang sudah menjadi pelanggannya.
2.4.
Analytical Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor
ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun, masih terdapat penyebab lainnya seperti banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, dengan beragamnya kriteria pemilihan dan jika pembuatan keputusan yang lebih dari satu merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah yang sangat kompleks. Adapun metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalah multikriteria
Universitas Sumatera Utara
tersebut dikenal dengan metode proses hirarki analitik (Analytical Hierarchy ProcessAHP). Untuk pertama kali metode AHP diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada periode tahun 1971 – 1975 di Wharton School. (Kosasi, 2002). Dalam perkembangannya, metode AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan–pilihan dengan banyaknya kriteria (multikriteria), tetapi penerapannya telah meluas sebagai sebuah metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam–macam masalah, seperti memilih portofolio yang menguntungkan, analisis manfaat biaya, dan membuat peramalan. Hal ini dimungkinkan karena metode AHP dapat digunakan dengan hanya cukup mengandalkan pada intuisi sebagai masukan utamanya, namun intuisi tersebut harus datang dari seorang pembuat keputusan yang memiliki cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa pada dasarnya metode AHP merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep pengukuran. Metode ini digunakan untuk menemukan suatu skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan – perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan perefensi relatif. Metode AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan unsur kebergantungan di dalam dan diantara kelompok elemen strukturnya. Kemudian Permadi (1996), menjelaskan peralatan utama metode AHP merupakan sebuah bentuk hirarki yang bersifat fungsional dengan masukan (input) utamanya menggunakan persepsi manusia. Melalui sistem hirarki ini suatu
Universitas Sumatera Utara
masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat didekomposisikan atau diformulasikan ke dalam kelompok-kelompok atau bagian-bagian yang lebih sempit. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub tujuan yang lebih terperinci dan dapat menjelaskan maksud tujuan umum. Penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh tujuan yang bersifat operasional. Pada hirarki terendah inilah dilakukan proses evaluasi atas alternatif-alternatif yang merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama dan pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa suatu kriteria diukur. Dalam melakukan penjabaran atau dekomposisi hirarki sebuah tujuan tidak ada suatu pedoman yang pasti mengenai seberapa jauh pembuat keputusan menjelaskan atau mendekomposisikan tujuan menjadi sub-sub tujuan yang lebih rendah atau yang lebih rinci. Dalam hal ini seorang pembuat keputusan harus menentukan saat penjabaran tujuan ini berhenti yang dapat dilakukan dengan cara memperhatikan keuntungan atau kekurangan yang diperoleh bila tujuan tersebut diperinci lebih lanjut dan lebih rinci. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses penjabaran hirarki tujuan yaitu (Suryadi dan Ramdhani, 1998): 1. Penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan yang lebih rinci harus selalu memperhatikan apakah setiap tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub tujuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Meskipun hal tersebut dapat dipenuhi, juga perlu menghindari terjadinya pembagian yang terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertikal. 3. Sebelum menetapkan tujuan harus dapat menjabarkan hirarki tersebut sampai dengan tujuan yang lebih rendah dengan cara melakukan tes kepentingan. Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi. Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan metode AHP adalah (Suryadi & Ramdhani, 1998): 1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. 2. Mempertimbangkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas pembuat keputusan.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu bentuk pemodelan pembuatan keputusan yang sangat komprehensif. Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani, 1998): 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatifalternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya data skala penilaian pada Tabel 2.1. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgement seluruhnya yaitu sebanyak n x | (n-1)/2 | buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
Universitas Sumatera Utara
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% (persen) atau 0,1 maka penilaian data harus diperbaiki. Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Keterangan Kepentingan Kedua elemen sama 1 pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting 3 daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih 5 penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting 7 daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada 9 elemen lainnya
Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlibat dalam praktek
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai – nilai antara dua Nilai ini diberikan bila ada dua 2, 4, 6, 8 nilai pertimbangan kompromi di antara dua pilihan yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan Kebalikan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Sumber: (Suryadi & Ramdhani, 1998)
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Prinsip Pokok Metode AHP Metode AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, pengukuran performance, dan pemecahan masalah. Metode AHP mempunyai 4 prinsip pokok yaitu (Mulyono, 1996): 1. Decomposition Tahapan yang perlu dilakukan setelah permasalahan diidentifikasi adalah decomposition. Decomposition adalah memecahkan permasalahan yang utuh ke dalam unsur-unsurnya. Proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu hirarki lengkap dan tidak lengkap (Latifah, 2005). Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian dinamakan hirarki tidak lengkap. 2. Comparative Judgement Prinsip ini berarti bahwa membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh di dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks. Matriks ini biasa disebut matriks pairwise comparisons. Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh
Universitas Sumatera Utara
tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari (Latifah, 2005). Pertanyaan yang biasa diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah (Kosasih, 2002): a. Elemen mana yang lebih (penting / disukai / mungkin / ...)? dan b. Berapa kali lebih (penting / disukai / mungkin / ...)? 3. Synthesis of Priority Setelah matriks pairwise comparisons tersaji, maka dicari eigen vector untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparisons terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting. Bobot kriteria dan skor alternatif disebut dengan local priority, yang disebut sebagai elemen pengambilan keputusan pada langkah kedua dalam proses pengambilan keputusan. Pengambil keputusan membuat preferensi mereka dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons), sesuai dengan bobot dan skor. Nilai bobot v i dan skor r ij didapat dari perbandingan dan dari tabel. Langkah terakhir dari penghitungan AHP adalah menjumlahkan semua bobot dari semua tipe keputusan. Dengan formulasi sebagai berikut: R j = ∑i Vi xRij .................................................(2.1)
Universitas Sumatera Utara
4. Logical Consistency Konsistensi di sini mempunyai dua makna. Pertama, obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua, menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Konsistensi data didapat dari
rasio
konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI). Adapun nilai indeks random dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai Indeks Random Ukuran Matriks Indeks Random (Inkonsistensi) 1,2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57 15 1.59 Sumber: Kosasih, 2002
2.4.2
Review Hasil Penelitian Penelitian atau research dengan menggunakan metode AHP sudah banyak
dilakukan oleh para ahli. Perçin(2006) menyebutkan bahwa metode AHP dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menganalisis kriteria kuantitatif dan kualitatif untuk memilih best supplier. Empat kriteria dan 20 sub kriteria diidentifikasi oleh para pengambil keputusan di perusahaan yang memproduksi alat-alat pengaman berkendaraan seperti seatbelt dan steering wheels. Empat kriteria yang diidentifikasi adalah kriteria manufaktur, teknologi, bisnis, dan service. Kriteria manufaktur merupakan kriteria prioritas yang dipertimbangkan oleh perusahaan, dengan bobot 0,573. Diikuti oleh kriteria teknologi, bisnis, dan service masing-masing 0,272; 0,110; 0,045. Dari enam supplier yang diteliti, disimpulkan bahwa supplier 2 menjadi best supplier dengan nilai prioritas global 0,253. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Yang dan Chen (2005) di China. Penelitian dilakukan pada sebuah pabrik komputer notebook, terhadap supplier printed circuit boards (PCBs). Sesuai dengan proses supplier selection, setiap supplier yang potensial harus diaudit oleh departemen purchasing, departemen quality assurance, dan departemen engineering. Supplier-supplier tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu antara lain: a. Supplier yang utama di pasar (mempunyai annual turn over perusahaan yang tinggi). b. Pemasok produk berkualitas tinggi. c. Penawaran harga per unit rendah. d. Kerja sama jangka panjang dengan perusahaan sebagai buyer. Setelah perusahaan sebagai buyer mengaudit supplier, maka terpilih tiga supplier yang potensial. Kemudian perusahaan menganalisa ketiga supplier potensial
Universitas Sumatera Utara
ini. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa supplier c sebagai best supplier, dengan cost per unit $ 19.88 atau waktu pengiriman (delivery time) 10.5 hari. Menurut penelitian Yang dan Chen (2005), metode AHP memungkinkan penilai (evaluator) dari perusahaan sebagai
buyer
untuk mempertimbangkan tingkat
kepentingan dan interaksi bermacam kriteria pada proses supplier selection. Perusahaan juga dapat mengganti prosedur pairwise comparisons jika terdapat perubahan pada kondisi lingkungan bisnis dan atau perubahan permintaan konsumen. Metode AHP disebut sebagai metode yang efektif dan merupakan pendekatan praktis untuk menyelesaikan masalah supplier selection pada perusahaan komputer notebook. Sebagai batasannya, peneliti hanya meneliti pemasok untuk produk hardware. Produk hardware yang akan dibahas dalam hal ini adalah produk harddisk.
2.5.
Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
2.5.1. Pengertian Objek Menurut Roff (2003:50) objek adalah sebuah instance dari sebuah class dengan sekumpulan datanya, yang memberi class sebuah state abstraksi dari sesuatu dalam problem domain, yang menunjukkan kemampuan sistem untuk menyimpan informasi, dan berinteraksi dengannya, atau keduanya. Contoh, jika penumpang memiliki sebuah tiket, maka tiket untuk tempat duduk 4A untuk Lenny Kravitz yang akan bermain dalam pertunjukan halloween adalah sebuah objek karena memiliki bagian (state) tetap melalui sekumpulan datanya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Roff (2003:51): 1. Object-oriented analysis adalah proses yang digunakan untuk mengerti (menganalisa) sebuah sistem menggunakan class dan object untuk dunia yang berhubungan dengan sistem. 2. Object-oriented
design
adalah
metode
yang
biasanya
mencatat
perbendaharaan kata dalam tahap analisis yang memberikannya sifat yang diperlukan sistem untuk bertahan. 3. Object-oriented programming adalah implementasi aktual dari model yang dibuat dalam Object-oriented design.
2.6.
Unified Modelling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) merupakan sistem arsitektur yang
bekerja dalam OOAD (Object-Oriented Analysis/Design) dengan satu bahasa yang konsisten untuk menentukan, visualisasi, mengkonstruksi, dan mendokumentasikan artifact (sepotong informasi yang digunakan atau dihasilkan dalam suatu proses rekayasa software, dapat berupa model, deskripsi, atau software) yang terdapat dalam sistem software. UML merupakan bahasa pemodelan yang paling sukses dari tiga metode OO yang telah ada sebelumnya, yaitu Booch, OMT (Object Modeling Technique), dan OOSE (Object-Oriented Software Engineering). UML menyediakan beberapa diagram untuk memodelkan aplikasi berorientasi objek seperti pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Diagram UML
2.6.1
Tujuan Penggunaan UML Adapun tujuan dari pemakaian UML adalah sebagai berikut: 1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang ekspresif untuk mengembangkan dan saling menukar model dengan mudah dan dimengerti secara umum. 2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa pemrograman dan proses rekayasa. 3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan. UML dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu structural diagram dan
behavioral diagram.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Structural Diagram UML memiliki dua jenis diagram yang dianggap struktural, class diagram dan implementation diagram.
Dalam dua kategori ini, ditemukan empat jenis
diagram yang spesifik. 2.6.2.1 Class dan Object Diagram Class diagram digunakan untuk mewakili bagian (classes) berbeda, hubungan mereka satu dengan lainnya. Termasuk atribut dan operasi. Object diagram sangat mirip dengan class diagram, kecuali hubungan dengan class, yang menunjukkan objek yang merupakan instance dari class. Diagram ini biasanya lebih untuk contoh perancangan. Dengan kata lain, object berhubungan dengan sesuatu yang unik, sedangkan class lebih umum. Class diagram dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Class -atribut +operasi() Gambar 2.2 Class Diagram
2.6.2.2. Component dan Deployment Diagram Deployment Diagram menggambarkan dimana model akan bergerak setelah mereka diinstall pada sistem dan bagaimana sistem ini berinteraksi satu sama lain. Deployment Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Node
Gambar 2.3 Deployment Diagram Component Diagram digunakan untuk mengilustrasikan bagaimana komponen sebuah sistem berinteraksi satu sama lain. Component Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.4. Node
Package
Component
Gambar 2.4 Component Diagram
2.6.3. Behavioral Diagram Digunakan untuk menunjukkan bagaimana proses mengalir diantara komponen, class, user, dan sistem.
2.6.3.1 Use Case Diagram Mengandung use case dan actor, menunjukkan hubungan diantara dua set. Use Case Diagram adalah tahap awal analisis dalam merancang sistem. Ditemukan oleh Jacobson, dihubungkan oleh asosiasi dan dihubungkan kepada actor untuk memproyeksikan struktur keseluruhan dan ketersediaan sistem pada pembaca non
Universitas Sumatera Utara
teknis seperti manajemen dan end user.
Use Case Diagram dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
System
Actor
UseCase
Gambar 2.5 Use Case Diagram
2.6.3.2 Activity Diagram Digunakan untuk menganalisa sifat yang kompleks dari use case dan menunjukkan interaksi satu dengan lainnya. Biasanya untuk memodelkan urutan kerja selama perancangan use case, membantu dalam mengidentifikasi use case atau interaksi antara use case. Activity Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Activity Diagram
Universitas Sumatera Utara
2.6.3.3 Sequence Diagram Digunakan untuk menunjukkan interaksi antara aktor dan objek dan objek lainnya. Pesan dikirim dari aktor ke objek, dari objek ke objek, dan objek ke aktor untuk menunjukkan urutan kendali melalui sebuah sistem. Dapat digunakan untuk menunjukkan setiap kemungkinan jalur melalui sebuah interaksi, atau menunjukkan jalur tunggal melalui sebuah interaksi. Sequence Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Sequence Diagram
Universitas Sumatera Utara
2.6.3.4 Collaboration Diagram Digunakan untuk membawa class diagram selangkah lebih maju. Mewakili interaksi dan hubungan antar objek yang dibuat pada langkah awal dari proses domain modelling Dapat juga digunakan untuk menggambarkan pesan diantara objek yang berbeda. Collaboration Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Collaboration Diagram
2.6.3.5 Statechart Diagram Digunakan untuk menggambarkan sifat dari subsystem, memodelkan interaksi dengan kelas dan system interface, dan use case. Merupakan cara fantastis untuk mengvisualisasikan urutan aplikasi. Statechart diagram dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Universitas Sumatera Utara
Initial State Final State
Gambar 2.9 Statechart Diagram
2.7.
Resume Hasil-Hasil Penelitian Setelah membandingkan dengan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan
mengadakan penelitian mengenai penerapan supplier relationship management system dalam pemilihan supplier terbaik dengan langkah-langkah penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Kepustakaan
Penelitian Pendahuluan 1. Observasi langsung di lapangan, yakni pada bagian purhcasing. 2. Wawancara dengan manajer purchasing
1. Studi Literatur 2. Browsing Internet
Identifikasi dan Perumusan Masalah Dibutuhkan adanya klasifikasi mengenai supplier terbaik
Pengumpulan Data 1. Observasi (Pengamatan Langsung) 2. Kuesioner 3. Wawancara Analisa Sistem Berjalan dan Definisi Sistem Usulan
Penyusunan UML Diagram Use Case Diagram Sequence Diagram
Penentuan Kriteria dan Alternatif Supplier
Penentuan bobot lokal dan global
Pembuatan Model Penentuan Supplier terbaik
Penerapan Model untuk Menentukan Supplier Terbaik
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.10 Skema Langkah – Langkah Penelitian
Universitas Sumatera Utara