BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Hotel Hotel, dijabarkan dalam kamus besar bahasa Indonesia sebagai bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Endar Sri (1996:8) menjelaskan bahwa Hotel adalah bangunan yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut : 1) Jasa penginapan 2) Pelayanan makanan dan minuman 3) Pelayanan barang bawaan 4) Pencucian pakaian 5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.
2.1.1
Klasifikasi Hotel Hotel secara umum dapat dikelompokan dalam berbagai kategori, Suwithi & Boham(2008) menjelaskan bahwa klasifikasi hotel dibagi berdasar kelas, plan (peruntukkan), ukuran, lokasi, area, maksud kunjungan, maupun lamanya tamu menginap.
9
10 Terdapat berbagai macam tipe klasifikasi pada hotel, penulis menggunakan klasifikasi terhadap lokasi hotel untuk menentukan jenisnya, yaitu city hotel. Klasifikasi hotel berdasarkan faktor lokasi dapat dibagi menjadi: a. City hotel Hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya yang menginap adalah memiliki kegiatan berbisnis. b. Resort Hotel Adalah hotel yang terletak di kawasan wisata, di mana sebagian besar tamunya tidak melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak rekreasi Berikut adalah Klasifikasi hotel bintang 4 menurut SK Menparpostel: Jumlah minimal kamar : 50 Kamar, 3 Suite Luas Kamar : 18-28 m2 Restauran / Ruang Makan : Wajib, minimal 2 Bar dan Coffee Shop : Wajib, minimal 1 Rekreasi dan Olahraga : Kolam Renang wajib, perlu + 2 jenis sarana Function Room : Wajib minimal 1 Ruang yang disewakan: Perlu Minimal 3 Lounge : Wajib Taman : Perlu Penulis meneliti tentang hotel bintang 4 karena belum adanya hotel bintang 4 di daerah SCBD, selain itu dengan ketentuan luas lahan proyek akan membuat desain hotel menggunakan perancangan vertikal bagi
11 bangunan. Untuk meminimalisir pengulangan pola yang terlalu banyak pada fasad, penulis tidak membuat bangunan tingkat tinggi. 2.1.2
Fungsi City Hotel Dalam perancangan city hotel, dibuat satu hotel dengan rentang layanan yang lebar. Secara keseluruhan, hotel dan fasilitasnya dirancang menurut standar klasifikasi hotel bintang empat. City hotel merupakan hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya yang menginap memiliki kegiatan berbisnis. Sehingga penulis menggunakan standar fasilitas yang dibutuhkan di dalamnya.
Kamar hotel, merupakan fasilitas utama untuk penjualan atau penyewaan kamar. Berbagai tipe kamar ditawarkan kepada tamu hotel termasuk fasilitas didalamnya.
Lobby hotel, merupakan sebuah area dimana tamu yang datang melakukan proses registrasi, sebuah area dimana tamu hotel bertemu satu dengan pengunjung yang lain dan merupakan sebuah area dimana tamu melakukan proses keberangkatan (check-out) dari hotel. Lobby hotel juga berfungsi sebagai area untuk aktifitas yang lain seperti area membaca, pertunjukan musik atau karya seni lokal untuk menyambut tamu dan lainnya.
Restoran, merupakan tempat penjualan makanan dan minuman. Berbagai macam jenis restaurant disuguhkan untuk memenuhi kebutuhan tamu seperti coffee shop, special restaurant (Indonesia, cina,
12 jepang dan western), dan lainnya. Biasanya semakin banyak jumlah kamar hotel, semakin banyak restaurant yang tersedia.
Bar, merupakan tempat untuk menjual minuman. Bar dibagi menjadi dua kategori, yaitu public bar dan service bar. Public bar merupakan bar dimana tamu dapat memesan langsung di tempat kepada bar attendant. Sedangkan service bar merupakan bar dimana tamu memesan minuman dari tempat lain seperti room service.
Meeting room atau function room, adalah tempat yang disewakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti meeting, pesta, seminar dan lainnya. Ruangan ini juga dikenal dengan sebutan banquet room atau convention room
Tempat untuk entertainment dan olah raga
Laundry dan dry cleaning, merupakan fasilitas untuk mencuci, pengeringan dan penyetrikaan pakaian tamu.
Area parkir pangunjung yang berlokasi di depan pintu masuk lobby hotel. area parkir ini harus mampu menampung kendaraan tamu berdasarkan kebutuhan
Fasilitas penunjang lainnya di dalam hotel, yaitu telex, faksimile, telephone, e-mail, post service, business center, gift shop, drug store, dan lainnya.
Selain itu juga terdapat beberapa fasilitas pendukung yang menunjang kegiatan dalam hotel, contohnya adalah •
Area parkir untuk kendaraan karyawan.
•
Tempat atau area untuk karyawan seperti EDR (employees dining room), loker, toilet, mushola, dll.
13 •
Ruang penyimpanan atau gudang material untuk proses operasional seperti makanan, minuman, perlengkapan gudang dan lainnya.
•
Kantor untuk berbagai jenis aktifitas di dalam hotel dimulai dari general manager, front office manager, F & B manager, chief accounting, personel manager sampai bagian yang paling bawah.
•
Ruangan dan tempat lain yang digunakan untuk berbagai maksud seperti koridor, tangga, lift, pos security, ruang perbaikan dan perawatan, dll.
2.2
Kantor Kantor, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah balai (gedung, rumah, atau ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan atau juga disebut tempat bekerja.
2.2.1
Klasifikasi Kantor a.
Perbandingan kantor berdasarkan fungsinya Secara garis besar, menurut L. Manaseh dan R.Cunliffe, jenis kantor
dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: •
Commercial office Jenis perkantoran yang termasuk golongan ini adalah perkantoran (untuk toko, disewakan), perusahaan (trading company), asuransi dan transportasi.
•
Industrial office Jenis perkantoran ini terikat harus mempunyai hubungan fisik dengan pabriknya.
•
Professional office
14 Jenis perkantoran ini tidak dipakai dalam waktu yang panjang dan merupakan perkantoran yang jumlah modal yang digunakan relatif kecil. •
Institutional/ Governmental office Jenis perkantoran ini bersifat usaha yang teratur dalam bentuk lembaga yang berpedoman pokok untuk hidup lama dan kokoh. Biasanya digunakan dalam waktu yang lama atau panjang.
b.
Perbandingan kantor berdasarkan kelas Berdasarkan kelasnya, gedung perkantoran dibedakan menjadi beberapa kelas, antara lain:
•
Kelas Premium (dengan luas gedung minimal 20.000 m2 serta terletak di Central Business District)
•
Kelas A (Luas minimum gedung 6.000 m2 serta terletak di daerah pusat bisnis)
•
Kelas B (dengan luas berapa saja dan terletak dilokasai mana saja namun memiliki kualitas material yang baik dan cukup modern) Dilihat dari segi kelas, yang lebih diperhatikan adalah dalam hal luas gedung perkantoran, lokasi, fasilitas serta kualitas material bangunan yang digunakan.
b.
Berdasarkan kepemilikannya, gedung perkantoran terbagi menjadi 2 macam yaitu:
•
Gedung perkantoran sewa Pada tipe gedung perkantoran sewa, yang disewakan adalah besaran atau luasan tertentu dari gedung perkantoran tersebut. Penyewaan dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Biaya
15 yang harus dikeluarkan bagi penyewa adalah biaya sewa dan service charge kepada pengelola yang biasanya dihitung berdasarkan luas ruangan yang disewa dan dibayar per bulan. •
Gedung perkantoran Strata Title (milik) Pada tipe gedung perkantoran Strata Title (milik), ruang bangunan gedung perkantoran dapat dimiliki seperti rumah tinggal ataupun apartemen strata title. Namun pemiliknya harus tetap membayar service charge per bulan sebagai biaya perawatan dan pemeliharaan gedung. Jenis bangunan perkantoran yang akan digunakan adalah gedung
perkantoran sewa dengan pasar utama bagi commercial office. 2.3
Fasad Kata fasad berasal dari bahasa Latin facies, yang berarti muka / wajah dari suatu bangunan. Pada awalnya, fasad identik dengan sisi yang disajikan untuk publik, sisi di mana terdapat pintu masuk ke suatu bangunan atau sisi yang berhadapan dengan muka jalan. Definisi ini mulai ditinggalkan pada saat zaman pergerakan modern. Arsitektur pada zaman modernisme memungkinkan suatu bangunan yang berdiri sendiri dan membutuhkan pengolahan spesial pada tiap sisi bangunannya. Jadi, definisi fasad adalah sekeliling bangunannya, bukan lagi hanya bagian depannya saja. Selain itu juga mulai timbul pemikiran mengenai hubungan antara konfigurasi ruang dalam (internal) dengan tampak bangunan secara keseluruhan dari luar (eksternal).
16 Fasad bangunan memegang peran yang cukup penting pada sebuah bangunan. Berikut adalah beberapa fungsinya:
Melindungi bangunan tersebut dari panas dan hujan
Sebagai batas antara ruang dalam dan ruang luar ( menjadi kulit bangunan)
Menciptakan kesan suatu bangunan
Sebagai struktur
Sebagai unsur estetis Penulis merumuskan Menurut Poirazis (2004), fasad memiliki fungsi
pada iklim indoor sebagai berikut: a. Kenyamanan Thermal • Kemungkinan untuk menggunakan kontrol surya sepanjang tahun • Menghindari panas berlebih didalam b. Visual • Kemungkinan untuk menggunakan kontrol surya semua-yangsepanjang tahun • Peningkatan kenyamanan visual (seperti menghindari silau) c. Akustik •
Peningkatan kerja akustik selubung bangunan
d. Ventilasi •
Penggunaan
ventilasi
alami
bukan
mekanik
bila
memungkinkan, dengan menggunakan rongga Kulit Fasad ganda Berbagai macam warna, material, teknologi dan unsur-unsur lainnya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan fasad yang dapat menjawab tuntutan-
17 tuntutan dari perkembangan yang ada. Salah satu tuntutan yang dialami, misalnya fasad tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat statis, namun dapat pula bersifat dinamis. Fasad yang dinamis ini dapat diwujudkan dengan menggunakan teknologi (sistem mekanik), maupun dengan memanfaatkan teknologi sederhana, seperti warna maupun ilusi optik. Orientasi bangunan terhadap matahari akan menentukan besarnya radiasi matahari yang diterima bangunan. Semakin luas bidang yang menerima radiasi matahari secara langsung, semakin besar juga panas yang diterima bangunan. Dengan demikian, bagian bidang bangunan yang terluas (misal: bangunan yang bentuknya memanjang) sebaiknya mempunyai orientasi ke arah Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang pendek, (menghadap Timur – Barat) yang menerima radiasi matahari langsung. Selain orientasi, besar dan jenis bukaan juga berpengaruh terhadap kualitas cahaya dan radiasi dari matahari. Shading device juga dapat menjadi solusi alternatif untuk kontrol masuknya cahaya matahari.
18 2.3.1
Cahaya Cahaya adalah salah satu bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat di ruang hampa udara karena termasuk jenis gelombang elektromagnetik. Jika cahaya mengenai suatu benda (yang dapat merefleksikan), seperti halnya gelombang mekanik, cahaya tersebut dapat dipantulkan dan dibiaskan. Peran cahaya dalam arsitektur dijabarkan sebagai berikut:
Penerangan ruang
Kesehatan
Kenyamanan, keamanan
Penampilan, dekorasi, prestise Cahaya dapat berasal dari berbagai macam sumber, salah satunya
adalah cahaya matahari alami. Cahaya ini memilikikeuntungan dan kerugian dalam pengaplikasiannya pada bangunan. Berikut adalah keuntungan dan kerugiannya Keuntungan: + Cahaya terang, daerah tropis, bebas biaya + Sinar Infra Merah: kalor matahari, syarat mutlak bagi kehidupan makhluk di bumi, pertumbuhan tanaman. + Ultra Violet (U.V): membunuh bakteri,virus Kerugian : - Silau, panas, merusak warna, retakkan material. - Kuat cahaya berubah sesuai cuaca, waktu, lingkungan - U.V. dapat timbulkan tumor, kanker kulit, alergi, akibat terkikisnya lapisan ozon.
19 Kuat cahaya pada tiap belahan bumi berbeda-beda. Berikut adalah beberapa pengetahuan mengenai besaran kuat pencahayaan. Bright Sunshine : 100.000 Lux Internasional : 3.000 –5.000 Lux Indonesia : 10.000 Lux Bulan Purnama penuh : 0.1 Lux
Daylight Factor, biasa diterjemahkan menjadi Faktor Cahaya Siang Hari / Faktor Langit memiliki beberapa faktor dalam kuat cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Dalam perancangan, pengetahuan mengenai daylight factor ini penting untuk menentukan elemen, bentuk dan besar bukaan yang diperlukan bagi bangunan. Dibawah adalah gambar penggunaan cahaya matahari pada suatu bangunan.
Gambar 2.1 Model Daylight Factor Sumber : http://personal.cityu.edu.hk,dilihat 19 April 2013
SC : Sky Component–Cahaya Langsung Pada Bidang Kerja ERC : Externally Sky Component - Cahaya Pantulan dari Benda Sekitar IRC : Internally Reflected Component – Cahaya pantulan permukaan dalam ruang
20 2.3.1.1 Satuan Cahaya Pada Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia dijabarkan pengetahuan mengenai satuan cahaya dan pengertian yang perlu diketahui dalam telaah mengenai cahaya, penulis memberikan sebagian gambaran mengenai standar tersebut, yaitu Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm. Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/W/m². Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampulampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya. Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.
21 Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan jari-jari 1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4π1m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah: Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd) Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux.
22 2.3.1.2 Standar Pencahayaan Ruang Indonesia telah memiliki standar penerangan ruang yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia SNI 03-6197-2000. berikut adalah beberapa standar yang dapat menjadi acuan bagi sebuah hotel Tabel 2.1 Fungsi ruangan
Rumah Tinggal : Teras Ruang tamu Ruang makan Ruang kerja Kamar tidur Kamar mandi Dapur Garasi Perkantoran : Ruang Direktur Ruang kerja Ruang komputer Ruang rapat Ruang gambar
Standar Penerangan 1
Tingkat Kelompok Pencahayaan renderasi (lux) warna
60 120~250 120~250 120~250 120~250 250 250 60
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 1 1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 3 atau 4
350 350 350 300
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2
750
1 atau 2
Gudang arsip Ruang arsip aktif.
150 300
3 atau 4 1 atau 2
Lembaga Pendidikan : Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang gambar
250 300 500
1 atau 2 1 atau 2 1
750
1 atau 2
200
1
Kantin
Keterangan
Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.
Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.
Hotel dan Restauran :
Lobby, koridor
100
1
Ballroom/ruang sidang.
200
1
Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik. Sistem pencahayaan harus
23 di rancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian “switching” dan “dimming” dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan. Ruang makan. Cafetaria.
250 250
1 1
Kamar tidur.
150
1 atau 2
Dapur.
300
1
250
1 atau 2
Rumah Sakit/ Balai pengobatan: Ruang rawat inap. Ruang operasi, ruang bersalin. Laboratorium Ruang rekreasi dan rehabilitasi.
300
1
500
1 atau 2
250
1
Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.
Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan.
Pertokoan/ Ruang pamer:
Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misal: mobil). Toko kue dan makanan. Toko buku dan alat tulis/gambar. Toko perhiasan, arloji. Toko Barang kulit dan sepatu. Toko pakaian. Pasar Swalayan.
500
1
250
1
300
1
500
1
500
1
500
1
500
1 atau 2
Tingkat pencahayaan ini harus di-penuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.
Pencahayaan pada bidang vertical pada rak barang.
24 Toko alat listrik (TV, Radio/tape, mesin cuci, dan lain-lain). Industri (Umum): Ruang Parkir Gudang Pekerjaan kasar. Pekerjaan sedang Pekerjaan halus Pekerjaan amat halus Pemeriksaan warna.
250
1 atau 2
50 100 100~200 200~500 500~1000 1000~2000 750
3 3 2 atau 3 1 atau 2 1 1 1
Rumah ibadah:
Mesjid
200
1 atau 2
Gereja Vihara
200 200
1 atau 2 1 atau 2
Untuk tempat-tempat yang mem butuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat. Idem idem
Sumber : SNI Pencahayaan buatan, 2001
Terdapat pula standar pada ruang servis dari Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia untuk memperkaya ilmu dalam standar penerangan ruang seperti terlihat di tabel bawah.
25 2.3.2 Jenis bukaan Terdapat berbagai sumber bukaan pada suatu bangunan, umumnya bukaan untuk memasukan cahaya terdapat pada dinding bangunan (sisi vertikal), akan tetapi dapat juga terdapat pada atap atau bagian horizontal dari bangunan. Dibawah ini merupakan beberapa macam bukaan dan hasil pencahayaannya pada bangunan secara umum.
Gambar 2.2 Efek pencahayaan dari jenis bukaan pada ruang Sumber : Lighting Modern Buildings
26 Model bukaan pada gambar dibawah adalah model bukaan pada fasad dan atap. Terlihat sudut refleksi yang dihasilkan dari bukaan tersebut.
Gambar 2.3 Model bukaan Roof Monitors Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
Pada mdoel diatas , cahaya dari skylight langsung masuk ke ruangan. Cahaya dengan model ini tajam dan fokus
Gambar 2.4 Model bukaan Atrium Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
Model atrium sama seperti roof monitors. Pada keduanya dapat diaplikasikan sistem agar cahaya tidak langsung masuk melainkan dibiaskan dahulu.
Gambar 2.5 Model bukaan Light Well Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
Cahaya pada model lightwell dapat terbagi antara cahaya langsung dan tidak langsung.
27
Gambar 2.6 Model bukaan Light Duct Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
Gambar 2.7 Model bukaan Light Shelf Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
Pemantulan pada light duct dan light shelf membuat cahaya terlihat lebih lembut pada mata
Gambar 2.8 Model bukaan External Reflectors Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
reflektor eksternal dan reflective blinds merupakan pemantulan yang dilakukan pada fasad untuk memperluas bidang yang terkena cahaya tidak langsung dalam ruangan.
Gambar 2.9 Model bukaan Reflective blinds Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
28
Gambar 2.10 2. Model bukaan Clerestory Sumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013
Gambar diatas memperlihatkan bermacam bentuk bukaan yang akan menghasilkan jenis impresi cahaya yang berbeda berbeda-beda. Aliran cahaya secara langsung akan berbeda dengan aliran pada cahaya difusi ataupun cahaya pantulan. Pada bangunan hotel ini, akan diaplikasikan model bukaan atrium yang menerangi bagian podium yang memiliki bentang lebar. 2.3.3
Jenis Shading device shading dibagi menjadi pembayangan horizontal dan Pada umumnya sun-shading vertikal. Dibawah adalah tabel untuk menjelaskan perbedaan kedua jenis pembayangan tersebut. Tabel 2.3 Jenis sun-shading
29
Sumber : Heating Cooling Lighting
Selain dari bukaan,bahan juga mempengaruhi kualitas pencahayaan dalam ruang. Berikut adalah beberapa contoh bahan yang mempengaruhi pencahayaan. Tabel 2.4 Perbandingan nilai pemantulan pada materia Material
Pemantulan (%)
Alumunium, dipelitur
70-85
Aspal
10
Batu bata merah
25-45
30 Beton
30-50
Kaca Bening atau berwarna
7
Reflektif
20-40
Hijau Gelap
10
Kering
35
Cermin (kaca)
80-90
Hitam
4
Putih
70-90
Glasir Porselen (putih)
60-90
Batu
5-50
Tanaman
25
Kayu
5-40 Sumber : Heating, Cooling, Lighting
2.3.4
Shading device Angle Cahaya memiliki sudut tertentu dalam 1 waktu. Cara untuk menentukannya adalah dengan mengetahui longitude dan altitude dari matahari. Hal ini dipengaruhi dari waktu pada saat pengukuran dan tempat pengukuran. Misal, pengukuran dilakukan di Jakarta, dengan titik pada lokasi -6.227315, 106.808454. maka hasil dari diagram alur matahari yang didapat adalah :
31
Gambar 2.14 Alur matahari sepanjang tahun Sumber : Ecotect dan olahan pribadi
Gambar 2.15 Alur matahari sepanjang tahun di Indonesia Sumber : Ecotect dan olahan pribadi
Terlihat dari gambar diatas beberapa titik kritis matahari pada area Indonesia. Sebuah bukaan akan lebih optimal apabila berdasarkan data dari sudut datang matahari secara presisi. Sudut ini dipengaruhi dari posisi tapak dan waktu penelitian. Terdapat 2 sudut pembayangan yang dapat membantu menentukan jenis dan sudut bukaan yang optimal, yaitu horizontal shading angle dan verticcal shading angle (hsa/vsa). Dibawah akan dijelaskan bagaimana pengaruh HSA VSA tersebut.
32
Gambar 2.16 Horizontal Shading Angle Sumber : Pablo La Roche
horizontal shading angle dapat dirumuskan sebagai berikut. HSA = AZI – ORI AZI = Azimuth dari matahari ORI = Orientasi dari fasad yang sedang diteliti HSA positif apabila mengarah searah jarum jam (ke kanan) dan negatif apabila berlawanan arah dengan arah jarum jam (ke kiri). Semakin kecil sudut hsa, semakin panjang sirip yang harus digunakan
Gambar 2.17 Vertical Shading Angle Sumber : Pablo La Roche
vertical shading angle dapat dirumuskan sebagai berikut. VSA = arctan (tan ALT / Cos HSA) ALT = altitude matahari HSA = Horizontal shading angle VSA merupakan pengukuran yang berasal dari proyeksi altitude matahari terhadap bidang tegak lurus dari fasad yang sedang di teliti. Semakin kecil sudut vsa, semakin panjang overhang yang harus digunakan.
33 Studi Banding
2.4.1
Studi Banding Fasad Hotel
Tabel 2.2
Studi Banding Fasade Hotel
2.4
Tabel 2.2
Studi Banding Fasade Hotel
34
Tabel 2.2
Sumber : dok. pribadi
Studi Banding Fasade Hotel
35
36 2.4.2
Studi Banding Fasad Kantor
1.
Studi Banding pada bangunan Kantor di Hydrabad, India Lokasi proyek ini berada di Hydrabad, India. Desain proyek ini berpusat pada respon fasad terhadap radiasi matahari untuk memimalisasi panas. Pada desain, core bangunan menghadap timur dan barat dimana dapat mereduksi kebutuhan akan jendela pada orientasi tersebut. Pencahayaan alami diperoleh melalui sisi utara dan selatan. Perancang menggunakan selfshading untuk mengurangi radiasi pada bangunan. Gambar 2.18 2. Radiasi pada Fasad Bangunan
Sumber : http://www.holcimfoundation.org
Gambar 2.19 Gambar Parameter tuntunan Desain Fasad Sumber : http://www.holcimfoundation.org
37
Gambar 2.20 Analisis Tipe Fasad
38
Gambar 2. 2.21 Desain Akhir Kantor 1 Sumber : : http://www.holcimfoundation.org
Gambar 2. 2.22 Desain Akhir Kantor 2 Sumber : http://www.holcimfoundation.org
39 2.4.3
Studi Banding Pencahayaan pada Hotel Berikut adalah penjabaran pencahayaan pada hotel di Jakarta 1. Hotel Amoz Cozy (bintang 4)
Tabel 2.3
Data Pencahayaan Hotel 1
Jenis Ruang
Lobi, Resepsionis Koridor kamar Kamar Diamond Family Suite Standar Tanpa jendela Deluxe
Lux ruang Standar Keterangan dalam Lux Hotel 80 100 Cahaya alami + buatan 26 100 Cahaya alami + buatan 600 150 Cahaya alami + buatan 600 Cahaya alami + buatan 30 Cahaya buatan 480- 1400 Cahaya alami
Ballroom
2
200
Cahaya alami
Restoran
45-60
250
Cahaya alami
Lounge
1000
200
Cahaya alami + buatan
Sumber : dok. pribadi
Hotel ini telah memiliki pencahayaan alami yang cukup bagus, di ujung koridor terdapat jendela yang menjadi sumber masuknya cahaya alami, lounge, restoran dan tiap kamar suite juga memiliki pencahayaan alami yang baik. Meskipun pada kamar standar tidak terdapat jendela,
40 tetapi pencahayaan buatannya cukup baik. Pada kamar deluxe pencahayaan sangat baik.
tetapi pada ballroom, cahaya alami tidak
sampai ke ujung ruangan sehingga membuat sebagian ruangnya gelap.
2. Hotel Dharmawangsa (bintang 5)
Tabel 2.4 Jenis Ruang
Lobi Resepsionis Koridor kamar Kamar Excecutive Suite Lounge
Data Pencahayaan Hotel 2 Lux ruang Standar Keterangan dalam Lux Hotel 9 100 Cahaya alami + buatan 9-14 Cahaya buatan 65-100 100 Cahaya buatan 208-328 150 Cahaya alami + buatan 77 200 Cahaya buatan Sumber : dok. pribadi
Hotel Dharmawangsa merupakan hotel bintang 5 yang menjadi salah satu hotel untuk pebisnis sekaligus rekreasi bagi orang yang datang ke Jakarta. Hotel ini menggunakan cahaya buatan yang cukup banyak untuk memberikan kesan dramatis pada tiap ruangnya. Tiap kamar memiliki pencahayaan alami dan view langsung menuju fasilitas pendukung dalam lingkup hotel, seperti kolam ataupun taman dalam.
41 2.5
Hipotesa Dalam landasan teori diatas, disebutkan bahwa pencahayaan alami pada bangunan dapat memiliki berbagai sistem, seperti pemantulan maupun shading. Hal ini juga diperkuat dari studi banding yang dilakukan baik secara online pada hotel luar negeri maupun secara langsung terhadap hotel di Jakarta. Pada hotel Omm di Barcelona, pencahayaan alami menggunakan sistem pemantulan pada fasad untuk memasukan cahaya secara menyebar kedalam ruangan. Hal ini juga menyebabkan orientasi terhadap bukaan terbatas, sesuai dengan ide desain awalnya yang menginginkan bukan view terhadap Passeig de Gràcia tanpa harus terlihat langsung dari lingkungan sekitarnya. Pada kebalikannya, La Mola Conference Centre memiliki desain dengan sun-shading yang dapat digerakkan sesuai kebutuhannya. Sun shading itu sendiri merupakan panel-panel yang warnanya tidak solid sehingga berkas-berkas cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam ruangan meskipun dengan lebih terbatas. Kantor di hydrabad telah memperlihatkan hasi desain yang didasarkan pada penelitian mengenai radiasi matahari. Akan tetapi panel yang berupa sirip tersebut tidak mengikuti kebutuhan pada setiap waktu melainkan secara rata-rata. Pada hotel Amoz Cozy, pencahayaan alami telah cukup baik digunakan, akan tetapi beberapa kamar hanya terang bila berada di dekat jendela karena distribusi cahaya tidak diatur secara menyeluruh.
42 Untuk pencahayaan pada bangunan hotel Dharmwangsa, terdapat beberapa ruang yang menggunakan cahaya alami, tetapi masih banyak ruangan yang menggunakan cahaya buatan pada siang hari karena menginginkan pencahayaan dramatis pada tiap ruangnya. Penulis menyimpulkan pola pencahayaan yang berbeda merupakan hasil tindakan dari tingkat prioritas pencahayaan alami yang berbeda. Untuk memasukkan cahaya alami secara menyeluruh, penulis mensimulasikan ruang dengan pencahayaan yang didukung sistem shading yang baik.
43 2.6
Novelty
•
Penelitian mengenai gubahan massa awal menggunakan daylight factor di software ecotect. Setelah itu disesuaikan dengan kebutuhan fungsi bangunan
•
Penelitian bukaan fasad dengan sirip yang berasal dari simulasi hsa/vsa yang dilengkapi dengan modeling menggunakan software rhinoceros dan grasshopper agar dapat memperlihatkan pergerakan dari matahari yang mempengaruhi sudut sirip.
•
Adanya perbandingan kenyamanan visual yang terjadi pada model yang menggunakan sirip dan yang tidak menggunakan.
44 2.7
Kerangka Berpikir
Gambar 2.23 2. Bagan Kerangka Berpikir Sumber : Dok. Pribadi
45
Gambar 2.1 Model Daylight Factor.................................................................. 19 Gambar 2.2 Efek pencahayaan dari jenis bukaan pada ruang ............................ 25 Gambar 2.3 Model bukaan Roof Monitors ......................................................... 26 Gambar 2.4 Model bukaan Atrium .................................................................... 26 Gambar 2.5 Model bukaan Light Well ............................................................... 26 Gambar 2.6 Model bukaan Light Duct ............................................................... 27 Gambar 2.7 Model bukaan Light Shelf............................................................... 27 Gambar 2.8 Model bukaan External Reflectors ................................................. 27 Gambar 2.9 Model bukaan Reflective blinds ...................................................... 27 Gambar 2.10 Model bukaan Clerestory .............................................................. 28 Gambar 2.11 Shading Device 1 ................. Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined. Gambar 2.12 Shading Device 2 ................. Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined. Gambar 2.13 Shading Device 3 ................. Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined. Gambar 2.14 Alur matahari sepanjang tahun ....................................................... 31 Gambar 2.15 Alur matahari sepanjang tahun di Indonesia ................................... 31 Gambar 2.16 Horizontal Shading Angle .............................................................. 32 Gambar 2.17 Vertical Shading Angle .................................................................. 32 Gambar 2.18 Radiasi pada Fasad Bangunan ........................................................ 36 Gambar 2.19 Gambar Parameter tuntunan Desain Fasad ..................................... 36 Gambar 2.20 Analisis Tipe Fasad ........................................................................ 37 Gambar 2.21 Desain Akhir Kantor 1 ................................................................... 38 Gambar 2.22 Desain Akhir Kantor 2 ................................................................... 38 Gambar 2.23 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................... 44
46 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4
Standar Penerangan 1 ..................................................................... 22 Studi Banding Fasad Hotel ............................................................. 33 Data Pencahayaan Hotel 1.............................................................. 39 Data Pencahayaan Hotel 2.............................................................. 40