BAB II TINJAUAN DAN LANDAS AN TEORI
II.1.
Tinjauan Umum II.1.1. Definisi Hotel Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa-jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial. (Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM.94/HK.103/MPTT-87)
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil, disediakan
bagi setiap
orang untuk memperoleh pelayanan,
penginapan, berikut makan dan minum. (Surat
Keputusan
Menteri
Perhubungan
RI
No.
PM.10/PW.301/Phb-77, tanggal 12 Desember 1977)
Beberapa definisi hotel di atas dapat disimpulkan bahwa : •
Hotel adalah suatu bangunan, lembaga, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang dikelola secara komersil.
7
•
Hotel harus memiliki fasilitas pelayanan (jasa) penginapan, makanan dan minuman, sarana rekreasi dan fasilitas lainnya.
•
Fasilitas dan pelayanan tersebut diperuntukan bagi masyarakat umum (termasuk di dalamnya tourist dan traveler), maka hotel lebih bersifat publik.
•
Hotel harus memiliki suatu sistem pelayanan yang dikelola secara profesional.
II.1.2. S asaran Pengguna Hotel •
Usahawan dari luar kota Jakarta yang melakukan kunjungan bisnis ke Jakarta.
•
Usahawan dari dalam kota Jakarta yang membutuhkan sarana tertentu sebagai sarana pendukung kegiatannya.
•
Wisatawan dari dalam dan luar kota Jakarta yang sedang berekreasi di Jakarta.
II.1.3. Klasifikasi Hotel Yang dimaksud dengan klasifikasi hotel ialah suatu sistem pengelompokan hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan, berdasarkan ukuran penilaian tertentu. Klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh peraturan pemerintah dan Dirjen Pariwisata dengan S urat Keputusan Kep-22/U/IV/78. Hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
8
1. Berdasarkan tujuan tamu menginap •
Business Hotel, yaitu hotel yang banyak digunakan oleh para usahawan, memiliki fasilitas yang lengkap untuk para businessman.
•
Recreational Hotel, yaitu hotel yang banyak digunakan oleh para wisatawan yang sedang berekreasi.
2. Berdasarkan ukuran (size) •
Hotel Kecil (small hotel), yaitu hotel yang memiliki 25-99 kamar.
•
Hotel M enengah (medium hotel), yaitu hotel yang memiliki 100-299 kamar.
•
Hotel Besar (large hotel), yaitu hotel yang memiliki 300 kamar atau lebih.
3. Berdasarkan jenis tamu yang menginap •
Hotel Keluarga (family hotel), yaitu hotel untuk keluarga.
•
Hotel Bisnis (business hotel), yaitu hotel untuk usahawan.
•
Hotel Wisata (tourist hotel), yaitu hotel untuk wisatawan.
•
Hotel perawatan kesehatan (cure hotel), yaitu hotel untuk tamu yang berobat.
4. Berdasarkan lama tinggal tamu yang menginap •
Transit Hotel, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam.
•
Semi Residential, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari 1 hari tetapi tetap dalam jangka waktu yang pendek.
9
•
Residential Hotel, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu cukup lama.
5. Berdasarkan lama operasi hotel •
Around the year operation hotel Hotel yang beroperasi sepanjang tahun.
•
Seasonal hotel Hotel yang beroperasi pada musim-musim tertentu (musim panas, musim dingin atau musim semi saja).
6. Berdasarkan lokasi •
City Hotel Hotel yang terletak di kota besar dan biasanya diperuntukan bagi tamu-tamu yang beristirahat sementara (dalam jangka waktu pendek). Hotel jenis ini biasanya dihuni oleh para usahawan yang sedang melakukan kegiatan bisnis.
•
Urban Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pinggiran kota besar yang jauh dari keramaian kota dan polusi udara kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel jenis ini biasanya diperuntukan bagi keluarga.
•
Suburb Hotel Hotel yang terletak di pinggir kota, yang merupakan kota satelit yakni pertemuan dua kotamadya.
•
Resort Hotel
10
Hotel yang terletak di daerah peristirahatan atau daerah wisata. •
Airport Hotel Hotel yang terletak dipergunakan
oleh
di area Bandar
udara yang biasanya
penumpang yang transit dan
melakukan
perjalanan. 7. Berdasarkan harga jual •
Economy class hotel, yaitu hotel dengan harga jual terendah.
•
First class hotel, yaitu hotel dengan harga jual menengah.
•
Deluxe/luxury hotel, yaitu hotel dengan harga jual paling mahal. Di Indonesia pada tahun 1977, pemerintah menentukan klasifikasi
hotel berdasarkan penilaian-penilaian sebagai berikut : •
Jumlah kamar
•
Fasilitas
•
M utu pelayanan
•
Pelayanan yang tersedia Berdasarkan kriteria keempat unsur penilaian tersebut pada S urat
Keputusan Menteri Perhubungan RI No. PM.10/PW.301/Phb-77 tentang usaha dan klasifikasi, maka hotel digolongkan ke dalam 5 kelas hotel yaitu hotel dengan kelas bintang satu sampai dengan bintang lima. Hotel dengan kelas tertinggi dinyatakan dengan tanda bintang lima dan hotel dengan golongan kelas terendah dinyatakan dengan tanda bintang satu. Hotel yang tidak memenuhi standar kelima kelas tersebut atau yang berada di bawah
11
standar minimum disebut hotel non bintang atau di Indonesia lebih dikenal dengan “hotel melati”. Hotel bintang yang diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu : •
Kelas Bintang I
(*)
•
Kelas Bintang II
(**)
•
Kelas Bintang III (***)
•
Kelas Bintang IV (****)
•
Kelas Bintang V (*****)
Tabe l II.1. : Fasilitas dan Jumlah Minimal Kamar Hotel Be rbintang
Fasilitas
Hotel Bintang V M inimal 100 kamar
Hotel Bintang IV M inimal 50 kamar
Hotel Bintang III M inimal 30 kamar
Hotel Bintang II M inimal 20 kamar
Hotel Bintang I M inimal 15 kamar
Suite
4 kamar suite
3 kamar suite
2 kamar suite
1 kamar suite
-
Luas Kamar
20 m2 - 28 m2 Wajib M inimal 2
18 m2 - 28 m2 Wajib M inimal 2
18 m2 - 26 m2 Perlu M inimal 1
18 m2 - 24 m2 Perlu M inimal 1
18 m2 - 20 m2 Perlu M inimal 1
Wajib M inimal 1 Wajib M inimal 1
Wajib M inimal 1 Wajib M inimal 1
Wajib M inimal 1 Wajib M inimal 1
Wajib M inimal 1 -
Wajib
Wajib Pre Function Room
Wajib Pre Function Room
Dianjurkan Pre Function Room
Kamar Tidur
Ruang M akan (Restaurant) Bar dan Coffee Shop Function Room
-
12
Dianjurkan minimal 1 jenis sarana lain
Rekreasi dan Olah Raga
Wajib kolam renang
Wajib kolam renang
Perlu kolam renang
Dianjurkan Kolam renang
Ruang yang disewakan Lounge Taman
Perlu + 2 jenis sarana lain Wajib M inimal 3 Wajib Wajib
Dianjurkan + 2 jenis sarana lain Perlu M inimal 3 Wajib Perlu
Dianjurkan + 2 jenis sarana lain Perlu M inimal 1 Wajib Perlu
Dianjurkan + 2 jenis sarana lain Perlu M inimal 1
Perlu M inimal 1
Perlu
Perlu
(Sumber : Surat Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata, 1988)
Tujuan dari pada penggolongan kelas hotel antara lain : •
M enjadi pedoman teknis bagi calon investor dibidang usaha perhotelan.
•
Agar calon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan pelayanan yang akan diperoleh di suatu hotel sesuai dengan golongan kelasnya.
•
Agar tercipta persaingan yang sehat diantara para pengusaha hotel.
Kesimpulan Berdasarkan klasifikasi menurut kelas hotel, dari jenis hotel menurut lokasi dan segi kebutuhan fasilitas tamu untuk usahawan dan wisatawan, maka dalam pembangunan hotel ini dipilih kelas hotel bintang 4 dengan kriteria : •
M emiliki minimal 50 unit kamar
•
Luas tiap kamar antara 18 m2 sampai dengan 28 m2
•
M emiliki restaurant minimal 2
13
•
M emiliki bar dan coffee shop minimal 1
•
M emiliki fasilitas rekreasi dan olah raga ditambah 2 jenis fasilitas lain
•
M emiliki ruang untuk disewakan minimal 3
•
M emiliki lounge dan function room
II.1.4. Persyaratan Hotel Bintang Empat M embangun sebuah hotel bintang empat harus memperhatikan persyaratan dan kriteria bangunan. Unsur-unsur persyaratan hotel bintang tiga berdasarkan Richard Komar, sebagai berikut : 1. Lokasi dan Lingkungan -
Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi roda empat dengan akses langsung ke area hotel.
-
Hotel harus menghindarkan pencemaran yang diakibatkan gangguan luar.
2. Taman Hotel memiliki taman luar dan taman dalam. 3. Tempat Parkir Tersedianya tempat parkir kendaraan tamu hotel dan pengunjung. 4. Olahraga dan Rekreasi -
Hotel menyediakan sarana kolam renang untuk dewasa dan untuk anak-anak.
14
-
Hotel menyediakan dua sarana olahraga dan rekreasi lainnya yang merupakan pilihan dari fitness center, sauna, squash, game room, bowling dan tennis.
5. Bangunan Bangunan hotel harus memiliki persyaratan perizinan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah : a) Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik. (tidak berdebu berlumut, sarang laba-laba dan lainnya) b) Pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan dan arus barang/produk. c) Unsur dekorasi Indonesia harus tercermin dalam ruang lobi, restaurant, kamar tidur atau function room. d) Peralatan
teknis
bangunan
terdiri
dari
:
transportasi
mekanis/lift/elevator dan memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan DEPNAKER. Tersedianya air yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan. Tersedianya pembangkit tenaga listrik cadangan dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas PLN. Tersedianya saluran telepon untuk sambungan local, interlokal dan internasional. Tersedianya alat pencegah bahaya kebakaran dan petunjuk cara menyelamatkan diri. 6. Kamar Tamu Kamar tamu mempunyai klasifikasi ukuran-ukuran dan klasifikasi lainnya, seperti : 15
a) Jumlah kamar minimal 50 buah dan dilengkapi kamar mandi dalam b) Luas minimal kamar standar 20 m2 c) Tinggi kamar minimal 2.6 m2 d) Kamar tidur kedap suara e) Pintu dilengkapi dengan alat pengaman berupa kunci double lock f) Disarankan seluruh lantai dilapisi karpet g) Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar h) Tersedianya alat pengatur suhu kamar tidur dan ventilasi/ex-haust fan di kamar mandi i) Dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air j) Tersedia tempat tidur untuk satu orang dan dua orang k) Tersedia bathup, shower dan wastafel dengan instalasi air panas dan dingin 7. Hotel harus menyediakan restaurant minimal 2 buah yang berbeda jenisnya termasuk coffee shop 8. Tersedianya function room 9. Tersedianya lounge 10. M enyediakan ruang yang disewakan minimal 3 ruang
16
II.2.
Tinjauan Khusus Topik dan Tema II.2.1. Teori Penerapan Kawasan Konservasi Pembangunan kota yang baik tidak cukup hanya memerlukan perencanaan kota yang baik tetapi juga memerlukan sebuah pelaksanaan
perancangan kota yang baik. Pelaksanaan proses tersebut sangat perlu didampingi oleh perancangan yang memperhatikan kota secara fisik dan bagaimana prosesnya serta apa dan siapa yang terlibat secara konkrit didalam proses pembangunan tersebut. Perancangan kota yang baik memerlukan pendekatan atau metode perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi atau sifat permasalahan yang dihadapi suatu kawasan. (Etikawati Triyosoputri) Pendekatan atau metode perencanaan ini terdiri dari redevelopment, gentrivikasi, revitalisasi, rehabilitasi, preservasi, renovasi, restorasi, rekontruksi. Kawasan Kota tua merupakan kawasan konservasi yang perlu dipelihara dan dipertahankan nilai-nilai sejarah, budaya dimana memerlukan suatu pendekatan metode perancangan yang dapat menyesuaikan dengan kondisi
atau
sifat
permasalahan
kawasan
tersebut
yaitu
dengan
menggunakan pendekatan teori revitalisasi. Teori pendekatan ini menjadi tema perancangan dalam proyek perancangan bagunan hotel kawasan Kota tua.
17
II.2.2. Penerapan Teori Urban Re vitalisasi Urban berkenaan dengan kota, bersifat kekotaan. (Kamus Bahasa Indonesia)
Kawasan Kota tua mengalami proses transformasi dan perubahan yang pesat akibat globalisasi dan pasar bebas yang memberi tekanan langsung pada kota dan dampak desentralisasi dan otonomi daerah yang menuntut pemerintah kota meningkatkan
ekonomi dan pendapatan
warganya. Kerusakan bentuk ruang kota dan pudarnya tradisi sosial budaya di beberapa kawasan urban heritage seperti di kawasan ini sebagai dampak modernisasi pembangunan dan perusakan diri sendiri akibat kurangnya perawatan dan pengelolaan. M enurunnya produktifitas ekonomi dan sosial budaya di berbagai kawasan perkotaan yang strategis dan bersejarah (urban heritage) berdampak pada kerusakan pelayanan prasarana dan sarana, penurunan kualitas lingkungan dan meluasnya kantong-kantong kumuh. Kawasan
ini
memiliki
nilai
sejarah
dan
budaya,
proses
perkembangannya perlu didukung perencanaan dan pengelolaan yang matang, sehingga pengembangannya tidak berdampak pada kerusakan nilainilai historis, sejarah, keunikannya. Perlu kebijakan dan upaya strategis untuk mengembangkan kawasan-kawasan tersebut agar nilai historisnya tetap terjaga dan di sisi lain nilai ekonominya berkembang.
18
Revitalization efforts operating within a sensitive context and environment place additional concerns on the quality of design for both rehabilitation place and new developments and on the quality of the space between the buildings. (Tiesdell et al. 1996, p8) Terjemahan : Revitalisasi, upaya yang dilakukan dalam konteks dan lingkungan yang sensitif dengan menempatkan kepedulian yang lebih pada kualitas desain, baik dari rehabilitas maupun pembangunan baru dan pada kualitas ruang di antara bangunan. M aka pengertian revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali vitalitas kawasan, menata kawasan yang tidak teratur dan meningkatkan fungsi kawasan yang memiliki nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial dan budaya. (Djauhari Sumintardja) Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). (Danisworo, 2002) Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek
formalitas
yang memerlukan
adanya partisipasi
19
masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas. (Laretna, 2002) Perlu
adanya
pendampingan
untuk
membantu
penguatan
keberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan Kota tua, peningkatan ekonomi lokal dan pelestarian pusaka Indonesia melalui program Penataan dan Revitalisasi Kawasan. Sasaran kebijakan dari program Penataan dan Revitalisasi Kawasan antara lain : •
Untuk meningkatkan aksesbilitas, keterkaitan serta fasilitas kawasan dalam rangka mengintegrasikan kawasan dengan sistem kota.
•
M engembangkan
kapasitas
institusi serta tumbuhnya kesadaran
pemerintah, komunitas lokal dan perangkat hukum dalam rangka tata kepemerintahan yang baik. •
Diarahkan
pada
kawasan-kawasan
yang
menurun
produktifitas
ekonominya. Program Penataan dan Revitalisasi Kawasan agar dapat berjalan dengan baik dibutuhkan strategi pemecahan dari program ini antara lain : •
M eningkatkan kualitas sarana dan prasarana serta mengembangkan aksesbilitas kawasan dalam rangka mewujudkan integrasi kawasan.
•
M endorong dan memberdayakan institusi pemerintahan kabupaten/kota agar lebih mampu merencanakan dan mengelola kawasan.
•
M endorong pertumbuhan ekonomi lokal untuk menggerakan investasi dan meningkatkan kesadaran publik melalui pemberian stimulan.
20
Upaya revitalisasi ini salah satunya dengan menghadirkan kembali gaya arsitektur yang kontekstual dengan kawasan sekitar tapak serta menghidupkan dan meningkatkan fungsi kawasan sekitar tapak dalam segi ekonomi, sosial dan budaya agar memiliki nilai tambah yang optimal.
II.3.
Tinjauan Khusus Tapak II.3.1. Sejarah Kota tua Jakarta Kota Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kelapa yang berlokasi di muara Sungai Ciliwung antara tahun 397-1527. Kota ini kemudian diserang oleh Fatahillah pada tahun 1527 yang kemudian mengganti nama menjadi Jayakarta. Akhir abad ke-16 orang Belanda (VOC) datang ke Jayakarta, kemudian pada tahun 1620 Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. Batavia kemudian dijadikan pusat pemerintahan kolonial karena potensi topografis antara lain adanya Sungai Ciliwung, menghubungkannya dengan wilayah pedalaman dan secara regional menjadi pelabuhan di Nusantara karena letak geografisnya sangat strategis, bahkan secara internasional hingga sekarang menjadi kota Jakarta. Kota Batavia di kelilingi kali di bagian barat dan kanal di bagian timur. Kota ini dirancang dan dibangun dengan pola kotak-kotak. Pola kotak-kotak ini dibentuk oleh kanal-kanal melintang dan membujur saling tegak lurus dari dalam kota. Selain kanal, pengkaplingan kota ditandai oleh jalan-jalan yang lurus membujur dan melintang sejajar dengan kanalnya. 21
Gambar II.1. : Pola Grid Kota Dari Bentuk Kanal
Sungai Ciliwung membelah kota Batavia menjadi dua bagian yaitu timur dan barat. Batavia Timur dihuni oleh orang-orang Belanda dan kelompok etnis lainnya dan menjadi pusat pemerintahan. Batavia Barat dihuni oleh orang-orang Eropa bukan Belanda (antara lain Portugis) dan Cina. Pola tata ruang dan tata letaknya juga sama yaitu kotak-kotak. Batavia Barat dan Timur dipisahkan oleh Kali Besar (Groote River), dihuni oleh orang Eropa dan Cina dan penduduk lain dengan kategori sosial menengah ke bawah. Namun, setelah peristiwa penyiksaan orang-orang Cina, mereka pindah ke luar ke bagian selatan sehingga berkembang menjadi kampung Cina.
22
II.3.2. Perkembangan Langgam Arsitektur di Kawasan Kota Tua Kota Batavia sejak 1920-an cenderung berkembang menjadi kota modern, pada tahun 1930-an sudah lebih berkembang sehingga terbentuk suatu kota colonial modern (een modernekolonial stad), sehingga keadaan jaman peralihan abad 19 ke abad 20 yang juga merupakan peralihan millenium
disebut “Tempo Doeloe”. Keadaan saat ini sudah banyak
berubah, banyak bangunan abad sebelumnya yang dirombak menjadi modern sesuai perkembangan arsitektur Eropa awal abad 20, tetapi ada yang masih dalam keadaan asli dari abad 19. Bangunan tua di kawasan Kota tua menjadi suatu bangunan peninggalan Kolonial Belanda, dimana pengaruh gaya arsitektur Eropa melekat pada bangunan di kawasan tersebut. Pengaruh gaya arsitektur pada bangunan tua ini menjadi pembentuk identitas atau citra suatu kawasan Kota tua. Sekitar taman Fatahillah terdapat beberapa bangunan yang masih dalam keadaan asli yaitu antara lain M useum Sejarah Kota Jakarta yang dahulu Balai Kota (Stadhuis), bekas Gedung Pengadilan (Raad van Justitie) sekarang M useum Seni Rupa, Stedeljik M useum sekarang M useum Wayang, bekas kantor Nederlandsch Indische Escomto M aatschappij (NIEM ). Sekitar Kali Besar Barat juga masih terdapat beberapa bangunan yang masih dalam keadaan asli yaitu antara lain gedung Charterd Bank India, Australia and China, Javasche Bank sekarang M useum Bank Indonesia.
Bangunan-bangunan
tersebut
memiliki
gaya
arsitektur 23
Renaissance. (Tim Penyusun, 2007)
M elalui data tersebut, langgam
Arsitektur Kolonial Indonesia yang mencirikhaskan kawasan Kota tua yaitu Arsitektur Renaissance.
II.3.3. Perkembangan Langgam Arsitektur Renaissance di Kawasan Kota Tua Arsitektur Renaissance merupakan sebuah gerakan desain antara abad 14-16 yang bermula di Italia pada akhir abad pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Renaissance berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Re (kembali) dan Naitre (lahir) yang artinya lahir kembali. M asa Renaissance bukan suatu perpanjangan yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi abad pertengahan. Dilihat dari definisinya, kata Renaissance menyiratkan sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan maka masa ini sering disebut juga masa pencerahan. M asa pencerahan ini sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi ditandai dengan bangkitnya kembali budaya-budaya klasik. Di masa ini arsitekturnya ikut berusaha menghidupkan kembali kebudayaan klasik jaman Yunani dan Romawi dengan jalur pikir yang tersendiri, tidak menggunakan jalur pikir Yunani-Romawi. M eskipun dalam wajah dan tatanan arsitektur dapat disaksikan keserupaan, keserupaan ini
24
adalah hasil dari penafsiran dan penalaran, bukan semata-mata pencontohan dan bukan pula “penghadiran kembali demi nostalgia”. Arsitektur Renaissance memperlihatkan sejumlah ciri khas arsitektur langgam-langgam Yunani dan Romawi dengan karakter sebagai berikut : (Watkin, David, 1996) •
Penerapan konsep simetris dan keseimbangan yang kuat pada fasad dan bentuk denah.
Gambar II.2. : Konse p Sime tris Pada Fasade dan Bentuk Denah
25
•
Elemen dekoratif untuk eksterior dan interior pada seluruh bagian bangunan umumnya berupa unsur-unsur yang ornamental dan lukisan yang melambangkan karakter tentang alam dan sosok manusia, flora, fauna.
•
Penerapan garis horisontal dan elemen busur (lengkung) pada bidang datar.
Gambar II.3. : Penerapan Garis Horisontal Dan Elemen Busur
26
•
Deretan kolom silindris (Order kolom dalam arsitektur Yunani kuno) besar pada fasade. Terbagi menjadi 3 jenis kolom :
Gambar II.4. : Elemen Busur dan Jenis-Jenis kolom Orde r Roman
Corinthian
Ionic
Doric A. Doric B. Ionic C. Corinthian (Sumber : Dictionary of Architecture and Building Construction)
27
•
Atap (limasan atau kubah) dihiasi ornamen seperti : Gambar II.5. : Jenis-Jenis Ornamen Pada Atap Atap kubah
Lucarne
Lantern
Tympanium
Amortizement
Balustrade
Contoh bangunan langgam arsitektur Renaissance di kawasan Kota tua : Foto II.1. : Museum Fatahillah
(Sumber : survey, 13/03/2010, 10:39 WIB)
28
Penerapan langgam Renaissance pada desain bangunan M useum Fatahillah :
Gambar II.6. : De tail Karakte ristik Museum Fatahillah
“Lantern”, jendela kecil pada atap untuk penerangan dan penghawaan alami
“Lucarne”, jendela pada bidang atap miring sebagai ornamen dekoratif juga penerangan alami dan ventilasi
“Amortizement”, ornament dekoratif di ujung/pengakhiran atap
Jendela dan pintu masuk berbentuk busur, Daun jendela berjenis krepyak, jendela lantai 1-2 tanpa sirip, hanya teritisan atap Kolom order Doric
29
Foto II.2. : Chartere d Bank (Bank Bumi Daya)
(Sumber : survey, 24/02/2010, 10:02 WIB)
Penerapan langgam Renaissance pada desain bangunan Chartered Bank : Gambar II.7. : De tail Karakte ristik Charte rd Bank (Bank Bumi Daya)
Konstruksi kubah sebagai atap pada ujung bangunan “Lantern”, jendela kecil pada atap untuk penerangan dan penghawaan alami
Garis horisontal dan elemen busur pada bidang datar
Kolom order Doric Jendela besar memanjang ke arah vertikal
30
Foto II.3. : Museum Ke ramik dan Seni Rupa
(Sumber : survey, 13/03/2010, 11:29 WIB)
Penerapan langgam Renaissance pada desain bangunan M useum Keramik dan Seni Rupa : Gambar II.8. : De tail Karakte ristik Museum Ke ramik dan Seni Rupa
“Tympanium”, konstruksi dinding bertbentuk segitiga di atas pintu masuk
“Balustrade”, ornamen pembatas kepala dan badan bangunan dan pada badan ke kaki badan Kolom order Doric yang teratur
31
II.3.4. Kota Tua S aat Ini Kota tua saat ini menjadi kawasan cagar budaya. Pola kota kawasan kota tua masih sama yaitu kotak-kotak, namun sudah tidak lagi dibentuk oleh kanal, melainkan oleh jalur-jalur jalan yang sebelumya adalah kanal. Kawasan kota tua memiliki luas sekitar 845 Ha yang terletak di kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat. (S urat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 34/2005) Berdasarkan Rencana Induk Kota tua Jakarta (DTK 2007), ditengah-tengah Kawasan Cagar Budaya Kotatua terdapat zona inti, yaitu area yang memiliki nilai sejarah yang lebih bernilai yang dahulunya sebagian besar adalah kota di dalam dinding. Kawasan Cagar Budaya Kota tua dibagi menjadi lima zona, yaitu Kawasan Sunda Kelapa, Kawasan Fatahillah, Kawasan Pecinan, Kawasan Pekojan dan Kawasan Peremajaan. Peta II.1. : Kawasan Cagar Budaya Kota tua
Kawasan Sunda Kelapa
Kawasan Fatahillah
Kawasan Pecinan
Kawasan Pekojan
Kawasan Peremajaan Sumber : Guidelines Kota tua, 2007 32
Upaya pelestarian di Jakarta didasarkan kepada Undang-Undang No. 5/1992, yaitu mengenai Benda Cagar Budaya dan Peraturan Daerah No.9/1999, menggolongkan kawasan cagar budaya menjadi tiga golongan yaitu: •
Kawasan cagar budaya golongan I, disekitar Taman Fatahillah dan Jalan Cengkeh Peta II.2. : Kawasan Cagar Budaya Golongan I
Sumber : Guidelines Kotatua, 2007
•
Kawasan cagar budaya golongan II, disepanjang Kali Besar, Jalan Pintu Besar Utara dan sekitar Taman Beos Peta II.3. : Kawasan Cagar Budaya Golongan II
Sumber : Guidelines Kota tua, 2007 33
•
Kawasan cagar budaya golongan III, di luar golongan I dan II yaitu area yang berdekatan dengan Sungai Ciliwung dibagian timur dan area dekat Sungai Krukut di bagian Barat. Peta II.4. : Kawasan Cagar Budaya Golongan III
Sumber : Guidelines Kota tua, 2007
II.3.5. Karakteristik Kawasan dan Bangunan Kota tua Kawasan kota tua ditandai oleh jalan dan sungai/kanal yang membentuk blok-blok berupa grid kota dengan dua taman yaitu Taman Fatahillah yang menjadi pusat kegiatan public dan Taman Beos yang dikelilingi oleh kantor-kantor besar dan Stasiun Kereta Api. Bangunan-bangunan di zona 2 kawasan cagar budaya kota tua terdiri dari tiga tipe yaitu bangunan besar yang berdiri sendiri pada satu blok kota atau lebih dari setengah blok kota, bangunan di kavling pojok dan bangunan-bangunan deret yang membentuk satu blok kota. Bangunanbangunan di kawasan Kota tua memiliki massa besar dengan tingginya 34
sekitar 2 sampai dengan 3 lantai dan ketinggian lantai sekitar 4 meter. Orientasi bangunan menghadap pada jalur sirkulasi utama. Keunikan arsitektur kota kawasan ini adalah letak bangunan yang menempel langsung ke jalan atau ruang terbuka. (streetwall buildings)
Foto II.4. : Batas Bangunan Dengan Jalan
(Sumber : survey, 13/03/2010, 16:29 WIB)
Zona 2 kawasan cagar budaya Kota tua terbagi menjadi empat tipologi bangunan, dibedakan sesuai masyarakat dan zamannya, yaitu : (Guidelines Kota tua, 2007)
35
1. Bangunan masyarakat kolonial Eropa (Colonial Indische, Renaissance, Art Nouveau, Art Deco). 2. Bangunan masyarakat Cina (Gaya Cina Selatan dan campuran dengan gaya Kolonial Eropa). 3. Bangunan masyarakat pribumi (Colonial Indische). 4. Bangunan modern Indonesia (International Style).
Gambar II.9. : Berbagai Gaya Arsitektur di Kawasan Kota Tua
36
II.3.6. Kriteria Pemilihan Tapak Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah : •
M encari kawasan tapak golongan III pada zona inti kota tua (kawasan Fatahillah).
•
Dekat dengan objek wisata Kota tua dan dalam jangkauan stasiun kota serta halte busway dalam radius km.
•
Dekat dengan jalan utama yang dilalui oleh kendaraan umum, karena kawasan kota tua merupakan kawasan bisnis dan mayoritas masyarakat sekitar termasuk dalam golongan menengah bawah yang lebih sering menggunakan kendaraan umum untuk pergi kerja.
•
Tapak memiliki 2 bukaan jalan sebagai strategi pemisah akses masuk dan keluar bangunan serta sebagai akses service entrance
37
•
Data Tapak
Peta II.5. : Lokasi Tapak
(Sumber : Peta Jakarta)
•
Lokasi
: Jalan Kemukus Kelurahan
Pinangsia,
Kecamatan
Taman
Sari,
Jakarta Barat 11110 •
Ukuran Tapak : 9900 m2
• Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta : -
Peruntukan lahan
: Wisma karya perkantoran / wisma perdagangan.
38
-
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 75 % x 9900 m2 = 7425 m2
-
Koefisien Luas Bangunan (KLB)
-
M aksimal jumlah lantai
: 4 lantai
-
Garis Sepadan Bangunan (G SB)
: 10 m (utara) dan
: 3 x 9900 m2 = 29700 m2
5 m (barat) Peta II.6. : LRK Ke camatan Taman Sari
10 m
9900 m2 5m
(Sumber : www.tatakota-jakartaku.net)
• Batas tapak : - Utara
: Bangunan tua, Kantor
- Timur
: Permukiman
- Selatan : Pertokoan, Kantor Camat - Barat
: M useum Keramik dan Seni Rupa, Pertokoan
39
Foto II.5. : Foto Udara Lokasi Tapak
UTARA
TIMUR TAPAK
BARAT
S ELATAN
(Sumber : Google Earth)
•
Sebelah Utara Foto II.6. : Batas Utara Tapak
BANGUNAN TUA
KIO S
(Sumber : survey, 13/03/2010, 11:06 WIB)
Pada batas sebelah utara terdapat berbagai jenis bangunan dan kegiatan seperti Geo Wehry yang saat ini digunakan sebagai tempat 40
perjudian, bangunan tua yang sudah rusak dan kosong, showroom mobil, tempat makan, kantor dan hotel K7.
•
Sebelah Timur Foto II.7. : Batas Timur Tapak
JALAN KECIL
PERMUKIMAN
(Sumber : survey, 13/03/2010, 11:10 WIB)
Pada batas sebelah
timur terdapat kali Ciliwung dan
permukiman kumuh dimana fungsi atau kegiatannya sebagai tempat hunian biasa. Batas sebelah timur ini sudah masuk ke dalam wilayah Jakarta Utara, sudah tidak termasuk ke dalam Kecamatan Taman Sari wilayah Jakarta Barat.
•
Sebelah Selatan Foto II.8. : Batas Selatan Tapak
PERTO KO AN
KANTO R CAMAT
(Sumber : survey, 13/03/2010, 11:25 WIB) 41
Pada batas sebelah selatan terdapat bangunan yang berfungsi sebagai kantor camat Taman Sari dan terdapat jalan lada dengan permukiman hunian golongan masyarakat menengah ke bawah dan wisma BNI 46.
•
Sebelah Barat Foto II.9. : Batas Barat Tapak
PERTO KO AN
MUSEUM
(Sumber : survey, 13/03/2010, 11:35 WIB)
Pada batas sebelah barat terdapat kompleks pertokoan Pinangsia, lahan kosong dan museum Keramik dan Seni Rupa.
II.3.7. Karakteristik Tapak dan Lingkungan Sekitar Tapak Kondisi tapak saat ini merupakan sejumlah deretan dua blok ruko yang berjumlah tiga lantai dengan Garis Sepadan Bangunan (GSB) 10 m sebelah utara dan 5 m sebelah barat. Bangunan di sebelah tapak juga memiliki G SB yang sama sehingga antara bangunan pada tapak dengan bangunan di sebelahnya memiliki deretan fasad yang rata/sejajar. Pada lingkungan sekitar tapak terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti, stasiun
42
kereta, halte busway, museum, hotel, kantor, toko, gudang, bangunan tua kosong dan tanah kosong.
Foto II.10. : Batas Garis Se padan Bangunan
10 m
(Sumber : survey, 13/03/2010, 13:32 WIB)
Peta II.7. : Batas Garis Se padan Bangunan
Batas GSB pada tapak merupakan batas bangunan di sebelah dan sekitar tapak
(Sumber : www.tatakota-jakartaku.net) 43
•
Jalan Kemukus dan Jalan Kunir Fasade bangunan pada tapak di jalan kemukus terikat oleh pola dasar berupa bentuk atap segi tiga dan pola dasar yang terdiri dari bentuk lengkung, serta bentuk persegi dengan ukuran besar pada jendela masing-masing bangunan. Foto II.11. : Karakte r Bangunan Pada Tapak
JL. KUNIR
JL. KEMUKUS
(Sumber : survey 13/03/2010, 11:41WIB)
Gambar II.10. : Sketsa Fasade Bangunan Pada Tapak a
a. Atap bentuk segitiga 2,7 Meter 1,2 Meter
b c
b. Bentuk jendela persegi dan ukuran jendela besar
2,7 Meter 1,2 Meter 2,7 Meter
c. Ada elemen busur (lengkung)
44
Gambar II.10. : Sketsa Fasade Bangunan Sekitar Tapak (Jalan Kunir)
45
II.3.8. Tinjauan Terhadap Peraturan Bangunan Tapak terletak di wilayah Taman Sari, yaitu berada di lingkungan cagar budaya golongan III pada zona 2 (kawasan Fatahillah) kawasan cagar budaya kota tua. Seperti yang telah dibahas pada bagian sejarah kota tua, berdasarkan UU No. 5 tahun 1999 lingkungan cagar budaya golongan III merupakan golongan dimana bangunan pada lingkungan ini adalah bangunan bukan bangunan cagar budaya. Peruntukan makronya adalah untuk kegiatan campuran yang dapat berupa hunian apartemen untuk masyarakat golongan menengah ke atas yang bercampur dengan fungsi komersial, kantor, jasa dan pendidikan terbatas seperti pendidikan tinggi dan kursus-kursus. Peruntukan mikronya, khususnya untuk pemanfaatan lantai atas adalah untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat semi-publik dan privat seperti hunian, perkantoran dan pendidikan. Tapak pada mulanya merupakan tempat pertambangan minyak dan sejak tahun berubah menjadi bangunan-bangunan deret yang membentuk satu blok. Bangunan-bangunan ini digunakan sebagai ruko dengan jumlah lapis bangunan sekitar 3 sampai dengan 4 lapis. Bentuk fasad bangunan tersebut juga sudah mengalami pencampuran dan tidak mengikuti pola bentuk fisik lingkungan sekitar tapak, tetapi bangunan cagar budaya dengan bentuk karakteristiknya yang khas masih ada di sekitar tapak. Perencanaan
bangunan
hotel perlu
memperhatikan
beberapa
ketentuan umum yang meliputi bentuk dan ukuran dasar satuan hotel, 46
persyaratan teknis ruangan, tata letak bangunan dan jarak antar bangunan dan ketinggian bangunan yang sesuai dengan aturan tata bangunan kota tua.
Tabe l II.2. : Panduan Konstruksi dan Tata Bangunan
Unsurunsur Ketinggian bangunan
Sempadan
Atap
Bangunan yang bersebelahan dengan bangunan cagar budaya Ketinggian bangunan tidak melebihi ujung atap bangunan cagar budaya di sebelahnya. Skala bangunan secara keseluruhan menyesuaikan diri dengan bangunan cagar budaya yang ada di sebelahnya memiliki ketinggian yang dipakai adalah bengunan cagar budaya yang tertinggi. Letak bangunan bagian depan bangunan mengikuti garis sempadan bangunan cagar budaya yang ada di sebelahnya atau garis sempadan depan bangunan cagar budaya yang tertinggi. Bentuk dan material menyesuaikan diri dengan bangunan cagar budaya di sebelahnya. Benda-benda pelengkap seperti water tower dan lain-lain yang berada di atap harus tidak keliatan dari jalan. Bendabenda ini harus ditutup dengan dinding berlubang
Bangunan yang tidak bersebelahan dengan bangunan cagar budaya Ketinggian bangunan maksimum bagian depan hingga kedalaman 10 meter adalah 4 lantai atau 20 meter. Ketinggian 20 meter ini diukur dari peil jalan sampai dengan bagian atas (akhir) atap bangunan. Ketinggian bagian bangunan di atas kedalaman 10 meter mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dinas Tata Kota. Garis sempadan depan bangunan adalah 0 meter dan bangunan harus dibangun menempel pada garis batas kapling depan.
Untuk mendapatkan kesan/skala manusia dan suasana seperti lingkungan Golongan I dan II, lebar muka bangunan maksimum 10 meter. Bila lebar bangunan lebih besar 10 meter, maka tampak bangunan harus dipecah menjadi bagian-bagian yang masing-masing lebarnya lebih kecil dari 10 meter.
47
Tampak Samping Tampak Belakang Dinding batas
Basement
Pondasi
Arkade
Variasi bentuk dan material diperbolehkan. Variasi bentuk dan material diperbolehkan. Dinding batas harus dibuat pada batas antara bangunan. Pada dinding yang merupakan batas kepemilikan tidak diizinkan adanya bukabukaan. Penggunaan basement tidak boleh mengganggu kestabilan struktur bangunan cagar budaya yang ada di sebelahnya. Pembangunan pondasi harus memperhatikan keselamatan bangunan cagar budaya yang berada di sebelah bangunan. Arkade yang menerus ke bangunan –bangunan yang bersebelahan harus disediakan di bagian depan bangunan. Lebar bersih minimum arcade ini adalah 2,5 meter. Ketinggian atau jarak dari lantai ke plafon arkade adalah 3,5 meter (lihat gambar lampiran 4). Peil dari lantai arkade sedapat mungkin harus sama dengan peil tempat pejalan kaki (pedestrian) dan arcade di bangunanbangunan sebelahnya. Bila terjadi perbedaan peil lantai maka harus dibuat ramp untuk
(lihat gambar lampiran 3). Variasi rancangan dan material diperbolehkan. Variasi bentuk dan material diperbolehkan. Variasi bentuk dan material diperbolehkan. Dinding batas harus dibuat pada batas antara bangunan. Pada dinding yang merupakan batas kepemilikan tidak diizinkan adanya buka-bukaan. Basement diperbolehkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Bangunan.
Arkade yang menerus ke bangunan-bangunan yang bersebelahan harus disediakan di bagian depan bangunan. Lebar bersih minimum arkade ini adalah 2,5 meter. Ketinggian atau jarak lantai ke plafon arkade adalah 3,5 meter (lihat gambar lampiran 4). Peil dari lantai sedapat mungkin harus sama dengan peil tempat pejalan kaki (pedestrian) dan arkade di bangunan-bangunan sebelahnya Bila terjadi perbedaan peil lantai maka harus dibuat ramp untuk menghubungkan lantai arkade dengan lantai
48
menghubungkan lantai arkade dengan lantai arkade bangunan-bangunan tetangga dan tempat pejalan kaki. M aterial lantai arkade menggunakan bahan dengan tekstur berkesan alami dan tidak diperkenankan menggunakan material yang terlalu mengkilap atau memberi kesan artificial. Lift Lift dapat diletakkan dimana saja. Sistem Penempatan unit AC tidak pendingin tampak dari luar atau buatan sekurang-kurangnya tidak (AC) mengganggu eksterior bangunan. Unit yang tampak mengganggu facade bangunan harus disembunyikan kecuali apabila ukurannya kecil dan tidak tampak dari jalan. Unit utilitas Penempatan unit-unit di ruang utilitas, seperti mesin lift atap dan tangki air di ruang atap tidak boleh tampak dari luar atau sekurangkurangnya tidak mengganggu eksterior bangunan. Unit yang tampak mengganggu facade bangunan harus disembunyikan kecuali apabila ukurannya kecil dan tidak tampak dari jalan.
arkade bangunan-bangunan tetangga dan tempat pejalan kaki. M aterial lantai arkade menggunakan bahan dengan tekstur berkesan alami dan tidak diperkenankan menggunakan material yang terlalu mengkilap atau memberi kesan artificial.
Lift dapat diletakkan dimana saja. Penempatan unit AC tidak tampak dari luar atau sekurang-kurangnya tidak mengganggu eksterior bangunan. Unit yang tampak mengganggu facade bangunan harus disembunyikan kecuali apabila ukurannya kecil dan tidak tampak dari jalan. Penempatan unit-unit utilitas, seperti mesin lift dan tangki air di ruang atap tidak boleh tampak dari luar atau sekurang-kurangnya tidak mengganggu eksterior bangunan. Unit yang tampak mengganggu façade bangunan harus disembunyikan kecuali apabila ukurannya kecil dan tidak tampak dari jalan.
(Sumber : Guidlines Kotatua, 2007, p16)
49
II.4.
Kelengkapan dan Data Relevansi Dara Pendukung II.4.1. S tudi Banding II.4.1.1.
Hotel Batavia *Studi banding terhadap hotel pada kawasan Kota tua Foto II.12. : Hotel Batavia
(Sumber : survey 24/00/2010, 11:10 WIB)
•
Lokasi
: Jl. Kali Besar Barat 46, Jakarta 4922
•
Gaya Arsitektur
: Colonial
•
Bintang
: @@@@
•
Jumlah lantai
: 9 lantai
¾ Layanan dan fasilitas yang ada di Hotel Batavia •
Fasilitas kamar yang terdiri dari 311 unit Tipe kamar : -
Standard (22)
-
Superior (121)
-
Deluxe (192)
-
Junior Suite (5)
50
Tipe Omni Continental Club :
•
-
Standard (4)
-
Deluxe (22)
-
Superior (21)
-
Club Suite (2)
-
Continental Suite (1 )
Fasilitas hotel dan pelayanan -
Pasar Rempah Restauran
-
Waroeng Teh dan Kopi
-
Super Star Restaurant
-
Business Center
-
Ruang rapat (8)
-
Ukuran kecil (54 kursi), ukuran besar (780)
-
Chauffeur-driven limousine and airport transfer
-
24 hours medical service/clinic
-
Conference and Banqueting
-
Health Club
-
IDD Telephone in all room
-
Laundry and Dry Cleaning
-
Foreign Currency exchange
-
Travel Agent
-
Swimming pool 51
¾ Konsep Hotel Batavia Hotel Batavia terletak di kawasan Kotatua, dibangun pada tahun 1995 dengan konsep Arsitektur Kolonial. Konsep ini diterapkan pada tampilan fasade bangunan maupun interior ruangan hotel sendiri. Hal ini yang membuat hotel terlihat megah dan mewah, ditambah dengan tersedianya berbagai jenis kamar dan fasilitas yang membuat hotel ini menjadi hotel bintang 4. Foto II.13. : Fasade Hotel Batavia
Hotel Batavia memiliki bentuk bangunan yang simetris tetapi terlihat dinamis. Hotel ini memiliki ukuran lobby yang cukup besar, dari pintu utama langsung berhadapan dengan resepsionis .dan letak lift berada di pinggir. Foto II.14 : Lobby Hotel Batavia
52
Konsep Kolonial juga terdapat pada interior hotel, seperti penggunaan elemen busur (lengkung) pada bentuk jendela dan desain interior pada restaurant. Pemilihan furniture hotel juga menyesuaikan dengan konsep gaya hotel. Foto II.15 : Konse p Kolonial Pada Interior Hotel Batavia
Hotel Batavia saat ini sudah berubah, dapat dilihat dari tampilan fasade bangunan yang tidak dirawat dengan baik, banyak terlihat retak pada fasade bangunan. Perubahan lain juga terlihat dari adanya fasilitas hotel yang tidak berfungsi lagi, menjadikan ruangan tidak terpakai dan tidak terawat. Pengunjung tamu hotel juga sudah berkurang dan hotel menjadi terlihat sepi pengunjung. Foto II.16. : Fasade Hotel Batavia Saat Ini
(Sumber : survey 24/02/2010, 11:24 WIB) 53
Gambar II.11. : Fasilitas-Fasilitas Hotel Batavia
Continental Deluxe Room
Pasar Rempah Restauran
Function Room
Warung T eh dan Kopi
Lobby
Swimming Pool
(Sumber : www.batavia-hotel.com)
54
II.4.1.2.
Hotel Jayakarta * Studi banding terhadap hotel bisnis Gambar II.12. : Hotel Jayakarta
•
Lokasi
:Jl. Hayam Wuruk 126, Jakarta 10710
•
Jenis Hotel
: Hotel Bisnis
•
Bintang
: @@@@
•
Jumlah lantai : 21 lantai
¾ Layanan dan fasilitas yang ada di Hotel Jayakarta •
Fasilitas kamar yang terdiri dari 334 unit Tipe kamar -
Standard Rooms (128)
-
Deluxe Rooms (121)
-
Family Rooms (28)
55
•
-
Executive Suites (42)
-
Junior Suites (13)
-
Jayakarta Suites (2)
-
President Suite 1)
Fasilitas hotel dan pelayanan -
Laundry
-
Luggage Store
-
M ail & Postage
-
Limousine Rental
-
Safe Deposit Boxes
-
Currency Exchange
-
Hair Beauty salon
-
Tours and Travel
-
Doctor on call - Business Center - Swimming Outdoor Pool - Health Club - Gymnasium - Sauna/steam massage - Restaurant and Bar - Betawi Cafe - Singing Lounge 56
¾ Konsep Hotel Jayakarta Hotel Jayakarta terletak di daerah M angga Besar yang dibangun sejak tahun 1972. Hotel ini termasuk jenis hotel bisnis dengan kelas hotel bintang 4, karena itu hotel ini memiliki ukuran lobby yang tidak terlalu besar dan letak resepsionis yang terpencil, tidak terlihat oleh pengunjung. Dari pintu utama Hotel Jayakarta langsung berhadapan dengan lift, letak resepsionis terletak dibagian samping sehingga langsung terlihat oleh pengunjung. Foto II.17. : Lobby Hotel Jayakarta
Lobby tidak terlalu besar
Sumber : survey, 20/03/2010, 18:02 WIB
57
Akses masuk tiap unit kamar menggunakan Access Card dan pembagian tipe harga kamar dibagi menurut ketinggian lantai, semakin tinggi lantai maka harga kamar semakin mahal. Pada bagian lantai bawah, bahan penutup lantai menggunakan karpet, bagian lantai atas bahan penutup lantai dari lantai marmer. Foto II.18. : Koridor Lantai Bawah (atas) dan Lantai Atas (bawah) Hotel Jayakarta
Lantai karpet
Lantai marmer
Sumber : survey, 20/03/2010, 17:30 WIB survey, 20/03/2010, 17:45 WIB
58
Gambar II.13. : Fasilitas-Fasilitas Hotel Jayakarta
Lobby
Executive Room
Swimming Outdoor Pool
The Kota Lounge Bar
Coridor
Conference Room
(Sumber : survey, 20/03/2010, 17:30 WIB)
59
II.4.2. S tudi Literatur II.4.2.1.
Hotel Raffles *Studi banding terhadap hotel pada bangunan konservasi Gambar II.14. : Hotel Raffles
(Sumber : http://www.raffles.com, 10/03/2010, 10:29 WIB)
•
Lokasi
•
Gaya arsitektur : Colonial Style
•
Bintang
: @@@@@
•
Jumlah lantai
: 3 lantai
: 1 Beach Road, Singapore 189673
¾ Layanan dan fasilitas yang ada di Hotel Raffles • •
Fasilitas kamar terdiri dari 103 unit Fasilitas hotel dan pelayanan -
Restaurants & Bars
-
Raffles Amrita Spa
-
Outdoor swimming pool & bar
60
-
Raffles Hotel Arcade
-
Empire Cafe
-
Ah Teng's Bakery
-
Long Bar
-
Bar & Billiard Room
-
The Ballroom
-
Raffles Hotel M useum
-
Raffles Hotel Shops
-
Jubilee Hall theatre playhouse
-
Garden Tour
-
24-hour Raffles Butler service
-
Gymnasium
¾ Konsep Hotel Raffles Hotel Raffles merupakan hotel yang paling terkenal di Singapura yang
dibangun sejak tahun 1887.
Gaya Kolonial
menjadi konsep pada hotel ini dan menjadi karakteristik negara Singapura. Hotel ini terletak di pusat kota memberikan kemudahan bagi pengunjung hotel dapat menikmati makanan dan berbelanja dengan nyaman . Tiap unit kamar pada hotel ini memiliki gaya desain yang elegan yaitu dengan penggunaan furniture antik, carpet bergaya Persia dan berbagai unsur dekoratif Kolonial. 61
Hotel ini juga memiliki museum yang bernama National M useum of Singapore. M useum ini merupakan museum tertua di Singapura, dimana di dalamnya menghadirkan berbagai cara inovatif dalam menjelaskan
sejarah sehingga memberikan
pengalaman yang baru bagi para pengunjung. Gambar II.15. : Konse p Kolonial Pada Ekste rior dan Inte rior Hotel Raffles
(Sumber: http://www.raffles.com, 10/03/2010, 10:29 WIB) 62
¾ Usaha Konservasi Pada tahun 1989, pemerintah Singapura melakukan usaha pelestarian atau konservasi pada hotel Raffles. Sekitar 2,5 tahun hotel ini
tutup untuk sementara waktu hingga konservasi ini
selesai. Usaha konservasi yang dilakukan pemerintah yaitu dengan merenofasi fasade hotel dan penambahan massa baru yang tetap dibuat serupa dengan massa lama. Gambar II.16. : Konse rvasi Hotel Raffles Se belum Konservasi (atas) Se telah Konse rvasi (bawah)
(Sumber: http://www.raffles.com, 10/03/2010, 10:29 WIB) 63
Gambar II.17. : Fasilitas-Fasilitas Hotel Raffles
Lobby
Swimming Pool
Jubilee Hall T heatre
Personality Suites
Restaurant
Ball Room
(Sumber: http://www.raffles.com, 10/03/2010, 10:29 WIB)
64
II.4.2.2.
Hotel S alak The Heritage *Studi banding terhadap fasilitas bintang empat Gambar II.18. : Hotel Salak The He ritage
(Sumber : http://www.hotelsalak.co.id, 07/03/2010, 16:52 WIB)
•
Lokasi
: Jl. Ir. H. Juanda No. 8, Bogor 16121
•
Luas
: 8,227 m
•
Gaya arsitektur : Colonial Style
•
Bintang
2
: @@@@
¾ Layanan dan fasilitas yang ada di Hotel S alak The Heritage •
Fasilitas kamar terdiri dari 120 unit -Superior -Deluxe -Deluxe Suite -Salak View (42m2) -Colonial Executive Heritage (32m2) -Colonial Super Exevutive -Colonial Presidential Suite (80m2)
65
•
Fasilitas hotel dan pelayanan - Business Center - Fitness Center - Paradise Travel - Smart Kids Planet & Children Playground - Swimming Pool & Inner Garden - Bellevue Wellness Salon, Spa and Barbershop - Herbal Place - Drugstore & Art shop - Internet Corner - Aesthetic Dentist - ATM Center - Security & Safety System
¾ Konsep Hotel Salak The Heritage Hotel Salak The Heritage dibangun sejak tahun 1856 yaitu pada era Kolonial Belanda masuk ke Indonesia. Pada mulanya hotel ini bernama Binnenhof Hotel kemudian diganti menjadi Hotel Salak The Heritage pada tahun 1948. M asuknya Kolonial Belanda membuat gaya kolonial pada era tersebut mendominasi, oleh karena itu gaya Kolonial Belanda menjadi konsep pada hotel Salak.
66
Konsep Kolonial Belanda dapat dilihat dari tampilan fasade bangunan yaitu pada bentuk railing dan interior pada lobby hotel. Gambar II.19. : Konse p Kolonial Pada Ekste rior dan Inte rior Hotel Salak The He ritage
(Sumber : http://www.hotelsalak.co.id, 07/03/2010, 16:52 WIB)
Hotel Salak The Heritage termasuk jenis hotel bisnis dimana hotel ini menyediakan ruang pertemuan dan 12 ruang rapat dengan segala fasilitas rapat bagi para usahawan serta kebutuhan akomodasi bagi wisatawan yang sedang berlibur ke Bogor. Gambar II.20. : Fasilitas-Fasilitas Hotel Salak The He ritage
Ball Room
Meeting Room Room
Restaurant
Bed Room
(Sumber : http://www.hotelsalak.co.id, 07/03/2010, 16:52 WIB)
67
II.4.2.3.
Hotel Majapahit *Studi banding terhadap bentuk hotel dengan gaya Colonial Style Gambar II.21. : Hotel Majapahit
(Sumber : Indonesia Design, Vol. 7, No. 37, April 2010)
•
Lokasi
: Jl. Tunjungan No. 65, Surabaya 60275
•
Luas
: 21,359 m2
•
Gaya arsitektur : Colonial dan Art Deco Style
•
Bintang
•
Jumlah Lantai : 2 lantai
: @@@@
¾ Layanan dan fasilitas yang ada di Hotel Majapahit •
Fasilitas kamar terdiri dari 150 unit 2 -Garden Terrace Room (47m )
-Executive Suite (57m2) -M ajapahit Suite (97m2) -Presidential Suite (800m2) •
Fasilitas hotel dan pelayanan - Fitness Center
68
- Swimming Pool - Sauna, Spa and Jacuzzi - Ballroom - Ruang Konferensi - Toko Kue dan Roti - Restaurant dan Bar - Security & Safety System
¾ Konsep Hotel Majapahit Hotel M ajapahit dibangun sejak tahun 1942 yaitu pada era penjajahan Jepang dengan nama Hotel Yamato Hoteru hingga pada tahun 1969 sebuah grup pengusaha lokal membeli hotel ini dan berubah nama menjadi Hotel M ajapahit. Hotel ini merupakan hotel butik kelas atas yang memiliki banyak kenangan diantaranya mengenai perjalanan hotel ini sendiri dan juga suasana hotel yang menimbulkan romantisme masa lalu di masa kini yang lebih tenang dan sederhana. Gambar II.22. : Ornamen Lengkung dan Pilar Dengan Konse p Kolonial Pada Selasar
69
Konsep Art Deco dilihat dari lobby hotel dimana detail ornamen-ornamen geometris sangat menonjol. Bangunan hotel ini juga terasa lebih klasik dengan jendela-jendela stain glass besar yang mendominasi bagian hotel, selasar dengan ornamen busur (lengkung) yang dibatasi pilar-pilar gaya bangunan Kolonial Belanda yang besar dan kokoh serta kaca patri yang juga terpasang diantara pilar-pilar tersebut.
Gambar II.23. : Konse p Single Loade d
Hotel M ajapahit menggunakan konsep single loaded dimana posisi kamar mengelilingi taman yang cukup besar sehingga memberikan view indah dan sirkulasi udara yang menyegarkan dan dapat dinikmati baik dari balkon dan teras kamar hotel. Terdapat 150 kamar hotel yang semuanya berlantai teakwood dengan berbagai jenis kamar mulai dari 47 m2 sampai 97 m2. Beragam fasilitas juga terdapat pada hotel ini seperti Indigo Restaurant yang menyajikan berbagai makanan Indonesia dan 70
Western Food dengan suasana yang lebih modern, selain itu terdapat pula Sarkies Seafood Restaurant yang menyajikan beragam Seafood dan Chinese Food dengan interior dari kayu jati yang terlihat sangat klasik. Gambar II.24. : Fasilitas-Fasilitas Hotel Majapahit
Lobby
Presidential Suite
Restaurant
T aman (Indonesia Design, Vol. 7, No. 37, April 2010)
71
II.4.2.4.
G.H. Universal Hotel *Studi banding terhadap hotel dengan gaya Renaissance Style Gambar II.25. : G.H. Universal Hotel
( http://www. ghuniversal.com, 12/04/2010, 10:16 WIB)
•
Lokasi
•
Gaya arsitektur : Renaissance Style
•
Bintang
: Jl. Setiabudhi No. 376, Bandung 40143
: @@@@@
¾ Layanan dan fasilitas yang ada di G.H. Universal Hotel •
Fasilitas kamar terdiri dari 104 unit -Superior Room (53 unit) -Deluxe King (30m2) -Deluxe Double Queen Room (18 unit) -Junior Suite (1 unit) -Presidential Suite (2 unit)
72
•
Fasilitas hotel dan pelayanan - Gym - Swimming Pool - Spa - Business Center - Baby and Kids Facility - Restaurant dan Bar - Cafe 24 hours - Spacious Parking Area
¾ Konsep G.H. Universal Hotel G.H. Universal Hotel memiliki gaya bangunan Renaissance yang terlihat pada desain bangunan yang terlihat kokoh dengan menggunakan jendela panjang dan besar dan ornamen lengkung dan tympanium (bentuk segitiga) di atasnya dan terdapat juga atap kubah yang menambah kesan klasik renaissance. Gambar II.26. : Bentuk Jendela Besar Dengan Bentuk Lengkung dan Segitiga
73
Gaya arsitektur Renaissance ini juga terlihat dari elemen garis yang terdapat pada dinding bagian bawah dan bentuk lengkung pada selasar lantai bawah hotel ini. Gambar II.27. : Elemen Garis Pada Dinding dan Bentuk Lengkung Pada Selasar
Gambar II.28. : Fasilitas-Fasilitas G.H. Unive rsal Hotel
Swimming Pool Courtyard of The Royale Cafe
Deluxe King ( http://www.ghuniversal.com, 12/04/2010, 10:16 WIB)
74
II.4.3. Kesimpulan M elalui pemahaman dan analisis terhadap studi banding dan studi literatur maka dapat disimpulkan : •
Unsur-unsur pewadahan/peruangan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan yang berlaku seperti ukuran standar ruang-ruang yang ada dalam hotel dan sebagainya.
•
Tiap-tiap hotel memiliki spesifikasi berbeda-beda, sehingga kelas maupun tarif hotel yang ditawarkan mengikuti spesifikasi tersebut.
•
Lokasi yang strategis seperti aksesbilitas pencapaian yang mudah dari segala arah juga menentukan kemajuan suatu hotel.
•
Konsep desain pada suatu hotel menjadi suatu gaya dan karakteristik suatu hotel.
•
Fasilitas ruang pertemuan dan ruang rapat merupakan faktor penting yang harus dimiliki bagi hotel.
75