BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
PAUD 2.1.1 Pengertian Umum Para ahli pendidikan anak memandang usia dini merupakan masa emas (the golden ages) yang hanya ada sekali dan tidak dapat diulang kembali. Pada masa itu anak berada pada periode sensitif yang dimana di masa inilah anak secara khusus mudah
menerima berbagai dampak dan
pelajaran dari lingkungan anak – anak tersebut. Anak pada usia 0 hingga 6 tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa – masa tersebutlah adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan optimal dan itu sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak nantinya.
Sangatlah rugi jika sebuah keluarga atau masyarakat mengabaikan program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang sebenarnya sudah tertera di Bab I pasal 1 ayat 14 yang ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas USPN, 2004 : 4). Masa usia dini tersebut merupakan yang paling tepat dalam mengembangkan aspek fisik – motorik, kognitif, sosial – emosi, bahasa, moral dan agama. Menyadari akan manfaat positif untuk perkembangan anak mereka maka para masyarakat atau keluarga – keluarga di Indonesia mulai tertarik dengan program PAUD ini, dari ketertarikan mereka itulah yang membuat program ini berkembang dengan pesat. Program PAUD ini meliputi POSPAUD, Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak – kanak (TK).
9
10
Adapun strategi pembinaan PAUD yang dapat dilakukan melalui :
Diagram 2.1 Strategi PAUD
Sumber : Konsep dasar pendidikan anak usia dini, Sujiono 19
2.1.2 Metode Pembelajaran Ada 2 macam metode yang diterapkan dalam program Paud, yaitu : 1. Metode pembelajaran melalui bermain Metode ini adalah metode yang paling digemari oleh anak – anak yang dikarenakan oleh sifat asli dari anak – anak tersebut adalah suka bermain. Karena dengan bermain anak – anak akan merasa senang, gembira, bebas, dan ceria. Ada beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan bermain bagi anak – anak merupakan kegiatan yang menyenangkan hati mereka, tidak ada paksaan, timbul dari sifat natural mereka, dan merupakan kegiatan utama bagi seumuran mereka.
11
Melalui kegiatan bermain, seluruh potensi kecerdasaan seorang anak dapat dikembangkan, seperti kecerdasan linguistik, kecerdasan logik
–
matematik,
interpersonal,
kecerdasan
kecerdasan
visual
intraprasonal,
spasial,
kecerdasan
kecerdasan
musikal,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan natural, dan kecerdasan spiritual.
2.
Metode pembelajaran melalui cerita Kegiatan metode bercerita atau bisa disebut dengan mendongeng
ini merupakan warisan budaya yang sudah ada di Indonesia. Bahkan menjadi tradisi yang dipakai orang tua untuk membacakan cerita untuk anak – anak mereka sebelum mereka tidur. Dari metode ini anak – anak akan banyak belajar dari tokoh – tokoh yang ada dalam cerita yang diceritakan oleh pihak pengajar. Dari metode ini juga mereka akan mendapatkan pesan dan moral kehidupan . 2.1.3 Tujuan Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 / 2003 BAB II Pasal 3). Adapun tujuan diadakannya PAUD di negara ini, yaitu: •
Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh
dan
berkembang
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa. •
Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) disekolah.
12
•
Intervensi dini dengan memberikan ransangan sehingga dapat menumbuhkan potensi – potensi yang tersembunyi yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat, dan bakat).
•
Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi – potensi yang dimiliki seorang anak.
Hal ini sejalan dengan 4 pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know (melalui media dan penjelasan guru), learning to do (melakukan aktivitas langsung, learning to be (dengan bermain peran), learning to live together (berinteraksi dengan anak lain dengan mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku).
2.1.4 Fungsi PAUD Berdasarkan tujuan PAUD yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat ditelaah ada beberapa fungsi dari PAUD itu sendiri, yaitu : •
Fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisilingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.
•
Fungsi sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki ketrampilan – ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari – hari di mana anak berada.
•
Fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.
•
Fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri.
13
•
Fungsi ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Pendidikan TK merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.
2.1.5 Konsep Dasar untuk Pendidikan yang Baik •
Konsep yang terkait dengan anak – anak. o setiap orang perlu belajar membaca dan menulis. o Anak – anak belajar paling baik ketika mereka menggunakan semua indera. o Semua anak mampu dididik. o Semua anak harus dididik, hingga kesepenuh kemampuannya. o Pendidikan harus dimulai sejak awal kehidupan. Sekarang semakin kuat kecenderungan mengawali pendidikan sejak lahir. o Anak – anak harus diajar secara memadai dengan bahan yang siap mereka pelajari, ketika mereka siap menerima pelajaran, dan harus disiapkan untuk tahap pembelajaran berikutnya. o Aktivitas pembelajaran haruslah menarik dan bermakna. o Interaksi sosial dengan guru dan teman sekelas merupakan bagian wajib dari perkembangan dan pembelajaran. o Semua anak memiliki banyak cara untuk mengetahui, memelajari dan mengaitkan dirinya dengan dunia.
•
Konsep yang terkait dengan guru. o Guru harus menyayangi dan menghormati anak – anak, memiliki pengharapan yang tinggi atas mereka dan mengajar mereka hingga kapasitas tertinggi mereka. o Guru harus mengabdi pada profesi mengajar.
14
o Mengajar yang baik didasarkan pada teori, filosofi, sasaran dan tujuan. o Pembelajaran anak meningkat jika menggunakan materi konkret. o Pengajaran harus beralih dari konkret ke abstrak. o Observasi merupakan cara kunci menentukan kebutuhan anak – anak. o Mengajar harus merupakan proses yang terencana dan sistematis. o Mengajar harus berpusat pada anak – ank bukan pada orang dewasa atau pada mata pelajaran. o Mengajar harus didasarkan pada minat anak - anak. o Mengajar harus berkolaborasi dengan anak – anaksebagai sarana meningkatkan perkembangan. o Guru harus merencana, sehingga mereka memasukkan semua jenis kecerdasan ke rencana pembelajaran dan aktivitas mereka. •
Konsep yang terkait dengan orangtua. o Keluarga merupakan lembaga yang paling penting bagi pendidikan dan perkembangan anak – anak. o Orangtua merupakan pendidik utama anak – anak mereka; mereka merupakan guru pertama bagi anak – anak. Akan tetapi, orangtua memerlukan bantuan pendidikan dan dukungan untuk mencapai sasaran ini. o Orangtua harus memandu dan mengarahkan pembelajaran anak usia dini. o Orangtua harus terlibat ke setiap program yang diikuti anak – anak mereka. o Setiap orang harus memiliki pengetahuan dan pelatihan pengasuhan anak. o Orangtua dan anggota keluarga lain menjadi kolaborator bagi pembelajaran anak.
15
o Orangtua harus mendorong dan mendukung banyak minat dan keunikan cara belajar anak – anak.
2.1.6 Tokoh – tokoh yang Mempengaruhi PAUD •
Martin Luther (1483 – 1546) Menekankan perlunya mendirikan sekolah untuk mengajar anak
membaca. Sekarang ini, kemampuan baca – tulis bagi semua adalah prioritas nasional. •
John Amos Comenius (1592 – 1670) Menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis buku. Dua
dari bukunya yang dikenal adalah The Great Didactic dan Orbis Pictus (“Dunia dalam Gambar”), yang dianggap buku bergambar pertama untuk anak – anak. Ia meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di usia dini karena “tanaman muda dapat ditanam, dicangkok, dipangkas dan dibentuk. Ketika sudah menjadi pohon, proses – proses tersebut tidak mungkin dilakukan.” Sekarang ini penelitian baru tentang otak mengingatkan kita kembali bahwa proses belajar harus dimulai dini dan bahwa banyak “jendela kesempatan” untuk pembelajaran terbentuk pada usia dini. Comenius juga berpendapat bahwa pendidikan sensorik adalah dasar semua pembelajaran dan selama masih mungkin, semua hal harus diajarkan lewat panca indera. Pendekatan pendidikan ini disahkan oleh Montessori dan menjadi dasar bagi pengajaran pendidikan anak usia dini sampai saat ini. •
John Locke (1632 – 1704) Dikenal karena teorinya tentang pikiran sebagai “kertas putih”
yang maksudnya adalah bahwa lingkungan dan pengalaman secara harfiah membentuk pikiran. Menurutnya, perkembangan berasal dari rangsangan yang diterima dari orang tua dan pengasuh dan lewat pengalaman yang mereka dapat dari lingkungan mereka.
16
Implikasi keyakinan ini tergambar jelas dalam praktik pengajaran modern. Gagasan tentang pentingnya pengaruh lingkungan khususnya sangat terlihat jelas dalam program – program yang mendorong dan mendukung pendidikan anak usia dini sebagai cara untuk membantu anak mendapat dasar pembelajaran yang baik pada usia dini. Program – program ini menganggap bahwa perbedaan proses belajar, prestasi dan perilaku sangat berhubungan dengan faktor – faktor lingkungan seperti kondisi rumah dan keluarga, latar belakang sosioekonomi, dan pengalaman dan pendidikan usia dini. Gerakan terkini menuju pendidikan universal bagi anak usia tiga tahun dan empat tahun didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan pendidikan pada anak di usia dini dapat membantu mengatasi efek negatif kemiskinan dan penelantaran dan dapat membantu menghapus perbedaan prestasi anak yang dikarenakan perbedaan tingkat sosial ekonomi. •
Jean – Jacques Rousseau (1712 – 1778) Sangat dikenal karena bukunya Emile, kata – kata pembukaan
yang menjadi karakteristik pandangannya tentang politik dan pendidikan : ”Tuhan menciptakan segalanya dalam keadaan baik; manusia mencampurinya dan segalanya menjadi jahat.” Karena keyakinannya ini, Rosseau mendukung pendidikan “alami” untuk anak, mendukung perkembangan anak tanpa campur tangan atau batasan yang diperlukan. Ia juga meyakini gagasan tentang keterbukaan, di mana sifat alami anak – anak menjadi apa dan siapa mereka kelak – terbuka sebagai akibat dari perkembangan yang sesuai dengan jadwal kematangan mereka. Pendekatan ini yang menjadi inti praktik pengajaran yang sesuai dengan perkembangan anak , dimana guru anak
menyesuaikan
cara
mengajar
mereka
dengan
tingkat
perkembangan dan kemampuan anak. •
Johann Henrich Pestalozzi (1746 – 1827) Dipengaruhi oleh Comenius dan Rossea. Ia meyakini bahwa
semua pendidikan berdasar pada kesan sensorik dan bahwa lewat
17
pengalaman sensorik yang tepat, anak – anak dapat mencapai potensi alami mereka. Untuk mencapai tujuan ini, ia mengembangkan “pelajaran objek”, alat bantu yang mendukung kegiatan seperti menghitung, mengukur, merasakan dan meraba. Ia juga menulis 2 buku – How Gertrude Teaches Her Children dan Book for Mothers – untuk membantu para orangtua mengajar anak – anak mereka di rumah. •
Robert Owen (1771 – 1858) Ia meyakini bahwa lingkungan anak berpengaruh terhadap
keyakinan, perilaku, dan prestasi mereka. Ia berpendapat bahwa seseorang dan masyarakat dapat menggunakan lingkungan untuk membentuk karakter anak. Untuk mengimplementasikannya, ia membuka sekolah anak pada tahun 1816 di New Lanark, Skotlandia, yang dirancang untuk mengasuh 100 anak yang berusia 18 bulan hingga 10 tahun saat orangtua mereka bekerja di pabrik. Pada akhirnya dibukanya lagi sekolah di London pada tahun 1818. Ada beberapa prestasi Owen yang telah mendapat perhatian, ia yang pertama kali membangun sekolah balita yang telah dibangun selama 25 tahun sebelum taman kanak – kanak Froebel. Kedua, pemikiran dan tindakan Owen mempengaruhi para pendidik dalam pendidikan anak suia dinidan hubungan antara perkembangan masyarakat
dengan
pendidikan
dan
nantinya
mereka
akan
memanfaatkan pendidikan sebagai sarana untuk membuat dunia lebih baik lagi. •
Friedrich Wilhelm Froebel (1782 – 1852) Dikenal dengan “bapak taman kanak – kanak”. Konsepnya
tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada konsep kedewasaan, yang juga dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurutnya, peran pendidikan adalah mengamati proses kedewasaan alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka
18
mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap mempelajarinya. Ia mengumpamakan anak sebagai biji yang ditanam, mulai tumbuh, mengeluarkan tunas, dan tumbuh dari tanaman muda yang lemah
menjadi
mengumpamakan
tanaman
yang
peran
pendidik
siap
menghasilkan
sebagai
tukang
buah.
Ia
kebun.
Ia
menginginkan agar Taman Kanak – kanak yang ia milikimenjadi tempat dimana anak – anak mekar seperti bunga. Ia meyakini perkembangan terjadi sebagian besar lewat kegiatan individual dan permainan. •
Maria Montessori dan teori Montessori (1870 – 1952) Sebagai wanita pertama di Italia yang mendapat gelar sarjana
kedokteran, ia tertarik untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah seperti ketulian, kelumpuhan dan keterlambatan mental. •
John Dewey dan tori pendidikan progresif (1858 – 1952) Teori Dewney tentang pendidikan, yang biasanya disebut dengan
progresivisme, memberi penekanan pada anak – anak dan minat mereka bukan pada mata pelajaran. Ia meyakini bahwa pendidikan “adalah proses hidup dan bukan persiapan untuk menghadapi hidup di masa datang” dan kehidupan sehari – hari harus menjadi sumber aktivitas dimana anak dapat belajar tentang kehidupan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam hidup. Sekolah Dewey berlandaskan 5 prinsip dasar, yang kesemuanya sangat kontemporer dan dapat diaplikasikan pada praktik pendidikan anak usia dini saat ini : A. Pengalaman awal anak di sekolah mencerminkan kehidupan di rumah (memasak, menjahit, membuat konstruksi); keahlian akademis adalah hasil pertumbuhan dari kegiatan – kegiatan ini. B. Anak – anak adalah bagian dari masyarakat di sekolah yang berfokus pada kerja sama.
19
C. Pembelajaran difokuskan kepada masalah – masalah yang dipecahkan anak (sebagai contoh, angka – angka dipelajari lewat pemahaman buku lewat penghafalan tabel perkalian). D. Motivasi terkait dengan pengalaman dan anak. E. Peran guru adalah untuk memahami anak dan untuk memilih masalah – masalah yang menstimulasi anak. •
Jean Piaget dan teori pembelajaran konstruktivis (1896 – 1980) Ia selalu tertarik dengan cara manusia belajar dan berkembang
secara intelektual, di mulai dari lahir dan berlanjut di sepanjang hidup. Ia mendedikasikan hidupnya untuk bereksperimen, mengamati anak – anak dan mengembangkan dan menulis tentang pendekatan teori kognitif – nya dalam pembelajaran. •
Lev Vygotsky dan teori sosiokultural (1896 – 1934) A. Teori sosiokultural Teorinya
bermanfaat
untuk
menjelaskan
tentang
perkembangan mental, bahasa dan sosial anak. Teorinya juga memiliki
banyak
implikasi
yang
menyangkut
bagaimana
permainan anak mendukung perkembangan bahasa dan sosial. Ia meyakini bahwa perkembangan mental, bahasa dan sosial didukung dan ditinkatkan oleh orang lain lewat interaksi sosial. “Proses belajar membangkitkan berafam proses perkembangan yang dapat terjadi, hanya ketika anak berinteraksi dengan orang – orang di sekitarnya ketika anak bekerja sama dengan teman – temannya. Ketika proses – proses ini terjadi, proses – proses tersebut menjadi bagian dari pencapaian perkembangan anak yang bebas.”
B. Teori intersubjektivitas Ini adalah konsep kedua dari Vygotsky yang didasarkan pada gagasan
bahwa
“individu
mehami
tugas,
masalah
atau
pembicaraan dengan pemahaman subjektif mereka sendiri. Jika
20
kemudian mereka mendiskusikan sudur pandang mereka yang berbeda – beda, pemahaman bersama dapat dicapai. Dengan kata lain, dalam hal komunikasi partisipan mungkin mencapai pemahaman yang disepakati bersama atau intersubjektif.” Ia juga meyakini bahwa komunikasi antara guru dengan anak sangatlah penting dan menjadi sarana untuk membantu anak berkembang. Banyak praktik mengajar saat ini seperti belajar bersama,
memecahkan
masalah
bersama
pendampingan,
kolaborasi, pembimbing dan bentuk – bentuk lain pendamping belajar didasarkan pada teori belajar dan perkembangan Vygotsky. •
Abraham Maslow dan teori aktualisasi diri (1908 – 1970) Ia mengembangkan teori motivasi yang disebut aktualisasi diri
yang
didasarkan
pada
pemenuhan
kebutuhan
manusia.
Ia
mengidentifikasi aktualisasi diri atau kepuasan diri sebagai kebutuhan manusia terbesar, namun anak – anak dan orang dewasa tidak dapat mencapai aktualisasi diri sebelum kebutuhan – kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Kebutuhan – kebutuhan dasar meliputi : A. Nutrisi B. Keamanan dan kemapanan C. Kasih sayang dan keanggotaan D. Kepercayaan diri •
Erik Erikson dan teori psikososial (1902 – 1994) Ia mengembangkan teorinya tentang perkembangan psikososial
berdasarkan pendapat, bahwa perkembangan sosial dan kognitif terjadi
bersamaan
dan
tidak
dapat
dipisahkan.
Menurutnya,
kepribadian dan ketrampilan sosial anak tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan sebagai respon terhadap permintaan, harapan, nilai dalam masyarakat dan institusi sosial seperti keluarga, sekolah, dan program pendidikan anak. Orang dewasa, terutama orangtua dan guru adalah bagian penting dari lingkungan dan oleh karenanya
21
memegang peranan penting dalam membantu anak mengembangkan kepribadian dan kemampuan kognitifnya. •
Urie Bronfenbrenner dan teori ekologi (1917 – 2005) Teori ini melihat perkembangan anak – anak dalam konteks
sistem hubungan yang membentuk lingkungan mereka. Ada 5 sistem lingkungan yang saling berkaitan : A. Mikrosistem Mencakup lingkungan orangtua, keluarga, teman sebaya, pengasuh anak, sekolah, para tetangga, kolompok keagamaan, dsb. Anak bertindak mempengaruhi sistem ini dan juga dipengaruhi oleh sistem ini.
B. Mesosistem Mencakup jalinan atau interaksi di antara mikrosistem.
C. Eksosistem Sistem lingkungan yang berisi kejadian – kejadian yang terhadapnya anak – anak tidak memiliki interaksi langsung, tetapi mempengaruhi mereka dengan cara apa pun.
D. Makrosistem Mencakup budaya, adat dan nilai masyarakat secara umum.
E. Kronosistem Mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku. •
Howard gardner dan teori kecerdasan jamak (1943) Ia telah memainkan peran penting dalam pendidikan untuk memikirkan ulang konsep kecerdasan. Filosofinya menyatakan bahwa orang dapat “pintar” dengan banyak cara. Gardner telah mengidentifikasikan 9 kecerdasan : A. Visual / spasial (penglihatan / keruangan) B. Verbal / linguistik
22
C. Matematika / logika D. Ketubuhan / kinestetika E. Musik / irama F. Antar – pribadi G. Dalam pribadi H. Naturalis I. Eksistensialis
2.1.7 Kronologi Sejarah PAUD dalam Dunia
Tabel 2.1 Kronologi Sejarah PAUD dalam Dunia TAHUN
KETERANGAN Martin Luther berjuang untuk mendapatkan dukungan
1524
publik terhadap pendidikan bagi semua anak dalam tulisannya Letter to Mayors and Aldermen of All the Cities of Germany in Behalf of Christian Schools. Tulisan John Amos Comenius The Great Didactic
1628
menyatakan tentang nilai pendidikan bagi semua anak menurut hukum alam. Jean
1762
–
Jacques
Rousseau
menulis
Emile,
yang
menjelaskan bahwa pendidikan harus memperhatikan perkembangan alami dan minat anak. Johann Pestalozzi menulis How Gertrude Teaches Her
1801
Children, yang menekankan pendidikan di rumah dan belajar lewat penemuan. Robert Owen membangun sekolah anak di Inggris di
1816
Pemintalan kapan New Lanark, dan meyakini bahwa pendidikan dini dapat menetralkan pengaruh buruk lingkungan rumah.
1817 1836
Thomas Gallaudet mendirikan sekolah asrama pertaman bagi anak – anak tuli di Hartford, Connecticut. William McGuffey mulai menerbitkan Eclectic Reader
23
untuk siswa – siswa Sekolah Dasar; tulisannya memiliki pengaruh besar dalam perilaku moral dan kemampuan menulis di abad 19. Fredrich Froebel, yang dikenal sebagai “bapak taman kanak
–
kanak”,
mendirikan
TK
pertama
di
Blankenburgh, Jerman. 1837
Horace Mann memulai pekerjaannya sebagai sekertaris Dewan Pendidikan Massachusetts; ia sering disebut “bapak sekolah umum” karena perannya dalam membantu pembangunan sistem sekolah dasar di Amerika Serikat. Mrs. Margaretha Schurz mendirikan TK pertama di
1856
Amerika Serikat di Watertown, Wsconsin; sekolah ini didirikan untuk anak – anak imigran Jerman, dan program ini menggunakan bahasa Jerman. Elizabeth Peabody membuka taman kanak – kanak swasta
1860
di Boston, Massachusetts, bagi anak – anak berbahasa Inggris. Program pelatihan guru pertama bagi guru TK dimulai di
1871
Oshkosh Normal School, Oshkosh, Wisconsin. Taman kanak – kanak negeri pertama di Amerika Utara dimulai di Ontario, Kanada. Susan Blow membuka TK negeri pertama di Amerika
1873
Serikat di St. Louis, Missouri, sebagai usaha kerja sama dengan pengawas sekolah, William Harris.
1876
1884
1892
Model TK ditunjukkan di Philadelphia Centennial Exposition. Asosiasi guru SD, TK dan Prasekolah Amerika dibentuk untuk melayani konsultasi bagi guru – guru lain. Persatuan
Internasional
(The
International
Kindergarten Union / IKU) didirikan. John
1896
TK
Dewey
mendirikan
sekolah
laboraturium
di
Universitas Chicago, dan mendasarkan programnya pada pembelajaran yang berpusat pada anak dengan penekanan
24
pada pengalaman pada hidup. Maria Montessori mulai membuka prasekolah pertamanya di Roma yang disebut Rumah Anak – anak; metode 1907
mengajarnya yang terkenal hingga sekarang didasarkan pada teori yang mengatakan bahwa anak – anak belajar terbaik sendiri di lingkungan yang disiapkan dengan baik. Margaret dan Rachel McMillan mendirikan TK di alam
1911
terbuka di Inggris di mana kelas diadakan di luar ruangan; penekanannya adalah pada hidup sehat.
1915 1918
Eva McLin membuka TK U.S Montessori pertama di kota New York. TK negri pertama mulai dibuka di Inggris. Harriet Johnson mulai membuka TK Departemen
1919
Penelitian Pendidikan, yang kemudian menjadi Fakultas Pendidikan Bank Street. Patty Smith Hill membuka TK lab progresif di
1921
Universitas Keguruan Columbia. A.S Neill mendirikan Summerhill, sekolah percobaan berbasis ide – ide Rousseau dan Dewey. Abigail Eliot, yang terpengaruh oleh adanya sekolah alam
1922
terbuka di Inggris dan melandaskan programnya pada kebersihan diri dan kesopanan, membuka TK Ruggies Street di Boston. Pendidikan Anak Usia Dini, jurnal profesional pertama
1924
dalam bidang pendidikan anak usia dini diterbitkan oleh IKU.
1926
1930
1935 1943
Asosiasi Nasional Pendidikan TK (National Association of Nursery Education / NANE) didirikan. IKU berubah nama menajadi Asosiasi Pendidikan Anak Usia Dini. Perpustakaan pertama yang meminjamkan mainan, Toy Loan, didirikan di Los Angeles. Pusat – pusat pengasuhan Anak Kaiser dibuka di Portland,
25
Oregon, untuk menyediakan pengasuhan anak selama 24 jam bagi anak – anak dari ibu yang bekerja di industri perlengkapan perang. 1946
Dr. Benjamin Spock menulis buku berjudul Common Sense Book of Baby and Child Care. Erik Erikson menerbitkan tulisannya tentang “delapan tahun atau tahap” perkembangan kepribadian dan “tugas”
1950
tertentu untuk tiap tahap perkembangan; informasi, dikenal sebagai “Kepribadian dalam Perkembangan,” menjadi dasar Konferensi Gedung Putih 1950 tentang anak – anak dan remaja.
1957
Buku The Origin of Intellegence in Children karya Jean Piaget diterbitkan dalam terjemahan Bahasa Inggris. Katherine Whiteside Taylor mendirikan Dewan Kerja Sama Orang Tua Siswa Amerika bagi mereka yang
1960
tertarik bertukar gagasan tentang pendidikan anak; selanjutnya organisasi ini menjadi Sekolah Anak Kerja Sama Orang Tua Siswa International. Undang – undang Kesempatan Ekonomi tahun 1964
1964
disahkan ini menandai awal perang melawan kemiskinan dan menjadi dasar program Head Start. Program Head Start dimulai dengan dana pemerintah
1965
yang dialokasikan untuk pendidikan anak; program – program awal dikenal sebagi pusat – pusat perkembangan anak.
1967
Program Follow Through (lanjutan) dimulai untuk memperluas program Head Start hingga kelas – kelas SD. Perusahaan Street Ride di Boston adalah yang pertama
1971
memulai
program
pendidikan
anak
yang
didanai
perusahaan. Program Nasional Home Start dimulai dengan tujuan 1972
untuk melibatkan orang tua dalam pendidikan anak – anak mereka.
26
Hukum Publik 94 – 142, Undang – undang Pendidikan 1975
bagi semua anak cacat disahkan, yang mengamanatkan pendidikan gratis dan layak bagi semua anak – anak cacat dan memperluas hak – hak orangtua anak – anak tersebut.
1980
1982
Lekotek (perpustakaan yang meminjamkan mainan) pertama di Amerika dibuka di Evanston, Illinois. Badan legislatif Mississipi mendirikan TK negeri wajib di seluruh negara bagian. Yayasan pendidikan High / Scope mengadakan penelitian yang mendokumentasikan nilai program anak berkualitas
1984
tinggi bagi anak – anak miskin, penelitian ini akan banyak dikutip di tahun – tahun mendatang oleh mereka yang mendukung perluasan program Head Start dan program – program anak usia dini lainnya. Head Start merayakan ulang tahun ke 20 dengan resolusi
1985
bersama anatara senat dan DPR “menegaskan kembali dukungan kongres”. Juru bicara A.S untuk pendidikan memproklamirkan tahun SD, dengan menyatakan “Mari lakukan apa yang kita bisa tahun ini untuk mengingatkan negari ini bahwa waktu yang dihabiskan anak – anak kita di SD sangatlah penting untuk kehidupan mereka di masa depan.”
1986
Hukum publik 99 – 457, Amandemen Undang – undang Pendidikan bagi anak – anak cacat, membuat kebijakan nasional tentang intervensi awal yang bermanfaat, memberi bantuan bagi negara bagian untuk membangun sistemantar layanan, dan menunjukkan peran khusus keluarga dalam perkembangan anak – anak cacat mereka. Program
1988
Even
Start
diadakan
oleh
Departemen
pendidikan A.S sebagai program pendidikan orang tua / baca tulis.
1989
Konvensi PBB tentang hak – hak anak disetujui oleh majelis umum PBB
27
Konvensi PBB tentang hak – hak anak mulai berpengaruh 1990
sejak penandatanganannya oleh 20 negara. Head Start merayakan ulang tahun ke 25. Education Alternative, Inc., perusahaan berorientasi laba,
1991
membuka SD South Pointe di Miami, Florida. Sekolah negeri pertama di A.S yang dijalankan oleh perusahaan swasta. Re-orientasi Head Start membuat program baru, Head
1995
Start Dini, bagi ibu – ibu hamil dan keluarga bayi dan balita berpenghasilan rendah.
1996 1997
Dana perlindungan anak mempelopori kampanye anak. Konferensi Gedung Putih mengenai pengasuhan anak diadakan. Florida menjadi negara bagian pertama di A.S yang mengesahkan rancangan voucher sekolah di seluruh
1999
negarabagian; hukum memberikan kesempatan kepada anak – anak di sekolah – sekolah negeri bermutu buruk untuk masuk sekolah – sekolah swasta.
2000
Head Start merayakan ulang tahun ke 30. Goals 2000 merayakan ulang tahun ke 10. NAEYC merayakan ulang tahun ke 75.
2001
Undang – undang pendidikan No Child Left Behind menandai program baca tulis dini. Awal dekade baca tulis : semua ahli pendidikan anak usia
2003
dini dihimbau oleh PBB untuk beraksi melawan buta baca tulis di seluruh dunia.
2004
Tahun keluarga internasional merayakan ulanng tahun ke 10. Head Start merayakan 40 tahun kesuksesannya.
2005
Proyek High / Scope sekolah Anak Perry menandai 40 tahun penelitiannya tentang partisipan dan pengaruh pendidikan anak usia dini.
28
Lebih dari 40 negara bagian membuat undang – undang 2006
pengasuh
anak
usia
dini
yang
menggarisbawahi
popularitas program anak. 2007
Penganut paham Montessori di seluruh dunia merayakan 100 tahun pendidikan di Montessori.
Sumber : Dasar – dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Morrison, 70
2.2
Taman Kanak – kanak 2.2.1 Pengertian Taman kanak – kanak adalah jenjang pendidikan formal pertama untuk anak – anak yang berusia 4 – 6 tahun sebelum memasuki pendidikan sekolah dasar. Seperti yang sudah tertera pada Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 (1) yang bunyinya “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.” Maka dari itu anak – anak yang berusia dini diwajibkan untuk mengikuti program Taman Kanak – Kanak dahulu sebelum mengikuti program yang lebih tinggi. TK terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun. Untuk layanan program, TK dilaksanakan minimal 6 hari dalam seminggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam per hari. Jumlah layanan dalam satu tahun minimal 160 hari atau 34 minggu. Sebutan “Taman” pada Taman Kanak – kanak mempunyai arti sendiri yaitu tempat yang aman dan nyaman untuk bermain sambil belajar maka dari itu suatu TK dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan bermain yang kreatif dan aman yang dimana TK tersebut nantinya akan menjadi wahana tempat tumbuh kembangnya anak – anak. Rasio antara pendidik dan anak dalam standar pelayanan minimal (SPM) adalah 1 : 25. Sedangkan rasio idealny adalah satu orang pendidik melayani 10 / 12 anak. Untuk sekolah TK perlu adanya persyaratan administrasi, antara lain yaitu :
29
•
Memiliki lembaga yang berbadan hukum dan terdaftar di Dinas Sosial.
•
Memiliki izin penyelenggaraan dari Suku Dinas Kotamadya
•
Memiliki kurikulum TK dan perangkatnya.
•
Memiliki sarana bermain, meliputi outdoor dan indoor.
•
Memiliki prasarana dan sarana sesuai dengan SPM dan SK Gubernur tentang penyelenggaraan PAUD.
•
Memiliki sumber pembiayaan sekurang – kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun.
2.2.2 Sejarah TK mempunyai sejarah yang panjang, melalui sejarah yang ada dan yang sudah diteliti maka akan mempermudah untuk memahami asal usul TK dari tahun ke tahunnya. •
Friedrich Froebel Konsep dan program TK ini diimpor dari Jerman ke Amerika Serikat pada abad 19. Mereka memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat didasarkan pada permainan dan minat anak, dengan kata lain, pembelajaran terpusat pada anak. Kebanyakan sekolah Eropa dan Amerika berorientasi pada mata pelajaran dan menekankan pengajaran ketrampilan dasar. Selain itu Froebel adalah orang pertama yang menganjurkan pendidikan umum untuk anak di luar rumah. Gagasan Froebel untuk mendidik anak – anak sebagai kelompok di sebuah tempat khusus di luar rumah adalah gagasan revolusioner.
•
Margarethe Schurz Ia mendirikan TK pertama di Amerika Serikat. Ia sempat mempelajari tentang prinsip – prinsip Froebel di Jerman, setelah itu ia kembali ke Amerika Serikat. Pada tahun 1856, ia membuka TK di Watertown, Wisconsin.
•
Elizabeth Peabody
30
Setelah terpengaruh akan Margarethe Schurz dan gagasan Froebel, maka Elizabeth membuka TK di Boston pada tahun 1860. Ia dan saudara perempuannya, Mary Mann, menerbitkan sebuah buku yang berjudul Kindergarten Guide. Ia yang mempopulerkan metode Froebel di Amerika Serikat sehingga ia disebut sebagai promotor utama di Amerika Serikat. •
Susan Blow Ia mendirikan TK pertamanya di St. Louis, Missouri, pada tahun
1873. Ia berkeja sama dengan pimpinan sekolah St, Louis yaitu William T. Harris. Setelah itu Harris menjadi Komisaris Pendidikan A.S, ia mendukung dan menyetujui akan gagasan Froebel. •
Patty Smith Hill Pada saat menuju abad 20, banyak pimpinan TK berpikir bahwa program dan pelatihan harus terbuka terhadapa percobaan dan inovasi dan tidak hanya terpaku dengan gagasan Froebel saja. Patty lah yang mempelopori dan meyakinkan para pimpinan – pimpinan TK untuk membuat suatu inovasi baru pada saat abad 20.
2.2.3 Tujuan Setiap upaya pasti memiliki tujuannya masing – masing, tujuan ini merupakan target yang hendak dicapai dari upaya yang sudah dilakukan. Secara umum T aman Kanak - kanak bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak yang terlihat atau potensi yang belum diasah sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu juga bertujuan untuk menyiapkan siswa dan siswi mengikuti pengajaran formal dengan mendorong perkembangan kemampuan sosial mereka. Selain yang disebutkan di atas, secara khusus Taman Kanak – kanak bertujuan untuk : •
Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mencintai sesamanya.
31
•
Agar anak mampu mengelola ketrampilan tubuhnya, termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta agar mampu menerima ransangan sensorik.
•
Agar anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
•
Agar anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan sebab – akibat.
•
Agar anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri
•
Agar anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi.
2.2.4 Manfaat bagi Anak Ada pun manfaat anak – anak memasuki sekolah TK, antara lain yaitu : 1.
Mendapatkan ilmu Di mana pun dan dalam bentuk apa pun, tujuan sekolah tidak lain
adalah mencari ilmu. Adanya guru dimaksudkan untuk memberikan ilmunya kepada murid. TK sebagai salah satu unit pendidikan, yang sudah jelas pastinya mendidik anak – anak sebuah ilmu yang sesuai dengan perkembangan usia, mental, intelektual dan moralnya. Paling tidak anak – anak bisa mengetahui nama – nama sesuatu dalam kehidupan ini, angka, huruf, dan sejenisnya.
2.
Bermain sambil belajar Dalam proses belajar – mengajar, anak usia dini membutuhkan
metodologi yang menarik san simpatik, yaitu belajar sambil bermain. Sebab, kecenderungan anak – anak untuk bermain sangatlah besar. Dengan demikian, menjadikan permainan sebagai media pembelajaran adalah sebuah terobosan penting. Anak bisa merasa senang karena
32
hobinya bisa tersalurkan, sementara para orang tua merasa senang anaknya bisa betah dalam lingkungan sekolah.
3.
Melatih kemandirian Jika anak pada usia dini hanya dibiarkan saja dirumah, lama
kelamaan mereka akan cenderung lebih manja, selalu bergantung pada orang tua mereka. Dan sifat tersebut akan terbawa sampai dia besar nantinya. Maka dari itu dengan memasukan anak – anak pada sekolah TK, mereka akan berhadapan dengan teman sebayanya dan guru – guru, yang dimana mereka akan bertemu dengan orang – orang yang tidak mereka kenal dengan begitu mereka akan canggung untuk meminta bantuan sehingga dengan sendirinya anak tersebut bisa melakukan pekerjaannya sendiri.
4.
Mengetahui bakat dan potensi diri Bakat dan potensi diri akan sulit diketahui jika anak hanya berada
di rumah. Dengan sekolah TK, maka akan terlihat bakat dan potensi apa yang dimiliki oleh seorang anak. Para orang tua bisa mengetahui perkembangan anaknya dari waktu ke waktu dengan berkonsultasi dengan guru anak mereka karena para guru – guru lah yang nantinya akan mengawasi tiap – tiap pribadi seorang anak setelah itu mereka akan membuat sebuah laporan untuk masing – masing orang tua anak.
5.
Melahirkan kesadaran sosial Dengan memasukkan anak ke dalam sekolah TK, kesadaran
pentingnya bergaul sesama, bertukar pikiran, bermain bersama, dan belajar bersama mulai tumbuh pada kehidupan anak – anak. Ia akan mendapatkan teman – teman yang seumuran dengan dia dan yang bisa diajak bermain bersama, dan itu akan membuat mereka merasa senang dan bersemangat dalam menjalankan kehidupannya mereka pada saat masih kecil.
33
2.2.5 Manfaat bagi Orangtua 1.
Memberikan kesibukan positif pada anak. Memasukkan anak dalam sekolah TK adalah upaya orang tua
agar anak mempunyai kesibukan yang positif bagi masa depannya. Dengan adanya kurikulum, tenaga pengajar, sarana prasarana dan manajemen sekolah yang nantinya akan membawa warna baru dalam kehidupan anak yang tidak biasa ia rasakan dalam keluarga. Orang tua yang melihat anaknya berkembang positif pasti akan sangat bahagia dan bangga karena melihat anaknya sudah mempunyai kesibukan yang positif dan yang sangat bermanfaat bagi masa depannya kelak.
2.
Membantu melatih kedisiplinan anak. Dengan adanya jadwal disekolah, anak menjadi terlatih disiplin.
Tetapi orang tua pun haruslah memberikan contoh teladan kepada anaknya dalam kedisiplinan waktu. Maka nanti anak akan mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh orang tua mereka. Pada zaman sekarang ini banyak orang sukses karena kedisiplinan waktu mereka. Dengan membiasakan anak disiplin sejak kecil, kesempatan anak untuk sukse di masa yang akan datang sangat besar. Selain keteladanan, ketegasan juga diperlukan dari orang tua karena dengan begitu anak akan menjadi hormat dan mentaati peraturang yang ada.
3.
Lebih mudah memotivasi belajar anak di rumah. Dengan disekolahkannya si anak, maka orang tua mempunyai
alasan yang kuat untuk menyuruh anak mereka untuk belajar sesuai dengan materi yang sudah diajarkan disekolah. Dalam hal ini orang tua lebih mudah membentuk mental belajar pada anak.
4.
Mengembangkan bakat anak secara maksimal. Ketika para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah TK,
dengan berjalannya waktu orang tua akan bisa melihat kemampuan yang ada pada anaknya. Dari situlah orang tua akan menyimpulkan
34
bakat apa yang dimiliki anaknya tersebut dan nantinya akan dikembangkan lebih lanjut di kemudian harinya nanti dengan memasukkan anak mereka ke dalam bentuk kursus, pelatihan dan sejenisnya agar mereka bisa mahir dalam bakatnya nanti.
5.
Mengontrol perkembangan anak. Pada zaman sekarang ini banyak sekali orang tua yang sibuk
dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk mengurus anak mereka sangatlah kurang. Dengan adanya sekolah TK itu memudahkan orang tua untuk mengetahui seperti apa perkembangan anak mereka, moralitasnya, karakteristiknya, tanggung jawabnya, inteligensinya dan hal – hal lainnya yang terkait dengan anak mereka dengan cara berkonsultasi dengan guru anak mereka.
2.2.6 Kendala Ada beberapa kendala umum yang terdapat pada pengembangan pendidikan TK, yaitu : 1.
Pemerintah Pemerintah sepertinya masih separuh hati memberikan perhatian
pada TK. Ada beberapa kasus yang dimana pemerintah terkesan mempersulit atau terkesan menghalang – halangi pendirian TK.
2.
Kesadaran orang tua Kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke TK
masih tergolong sangat rendah di negara ini. Kebanyakan mereka lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak mereka dengan berbagai alasan, contohnya saja seperti keadaan perekonomian keluarga. 3.
Tenaga pengajar Minimnya sarjana dalam bidang pendidikan usia dini sehingga
membuat tenaga pengajar khususnya untuk mengajar anak – anak dalam usia dini sangat sedikit.
35
4.
Anggaran Permasalahan yang ini berkaitan dengan pemerintah karena
pemerintah diharapkan memberikan bantuan finansial untuk pendirian dan pengembangan TK. Selain itu juga pemerintah diharapkan untuk memikirkan anggaran – anggaran lainnya, contohnya saja seperti anggaran menggaji guru, membangun gedung, membayar karyawan haruslah ditangani secara serius.
5.
Sarana dan prasarana Pendidikan TK juga memerluka sarana dan prasarana yang
lengkap dan memadai. Berbagai macam tempat dan peralatan bermain dan lain – lainnya menjadi kebutuhan utama dalam proses belajar – mengajar.
2.2.7 Persyaratan Umum TK Adapun persyaratan untuk teknis penyelenggaraan TK : 1.
Lingkungan TK Harus dapat menciptakan suasana rasa aman kepada anak untuk
belajar dan berkembang, sehingga anak merasa di rumahnya sendiri. Lingkungan sekolah haruslah disusun dan direncanakan sesuai dengan kegiatan dan jumlah anak. Fasilitas yang terdapat di lingkungan sekolah haruslah dapat digunakan untuk kegiatan dan perkembangan motorik kasar pada anak – anak.
2.
Tempat belajar Gedung sekolah hendaknya didirikan dengan bangunan / grdung
permanen yang mudah dijangkau oleh orang tua anak – anak. Sebuah sekolah harus memiliki surat yang sah dan izin dari instansi yang berwenang.
3.
Ruangan Luas ruangan harus disesuaikan dengan jumlah siswa yang
nantinya yang berada disebuah kelas, yang sangat perlu diperhatikan
36
agar anak dapat leluasa untuk bergerak dan tidak bertabrakan antara 1 anak dengan anak lainnya pada saat di kelas. Ruangan juga harus dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi yang cukup. Memiliki sekurang – kurangnya : •
Satu ruang serbaguna.
•
Satu ruang untuk kantor administrasi.
•
Satu dapur.
•
Satu ruang makan.
•
Satu kamar mandi / WC untuk anak – anak.
•
Satu kamar mandi / WC untuk orang dewasa.
•
Satu gudang.
•
Satu ruang untuk pemeriksaan oleh dokter kunjungan dan ruang isolasi untuk anak yang mendadak sakit atau bisa juga sebagai ruang konsultasi dengan psikolog.
4.
Perabot Setiap ruangan dilengkapi dengan keperluan yang dibutuhkan,
contohnya seperti : meja, kursi, rak buku, loker kecil, rak untuk alat permainan.
5.
Sarana belajar Untuk menunjang proses perkembangan anak dalam usia dini di
sekolah TK hendaknya menyediakan sarana – sarana tambahan untuk mengasah bakat anak – anak, contohnya seperti ruangan perpustakaan, ruangan musik, ruangan lab komputer, ruangan olahraga, ruang bermain indoor, ruang melukis, ruang menari.
2.2.8 Kurikulum TK Soemantri
mengemukakan
bahwa
kurikulum
adalah
sautu
perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Khusu yang berkaitan dengan TK ia mengemukakan bahwa kurikulumadalah seluruh usaha / kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka pengembangan seluruh aspek yang ada pada dirinya, baik di dalam maupun di luar kelas serta
37
lingkungannya. Ini berarti kurikulum dapat diketahui gambaran pengalaman belajar apa yang anak peroleh. Dari sejak munculnya pendidikan TK di Indonesia hingga sekarang terdapat beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 1964 , 1976, 1984 dan 1994. Semua itu disusun melalui berdasarkan pemilihan topik atau tema. Ini dimaksudkan, agar pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteksnya sehingga informasi atau pengetahuan yang diperoleh berarti / bermakna dalam pengembangan pengetahuan dan ketrampilan anak.
2.3
Permainan Anak - Anak Usia dini pada anak – anak adalah usia yang efektif untuk mengembangkan
berbagai macam potensi untuk anak – anak. Untuk mengembangkan potensinya dapat dilakukan dengan mengajak mereka untuk bermain. Karena dengan bermain mereka akan merasa senang. Dalam usia mereka perlu diperhatikan proses pembelajaran yang menerapkan prinsip PAKEMI (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Inovatif). Bermain adalah hal yang penting bagi anak untuk perkembangan kognitif dan sosio – emosi anak – anak. Dengan bermain mereka bisa mengekspresikan perasaan mereka.
2.3.1 Fungsi Dengan bermain anak – anak dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, kognitif, kreativitas, bahasa, perilaku, ketajaman penginderaan, melepaskan ketegangan, da terapi bagi fisik, mental mereka. Selain itu ada beberapa fungsi lainnya yaitu : •
Permainan
meningkatkan
afiliasi
dengan
teman
sebaya,
mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. •
Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak – anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain.
38
•
Permainan sebagai wadah untuk mempraktikkan peran – peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.
2.3.2 Manfaat Ketrampilan dan potensi pada anak dapat berbentuk melalui 3 aspek perkembangan yaitu aspek kognitif, fisik dan sosio – emosi. Bermain dapat memberikan manfaat bagi ketiga aspek tersebut, di antaranya : 1.
Manfaat bagi aspek kognitif. Dengan bermain anak mampu mengembangkan daya pikirnya.
Selain bermain sebagai sarana rekreasi, bermain juga harus memiliki nilai – nilai edukasi didalam permainan. Sehingga anak memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuannya.
2.
Manfaat bagi aspek fisik. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
kegiatan yang melibatkan gerakan – gerakan tubuh yang membuat anak sehat dan otot – otot tubuh mereka akan menjadi lebih kuat. Perkembangan fisik inilah berpengaruh pada perkembangan motorik halus dan motorik kasar yang mana dalam bermain membutuhkan gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, dan mata). Selain itu berpengaruh juga pada perkembangan alat indera (penglihatan, pendengaran,
penciuman,
pengecapan,
dan
perabaan)
yang
memberikan manfaat bahwa dengan bermain anak akan lebih tanggap atau peka terhadap hal – hal disekitarnya.
3.
Manfaat bagi aspek sosio – emosi. Dalam bermain ada keterlibatan emosi dan kepribadian. Melalui
bermain anak dapat melepaskan ketegangan dalam dirinya dan nantinya mereka akan merasa lega dan relaks. Dengan bermain anak diajarkan untuk mempunyai rasa percaya diri, bersikap suportif terhadap sesama, dan melatih kemampuan untuk bisa membangun hubungan yang kompetetif dengan teman dengan
39
nilai yang positif. Selain itu juga bermain dapat melatih konsentrasi seperti melatih konsep dasar warna, bentuk, dan lain – lainnya. Adapun pendapat dari para orang – orang ahli mengenai manfaat bermain bagi anak, yaitu : 1.
Menurut Isenberg dan Jalongo. • Manfaat untuk perkembangan kognitif. Bahwa dengan bermain anak mulai mengeti akan dunia, anak mampu untuk mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan berbeda dan anak memiliki kesempatan untuk menemui dan mengatasi permasalahan – permasalahan yang sebenarnya. • Manfaat untuk perkembangan sosial dan emosional. Anak mengembangkan keahlian berkomunikasi secara verbal maupun non – verbal melalui negoisasi peran, mencoba untuk memperoleh akses untuk permainan yang berkelanjutan atau menghargai perasaan orang lain.
2.
Menurut Montololu. • Bermain memicu kreatifitas anak. • Bermain bermanfaat bagi kecerdasa otak anak. • Bermain bermanfaat menanggulangi konflik bagi anak. • Bermain bermanfaat untuk melatih empati. • Bermain bermanfaat untuk mengasah panca indera. • Bermain untuk melakukan penemuan.
3.
Menurut Hartley, Frank dan Goldenson yang dikutip oleh Moeslichatoen. • Untuk melakukan berbagai peran yang ada dalam kehidupan nyata. • Mencerminkan pertumbuhan • Untuk membantu mereka dalam memcahkan dan mencoba berbagai penyelesaian masalah. • Untuk menyalurkan perasaan yang kuat.
40
4.
Menurut Hetherington dan Parke. Dengan bermain anak akan meneliti lingkungan dan mempelajari segala sesuatu yang dihadapinya. Bermain juga dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.
2.3.3 Karakteristik Permainan yang sesuai dengan Umur Anak 1.
Pada usia 2 – 3 tahun. Karakteristik permainan pada masa ini berdasarkan isi adalah
permainan untuk suatu ketrampilan (skill play) karena anak mulai berkembang dalam fase otonomi (kemandirian) dan independennya (kebebasan). Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial, permainan pada masa ini termasuk permainan dengan bermain bersama teman tanpa interaksi (parallel play). Pada masa ini, anak terlihat ingin berteman tetapi kemampuan sosialnya belum memadai. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak bermain secara spontan dan bebas serta dapat berhenti sesuka mereka dan juga koordinasi motorik anak masih kurang sehingga anak sering merusak mainan yang dipegangnya.
2.
Pada usia 4 – 7 tahun. Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembanga dan anak ingin
mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal disekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti seorang guru dan lain – lainnya. Dalam bermain mereka akan memiliki teman. Karakteristik permainan pada masa prasekolah akhir berdasarkan isi adalah permainan yang lebih banyak menggunakan simbol – simbol atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play). Permainan yang meningkatkan ketrampilan (skill play) juga masih berkembang pada masa ini. Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial, permainan pada masa ini termasuk permainandengan bermain bersama teman – temannya,
41
tetapi tidak ada tujuan kelompok (association play). Dalam hal ini, anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambanya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan yang sudah ditetapkan dalam kelompok (cooperative play).
2.3.4 Syarat Permainan dalam TK Dalam sebuah sekolah TK haruslah memiliki arena bermain dan yang dimana alat – alat permainan mereka harus sangat diperhatikan secara seksama dari segi keamanannya hingga segi psikologi untuk mereka. Untuk mencapai manfaat yang optimal dari permainan anak – anak yang perlu diperhatikan adalah : •
Permainan harus ditujukan untuk anak – anak TK.
•
Difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak.
•
Permainan itu harus tidak boleh yang berbahaya bagi anak.
•
Harus aman bagi anak – anak.
•
Tidak membahayakan anak.
•
Dapat digunakan untuk berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam
tujuan
aspek
pengembangan
atau
bermanfaat
multiguna. •
Berdasarkan minat seorang anak.
•
Bisa mengembangkan daya fantasi anak.
•
Mudah dibongkar – pasang.
•
Sebaiknya
arena
bermain
menyediakan
beraneka
ragam
permainan sehingga anak bisa lebih bereksplorasi dengan berbagai jenis mainan yang ada. •
Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan.
•
Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas anak.
•
Tingkat kesulitan permainan haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan seorang anak sehingga mereka mudah untuk memainkannya.
42
•
Kuat, dalam arti tidak mudah patah atau rusak karena dari sifat dasar mereka yang selalu ingin tahu sehingga mereka akan membongkar mainan yang dipegangnya dan terkadang mereka akan membanting mainan yang ada disekitar mereka.
•
Menarik dalam warna dan bentuknya.
•
Mengandung nilai pendidikan.
Akan lebih menarik lagi jika permainan mereka berasal dari barang – barang bekas yang sudah di daur ulang karena dengan begitu akan menghemat biaya yang diperlukan untuk permainan anak – anak.
2.3.5 Kurikulum Sentra Soemantri
mengemukakan
bahwa
kurikulum
adalah
sautu
perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Khusus yang berkaitan dengan TK ia mengemukakan bahwa kurikulum adalah seluruh usaha / kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka pengembangan seluruh aspek yang ada pada dirinya, baik di dalam maupun di luar kelas serta lingkungannya. Ini berarti kurikulum dapat diketahui gambaran pengalaman belajar apa yang anak peroleh. Dari sejak munculnya pendidikan TK di Indonesia hingga sekarang terdapat beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 1964 , 1976, 1984 dan 1994. Semua itu disusun melalui berdasarkan pemilihan topik atau tema. Ini dimaksudkan, agar pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteksnya sehingga informasi atau pengetahuan yang diperoleh berarti / bermakna dalam pengembangan pengetahuan dan ketrampilan anak. Kurikulum Sentra merupakan paradigma baru di bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam pembelajaran dengan kurikulum
sentra ini tidak
diberikan secara klasikal, melainkan individual sesuai dengan tahap perkembangan anak tersebut. Selama proses pembelajaran, guru dilarang melakukan “3M”: melarang, menyuruh, marah/menghukum.
43
Basis pembelajaran kurikulum sentra adalah bermain sambil belajar. Suasana belajar-mengajar dibangun untuk memberikan rasa nyaman dan bahagia (happy learning). Untuk itu, guru bersama murid duduk dalam lingkaran agar posisi mata guru sejajar dengan mata para murid sehingga tidak ada jarak hierarkial. Materi belajar disampaikan secara interaktif dan kongkret dengan menempatkan murid sebagai pusat. Ketika memasuki kelas guru tidak datang dengan sikap “akan mengajar apa kepada anak hari ini” melainkan “aku akan belajar apa dari anak hari ini.” Kurikulum ini membangun “kecerdasan jamak” secara bersamaan dan berimbang diantaranya kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh (kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial (interpersonal) serta musik. Seluruh potensi kecerdasan itu dibangun melalui sentra-sentra (wahana) bermain yang meliputi tiga jenis main: main pembangunan, sensorimotor dan main peran. Ada enam sentra yang disediakan agar anak-anak bisa bermain gembira dan mendapatkan banyak pilihan pekerjaan dan setiap hari anak bermain di Sentra yang berbeda (moving class). diantaranya adalah : 1. Sentra Persiapan (membangun kemampuan keaksaraan) 2. Sentra Balok (merangsang kemampuan konstruksi, prediksi, presisi, akurasi, geometri, matematika) 3. Sentra Seni (membangun kreatifitas, sensori motor, kerjasama) 4. Sentra Bahan Alam (membangun sensori motor, fisika sederhana, pemahaman akan batasan dan sebab-akibat) 5. Sentra Main Peran Besar dan Sentra Main Peran Kecil (mambangun imajinasi, daya hidup, adaptasi, kemandirian, kebahasaan, kepemimpinan) 6. Sentra Imtak (iman dan takwa). Di setiap Sentra kemampuan klasifikasi anak dibangun secara terusmenerus agar mereka bisa memiliki konsep berpikir yang benar, kritis, dan analitis. Anak-anak dirangsang untuk “menemukan sendiri” konsep-konsep faktual mengenai bentuk, warna, ukuran, ciri, tanda, sifat, habitat, manfaat, serta rangkaian sebab-akibat.
44
Sejak dini anak pun dirangsang untuk bisa mengekspresikan diri dengan baik melalui kelisanan, tulisan dan gambar. Oleh karena itu, selama proses belajar-mengajar guru melakukan komunikasi interaktif dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar cara kerja otak anak pun terstruktur dengan baik.
2.4
Psikologi Anak 2.4.1
Ruang Lingkup Perkembangan Psikologi Anak Pada kamus besar bahasa Indonesia, anak diartikan dengan manusia
yang masih kecil, yaitu yang baru berumur 6 tahun. Jadi jika diartikan secara bahasa, anak usia dini adalah sebutan bagi anak yang berusia antara 0 hingga 6 tahun. Pernyataan tersebut di sahkan pada Undang – Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pada Pasal 1 Ayat 14 dinyatakan bahwa anak usia dini diartikan sebagai anak yang berusia lahir (0 tahun) sampai dengan 6 tahun. Ada 3 tahapan yang akan di lalui oleh anak – anak pada usia dini yaitu : •
Masa bayi dari usia lahir sampai dengan 12 bulan (satu tahun).
•
Masa kanak – kanak / batita dari usia 1 tahun hingga 3 tahun.
•
Masa prasekolah dari usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun.
Adapun aspek – aspek perkembangan yang melingkupi perkembangan anak usia dini antara lain aspek perkembangan motorik, kognitif, emosi, sosial, budaya, bahasa, moral dan agama. Kelima aspek yang baru saja dijelaskan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki saling keterikatan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
45
Diagram 2.2 Ruang Lingkup Perkembangan Psikologi Anak
Sumber : Psikologi perkembangan anak usia dini, Wiyani, 10
2.4.2 Faktor Perkembangan Anak Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu memiliki sifat yang unik. Setiap anak berkembang dengan cara tertentu. Hal itu terjadi karena perkembangan anak merupakan proses perubahan yang kompleks dan melibatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangannya, antara lain : 1.
Faktor Hereditas Ada yang menyebut faktor ini dengan istilah nature. Faktor ini
merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua biologis
kepada
anaknya.
Dalam
sudut
pandang
hereditas,
karakteristik seseorang dipengaruhi oleh gen yang merupakan karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) dari orang tuanya, yang akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi (fenotip). Orang yang mempercayai bahwa perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut dengan aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer. Hereditas oleh aliran ini disebut juga dengan pembawaan. Pembawaan yang telah terdapat pada anak sejak dilahirkan itulah yang menentukan perkembangannya kelak. Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh hal – hal berikut :
46
A. Bakat B. Sifat – sifat keturunan
2.
Faktor lingkungan Faktor ini sering disebut dengan dengan istilah nurture. Faktor ini
diartikan sebagai kekuatan kompleks dari dunia fisik dan sosialyang mempengaruhi susunan biologis dan pengalaman psikologis anak sejak sebelum ada dan sesudah lahir. Ada beberapa pengaruh yang mempengaruhi faktor ini, yaitu : A. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Ada beberapa pengaruh yang berasal dari pengaruh ini, antara lain : •
Pola asuh orang tua, sikap, situasi dan kondisi yang sedang melingkupi orang tua.
•
Pola asuh orang tua yang otoriter, liberal, demokratis.
•
Sikap orang tua yang protektif.
•
Keadaan ekonomi serta status sosial orang tua.
•
Status duda ataupun janda dari orang tua si anak baik karena cerai ataupun ditinggal mati.
•
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga serta banyaknya anggota keluarga.
B. Sekolah Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak. Di lingkungan ini guru – guru sangatlah berperan penting dalam perkembangan anak, selain itu juga teman sebayanya juga bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak.
C. Masyarakat Secara sederhana, masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama. Budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan
47
demografi memiliki pengaruh dalam perkembangan anak – anak usia dini.
3.
Faktor umum Faktor umum merupakan campuran dari faktor hereditas dan
faktor lingkungan. Faktor umum yang dapat mempengaruhi perkembangan anak adalah : A. Jenis kelamin. B. Kelenjar gondok. C. Kesehatan. D. Ras.
2.4.3 Karakter Perkembangan Anak Ada beberapa ahli yang sudah meneliti karakter perkembangan anak sesuai dengan usia anak – anak tertentu, contohnya : •
Sigmund Freud (1856 – 1939) A. Usia 0 – 1 tahun dikenal dengan fase oral. Masa yang dimana menunjukkan munculnya kepuasan baik fisik dan emosional berfokus pada daerah sekitar mulut. B. Usia 1 – 3 tahun dikenal dengan fase anal. Hal ini akan menimbulkan konflik dengan nilai – nilai yang dimiliki orang tua dan lingkungannya. C. Usia 3 – 5 tahun dikenal dengan fase falik. Daerah sekitar alat genital merupakan sumber baru yang tidak diperkenankan tetapi secara insting anak suka menyentuhnya. D. Usia 5 tahun hingga masa remaja dikenal dengan fase laten. Anak lebih tertarik pada kegiatan – kegiatan yang melibatkan fisik dan kemampuan intelektual. •
Kohnstamm A. Masa vital 0 – 2 tahun. B. Masa estetis 2 – 7 tahun.
•
Montessori (1870 – 1952)
48
A. Masa penyerapan total (absorbed mind), perkenalan dan pengalaman sensoris / panca indra sekitar usia 1,5 tahun. B. Perkembangan bahasa 1,5 tahun – 3 tahun. C. Perkembangan koordinasi antara mata dan otot – ototnya, serta mulai menaruh perhatian pada benda – benda kecil 1,5 – 4 tahun. D. Perkembangan dan penyempurnaan gerakan – gerakan; menaruh perhatian yang besar pada hal – hal yang nyata dan mulai menyadari urutan waktu dan ruang 2 – 4 tahun. E. Penyempurnaan
penggunaan
panca
indra
/
peneguhan sensoris 2,5 – 6 tahun. F. Peka / sensitif terhadap pengaruh orang dewasa 3 – 6 tahun. G. Mulai mencoret – coret, persiapan menulis 3,5 – 4,5 tahun. H. Indra peraba mulai berkembang 4 – 4,5 tahun. I. Mulai tumbuh minat membaca 4,5 – 5,5 tahun. •
Erik Erikson (1902 – 1994) A. Usia 0 – 1 tahun dikenal dengan masa bayi. B. Usia 2 – 3 tahun dikenal dengan masa balita. C. Usia 4 – 5 tahun dikenal dengan masa prasekolah.
•
Jean Piaget (1896 – 1980) A. Usia 0 – 2 tahun dikenal dengan tahap Sensori Motor. Pada masa ini perkembangan tertuju pada gerak refleks sebagai bukti adanya kemampuan menyadari ada sesuatu di dekatnya. B. Usia
2
–
7
tahun
dikenal
dengan
tahap
Praoperasional. Pada masa ini muncul ciri yang disebut
dengan
egosentris,
yaitu
mengasosiasi sesuatu dengan dirinya.
kemampuan
49
•
Bowlby (1907) A. Masa I yaitu 0 – 3 tahun. B. Masa II yaitu 3 – 6 tahun.
•
Morisson A. Prenatal (masa dalam kandungan). B. Neonatal (bulan pertama kelahiran). C. Infancy (tahun pertama kelahiran). D. Toddlerhood (usia 2 – 3 tahun). E. Preschool and Kindergarten (usia 4 – 6 tahun).
2.4.4 Pola Perkembangan Anak Bagian ini menjelaskan secara ringkas mengenai rangkuman dari pola perkembangan anak. 1.
Perkembangan fisik Perkembangan fisik berlangsung secara teratur. Perkembangan
fisik juga dapat diamati semenjak usia bayi. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai perkembangan fisik seorang anak dari umur bayi hingga umur 8 tahun.
Tabel 2.2 Perkembangan Fisik Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun
Perkembangan Fisik
Ketrampilan fisik berkembang dengan cepat
Peningkatan ketrampilan fisik
Duduk merayap ; merangkak
Mengendarai sepeda roda tiga
Mulai untuk berjalan dan berlari
Naik turun tangga
Ketrampilan motorik yang berkembang baik
Berlari
Mengatur sendok atau garpu untuk memberi makan
Melompat dengan kedua kaki
Mulai dapat menggenggam dan Berjalan pada balok melepaskan suatu objek keseimbangan
Peningkatan dalam Pengendalian penguasaan motorik motorik halus yang halus bagus Tingkat Mengendarai pertumbuhan sepeda roda dua semakin melambat Mengambil bagian dalam permainan Adanya peningkatan yang menuntut energi yang tinggi ketrampilan fisik Adanya peningkatan Proporsi badan yang perkembangan otot baik yang kecil Mulai ganti gigi Dapat melakukan ketrampilan dan kerajinan tangan
Gigi tetap mulai tumbuh Ketrampilan fisik menjadi hal yang penting dalam perkembangan konsep diri
Sumber : Konsep dasar pendidikan usia dini, Sujiono, 65
50
2.
Perkembangan sosial Ketika anak berusia 3 tahun, anak baru mulai membangun suatu
hubungan dengan keluarganya dan juga dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarga mereka. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai perkembangan sosial seorang anak dari umur bayi hingga umur 8 tahun.
Tabel 2.3 Perkembangan Sosial Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun Menjadi lebih Menjadi lebih sadar Ingin menjadi yang akan diri sendiri nomor satu mandiri Mengembangkan Ikut ambil bagian Bergantung pada Menikmati pada saat bergaul perasaan rendah dalam setiap orang tua untuk dengan anak - anak lainnya hati kegiatan di sekolah minat dan aktivitas Menjadi lebih Dapat memelihari ketertiban Menjadi sadar akan Mulai terpengaruh posesif terhadapa dengan anak lain untuk rasial dan dengan pendapat barang - barang yang periode yang pendek perbedaan gender temannya dia punya Perkembangan Dapat mengambil Mulai untuk Sosial Mampu berbagi tanpa perlu Dapat berbagi dan arah, mengikuti mempersilahkan dibujuk mengambil giliran beberapa aturan orang lain Mulai membentuk Dapat menirukan tindakan dari Memiliki teman Sering bertengkar kelompok orang lain bermain khayalan dalam waktu singkat kelompok Mulai bermain Mulai untuk melibatkan diri Mulai Membutuhkan permainan yang dalam permainan yang mempertimbangkan nasihat dari guru membutuhkan kerja paralalel perkataan guru guru sama Bereaksi terhadap orang lain
Sumber : Sujiono, 66
3.
Perkembangan emosional Beberapa peniliti menemukan bahwa anak – anak yang
mempunyai perangai yang baik di waktu muda dan maka akan memiliki kestabilan emosi dari waktu ke waktu. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai perkembangan fisik seorang anak dari umur bayi hingga umur 8 tahun.
51
Tabel 2.4 Perkembangan Emosional Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun Tidak dapat memaklumi frustrasi Mudah menangis atau berteriak Sering tidak mampu mengendalikan dorongan atau Perkembangan gerakan hati Emosional Mulai untuk menyatakan kasih sayang Membutuhkan suatu rutinitas dan rasa aman Mulai dapat untuk menyatakan diri sendiri
Dapat memaklumi beberapa frustrasi
Dapat menyatakan perasaan Dapat Mulai mengendalikan mengembangkan agresi dengan lebih pengendalian diri baik Menghargai kejutan Belajar mengenai dan peristiwa hal - hal yang benar tertentu dan yang salah Mulai untuk Mulai mengungkapkan menyatakan rasa terimakasih perasaan Mulai menunjukan Mulai menunjukkan selera humor di selera humor dalam lelucon Mulai dapat Takut akan gelap memperlihatkan perhatian
menyatakan reaksi pada orang lain Bersikap lebih sensitif ketika ditertawakan atau dikeritik Menyatakan keraguan secara berlebihan Lebih tekun Lebih dapat berempati Dapat melihat dari sudut pandang orang lain
Sumber : Sujiono, 66
2.5
Standarisasi Ukuran Ergonomi Tubuh 2.5.1 Antropometrika Tubuh Orang Dewasa pada Posisi Duduk Perancangan tempat duduk telah dikenal sejak jaman dahulu. Bangku, sebagai contoh, sudah dikembangkan sebagai salah satu jenis perabot yang berharga bagi bangsa Mesir sejak 2050 SM dan kursi sejak tahun 1600 SM. Selain dari keberadaannya yang sudah dikenal luas dan sejarahnya yang panjang, tampaknya tempat duduk merupakan elemen ruang interior yang paling jarang dirancang dengan seksama. Seorang perancang industri bernama Neils Diffrient pernah mengatakan, “Perancangan kursi merupakan suatu ujian berat bagi para perancang.” Salah satu kesulitan utama dalam perancangan tempat duduk adalah seringkali posisi duduk dipandang sebagai gerak statis, padahal duduk lebih dapat dikatakan sebagai gerakan dinamik. Sesuai dengan pendapat itu, sekedar penerapan data statik secara 2 dimensi untuk menyelesaikan masalah dinamik 3 dimensi serta pertimbangan biomekanika, jelas bukan merupakan pendekatan perancangan yang tepat. Sebaliknya juga, sebuah kursi yang secara antropometrik benar, belum tentu nyaman. Jika rancangan suatu tempat duduk tidak memperhatikan sama
52
sekali hal-hal yang berkenaan dengan dimensi – dimensi manusia dan besar tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut tidak nyaman. Kesulitan lainnya adalah hanya sedikit sekali data yang tersedia sehubungan dengan biomekanika dari perancangan kursi dan hampir tidak ada riset yang pernah dipublikasikam berkenaan dengan masalah kenyamanan. 1.
Dinamika posisi duduk
Gambar 2.1 Tampak Potongan dalam Posisi Duduk yang Menunjukkan Tulang Duduk
Sumber : Dimensi manusia dan ruang interior, Panero dan Zelnik, 52
Gambar 2.2 Tampak Potongan dalam Posisi Duduk yang Menunjukkan Tulang Duduk yang diperbesar pada Bagian Posterior
Sumber : Panero dan Zelnik, 52
53
2.
Tinggi tempat duduk
Gambar 2.3 Pedoman Dimensi Antropometrik yang dibutuhkan bagi Perancangan Kursi
Sumber : Panero dan Zelnik, 56
Tabel 2.5 Pedoman Dimensi Pria dan Wanita
Sumber : Panero dan Zelnik, 56
54
Gambar 2.4 Landasan Tempat Duduk yang Letaknya Terlalu Tinggi
Sumber : Panero dan Zelnik, 57
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat menyebabkan paha tertekan dan peredaran terhambat. Sebagai tambahan pula, telapak kaki tidak dapat menapak dengan baik di atas permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.
Gambar 2.5 Landasan Tempat Duduk yang Letaknya Terlalu Rendah
Sumber : Panero dan Zelnik, 57
Landasana tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong terlujur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula. Pergerakan tubuh ke
55
depan akan menjauhkan
punggung dari sandaran sehingga
penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat.
3.
Kedalaman tempat duduk
Gambar 2.6 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar
Sumber : Panero dan Zelnik, 60
Bila landasan tempat duduk terlalu lebar, bagian ujung dari landasan akan menekan daerah tepat di belakang lutut, menimbulkan ketidak nyamanan dan gangguna pada peredaran darah.
Gambar 2.7 Landasan Tempat Duduk yang Sempit
Sumber : Panero dan Zelnik, 60
56
Landasan tempat duduk yang sempit akan menghilangkan penopangan yang tepat pada bagian paha. Hal ini juga akan menimbulkan perasaan “terjungkal dari kursi” bagi si pemakai.
4.
Sandaran punggung
Gambar 2.8 Bagian Tulang Lumbar
Sumber : Panero dan Zelnik, 61
Fungsi utama dari sandaran punggung adalah sebagai penopang daerah lumbar atau bagia kecil dari punggung; harus diingat untuk menyediakan pula tempat tambahan bagi penonjolan daerah pantat.
57
5.
Dimensi tubuh struktural
Gambar 2.9 Dimensi Tubuh
Struktural
Sumber : Panero dan Zelnik, 96
58
6.
Dimensi tubuh fungsional
Gambar 2.10 Dimesi Fungsional
Tubuh
Sumber : Panero dan Zelnik, 98
59
7.
Dimensi tubuh proyeksi tahun 1985
Gambar 2.11 Dimensi Tubuh Proyeksi 1985
Sumber : Panero dan Zelnik, 100
60
8.
Ergonomic kursi orang dewasa
Gambar 2.12 Kursi Kerja untuk Pengguna Umum
Sumber : Panero dan Zelnik, 127
Gambar 2.13 Kursi Kerja Eksekutif
Sumber : Panero dan Zelnik, 127
Tabel 2.6 Rincian Ukuran Kursi Umum dan Kursi Kerja
61
Sumber : Panero dan Zelnik, 127 2.5.2 Antropometrika Tubuh Anak Sampai saat ini, sangat sedikit data antropometrik yang tersedia bagi perancang berkenaan dengan ukuran tubuh fungsional kelompok usia balita dan anak-anak. Informasi tersebut penting untuk membuat perencanaan yang tepat bagi perabotan anak-anak prasekolah, sekolah dan berbagai lingkungan interior lainnya yang pemakaiannya ditujukan bagi anak-anak. Hal yang menyebabkan kebutuhan atas data-data tersebut menjadi semakin penting adalah kebutuhan atas keselamatan dan kenyamanan yang dipertaruhkan. Terdapat relasi yang kuat antara rancangan perabot yang tidak tepat dengan kematian yang terjadi akibat kecelakaan dan luka-luka pada anak-anak. Kasus seperti tercekik serta leher terjepit pada tempat tidur anak-anak dan kursi yang tinggi, misalnya, bukanlah hal yang jarang terjadi. Berikut adalah beberapa data antropometrik dalam bentuk pengukuran tubuh anak-anak usia 6 sampai 11 tahun yang lebih bersifat structural. 1.
Berat badan
Tabel 2.7 Berat Badan Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 104
62
2.
Tinggi badan
Tabel 2.8 Tinggi Badan Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 104
3.
Tinggi sikap duduk tegak
Tabel 2.9 Tinggi Sikap Duduk Tegak Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 105
63
4.
Rentang siku ke siku Tabel 2.10 Rentang Siku ke Siku Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 105
5.
Rentang panggul
Tabel 2.11 Rentang Panggul Anak
Sumber :Panero dan Zelnik, 106
64
6.
Tinggi bersih paha
Tabel 2.12 Tinggi Bersih Paha Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 106
7.
Tinggi lutut
Tabel 2.13 Tinggi Lutut Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 107
65
8.
Tinggi lipatan dalam lutut
Tabel 2.14 Tinggi Lipatan Dalam Lutut Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 107
9.
Jarak pantat – lipatan dalam lutut
Tabel 2.15 Jarak Pantat – Lipatan Dalam Lutut
Sumber : Panero dan Zelnik, 108
66
10. Jarak pantat – lutut Tabel 2.16 Jarak Pantat – Lutut Anak
Sumber : Panero dan Zelnik, 108
11. Dimensi tubuh struktural anak
Gambar 2.14 Dimensi Tubuh Struktural Anak
Sumber : Quality environments for children,Siegel, Tara J, 6
67
2.5.3 Ergonomi Kursi Anak
Gambar 2.15 Ergonomi Kursi Anak
Sum4ber : Siegel, Tara J, 65