ASUHAN KEBIDANAN PAA NY “Y’ MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO EKA APRILIA ROHATIN 1311010057 SUBJECT Asuhan kebidanan, Ibu hamil, bersalon, nifas, neoonatus, KB DESCRIPTION Angka Kematian Ibu dan bayi disuatu negara seringkali digunakan sebagai penilaian, dalam keberhasilan pelayanan kesehatan seperti tingginya Angka kematian Ibu dan Bayi yang masih tinggi diwilayah ASIA termasuk di Indonesia. Risiko kematian Ibu paling banyak terjadi pada periode persalinan dan periode persalinan berkontribusi besar terhadap angka kematian Ibu di Indonesia. Kematian Ibu juga terkait dengan sosial ekonomi dan tempat/fasilitas persalinan. Akses kesehatan atau fasilitas yang belum memadai menjadi faktor penyebab dari 3 terlambat, yaitu terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat di rujuk dan terlambat di tangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi terbanyak ialah bayi berat lahir rendah (BBLR) terutama pada premature terjadi karena kurang matangnya sistim organ pada Bayi. Bidan perlu memberikan asuhan kebidanan yang bersifat continuity of care yang merupakan bagian dari asuhan kebidanan terdiri atas antenatal care, intranatal care, postnatal care dan chilbirth care atau penanganan bayi baru lahir. Pemberian asuhan kehamilan pada Ny “Y” dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kesenjangan. Pada kunjungan ANC pertama dan ketiga tidak terdapat keluhan, sedangkan kunjungan ANC kedua kaki Ny “Y” mengalami oedem dan masih dikatakan normal atau fisilogis. Asuhan persalinan berlangsung cepat, tidak ada jahitan luka perieneum dan tidak disertai penyulit. Asuhan pada masa nifas menunjukkan hasil pemeriksaan tidak terdapat masalah atau kesenjangan. Dalam masa nifas, selama kunjungan tidak ada penyulit, involusi uterus, lochea dan TFU berjalan normal sesuai dengan masa post partum.Asuhan neonatus menunjukkan hasilpemeriksaan tidak mengalami ikterus, kondisi bayi baik dan normal, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Pada kunjungan keluarga berencana ibu berencana menggunakan KB suntik 3 bulan. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, ibu hamil seharusnya dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. SUMMARY Maternal and infant mortality rate of a country is often used as an assessment in the successful of health service, such as the high of maternal and infant mortality rate in Asia continent, inducling indonesian. The mother’s death risk is often occured on a parturition period. A parturition period gives a big contribution to the maternal mortility rate in indonesian. The mother’s partunition refers to a social economic and birth facilities. Health access or facilites is not completely enough and it is one of causing factors of three lateness, they are; too late in recognizing a bad sign of birth and to decide something, too late to be admtted to a hospital, and too late to be cared by medic. The complication that become the most common because infant mortality is low birth weight (BBLR), it made by babies low
weight (BBLR) it is mainly occured for premature babies, it caused by the imperfection of their organ system. Midwifes need to give a care for babies that has “continiuty of care”, it is one of the midwifery care hat consists of antenatal care, intranatal care, and postnatal care, or for the new born babies. The disacrepancy not found during antenatal care of Mrs. Y, she got oedem and still in normal condition or physiologycal condition. The intranatal care was fast enough, no stitch on her perieneum and nothing injured, uterus involution, lochea and UFH in normal condition too that appropriate with post partum period. Neonatal care showed the result, there was no icterus, with a good baby’s condition, no infection, on a family planning (KB) visitation, the mother’s had decided to use 3 monthy contraceptive injection . Based on the midwifes care, pregnant women should have routine check up on health workers to prevent complications Keywords : Midwifery Care , Antenatal care , Intranatal care , postnatal care Contributor
: 1. Farida Yuliani, M.Kes. 2. Sari Priyanti, M.kes Date : 30 Mei 2016 Type Material : LaporanPenelitian Identifier :Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Kejadian kematian Ibu dan bayi disuatu negara seringkali digunakan sebagai penilaian, dalam keberhasilan pelayanan kesehatan seperti tingginya Angka kematian Ibu dan Bayi yang masih tinggi diwilayah ASIA termasuk di Indonesia. Indikator yang umum digunakan dalam kematian Ibu adalah jumlah kematian Ibu dalam 100.000 kelahiran Hidup (Sarwono,2008). Pelayanan kesehatan maternal khususnya fase antenatal care (ANC/prenatal care) pada Ibu hamil menjadi tujuan kunci strategi dalam upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia seperti yang tercatat dalam tujuan 4 dan 5 pembangunan Milenium (MDG’s) serta indikator pelayanan kesehatan maternal (KIA dan KB) di Indonesia pada tahun 2015.Deteksi kasus komplikasi kehamilan di kota Mojokertoyang sering terjadi yaitu perdarahan, eklampsi/pre-eklampsi, dan angka kematian ibu mencapai 54,70% dan angka kematian bayi mencapai 26,54% sehingga perlunya di adakan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan) meliputi kegiatan dan sasaran P4K dalam utilisasi posyandu pada ibu hamil, melahirkan, nifas, pasca nifas dan bayi dapat tercapai sesuai dengan harapan semua komponen masyarakat khususnya di Kota Mojokerto. Jumlah AKI di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 yakni 22 kasus per 100.000 kelahiran hidupyang terdiri dari 6 kasus pada kematian ibu hamil, 2 kasus pada kematian ibu bersalin dan 14 kasus pada kematian ibu nifas. Pada tahun 2012 jumlah AKB mencapai 178 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2013 mencapai 129 per 1.000 kelahiran hidup, di antaranya laki-laki sebanyak 77 bayi dan perempuan sebanyak 52 bayi(DinKesKabMojokerto, 2014). Cakupan K1 di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 92,14% dari target pencapaian 99%. Cakupan K1 di Kabupaten Mojokerto mencapai 89,23%. Cakupan K4 di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 84,38% dari target pencapaian 92%. Cakupan K4 di Kabupaten Mojokerto mencapai 78,89%. Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan (Linakes) di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 89,14% dari target pencapaian 94%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) di Kabupaten Mojokerto mencapai 86,56%. Cakupan pelayanan nifas di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 87,49% dari target diatas 95%. Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Mojokerto mencapai 84,18%. Cakupan KN lengkap di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 94,66% dari target di atas 95%. Cakupan KN lengkap di Kabupaten Mojokerto mencapai 91,09%. Cakupan Keluarga Berencana (KB) aktif di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 71,02% dari target pencapaian sebanyak 69%. Cakupan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Mojokerto mencapai 73,79%. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 estimasi AKB telah mencapai 28,31 per 1.000 kh. Dalam kurun waktu 2 (dua) tahun ke depan, diharapkan mencapai target MDGs yaitu 23 per 1.000 kh pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Capaian cakupan K1 di provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 96,19%. Capaian cakupan K4 mencapai 88,66%. Capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 92,45%. Cakupan KNI mencapai 103,44%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai 101,29%. Cakupan peserta keluarga berencana (KB) aktif mencapai 75,82% (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Cakupan K4 di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 mencapai 81,44%. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 87,99%. Cakupan Neonatus Pertama (KN1) mencapai 95,47%. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) mencapai 94,37%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktifmencapai 75,46% (DinKesKabMojokerto, 2014). Penyebab kematian Ibu di Indonesia tetap di dominasi oleh perdarahan (34,88%), hipertensi dalam kehamilan (20,3%), dan infeksi (4,98%). Analisis kematian ibu yang di lakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu membuktikan bahwa kematian ibu terkait dengan sosial ekonomi dan tempat/fasilitas persalinan persalinan. Akses kesehatan atau fasilitas yang belum memadai menjadi faktor penyebab dari 3 terlambat, yaitu terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat di rujuk dan terlambat di tangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi terbanyak adalah bayi berat lahir rendah (BBLR). Masalah pada BBLR terutama pada premature terjadi karena kurang matangnya sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terjadi terserang komplikasi (Kemenkes RI, 2013) Ibu berperan besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak, gangguan kesehatan yang di alami ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dan masa pertumbuhan anak. Risiko kematian ibu paling banyak terjadi pada periode persalinan dan periode persalinan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan satu minggu pertama di perkirakan 60% dari keseluruhan kematian ibu. Sedangkan perilaku ibu bersalin dalam memilih penolong persalinannya di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung dari dalam diri ibu maupun dari luar. Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas), riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, sikap, persepsi terhadap jarak ke pelayanan kesehatan, persepsi terhadap biaya persalinan, riwayat penolong persalinan dalam keluarga dan dukungan atau pengaruh orang-orang terdekat seperti suami atau keluarga untuk menjaga kesehatan Ibu dan Bayi di masa yang akan datang. Upaya strategis yang di lakukan dalam upaya menekan Angka kematian ibu adalah dengan pendekatan safe motherhood dengan menganggap bahwa setiap kehamilan menanggung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik (Kemenkes RI,2013).Bidan perlu memberikan asuhan kebidan yang bersifat continuity of care. Continuity of care merupakan bagian dari asuhan kebidanan yang terdiri atas antenatal care, intranatal care, postnatal care dan chilbirth care atau penanganan bayi
baru lahir. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus-menerus antara pasien dengan tenaga kesehatan. ANC yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui ANC, INC dan PNC yang bermutu tinggi. Bidan juga dapat memberikan konseling tentang jenis kontrasepsi yang cocok untuk akseptor KB, kelebihan dan kelemahan alat kontrasepsi yang digunakan untuk klien sehingga mereka mengerti dan memahami dari alat kontrasepsi yang digunakan (Hani, Marjati dan Yulifah,2014). METODOLOGI Studi kasus dilakukan di BPM yayuk Rini S,ST Pungging Mojokerto, subyek studi kasus adalah Ny “Y” usia 28 tahun. Manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah menurut Kepmenkes RI No.369/tahun 2007, yaitu pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun rencana asuhan secara menyeluruh, implementasi dan mengevaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tafsiran persalinan tanggal 25 Maret 2016 Ny “Y” tidak mengalami kontraksi atau tidak ada tanda-tanda persalinan, ibu merasakan kenceng-kenceng mulai teratur pada tanggal 03 April 2016 dengan Usia kehamilan Ny “Y” 41-42 minggu bisa di katakan postdate. Menurut (Sarwono, 2008) kehamilan postterm/postdate/serotinus adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, sehingga dapat dikatakan kehamilan Ny “Y” dengan cara spontan masih dikatakan fisiologis. Ny “Y” melakukan kunjungan kehamilan dengan teratur yaitu pada 3 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. (Hani, Marjati dan Yulifah, 2014) menjelaskan standar minimal kunjungan kehamilan sedikitnya adalah 4 kali kunjungan, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali trimester III. Keteraturan kunjungan ANC sangat penting karena untuk melihat perkembangan kehamilan, kondisi janin dan kemungkinan adanya komplikasi dapat dideteksi dini dan ditangani dengan segera. Ny “Y” memeriksakan kehamilannya dengan rutin atau teratur dikarenakan ibu yang masih hamil pertama dan ingin memantau perkembangan janin secara rutin dan ibu cukup khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti adanya komplikasi pada kehamilan. Hasil pemeriksaan denyut jantung janin pada kunjungan pertama yaitu 138 kali per menit. Sondakh (2013) menjelaskan bahwa DJJ normal berkisar antara 120-160 kali permenit. Mandriawati (2008) normal tidaknya denyut jantung janin di dalam kandungan ditentukan oleh irama dan frekuensinya. Jika bunyi jantung kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin. Hasil denyut jantung janin dalam batas normal dikarenakan ibu yang dalam keadaan sehat. Pada orang yang sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara teratur. Selain itu ibu juga tidak mengalami anemia (kekurangan darah), karena kondisi anemia dapat membuat jantung bekerja lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan selnya.Kunjungan kehamilan kedua, ke tiga tidak terdapat keluhan. Pengkajian data pada kunjungan kedua, ke tiga secara umum bersifat fisiologis karena sudah memasuki trimester III. Penatalaksanaan yang diberikan adalah istirahat yang cukup, miring kiri agar penurunan kepala lebih cepat. Pada kala I pada Ny “Y” mempunyai keluhan adanya pengeluaran lendir darah dan kenceng-kencengsejak tanggal 03 april 2016 pukul 08.00 WIB dan ini meleset dari perkiraan tafsiran persalinan pada tanggal 25 Maret 2016 usia kehamilan Ny “Y” 41 minggu 3 hari. Menurut pendapat Sarwono (2008) kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari di hitung dari hari pertama haid terakhir , usia kehamilan antara 38-42 minggudan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal.Pada pemeriksaan dalam di temukan pada
jam 14.00 WIB pembukaan 3 cm, efficement 40 %, presentasi kepala, UUK, hodge III, ketuban belum pecah, tidak ada molage. Persalinan kala I Ny “Y” berlangsung 6 jam. Menurut Sulistyawati (2013) kala I untuk primigravida berlangsung 12-14 jam sedangkan pada multigravida sekitar 6-10 jam. Persalinan fase laten, pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam. Fase aktif, berlangsung selama 6 jam (Mochtar, 2012). Kala I pada persalinan Ny “Y” berlangsung selama 13 jam, sehingga dapat di katakan kala I berjalan normal dan fisiologis, hal ini di pengaruhi oleh faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya power, pasenger, passege ketiga faktor utama ini sangat mendukung jalannya persalinan. Kala II saat pembukaan lengkap Ny “Y” ingin meneran dengan di tandai adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, frekuensi his semakin sering (>3x/menit), intensitas his semakin kuat dan durasi his >40 detik. Kala II berlangsung selama ± 30 menit, bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan, langsung menangis, tonus otot baik, warna kulit merah muda, tidak ada kelainan kongenital dan anus ada. Menurut Mochtar 2012 kala II berlangsung selama 1-2 jam. Sulistyawati (2013) data yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran, perieneum menonjol, vulva dan anus membuka, frekuensi his semakin sering (>3x/menit), Intensitassemakin kuat durasi his >40 detik. Proses persalinan kala II berjalan lancar berlangsung selama ± 30 menit sehingga ini merupakan proses fisiologis dan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori. Setelah di lakukan pemotongan tali pusat bayi di letakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD pada bayi Ny “Y” di lakukan selama 1 jam. Kala III Ny “Y” hanya berlangsung 5 menit, hal ini sesuai dengan teori sulistyawati (2013) bahwa penatalaksanaan persalinan kala III dalam asuhan persalinan normal berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lamanya kala III berlangsung lebih dari 30 menit merupakan indikasi terjadinya retensio plasenta. Kala III Ny “Y” berlangsung normal tidak ada retensio plasenta, hal ini karena plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir demikian selama kala III tidak ada penyulit dan tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta. Manajemen aktif kala III di lakukan dengan pemberian oksitosin. Pemberiansuntikan oksitosin dilakukan dalam satu menit pertama setelah bayi lahir, setelah memastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus, karena oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi. Peregangan tali pusat di lakukan degan mengklem pada tali pusat di letakkan di sekitar 5-10 cm dari vulva di karenakan dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat. Masase fundus uteri di lakukan untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi denan baik, hasil pemeriksaan menunjukkan hasil kontraksi uterus baik atau keras. Kala IV Ny “Y” berlangsung ± 2 jam. Lamanya kala IV dari observasi 2 jam pertama post partum dalam keadaan normal. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 80x/menit, suhu360C, dan pernafasan 20x/menit, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan ± 30 cc. Terjadi penurunan tekanan darah pada kala IV setelah melahirkan, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan dan sesuai teori sulistyawati (2013) kala IV berlangsung 1-2 jam. Kala IV adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir, jumlah perdarahan di anggap normal adalah 100-300cc, apabila perdarahan lebih dari 500cc, hal tersebut sudah di anggap abnormal dan harus dicari penyebabnya (Mochtar,2012). Kala IV berlangsung normal selama 2 jam dan tidak terjadi karena jumlah perdarahan ± 30 cc, selain kontraksi uterus baik. Pengeluaran darah pada Ny “Y” masih dalam batas normal dan tidak ada kesenjangan teori. Persalinan pada Ny “Y” kala I,II, III dan IV tidak ada komplikasi. Pembahasan asuhan kebidanan pada masa nifas menjelaskan tentang kesesuaian antara hasil penelitian fakta dan teori. Hasil pengkajian kunjungan nifas pertama (6jam post partum), keluhan pada Ny “Y” tidak terdapat keluhan apapun, ibu terlihat lemas. Kunjungan
nifas kedua (7 hari post partum) tidak terdapat keluhan, ibu menyusui bayinya dengan ASI ekslusif tidak ada susu tambahan seperti susu formula. Kunjungan nifas ketiga (2minggu post partum) dan ke empat (6minggu post partum), secara umum berlangsung fisiologis, ibu tidak mengalami keluhan di setiap kunjungan. Hasil pemeriksaan pada Ny “Y” involusi uterus berjalan normal, yakni 6 jam post partum TFU 2 jari di bawah pusat dan pengeluaran lochea rubra, pada kunjungan 9 hari post partum TFU pertengahan pusat-simfisis dan pengeluaran lochea sanguinolenta, pada kunjungan 2 minggu post partum TFU tidak teraba dan pengeluaran lochea serosa. Kunjungan 6 minggu post partum TFU normal dan pengeluaran alba. Menurut Dewi (2014) involusi uteri pada saat uri lahir TFU 2 jari di bawah pusat, 1 minggu post partum TFU pertengahan pusat simfisis, 2 minggu tidak teraba di atas simfisis dan 6 minggu bertambah kecil. Berdaarkan hasil pemeriksaan ibu terdapat kesesuaian antara fakta dan teori, sehingga tidak di temukan kesenjangan. Pembahasan asuhan kebidanan pada bayi baru lair menjelaskan tentang keseuaian antara hasil penelitian fakta dan teori. Hasil rekapitulasi data-data yang mendukung untuk di bahas dalam pembahasan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Kunjungan neonatus pertama usia 2 jam di dapatkan hasil pemeriksaan pada bayi “K” yang di lakukan yakni suhu 36,10c,nadi 142x/menit dan pernafasan 48x/menit bayi di katakan normal karena tidak di temukan hipotermi ataupunn hipertermi. Menurut Muslihatun (2010) suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah suhu pada aksila 36,50c sampai 37,50c. Apaila suhu tuuh kurang dari 36,50c dapat di kategorikan hipotermi dan jika suhu lebih dari 37,50c dapat di kategorikan hipertermi. Pada pemeriksaan bayi “K” tidak di temukan kesenjangan antara fakta dan teori. Pada kunjungan neonatus 1 penatalaksanaan yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, melindungi bayi dari aliran udara dan membatasi stres akibat perpindahan lingkungan dari uterus yang hangat ke lingkungan yang keuh dingin dengan cara membungkus bayi dengan kain kering dan hangat. Melakukan IMD selama 1 jam. Memberikan salep mata, memberikan vitamin K1 pada saat bayi lahir sampai usia 2 minggu karena risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2minggu dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi vitamin K sendiri Bayi “K” mempunyai berat adan 3100 gram dan panjang badan 50 cm. Menurut sondakh (2013), berat badan bayi cukup bulan normalnya adalah 2500-4000 gram. Panjang bada yang di ukur dari puncak kepala sampai tumir pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48-52 cm. Pada bayi usia 0-3 bulan, berat badan akan bertambah sebanyak 30 gram perhari, dalam sebulan bayi akan mengalami kenaikan berat badan 900 gram. Bayi “K” lahir dengan berat badan dan panjang badan sesuai dengan keadaan normal, sehingga dapat di katakan bayi baru lahir fisiologis sesuai dengan fakta dan teori. Kunjungan neonatus kedua usia 2 hari ari kunjungan ketiga usia 9 hari pemantauan keadaan bayi dalam batasa normal tidak di temukan masalah atau komplikasi, keadaan bayi baik, tidak terjadi ikterus, mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif pada bayinya, memberikan imunisasi HB 0,5 cc, tidak di temukan tanda-tanda bahaya pada bayinya dan tidak ada, tali pusat telah puput di hari kke 5 yakni pada tanggal 07 April 2016. Pembahasan asuhan kebidanan Ny “Y” calon pengguna akseptor KB 3 suntik bulan, setelah di lakukan pengkajian Ny “Y” akan menunda kehamilan selanjutnya dengan merencanakan program KB suntik 3 bulan seperti waktu melahirkan anak pertama, tidak terdapat keluhan dan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Menurut (Irianto, 2014) Kontrasepsi suntik adalah obat KB yang disuntikkan 1 bulan atau 3 bulan sekali. Untuk yang 1 bulan sekali berisi estrogen dan progesteron, dan yang suntik 3 bulan sekali berisi progesteron saja. Untuk ibu yang menyusui sebaiknya tidak menggunakan kotrasepsi suntikan yang 1 bulan karena akan mempengaruhi produksi ASI . Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya bertambah. Tingginya peminatpemakai suntik KB oleh karena aman, sederhana,
efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat di pakai pada pasca persalinan (Manuaba,2010). Ny “Y” memilih kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan ASI sehingga dikatakan fisiologis dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta. SIMPULAN Pada asuhan kebidanan pada Ny “Y” G2P10001secara komperhensif mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB dengan pendekatkan pendokumentasian Asuhan kebidanan menggunakan manajemen SOAP. Maka penulis mengambil keputusan bahwa Masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny “Y” sesuai dengan harapan, yaitu berlangsung normal dan melahirkan bayi yang sehat. Hal ini tidak terlepas dari usaha berupa Asuhan kebidanan komperhensif dengan manajemen kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien. 1. Pada kehamilan dapat di simpulkan bahwa asuhan kebidanan pada Ny “Y” G2P10001selama kunjungan pertama, kedua dan ketiga berjalan normal, tidak ada penyulit, pasien sangat kooperatif terhadap anjuran petugas kesehatan. Pada pemeriksaan umum pasien dalam batas normal 2. Persalinan pada Ny “Y” pada kala I berlangsung cepat, keluhan utama ibu mengatakan mengeluarkan lendir dan kenceng-kenceng di dapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Pada kala II tidak ada penyulit, bayi lahir spontan menangis kuat dan gerakan aktif, tidak ada luka jahitan perineum. Selama kala III tidak ada penyulit, plasenta lahir, perdarahan ±200cc. Pada kala IV masa post partum 2 jam juga tidak ada penyulit, pemeriksaan dalam batas normal, plasenta lahir lengkap tidak ada kotiledon yang tersisa, TFU 2 jari bawah pusat. REKOMENDASI 1. Bagi institusi pendidikan kesehatan Institusi poltekkes majapahit di harapkan adanya suatu sarana klinik yang lebih mendukung kegiatan Asuhan kebidanan secara komperhensif sehingga asuhan kebidanan secara komperhensif dapat di lakukan dengan kebutuhan pasien 2. Bagi tenaga kesehatan Bidan Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dalam melaksanaan pelayanan asuhan kebidanan secara komperhensif 3. Bagi puskesmas Pungging Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan penanganan pada asuhan kebidanan secara komperhensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. DAFTAR PUSTAKA Affandi dkk, (2012). Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirahardjo Ari Sulistyawati. (2009). Asuhan Kebidanan Pada masa Kehamilan. Jakarta: Salemba medika Baety, A. N. (2012). Kehamilan dan Persalinan Panduan Praktis Pemeriksaan. Yogyakarta: Graha ilmu. Bahiyatun. (2009) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Dewi, V. N,. & Sunarsih, T. (2014). Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika Dinkes Kesehatan Kabupaten Mojokerto (2014). Mojokerto: Dinas kesehatan kabupaten Mojokerto
Fraser, M, D,. & Cooper, M. A. (2009). Buku Ajar Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hani, Marjati & Yulifah. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Alimul Aziz. (2008). Panduan Keperawatan bayi dan Anak. Jakarta: Gramedia Irianto, K. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung: Alfabeta Indriyani, d. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Jitowiyono, S,. & Kristyanasari, W. (2011). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Kemenkes RI (2013). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kusmiyati, Y,. & Wahyuningsih, H. P. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitra Maya Lailiyana, dkk. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC Muslihatun, Wati. Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya Mandriawati. (2008). Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC Mochtar, Rustam (2012). Sinopsis Obstetri. Buku Kedokteran Jakarta Norma. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi Teori. Jakarta Nugroho. T. (2014) Buku Ajar Asuhan Kebidanan 4. Ed. Jakarta: EGC Nurul Kamariyah. (2014). Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Nur Salam, (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: salemba medika Padila. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika Reeder, Sharon dkk (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. Jakarta :EGC Romauli. (2011). Asuhan Kebidanan I Konsep dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarrta: Nha Medika Sarwono, P, H. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta Saifuddin. (2006). Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Prawirahardjo Serri Hutahean. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika. Sofian, A. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta :EGC. Sondakh, J.J. (2013). Asuhan Kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. erlangga, JL.H Baping Raya No 100 Jakarta Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Sulistyawati, A. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Sulistyawati, A. (2013). Asuhan kebidanan pada persalinan. Jakarta: Salemba Medika Sunarti. (2013). Asuhan Kehamilan. Jakarta. Suratun, d. (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Konrasepsi Susilanigrum, Rekawati, dkk. (2013). Asuhan keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Varney, H,. (2006). Buku Ajar Asuhan kebidanan 4, ed. Jakarta: EGC Winkjosastro. Hanifah. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Alamat Correspondensi : - Email :
[email protected] - No. HP : 083833277408 - Alamat : Dusun Gunung RT/RW 008/003, JL Delima, Kec Pragaan Kab Sumenep, Madura.