ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “M” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS, DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO NUR LAILATUR ROHMAH 1311010033 Subjek : Kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan keluarga berencaana. DESCRIPTION Masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB merupakan fase yang sangat membutuhkan pengawasan khusus oleh petugas kesehatan untuk deteksi dini, pencegahan dan penaganan adanya penyulit . Asuhan kebidanan komprehensif dilakukan pada Ny. “M” G2P10001 di Dusun Pekojo Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto sejak masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai KB. Asuhan dimulai tanggal 8 Februari – 29 April 2016. Asuhan kebidanan pada kehamilan dilakukan 3 kali, pada persalinan dilakukan 4 kali sesuai dengan kala pada persalinan, bayi baru lahir 3 kali, nifas 4 kali dan KB 1 kali. Metode yang digunakan dalam asuhan kebidanan menggunakan langkah pengkajian data subjektif, data objektif, penentuan diagnosa dan penatalaksanaan asuhan kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Selama dilakukan asuhan kebidanan pada kehamilan ditemukan keluhan-keluhan yang fisiologis seperti kram, sering buang air kecil, nyeri punggug/pinggang dan kencengkenceng atau his palsu (Braxton hicks), keluhan ini dapat diatasi dengan penatalaksanaan sesuai keluhan. Persalinan berlangsung tanggal 20 Maret 2016 secara spontan di BPS, kala I berlangsung 2 jam, kala II berlangsung 30 menit, kala III berlangsung 15 menit, dan dilanjutkan observasi 2 jam postpartum pada kala IV. Asuhan kebidanan pada masa nifas atau kunjungan nifas 1 dilakukan pada 6 jam postpartum, kunjungan nifas 2 dilakukan pada 6 hari postpartum, kunjungan nifas 3 pada 2 minggu postpartum dan kunjungan nifas 4 pada 6 minggu postpartum didapati kondisi ibu yang baik dan dilakukan pula perencanaan KB. Hasil asuhan kebidanan menunjukkan adanya kesesuaian antara fakta dan teori pada setip fase mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB. Setiap fase dapat berjalan dengan baik karena kondisi ibu dan bayi yang baik dan kesadaran ibu terhadap kesehatan. SUMMARY Pregnancy, parturation , neonatal, postpartum and family planning are the phase that are in need of special monitoring by health workers for early detection, prevention and threathment their complications. Comprehensive midwifery care at Mrs. "M" G2P10001 in Pekojo Tunggal Pager Pungging of Mojokerto since pregnancy, parturation, postpartum, neonatal to family planing. Midwery care began on February 8 to April 29, 2016. Midwifery care in pregnancy conducted three times, the intranatal care was done 4 times in accordance with the stages of parturition, 4 times in postpartum, 3 times in neonatal and once in family planing.The method used in the study of midwifery care using the steps subjective data and, objective data assassment, determination of diagnosis, management of midwifery care and documented in the form of SOAP. During neonatal care it found physiological complaints such as cramps, frequent urination, low back pain and braxton hicks contractions, complaints could be overcame by
implementation that in accordance with the complaints. parturition took place on March 20, 2016 spontaneously in the BPS, the first stage lasted 2 hours, the second stage lasted 30 minutes, the third stage lasted 15 minutes and 2 hours of postpartum continued observation in fourth stage. Midwifery care in first postpartum visits performed at 6 hours of postpartum, second postpartum visits performed at 6 days of postpartum, third postpartum visits at 2 weeks of postpartum and fourth postpartum visits at 6 weeks of postpartum found mother's condition was good and implemented the plan of contraception. The results of midwifery care showed there is no gap between facts and theories on the every phases started from pregnancy, parturation, neonatal, postpartum and family planning. Each phase can be run properly because of the condition of the mother and baby are well and the awerness of mothers about health. Keywords: Pregnancy, parturation, postpartum, neonatal, family planing. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan proses normal dan alamiah yang diinginkan oleh pasangan suami istri setelah menikah (Ari Sulistyawati, 2009). Penting menjaga kondisi kehamilan tetap baik untuk menghindari resiko tinggi kehamilan. Pelayanan berkesinambungan “continuity of care” merupakan cara mengantisipasi kehamilan agar berlangsung normal dimulai sejak ANC pada kehamilan, persalinan, bayi, nifas, KB (Kemenkes, 2007). Melalui ANC (Antenatal Care) kehamilan dapat dideteksi sejak dini adanya komplikasi sehingga dapat diupayakan tindak lanjut segera penanganannya (Kemenkes, 2010). Kehamilan tanpa indikasi penyulit maupun resiko tinggi akan memungkinkan terjadinya persalinan secara normal dan cukup bulan (Diah, 2013). Asuhan pesalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir (Sarwono, 2008). Persalinan normal ibu dan bayi yang sehat pada satu jam pertama setelah kelahiran bayi dapat dilakukan asuhan sayang ibu yaitu memberikan ASI. Menyusui secara esklusif selama 6 bulan dengan cara yang tepat dapat menjadi metode KB alami pasca persalina atau disebut MAL (Metode Amenorea Laktasi, jika pada masa nifas ibu dan bayi sehat dan masa nifas berjalan normal maka dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) (Menkes, 2011). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, di Jawa Timur didapatkan 97,43 per 100.000 kelahiran hidup, di Kabupaten Mojokerto diperoleh 116,89 per 100.000 kelahiran hidup. Sehingga dapat disimpulkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dan di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 masih tinggi diatas target yang sudah ditentukan MDGs yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di Jawa Timur Angka Kematian Ibu (AKI) sudah dapat mencapai target MDGs 2015. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 diperoleh 32 per 1000 kelahiran hidup, di Jawa Timur didapatkan 28,31 per 1000 kelahiran hidup, di Kabupaten Mojokerto diperoleh 25,53 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2013), sehingga dapat disimpulkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, Jawa Timur dan Kabupaten Mojokerto sudah memenuhi target yang sudah ditentukan MDGs yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup (MDGs, 2015). Cakupan target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2012 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu 88% di Kabupaten Mojokerto kurang memenuhi target yaitu 86,56% dikarenakan faktor lain. Capaian cakupan K4 tahun Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 90% di Kabupaten Mojokerto masih kurang dari
target cakupan yaitu 78,89%. Cakupan pelayanan ibu nifas tahun 2012 di Kabupaten Mojokerto 84,18% angka tersebut masih kurang dari cakupan target pelayanan ibu nifas berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM) yang menetapkan target pelayanan nifas pada tahun 2015 yaitu 90%. Target cakupan komplikasi kebidanan ditangani oleh tenaga kesehatan tahun 2012 di Kabupaten Mojokerto mencapai 81,80% sudah melampaui target 80%. Adapun angka cakupan KN Lengkap tahun 2012 di Kabupaten Mojokerto 91,09% capaian ini telah memenuhi target program tahun 2012 sebesar 84% (Kemenkes, 2013). Kondisi kehamilan yang baik dan optimal akan memungkinkan persalinan secara normal (Diah, 2013). Ibu dan pasangan dapat merencanakan tempat, pendamping, biaya, transportasi, penolong dan rencana KB pasca persalinan (Depkes, 2009). Pada ibu yang melahirkan secara normal dan bayinya sehat dapat langsung dilakukan rawat gabung. Hal ini membuat ibu merasa nyaman karena ibu dapat langsung menyusui dan bayinya akan mendapatkan kolostrum yang sangat penting untuk kekebalan tubuh bayi, involusi uteri juga akan berjalan dengan baik. Sehingga masa nifas juga akan berjalan dengan baik. Apabila ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilannya secara tiba-tiba datang ke petugas kesehatan hendak melahirkan dan terdeteksi adanya penyulit kehamilan maka akan berdampak pada terhambatnya persalinan. Akibatnya muncul komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir dan masa nifas akan terganggu (Sarwono, 2008). Pencegahan komplikasi kehamilan dapat dilakukan dengan asuhan kebidanan secara komprehensif atau berkesinambungan (Continuity Of Care) mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan pendampingan selama hamil sampai ber-KB. Selain itu dapat pula menghindari faktor resiko dengan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), mempromosikan kelahiran normal, Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat, melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan dengan ANC (Antenatal care), menyiapkan persalinan yang bersih dan aman, merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan (Kemenkes, 2010). Peneliti juga dapat melakukan antisipasi pencegahan komplikasi secara dini dengan mengingatkan ibu hamil mengenai waktu untuk periksa ke petugas kesehatan serta melakukan penyuluhan tanda bahaya kehamilan dan persalinan. METODE PENELITIAN Konsep dasar asuhan kebidanan menggunakan SOAP yaitu data subyektif berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung, data obyektif merupakan data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik Analisa Data adalah diagnosa dari data subyektif dan obyektif yang terkumpul, dan Penatalaksanaan yang berisi asuhan mandiri, kolaborasi serta konseling untuk tindak lanjut. HASIL DAN PEMBAHASAN Kehamilan Ny.”M” merupakan kehamilan ke-2 yang tidak direncanakan karena kegagalan KB suntik 3 bulan. Ny. “M” dan keluarga menerima kehamilannya dengan senang hati dan merawatnya dengan baik, Ny. “M” dan suami rutin memeriksakan kehamilannya di bidan. Menurut teori (Nugroho, 2014) seorang ayah dan keluarga akan memberikan respon negatif jika memiliki anak dari kegagalan KB. Respon ini berbanding terbaik dengan kenyataan, hal ini dapat terjadi karena Ny. “M” dan suami menganggap anak adalah titipan
Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, hal ini juga dipengaruhi dukungan dari keluarga yang baik pula. Usia kehamilan (UK) dan tafsiran persalinan (TP) tidak dapat diketahui pasti dikarenakan hari pertama hair terakhir (HPHT) yang tidak diketahui akibat dari kegagalan KB sunti 3 bulan, HPHT sebenarnya dapat diketahui menggunakan USG akan tetapi dikarenakan keluarga merasa keberatan dengan biayanya sehingga USG tidak dilakukan. Peneliti menggunakan pengukuran TFU ( dalam satuan centimeter) untuk menentukank usia kehamilan. Menurut (Sulistiawati, 2009) usia kehamilan dapat diukur menggunakan TFU dengan pengukuran pertiga jari maupun menggunakan pengukuran dalam satuan centi meter (cm). Korelasi yang paling dekat antara penghitungan usia kehamilan menggunakan pengukuran TFU (dalam centimetre) dengan usia kehamilan (dalam usia minggu) memiliki batas kesalahan hingga 3 minggu karena ukuran uterus dapat dipengaruhi oleh posisi dan presentasi janin, volume cairan amnion, lokasi plasenta, ataupun distensi kandung kemih, sehingga ada kemungkinan kesalahan tafsiran usia kehamilan dengan menggunakan pengukuran TFU, pengukuran usia kehamilan menggunakan TFU merupakan alternatif pilihan terakhir jika HPHT tidak diketahui dan USG tidak dapat diketahui. Dalam hal ini ibu hamil harus tetap didampingi dan rutin memeriksakan kehamilannya. Keluhan utama Ny “M” selama kehamilan trimester III pada kunjungan pertama yaitu sering buang air kecil, hal ini sesuai dengan teori (Kamariyah, 2014) pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul sehingga menyebabkan sering buang air kecil. Dari pernyataan tersebut dinyatakan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada dilapangan, keluhan sering buang air kecil dapat diatasi dengan mengurangi konsumsi air sebelum tidur malam supaya keinginan ibu berkemih tidak menggangu istirahat, hal ini dapat menurunkan resiko ibu terpeleset dikamar mandi karena kondisi ibu ingin berkemih ketika mengantuk saat istirahat malam. Keluhan utama pada kunjungan ketiga ibu merasakan punggungnya sering sakit, perut terasa mules frekuensi tidak teratur. Punggung yang sakit dan perut mules sesuai dengan teori (Ika putri damayanti SST., 2014) hal ini disebabkan adanya perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his pemula. His pemula ini sering diistilahkan sebagai his palsu (Broxton Hicks) dengan ciri-ciri rasa nyeri ringan di bagian bawah, datang tidak teratur, durasi pendek dan tidak bertambah bila beraktifitas. Hasil pengukuran data obyektif disetiap kunjungan pada Ny “M” tekanan darah dalam batas normal tidak terjadi kenaikan tekanan darah dari rentang normal tekanan darah yaitu 110-120/70-80 mmHg (Kamariyah, 2014). Tekanan darah yang meningkat menunjukkan adanya hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi) dan harus mendapat tindakan untuk mencegah terjadinya eklamsia. Pada kenyataan dilapangan tekanan darah pada Ny. “M” selama hamil menunjukkan hasil yang selalu normal sehingga kondisi kehamilan Ny. “M” tidak memiliki indikasi preeklamsi maupun hipertensi dalam kehamilan. Pengukuran LiLA pada ibu hamil seharusya dilakukan pada kunjungan pertama (KN1) atau kontak pertama wanita hamil trimester I dengan tenaga kesehatan, namun karena batasan penelitian dilakukakan terhadap ibu hamil Trimester III sehingga hasil pengukuran yang didapat adalah LiLA pada trimester III. Pada kunjungan 1 yang dilakukan peneliti pada usia kehamilan 32/33 minggu didapat angka 23,5 cm, angka ini menunjukkan nilai yang rendah jika dibandingkan dengan usia kehamilan yang sudah memasuki trimester III. Nilai ini menunjukkan adanya LiLA yang lebih rendah pada usia kehamilan trimester I. Menurut teori (Mandriawati, 2012) tujuan pengukuran LiLA adalah sebagai indicator untuk menilai status gizi ibu hamil. Status gizi ibu hamil ibu yang kurang baik sebelum dan selama hamil merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan ibu dan bayi yang berakibat pada berat
bayi lahir rendah, kelahiran premature, kematian neonatal dan prenatal. Namun berat badan lahir bayi Ny “M” yaitu 3700 gram. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan dilapangan, bayi lahir dengan berat normal meskipun LiLA kurang dari normal. Total kenaikan berat badan Ny “M” secara keseluruhan sejak sebelum hamil sampai usia kehamilan 38-39 minggu yaitu 10 kg. Menurut teori (Mandriawati, 2012) kenaikan berat badanibu hamil totalnya sekitar 9-13,5 kg. Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan dilapangan, nafsu makan ibu yang bertambah selama hamil dapat membuat kenaikan berat badan ibu bertambah, kenaikan berat badan pada Ny.”M” masih dalam batas normal dan sesuai dengan teori. Hasil pemeriksaan fisik palpasi abdomen tinggi fundus uteri sesuai dengan perkembangan usia kehamilan 32 minggu 29,5-30 cm di atas simfisis, 34 minggu 31 cm diatas simfisis, 36 minggu 32 cm diatas simfisis, 38 minggu 33 cm diatas simfisis hal ini sesuai dengan teori (Sulistiawati, 2009) sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan. Ukuran TFU pada Ny.”M” dianggap sesuai dengan usia kehamilan meskipun usia kehamilan tidak dapat diketahui pasti dengan HPHT dikarenakan ketika bayi lahir kondisi bayi menunjukkan bayi aterm, hal ini sesuai dengan pengukuran TFU yang terakhir sebelum Ny.”M” melahirkan. Keluhan pada kala I Ibu mengatakan kenceng-kenceng dari perut menjalar ke punggung terasa kuat dan semakin sering sejak tadi malam serta keluar lendir dan darah dari kemaluan, kala II ibu mengatakan perutnya semakin mules dan ingin meneran, kala III Ibu mengatakan sudah lega dengan kelahiran bayi dan tinggal ari-ari yang belum lahir, kala IV ibu mengeluh ibu mengatakan perutnya masih terasa mules setelah melahirkan. Menurut teori (Ika putri damayanti SST., 2014) tanda masuk persalinan kala I diantaranya terjadi his persalinan yaitu pinggang terasa sakit menjalar kedepan sampai ke ari-ari atau perut, pengeluaran lendir dan darah serta pengeluaran cairan, tanda masuknya persalinan kala II diantaranya kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm terdapat dorongan rasa ingin meneran, tekanan anus, perenium menonjol dan vulva membuka. Kala III yaitu waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta ditandai dengan uterus globuler, tali pusat semakin memanjang dan terjadi semburan darah secara tiba-tiba, laserasi derajat 1 tidak dilakukan penjahitan. Kala IV harus memperhatikan kontraksi uterus berjalan dengan baik, plasenta dan selaput harus sudah lahir lengkap, dan kandung kemih harus kosong. Sehingga keluhan yang dialami Ny. “M” selama proses persalinan adalah keluhan yang fisiologis dan sesuai dengan teori. Lama kala I berlangsung selama 2 jam, kala II berlangsung 30 menit, kala III berlangsung selama 15 menit dan observasi kala IV dimulai sejak bayi lahir sampai ibu bersih atau diseka berlangsung sampai 2 jam post partum. Menurut teori (Ika putri damayanti SST., 2014) lamanya kala I pada multigravida memiliki jangka waktu kurang dari 6-8 jam, kala II pada pada multigravida 0,5-1 jam, kala III dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Lama kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Sehingga pada data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan dilapangan, proses persalinan berjalan dengan normal dan lancar tidak ada penyulit apapun selama persalinan, hal ini terjadi dikarenakan passage (jalan lahir), passenger (janin dan plasenta) dan power (kekuatan) yang baik serta dukungan suami dan keluarga yang dapat membuat ibu merasa nyaman dalam proses persalinan. Kala III pada Ny. “M” terdapat laserasi derajat 1 pada kulit perenium sehingga tidak dilakukan penjahitan. Menurut teori (Depkes, 2010) laserasi derajat 1 terdapat pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perenium tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. Laserasi derajat 2 terdapat pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perenium, otot perenium perlu dijahit dengan tehnik asuhan persalinan normal. Laserasi
derajat 3 terdapat pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perenium, otot perenium, otot sfingter ani. Laserasi derajat 4 terdapat pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perenium, otot perenium, otot sfingterani, dinding depan rectum, penolong tidak dibekali untuk reparasi laserasi perenium derajat 3 dan 4 sehingga dilakukan rujukan pada laseradi derajat 3 dan 4. Sehingga asuhan yang diberikan sudah sesuai yaitu tidak melakukan penjahitan pada laserasi derajat 1 yaitu laserasi terdapat pada kulit perenium dan aposisi luka baik, kondisi luka seperti ini dapat cepat sembuh dengan perawatan luka yang baik dan pemenuhan nutrisi yang mencukupi. Keluhan yang dirasakan Ny. “M” pada 6 jam postpartum yaitu perutnya terasa mules. Menurut (Nugroho, 2014) mules disebabkan karena kontraksi dan relaksasi yang terus menerus pada uterus banyak yang terjadi pada multipara. Sehingga mules yang terjadi pada Ny. “M” adalah proses yang fisiologis pada ibu yang baru melahirkan sehingga mules yang berasal dari kontraksi dan relaksasi sebagai proses dari involusi uterus. Hasil pemeriksaan fisik 6 jam postpartum pada Ny. “M” TFU 2 jari dibawah pusat. Menuru teori (Nugroho, 2014) TFU setelah plasenta dan bayi lahir yaitu 2 jari dibawah pusat. Lahirnya plasenta dan bayi serta tidak adanya bayi ke 2 membuat penurunan TFU pada Ny. “M” sesuai dengan teori. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kontraksi uterus yang baik dan keras pada Ny. “M” setelah bayi dan plasenta lahir sehingga TFU sesuai dengan teori. Kandung kemih pada Ny. “M” setelah proses persalinan sudah kosong menurut teori (Nugroho, 2014) setelah plasenta dilahirkan kadar hormone estrogen akan menurun hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan, keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum, bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower cateter. Sehingga kondisi Ny. “M” menurut teori adalah kondisi yang normal, kandung kemih sudah dapat dikosongkan kurang dari 4 jam postpartum. Lokia Ny. “M” pada 6 jam postpartum adalah rubra dan perdarahan pada 2 jam postpartum 50 cc. Menurut teori (Nugroho, 2014) lochea pada 1-3 hari postpartum berwarna merah kehitaman terdiri dari sel desidua verniks caseosa dan sisa-sisa darah, perdarahan pervaginam melebihi 500 cc setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Kondisi ini adalah kondisi yang fisiologis lochea merupakan cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas dan perdarahan pasca persalinan pada Ny. “M” kurang dari 500 cc sehingga masih dalam batas normal. Air susu ibu (ASI) sudah keluar berwarna putih kekuningan. Menurut teori (Saleha, 2009) ASI baru akan keluar setelah plasenta lepas, plasenta mengandung hormone penghambat prolactin (hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI, setelah plasenta lepas hormone plasenta tersebut tidak diproduksi lagi sehingga ASI keluar, umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi karena mengandung zat gizi dan antibodi pembunuh kuman. ASI yang keluar hari pertama pada Ny. “M” berwarnah putih kekuningan merupakan kolostrum, kolostrum ini sempat dihisap bayi sehingga kemungkinan bayi mendapatkan antibody yang sangat baik untuk kesehatan bayi. Kunjungan nifas ke-2 yaitu hari ke-6 terdapat lochea sanguilenta berwarna merah kekuningan, TFU 3 pertengahan pusat simfisis. Menurut terori (Saleha, 2009) lochea pada hari ke 3 sampai hari ke 7 postpartum berwarna merah kuning berisi darah dan lendir atau disebut dengan lochea sanguilenta dan TFU pada minggu ke-1 postpartum pertengahan simfisis pusat. Sehingga Lochea dan TFU pada 6 hari postpartum sesuai dengan teori, nutrisi ibu yang baik dan proses menyusui yang benar dan baik dapat membantu involusi uterus berjalan normal.
Odem pada kaki (pretibia) ditemukan pada kunjungan ini. Menurut teori (Nugroho, 2014) Pembengkakan di kaki atau odem dikaki selama masa nifas dapat terjadi karena beberapa faktor seperti obesitas, peningkatan umur maternal dan tingginya paritas, riwayat sebelumnya mendukung, anastesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma pada vena, anemia maternal, hypotermi dan penyakit jantung, endometritis, nyeri tekan pada permukaan seperti penggunaan stagen yang terlalu kuat. Sehingga penatalakasanaan odem pada Ny. “M” dengan melonggarkan pemakaian stagen pada perut sudah sesuai dengan teori, melonggarkan pemakaian stagen berarti mengurangi atau menghilangkan nyeri tekan pada permukaan dan dapat menghilangkjan odem. Kunjungan nifas ke-3 yaitu minggu ke-2 postpartum terdapat lochea serosa berwarna merah jambu, TFU setinggi simfisis dan odem sudah tidak ada. Berdasarkan teori (Saleha, 2009) lochea pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning dan TFU tidak teraba diatas simfisis. Sehingga kondisi Ny. “M” sudah sesuai dengan teori. Odem pada pretibia menghilang dikarenakan ibu yang mengikuti anjuran yang diberikan untuk melonggarkan pemakaian stagen dan tidak menggantungkan kakinya. Kunjungan nifas ke-4 yaitu minggu ke-6 ibu mengatakan kondisinya baik-baik saja dan terdapat lochea alba berwarna putih TFU tidak teraba. Menurut teori (Sitti, 2009) pada minggu ke-6 postpartum uterus sudah kembali normal lochea alba berwarna putih dimulai hari ke 14 kemudian makin lama makin sedikit atau sama sekali berhenti sampai 1 minggu hingga 2 minggu berikutnya. Involusi uterus pada Ny. “M” dapat berjalan dengan baik, hal ini bisa juga dikarenakan faktor aktifitas ibu yang baik dan ibu menerapkan senam nifas, dan lochea yang sesuai dengan teori dapat disebabkan karena kondisi ibu yang baik pula. Berat badan bayi saat lahir saat ditimbang yaitu 3700 gram. Menurut teori (Kemenkes 2012) berat badan bayi baru lahir normal yaitu antara 2500-5000 gram. Pada pembahasan kehamilan menurut teori (Mandriawati, 2012) LiLA ibu yang rendah mengindikasi status gizi ibu yang kurang dan dapat berakibat pada berat bayi lahir rendah, kelahiran premature, kematian neonatal dan prenatal. Akan tetapi bayi lahir sehat dan memiliki berat badan normal sehingga ada kesenjangan antara teori dan kenyataan dilapangan, hal ini dapat disebabkan karena pertambahan pemenuhan nutrisi yang semakin baik, berat badan ibu yang normal dan usia kehamilan yang sudah aterm, Bayi sudah dapat defekasi saat usia 5 jam postpartum berwarna hitam atau meconium. Menurut teori (Marmi 2012) periode sekitar 2-6 jam setelah persalinan bayi sudah mengeluarkan meconium. Pengeluaran meconium kurang dari 24 jam dapat mengindikasi adanya hisprung. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan dilapangan dan dapat dipastikan bahwa bayi memiliki lubang anus. Perawatan tali pusat pada bayi Ny. “M” yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Tali pusat By. Ny. “M” dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering tali pusat lepas saat bayi berusia 4 hari. Menurut teori (Wafi, 2010) tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari. Ada ketidak sesuaian antara teori dan kenyataan dilapangan, tali pusat By. Ny. “M” lepas pada hari ke 4 atau lebih cepat dari teori, hal ini tidak berpengaruh buruk pada kesehatan bayi, tali pusat yang lepas lebih cepat dari teori bisa disebabkan oleh pemenuhan nutrisi (ASI) yang tercukupi sehingga kondisi bayi sehat, juga bisa disebabkan perawatan tali pusat yang benar sehingga proses pengeringan dan penyembuhan luka cepat. Tali pusat akan segera kering dengan perawatan tanpan membubuhkan ramuan apapun pada tali pusat. Kunjungan ke-2 tidak ditemukan keluhan apa-apa setelah dilakukan observasi bayi dapat menyusu dengan tenang sehari kurang lebih 15 kali menyusu lamanya 15-45 menit dan bisa lebih. Menurut teori (Dewi, 2010) kebutuhan nutrisi bayi adalah 60 cc/kg/hari. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan,
kondisi bayi selalu baik disebabkan karena pemenuhan nutrisi (ASI) yang tercukupi serta perawatan bayi baru lahir yang dilakukan oleh ibu untuk bayinya sudah benar sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh bidan. Hasil pemeriksaan dan penapisan yang dilakukan pada hari ke-40 tepat pada tanggal 29 April 2016 postpartum ibu dalam kondisi normal tidak didapat adanya tanda-tanda kehamilan, ibu masih mengeluarkan lochia alba. Dan setelah dilakukan konseling KB Ny. ”M” memilih metode KB yang cocok untuk ibu menyusui yaitu metode KB suntik 3 bulan. Menurut teori (Varney, 2007) bahwa kontrasepsi suntik 3 bulan mengandung 150 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dan tidak mengandung estrogen, sehingga cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. DMPA merupakan suatu progestin yang mekanisme kerjanya bertujuan menghambat sekresi hormone pemicu folikel (FSH) dan LH. Data ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, Ny. “M” telah memilih KB yang cocok untuk ibu menyusui yaitu KB suntik 3 bulan, dalam hal ini meskipun Ny. “M” pernah mengalami kegagalan KB suntik 3 bulan karena mengalami kehamilan pada saat Ny. “M” masih menggunakan kontasepsi Ny. “M” tidak merasa cemas ataupun khawatir akan terulang lagi kejadian yang sama, Ny. “M” merasa nyaman dan aman menggunakan KB suntik 3 bulan dan tidak ingin menggunakan metode kontasepsi yang lain untuk saat ini. KB sebenarnya sudah dapat dilakukan namun karena Ny. “M” masih belum bersedia untuk melakukan KB dan keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat mendampingi ibu saat berKB dan hanya memberikan konseling seputar KB yang sesuai untuk ibu menyusui. SIMPULAN 1. Asuhan kebidanan pada Ny. “M” diberikan sejak kehamilan trimester III selama usia kehamilan 32 minggu sampai 38 minggu, dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali. Kehamilan kedua yang merupakan kehamilan yang tidak direncanakan akan tetapi dapat diterima dengan baik kehadirannya oleh Ny. “M” dan keluarga sebagai anugerah dari Tuhan yang maha kuasa. Ny. “M” rutin melakukan pemeriksaan di Bidan sebagai rasa syukur atas kehamilannya. Dalam setiap kunjungan ditemukan keluhan-keluhan seperti sering buang air kecil, nyeri punggung dan his palsu ( Braxton Hicks) menurut (Ai Yeyeh Rukiyah S.Si. T, 2014) keluhan tersebut merupakan keluhan fisiologis pada kehamilan trimester III, adapun LiLA ibu yang rendah dapat berpotensi pada berat bayi lahir lahir rendah (BBLR), premature tertnyata hal ini tidak terjadi, bayi lahir sehat dengan berat yang normal. Penatalaksanaan dilakukan disetiap kunjungan sesuai dengan keluhan yang dirasakan Ny “M” sehingga masalah dapat teratasi. 2. Proses persalinan Ny. “M” pada kala I, II, III, dan IV berjalan dengan normal kala I belangsung kurang dari 8 jam, kala II kurang dari 1 jam, kala III berlangsung kurang 30 menit terdapat laserasi derajat 1 pada kulit perenium sehingga tidak dilakukan penjahitan, kala IV 2 jam sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2014). Selama proses persalinan Ny. “M” diberikan asuhan persalinan normal sesuai teori, adapun pemantauan selama proses persalinan didokumentasikan pada lembar observasi dan lembar patograf. 3. Kunjungan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali dan diberikan asuhan sesuai tahapan masa nifas, selama kunjungan didapat kondisi ibu yang selalu sehat, ditemukan odem pretibia pada kunjungan nifas 2 akibat pemakaian stagen yang terlalu kuat sehingga dilakukan KIE cara menangani odem dengan tidak menggantung kaki dan melonggarkan pemakaian stagen sehingga pada kunjungan 3 odem sudah tidak ada. 4. Asuhan kebidanan bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali, selama dilakukan kunjungan bayi dalam kondisi yang baik dan sehat, bayi mendapatkan ASI secara esklusif dan ibu berkomitmen untuk memberikan ASI esklusif selama 6 bulan.
5. Konseling KB dilakukan pada hari ke-40 postpartum, Ny. “M” diberi asuhan tentang macam-macam metode KB yang sesuai dengan ibu menyusui, Ny. “M” memilih KB suntik 3. Adapun kegagalan terhadap KB yang lalu yaitu Ny. “M” memakai KB suntik 3 bulan akan tetapi terjadi kehamilan tidak membuat Ny. “M” berfikir untuk memilih metode KB yang lain. Perasaan yang nyaman menggunakan KB suntik 3 bulan dan kecocokan untuk ibu menyusui membuat Ny. “M” tetap memilih metode KB ini, namun karena keterbatasan waktu sehingga peneliti hanya bisa melakukan konseling dalam pemilihan metode KB yang sesuai dan tidak mengikuti dalam proses berKB. REKOMENDASI 1. Bagi Teoritis Peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapat di Instusi Pendidikan untuk diterapkan dilapangan dan peneliti dapat memperoleh ilmu yang nyata. 2. Bagi Puskesmas Asuhan kebidanan secara continuity of care dapat diterapkan di puskesmas karena dengan asuhan seperti ini petugas kesehatan dapat menetahu perkembangan selama ibu hamil sampai ber-KB sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. 3. Institusi Pendidikan Peneliti selanjutnya dapat menggunakan LTA ini sebagai acuan untuk melakukan penyusunan tugas akhir. DAFTAR PUSTAKA Ai Yeyeh Rukiyah S.Si. T, M. L. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media. Ari Sulistyawati. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes. (2009). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta. Depkes. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. Dewi, V. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Diah, A. L. (2013). Hubungan Tingkat Ekonomi Dengan Kepatuhan Kunjungan ANC Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kebidanan Dharma Husada, 7. Hidayat, M. W. (2008). Dokumentasi kebidanan . Jakarta: Salemba Medika . Ika putri damayanti SST., M. ,. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: deepublish. Kamariyah, N. (2014). Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes. (2007). Standart Profesi Bidan. Kemenkes. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Kementrian Kesehatan Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Kementrian Kesehatan Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Kemenkes. (2013). Profil kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta. Kemenkes. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta. Mandriawati. (2012). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC. Menkes. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Nugroho. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Salemba medika. Sarwono, P. H. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: 2008. Sitti, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sulistiawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba medika. Sulistyawati, A. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: 2014. Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Wafi, M. N. (2010). Asuhan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya.
ALAMAT CORESPONDEN Email :
[email protected] Alamat : Dsn. Truko RT 01 RW 02 – Ds. Karang sari – Kec. Sempu – Kab. Banyuwangi No Hp : 089667919388/087755863838