ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “W” MASA HAMIL BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO DESI RESITA DAMANSARI 1311010008 Subject : Asuhan Kebidanan, Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, KB DESCRIPTION Asuhan kebidanan secara continuity of care sangat penting dilakukan, yaitu dengan mengikui dan memantau perkembangan ibu mulai dari kehamilan trimester III, persalinan, nifas, neonatus, sampai keluarga berencana. Asuhan kebidanan pada Ny “W” GIVP20012 UK 36-37 minggu pada tanggal 19 februari 2016. Data yang diperoleh ibu termasuk dalam resiko tinggi, pada trimester III mengeluh sering buang kecil, dan nyeri pinggang. Proses persalinan dirasakan ibu pada usia kehamilan 36-37 minggu dengan keluhan kenceng-kenceng mulai siang hari tapi masih bisa ditahan. Kala I berlangsung selama 6 jam. Kala II berlangsung ± 15 menitdan dilakukan pertolongan sesuai dengan 58 langkah APN,bayi lahir spontan pukul 02.15 WIB jenis kelamin laki-laki, Apgar skore 8,9 berat badan lahir 3700 gram dan panjang 51 cm, terdapat jahitan derajat 2. Kala III berlangsung ± 10 menit, plasenta lahir lengkap. Kala IV dilakukan observasi selama 2 jam post partum. Pada kunjungan nifas I&II ibu dalam keadaan normal, namum pada kunjungan III ibu masih mengeluarkan lochea serosa, dan pada kunjungan IV penulis memberikan konseling KB, dan ibu memilih untuk menggunakan KB suntik 1 bulan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara continuity of care tidak ditemukan komplikasi dan bayi dalam keadaan normal dan sehat. Asuhan dengan Continuity of care ini sangat membantu, sehingga klien dapat melewati proses kehamilan sampai KB tanpa masalah, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak jika diberikan secara aktif dan terjalin kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien ABSTRACT Midwifery care with continuity of care is very important, namely by following and monitor the progress of the mother from third trimester pregnancy, parturition, post-partum, neonatal, until family planning. Midwifery care in Mrs."W" GIVP20012 gestational age of 36-37 weeks on 19 February 2016. The data included in the high-risk mother, in the third trimester complained frequent urinate, and low back pain. The parturition process felt by the mother at the gestational age of 36-37 weeks with complaint of contraction started at afternoon but still be arrested. The first stage lasted for 6 hours. The second stage lasted ± 15 minutes and did aid in accordance with 58 steps of APN, the baby was born at 2:15 pm spontaneously male gender, Apgar score was 8-9 birth weight was 3700 grams and length was 51 cm, there was second degree of laceration. Stage III lasted ± 10 minutes, the placenta was complete. Stage IV was observed for 2
hours during postpartum. On postpartum visits of I & II's mother was in a normal state, but at third visit there was still found lochea serosa and on the fourth visit the reseacher provided family planning counseling, and mother chose to use 3 montly contraceptive injection. After midwifery care with continuity of care complications were not found and the baby was normal and healthy. Midwefery care with Continuity of care is very helpful, so the client can go through the process of pregnancy until parturition without any problems, and can improve the health of mothers and children if given actively and it can established good cooperation between health care workers with patients. Keywords: Midwifery Care, Pregnancy, Parturition, Postpartum, Neonatal, Family planning Contributor : Sulis Diana, M.Kes : Wiwit Sulistyawati, M.Kes Date : 23 Juni 2016 Type Material : Laporan Tugas Akhir URL : Right : Open Document Sumary : LATAR BELAKANG Angka Kematian ibu dan Bayi sudah mulai mendapat perhatian masyarakat. Angka kematian ibu adalah indicator terpenting dalam menentukan status kesehatan maternal (djaja and afifah, 2011). Begitu juga dengan AKB yang merupakan salah satu patokan untuk menentukan sejauh mana pencapaian pelaksanaan pembangunan kesehatan (pramono et al., 2012) Target MDGs tahun 2015 untuk Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk AKB target MDGs tahun 2015 adalah 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup.(rachmah and purhadi, 2014). Pada provinsi jawa timur dari 100.000 kelahiran hidup jumlah kematian ibu pada tahun 2010 tercatat sebanyak 101,4, tahun 2011 sebanyak 104,3, tahun 2012 tercatat 97,43. Sedangkan kematian bayi dari 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 tercatat sebanyak 29,9, tahun 2011 sebanyak 29,24, tahun 2012 tercatat 28,31 (dinas kesehatan provensi jawa timur, 2012). Jumlah kematian ibu pada tahun 2013 di Kabupaten Mojokerto sebanyak 22 kasus. Secara keseluruhan terdapat peningkatan angka kematian ibu jika dibandingkan dari tahun 2012 yang mana jumlah kasus kematian sebanyak 19 kasus, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus. Sedangkan jumlah kelahiran pada tahun 2013 tercatat 16.491kelahiran dengan kematian yang tercatat 67 kasus mati. Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 sebanyak 178 kasus, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 129 kasus.(dinas kesehatan kabupaten mojokerto, 2014). Pada provinsi Jawa Timur target cakupan K1 pada tahun 2012 adalah 99%, dan pencapaian pada kabupaten mojokerto adalah 92,14%. Target K4 pada jawa timur 92%, pencampaian pada kabupaten mojokerto 77,58%. Target KN lengkap 94,66%, pencapaian pada kabupaten mojokerto 91,09%. (dinas kesehatan provensi jawa timur, 2012).
Tingginya angka kematian ibu terkait dengan banyak faktor, di antaranya kualitas perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan Antenatal Care (ANC) pada pelayanan kesehatan, sehingga kehamilannya berisiko tinggi.Adapun faktor yang mempengaruhi kematian ibu adalah gangguan persalinan dan nifas misalnya perdarahan, infeksi, eklampsia, dan partus macet (lama). (erlina et al., 2013). Sedangkan Faktor-faktor yang menyebabkan Angka Kematian Bayi diantaranya : Ibu jarang memeriksakan kandungannya kebidan, hamil diusia muda, jarak kehamilan yang dekat, hamil diusia tua, kurangnya asupan gizi bagi ibu dan bayinya, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih, fasilitas sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai(wandira and indawati, 2012) Sebenarnya sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan melakukan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB melalui strategi asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care)pada masa kehamilan sampai kontrasepsi dengan menggunakan menejemen kebidanan yang menyeuruh dari segala aspek kehidupan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak serta sebagai laporan tugas akhir di puskesmas Sokoo Mojokerto METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah observasi deskriptif dengan menggunakan tujuh langkah Varney disajikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan). SOAP disajikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan laporan tugas akhir ini penulis akan menyajikan pembahasan yang membandingkan antara teori dengan Asuhan Kebidanan Komprehensif yang di terapkan pada klien Ny “W” G IVP20012 sejak kontak pertama pada tanggal 19 februari 2016 yaitu dimulai pada usia kehamilan 36-37 mnggu, persalinan, nifas, neonates, dan KB dengan pebahasan sebagai berikut : Pengkajian pada Ny “W” usia ibu 42 tahun dan pernah hamil 4 kali namun 1 kali keguguran. Anak pertama usia 16 tahun dan kedua 12 tahun, jarak antara kehamilan yang lalu dan kehamilan sekarang adalah 12 tahun. Menurut (Prawirihardjo, 2008) kelompok faktor resiko I : primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur ≥ 35 tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun), tinggi badan rendah ≤ 145 cm, kehamilan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan dengan infuse / transfuse, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sesar. Sistem rujukan yang diperlukan adalah rujukan terencana yaitu menyiapkan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh hari bagi ibu resiko tinggi. Berdasarkan teori dari (Prawirihardjo, 2008) Ny “W” termasuk dalam kelompok dengan factor resiko I yaitu umur ≥ 35 tahun, terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun), pernah gagal kehamilan.Jumlah skor pada tiap kontak Ny”W” termasuk dalam kehamilan sangat resiko karena jumlah skor 14 dan di harapkan melahirkan di rumah sakit namun ibu menolak karena ibu menginginkan bersalin di rumah bidan.
Kala I di awali dengan adanya kenceng-kenceng mulai siang hari tapi masih bisa ditahan. Lalu ibu ke BPM pada jam 20.00 WIB dan hasil pemeriksaan menunjukkan VT : Ø2 cm, setelah 4 jam hasil pemeriksaan menunjukkan VT: Ø5 cm, dan pada pukul 02.00 ibu ingin meneran lalu dilakukan pemeriksaan dengan hasil, VT Ø 10 cm. Pada kasus Ny “W” Kala I di mulai dari pembukaan 2cm sampai 10cm berlangsung selama 6 jam. Menurut teori Lailiyana et al (2011) kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks mencapai pembukaan lengkap (10cm). Lamanya kala I pada primigravida 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. Dalam hal ini Ny “W” hamil anak ke 4 dan termasuk dalam multigravida, menurut teori lamanya kala I pada multigravida 8 jam dan kala I pada Ny “W” hanya berlangsung selama 6 jam, hal ini dikarenakan kontraksi ibu yang semakin kuat yaitu pada saat pembukaan 5 cm sampai 10cm kontraksi terjadi 5 kali dalam 10 menit lamanya > 40 detik, suami yang menemani saat proses persalinan dan cara mengejan yang benar. Saat pembukaan lengkap Ny “W” ingin meneran dan ditandai dengan pecahnya ketuban dan His yang semakin kuat. Kala II berlangsung selama 15 menit (02.00-02.15 WIB). Menurut Lailiyana et al (2011) kala dimulai dari pembukaan 10cm sampai dengan lahirnya bayi, gejala kala II meliputi : His semakin kuat, Pecahnya ketuban ditandai pengeluaran cairan yang mendadak menjelang akhir kala I, pada primigravidarum lamanya 50 menit dan multigravidarum 30 menit. Kala II pada multigravidarum normalnya berlangsung selama 30 menit dan pada Ny”W” berlangsung selama 15 menit, hal ini di hitung dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, kala II berlangsung selama 15 menit dikarenakan pecahnya ketuban dan diikuti dengan keinginan untuk mengejan, dan his yang semakin kuat. Kekuatan his yang semakin kuat dan mengejan dapat mendorong kepala bayi sehingga vagina terbuka dan tampak ubun-ubun kecil, sehingga segela dilakukan pertolongan dengan 58 langkah APN. Kala III pada Ny “W” berlangsung selama ±10 menit plasenta lahir lengkap dan tidak terjadi komplikasi pada kala III. Menurut Sondakh (2013) kala III dimulai segera bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda pelepasan plasenta meliputi: uterus yang bundar, uterus terdorong keatas, tali pusat bertambah panjang dan semburan darah tibatiba. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan pada Ny “W” kala III berlangsung selama ±10 menit dimulai dari bayi baru lahir sampai dengan lahirnya plasenta, pada Ny “W” pelepasan plasenta berlangsung ± 10 menit dikarenakan pada saat itu sudah muncul tanda-tanda uterus yang bundar, dan ketika dilakukan peregangan plasenta tali pusat bertambah panjang dan adanya semburan darah tiba-tiba, dank arena adanya tanda-tanda tersebut maka plasenta segera dilahirkandan. Pada Ny “W” kala IV dilakukan observasi pada 2 jam pertama post partum yaitu : keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi, 84 x/menit, suhu : 36,6 ºC dan pernafasan : 20 x/menit. Kontraksi uterus keras, darah yang keluar ±200cc. Menurut teori Lailiyana,dkk (2011) Kala IV dilakukan observasi 2 jam pertama post partum yang meliputi : kesadaran pasien, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan. Kala IV pada Ny “W” dilakukan observasi selama 2 jam, dan yang dinilai adalah keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, pengeluaran darah. Kondisi ibu
pada observasi 2 jam post partum berada dalam keadaan normal dan tidak terjadi komplikasi pada saat 2 jam post partum. Pada 6 jam post partum lochea Ny “W” masih dalam lochea rubra warna merah dan pada 6 hari keluar lochea serosa warnanya kuning kecoklatan, sedangkan pada 2 minggu post partum lochea Ny”W” masih lochea serosa. Menurut teori Vivian nanny (2014) yang menyebutkan bahwa lokia rubra/merah: muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Warnanya merah becampur darah. Lokia serosa: muncul pada hari ke 6–9 postpartum. Warnanya biasanya kenuningan atau kecoklatan. Lochea yang muncul pada hari ke 10 adalah lochea alba. Menurut (Sukarni, Margareth, 2013) Kalau lochea tetep berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau involusi nyang kurang sempurna yang sering disebut retroflexio uteri. Dari uraian diatas, pengeluaran lochea pada 6 jam post patum dalam keadaan normal karena mengeluarkan lochea rubra, pada 6 hari post partum lochea juga di kategorikan normal yaitu mengeluarkan lochea serosa. Namun ketidak normalan lochea terjadi pada 2 minggu post partum, lochea yang seharusnya alba pada Ny “W” lochea masih dalam keadaan serosa, hal tersebut di karenakan usia ibu yang > 35 tahun sehingga menghambat terjadinya involusi uteri, namun setelah di evaluasi dan di berikan motivasi lochea tersebut hanya keluar pada 2 hari saja dari kunjungan 2 minggu post partum, sehingga kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta sangat sedikit. Pada kunjungan ke 2 Ny “W” mengeluhkan bayinya kuning pada wajahnya, menurut (fraser & copper, 2009) Ikterus adalah penyakit kuning pada kulit atau organ lain, akibat peningkatan bilirubin. Icterus di bagi menjadi 2 ikterus fisiologis dan patologis. Icterus fisiologis kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg%, pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan sedangkan icterus patologis terjadi pada 24 jam pertama konsentrasi bilirubin serum 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau 10 mg% pada neonatus kurang bulan. Dalam hal ini By Ny “W” mengalami ikterus dikarena Ny”W” tidak menjemur bayinya setiap pagi sehingga billirubin pada bayi meningkat, namun bayi minum ASI dan PASI yang cukup sehingga bayi hanya kuning/ikterus hanya dalam 2 hari saja. Dari data pengkajian pada Ny “W”, ibu memilih untuk menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan (suntik kombinasi). Menurut (saifuddin, 2006) yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi : Hamil atau di duga hamil, Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Usia > 35 tahun yang merokok. Dalam kasus ini Ny “W” sudah usia 42 tahun dan jumlah anak 3 dan masih menyusui dan KB yang sangat disarankan adalah Tubektomi namun suami tidak menyetujui. Dalam hal ini suntik 1 bulan merupakan pilihan kategori terakhir ibu karena bisa mengganggu dalam pemberian ASI. SIMPULAN 1. Asuhan kebidanan pada Kehamilan Asuhan kehamilan pada Ny “W” GIVP20012 usia kehamilan 36-37 minggu dengan riwayat usia ibu 42 tahun dan pernah hamil 4 kali namun 1 kali keguguran. Anak pertama usia 16 tahun dan kedua 12 tahun, jarak antara kehamilan yang lalu dan kehamilan sekarang adalah 12 tahun, dalam hal ini
2.
3.
4.
5.
Ny “W” termasuk dalam resiko tinggi dengan nilai skor 14 dan diharuskan melahirkan di rumkah sakit, namun ibu menolak dan ingin melahirkan di bidan. Asuhan kebidanan pada Persalinan Asuhan persalinan pada Ny”W” GIVP20012 usia kehamilan 36-37 minggu, proses persalinan berlangsung normal, kala I para multigravida normalnya terjadi selama ± 8 jam, kala I pada Ny “W” terjadi selama ± 6 jam, terhitung dari pembukaan 2-10cm, pemantauan kala II, III, dan IV dilakuan sesuai dengan partograf dan APN 58 langkah. Tidak ada penyulitpenyulit yang terjadi pada proses persalinan. Asuhan kebidanan pada Masa Nifas Asuhan masa nifas pada Ny “W” P30013 masalah yang muncul yaitu pengeluaran lochea yang tidak sesuai, karena pada 2 minggu post partum masih mengeluarkan lochea serosa, hal ini dikarenakan pengaruh dari usia ibu yang >35 tahun sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan baik. Asuhan kebidanan pada Neonatus Pada kunjungan neonatus ke II bayi Ny”W” mengalami ikterus namun masih tergolong ikterus fisiologis karena terjadi pada hari ke 3, hal ini terjadi karena ibu tidak menjemur bayinya pada pagi hari. Asuhan kebidanan pada kontrasepsi Asuhan kontrasepsi pada Ny “W” P30013 ibu tidak ingin menggunakan KB IUD, Implant, Suntik 3 bulan, dan lebih memilih untuk menggunakan KB suntik 1 bulan setelah masa nifas selesai (sebelum melakukan hubungan seksual)
REKOMENDASI 1. Saran untuk institusi Asuhan kebidanan ini diharapkan menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, serta bahan penerapan asuhan kebidanan dalam continuity of care terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi, serta dapat digunakam sebagai bahan reverensi dan perbandingan untuk laporan tugas akhir selanjutnya 2. Saran untuk tempat penelitian Diharapkan para bidan dapat meningkatkan kualitas pelayana KIA, khususnya dalam memberikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis serta asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dalam batasan continuity of care Alamat corespondensi Email No telp
: Dsn. Sidomulyo Ds. Kraton Kec. Yosowilangun Kab. Lumajang :
[email protected] : 082232831051
DAFTAR PUSTAKA Djaja, Sarimawar, Afifah, Tin, 2011. Pencapaian Dan Tantangan Status Kesehatan Maternal Di Indonesia. J. Etiol. Kesehat. 10, 10–20. Rachmah, Nina, Purhadi, 2014. Pemodelan Jumlah Kematian Ibu Dan Jumlah Kematian Bayi Di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Bivariate Poisson Regression. J. Sains Dan Seni Pomits 3 No. 2.
Saifuddin,Abdul. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Pramono, Mochamad, Wulansari, Suci, Sutikno, 2012. Pemetaan Determinan Angka Kematian Bayi Di Jawa Timur Berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 15 No.1, 38–46. Dinas Kesehatan Provensi Jawa Timur, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Jl. A. Yani 118 Surabaya. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto. Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, 2014. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto. Dinas Kesehatan. Erlina, Rahma, Larasati,Ta, Kurniawan, Betta, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Rawat Inap Panjang Bandar Lampung. Med. J. Lampung Univ. 2 No. 4. Wandira, Arinta, Indawati, Rachmah, 2012. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo. J. Biom. Dan Kependud. 1 No. 1, 33–34. Prawirihardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Lailiyana, Laila, A., Isrowiyatun, D., Susanti, Ari, 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Buku Kedokteran Ecg, Jakarta. Sondakh, Jenny J.., 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Erlangga, Jl. H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta. Vivian Nanny Lia D, T. s. (2014). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sukarni, Icesmi, Margareth, 2013. Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Dilengkapi Dengan Patologi, A. Nuka Medika, Jl. Sadewa No. 1 Sorowajan Batu, Yogyakarta. Fraser dan Cooper. (2009). Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Saifuddin,Abdul. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Pramono, Mochamad, Wulansari, Suci, Sutikno, 2012. Pemetaan Determinan Angka Kematian Bayi Di Jawa Timur Berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Bul. Penelit. Sist. Kesehat. 15 No.1, 38–46.