ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “U” MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO USWATUN HASANAH 1311010086 Subject : Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan KB DESCRIPTION Angka kematian maternal dan angka kematian perinatal di dunia masih cukup tinggi. Secara umum kehamilan berlangsung dengan normal dan aman, namun sebagian besar terdapat ibu yang menderita komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan juga mempengaruhi kesejahteraan bayi yang dilahirkannya. Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB sesuai dengan standart asuhan kebidanan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP. Studi kasus dilakukan di BPM Siti Isnawati, S.ST Desa Kintelan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Subyek studi kasus adalah Ny “U”usia 29 tahun. Proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah sesuai dengan standart asuhan kebidanan, yaitu pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun rencana asuhan secara menyeluruh, implementasi dan mengevaluasi. Pemberian asuhan kehamilan pada Ny “U” dari hasil pemeriksaan ditemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan, akan tetapi hal tersebut tidak berpengaruh terhadap ibu dan bayinya. Asuhan persalinan berlangsung fisiologis serta tidak disertai penyulit. Asuhan pada masa nifas menunjukkan hasil pemeriksaan tidak terdapat masalah /kesenjangan. Asuhan pada bayi baru lahir menunjukkan hasil pemeriksaan tidak mengalami ikterus, kondisi bayi baik dan normal. Pada kunjungan keluarga berencana ibu menggunakan KB suntik 3 bulan. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, setiap ibu hamil seharusnya dapat rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan untuk mendeteksi adanya komplikasi. Apabila terdapat komplikasi pada kehamilan dapat segera diatasi dan melakukan konsultasi tentang kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.
ABSTRACT The maternal mortality rate and prenatal mortality rate in the world is still high. Generally, pregnancies would be held normally and safely. However, in most of pregnant mothers there are mother who experience complication which can threaten them and also give an affects to the babies born. The purpose of this case study was implement comprehensive midwifery care on the mothers began from pregnancy, parturition, postpartum, neonatal and family planning with the standards of midwifery care using SOAP documentation. The case studies conducted in BPM Siti Isnawati, S.ST in Kintelan Puri, Mojokerto. The subject of the study is Mrs. "U" in 29 years old. The midwifery management was conducted in five steps, to whole the standards of midwife care, that were assessment, formulate diagnoses, arrange a plan of comprehensive care, implementation and evaluation. Pregnancy care provision to Mrs. "U" the examination results found some gaps between theory and reality that happened in the field. However, it did not give an effect to the mother and the baby. Intranatal care occurred physiologically and no complications. Post partum care showed that the results of the examination had no issues / gaps. Neonatal care showed that the results of the examination there was no jaundice, the baby's condition was good and normal. Mother used 3 monthly contraceptive injection in her Family Planning (KB) program. Based on the results of midwifery care, every pregnant mother should be routine check up to health care workers to detect the presence of complications. If there are complications in pregnancy, it can be overcome and do consultation about pregnancy, parturition, postpartum, neonatal and family planning. Keywords : Midwifery Care, Pregnancy, Parturition, Postpartum, Neonatal, Family Planning Contributor
: 1. Dian Irawati, M.Kes : 2. Sulis Diana, M.Kes Date : 27 Juni 2016 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : -/ Reseach of Publication Right : Open Document/Microsoft 2010 Summary : File of Reseach LATAR BELAKANG Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil, sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun sekitar 15 persen menderita komplikasi berat dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari atau sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup (Sarwono, 2009). AKI di Indonesia tercatat sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah harus bekerja keras untuk mencapai target SDG’s 2015 yaitu AKI turun di angka 70 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu mencapai 12 per 1.000 kelahiran hidup. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 bahwa AKI di indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 32 per 1000 kelahiran hidup (Depkes,2012 ). Di Jawa Timur, pencapaian Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu berkisar antara 7-11 point dengan data yang bersumber dari Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota. Pada tahun 2011 sebesar 104,3 per 100.000 KH, dan di tahun 2012 mencapai 97,43 per 100.000 KH. Capaian AKI Jawa Timur tahun 2012 keadaanya berada 5 point di bawah dari target SDG’s tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 KH. Capaian cakupan K1 di provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 95,07%. Capaian cakupan K4 mencapai 87,36%. Capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 97,53%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 78,98%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai 89,08% (Kemenkes, 2014). Angka Kematian Bayi (AKB) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil, sehingga data AKB yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (Provinsi Jawa Timur) diharapkan mendekati kondisi di lapangan. menurut data BPS Provinsi Jawa Timur, AKB tahun 2009 sebesar 31,41 per 1.000 kh, tahun 2010 mencapai 29,99 per 1.000 kh, tahun 2011 mencapai 29,24 per 1.000 kh, dan di tahun 2012 estimasi AKB telah mencapai 28,31 per 1.000 kh. Dalam kurun waktu 2 (dua) tahun ke depan, diharapkan mencapai target SDG’s yaitu 23 per 1.000 kh pada tahun 2015 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). AKI Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 6 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 2 kasus pada Kematian Ibu Bersalin dan 14 kasus pada Kematian ibu Nifas. AKB kabupaten mojokerto pada tahun 2013 dilaporkan terjadi 16.491kelahiran. Dari seluruh kelahiran, tercatat 67 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 129, diantaranya laki-laki sebanyak 77 bayi dan sebanyak 52 bayi perempuan. Jumlah kematian tertinggi ada pada Kecamatan Puri yaitu 15 bayi dan tidak adanya kematian bayi atau nol (0) ada pada Kecamatan Bangsal dan Ngoro. Kasus Kematian Bayi pada tahun 2012 sebesar 178 bayi, angka ini menunjukkan telah terjadi penurunan dari tahun 2012 sampai dengan 2013. Penurunan angka ini dikarenakan sudah tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta sudah tersedianya ruang PONED di beberapa Puskesmas. Penurunan AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan pada masyarakat (Profil Kesehatan Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2014). Cakupan K4 di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 mencapai 81,44%. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 87,99%. Cakupan Neonatus pertama (KN1) mencapai 95,47%. Cakupan Kunjungan
Neonatus Lengkap (KN Lengkap) mencapai 94,37% (Profil Kesehatan Dinas Kabupaten Mojokerto, 2014). AKI masih sulit untuk diturunkan. kendalanya adalah distribusi dari tenaga terlatih untuk membantu persalinan yang kurang memadai, layanan pra persalinan juga berpengaruh signifikan. Untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan, diperlukan pelayanan antenatal (ANC). Akses ibu hamil terhadap layanan berkualitas dilapangan kerap mengalami kendala. Kendala tersebut yaitu kondisi geografis suatu wilayah, karenanya penting bahwa upaya menekan AKI harus saling berkesinambungan dengan pembangunan di bidang infrastruktural. Penurunan AKB berhubungan dengan asuhan pada bayi baru lahir sebagai upaya menyelamatkan bayi dari penyakit infeksi seperti diare dan pneumonia yang rentan muncul pada bayi baru lahir. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan tingginya AKB diantaranya disebabkan masih banyaknya persalinan yang dilakukan dirumah, usia ibu melahirkan yang terlalu muda, kemampuan dan keterampilan penolong persalinan, terutama daerah terpencil, kurangnya tenaga terlatih, kendala pada sarana transportasi, jarak dan fasilitas untuk mengakses tempat pelayanan yang berkualitas. Penyebab tidak langsung yaitu kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya dan terlambat dalam melakukan rujukan pada bayi ke fasilitas kesehatan. Kondisi ini sangat erat dengan pengetahuan ibu berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial dan budaya (Rosmauli, 2014). penyebab langsung AKB yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Asfiksia, gangguan pernapasan, sepsis (peradangan tubuh akibat infeksi), hipotermi, ikhterus, kelainan kongenital, pneumonia, prematuritas (Riskesdes, 2007). Pemerintah harus mengambil tindakan sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi serta membuat kebijakan mengenai anggaran untuk meningkatkn kesehatan perempuan, misalnya dengan mengharuskan 20% anggaran kesehatan untuk kegiatan kesehatan ibu dan anak (KIA) dan memastikan anggaran tersebut tepat sasaran, penyediaan fasilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED), tersedianya program jaminan persalinan (Jampersal), program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), deteksi dini faktor risiko ibu hamil, pengobatan bagi ibu, bayi dan anak balita, kunjungan kerumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir yang ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari) dan pengawasan serta bimbingan kepada para dukun bayi serta kader kesehatan (Rosmauli, 2014). Peran bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam penurunan AKI adalah mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan paripurna, meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling serta promosi kesehatan, meningkatkan penerimaan gerakan KB, memberikan pendidikan dukun beranak, dan meningkatkan sistem rujukan (Manuaba, 2010).
METODOLOGI Studi kasus dilakukan di BPM Siti Isniwati, S.ST desa kintelan kecamatan puri kabupaten mojokerto. Subyek studi kasus adalah Ny. “U” usia 29 tahun. Proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah sesuai dengan stndart asuhan kebidanan, yaitu pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun rencana asuhan secara menyeluruh, implementasi, evaluasi dan di dokumtasikan menggunakan SOAP. Asuhan kebidanan dilaksanakan pada tanggal 8 februari – 29 april 2016. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengkajian tanggal 11 – 3 – 2016 pada Ny “ U “G2 P1 A0 didapatkan data bahwa usia kehamilan ibu 35 minggu, dari pengkajian data subyektif ibu mengeluh keluar keputihan sedikit berwarna putih tetapi tidak berbau. Hal ini sesuai teori yang mengatakan keluhan tersebut merupakan salah satu ketidak nyamanan pada ibu hamil trimester III yang disebabkan oleh hiperplasia mukosa vagina dan peningkatan kadar estrogen sehingga mengakibatkan peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervikal (Kusmiyati, 2009). Keadaan tersebut masih normal dalam kehamilan selama keputihan tersebut tidak berbau dan menimbulkan gatal. Pada pemeriksaan di payudara saat pengakajian pertama kolostrum belum keluar. Sedangkan menurut teori Hutahaean (2013) mengatakan pada usia kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernh disebut kolostrum. Hasil pengukuran TFU pada Ny. “U” dengan usia kehamilan 35 minggu yaitu 30 cm dalam hal ini terdapat kesenjangan antara fakta dan teori sedangkan pada hasil pemeriksaan DJJ yaitu 137 x/menit, hal ini masih normal. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu antara lain: menjelaskan kepada ibu tentang cara menjaga kebersihan genetalia dengan cara mengganti celana dalam minimal 2x/hari atau jika terasa basah, dan cara membersihkan vagina dimulai dari depan ke belakang untuk mencegah infeksi. Pada kunjungan ulang tanggal 16 – 3 – 2016 usia kehamilan ibu 35 minggu lebih 5 hari. dari data pegkajian subyektif Ny “U” mengeluh kadang- kadang perutnya terasa kenceng-kenceng. Hasil pengukuran TFU pada Ny”U” dengan usia kehamilan 35 minggu yaitu 30 cm. Menurut Kamariyah dkk (2014) normal tinggi fundus pada usia kehamilan 36 minggu yaitu 32 cm di atas simfisis. Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara fakta dan teori yang terjadi dilapangan akan tetapi kondisi ibu dan janin dalam keadaan sehat. Pada kunjungan ulang tanggal 22 – 3 – 2016 usia kehamilan ibu 36 minggu lebih 4 hari,dari data pengkajian subyektif Ny “U” mengeluh kedua kakinya sedikit bengkak,nyeri punggung dan masih keluar keputihan berwarna putih jernih tetapi tidak berbau. Hal tersebut merupakan beberapa keluhan yang bisa saja terjadi pada trimester III. Pada pengukuran TFU pada usia kehamilan 36 minggu lebih 4 hari yaitu 31 cm. keseluruhan hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan masalah, keadaan ibu dan janin dalam keadaan sehat Pada kunjungan ulang tanggal 6 – 4 – 2016 usia kehamilan ibu 38 minggu lebih 5 hari, dari data pengkajian subyektif Ny “U” mengeluh sering buang air kecil, perutnya sering kenceng-kenceng dan keluar cairan seperti lendir. Hal
tersebut merupakan tanda-tanda persalinan. Menurut teori padila (2014) mengatakan sering buang air kecil terjadi karena kandung kemih tertekan pembesaran uterus. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta yang di dapatkan pada saat kunjungan dilakukan. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu antara lain: menjelaskan kepada ibu tanda – tanda persalinan yaitu nyeri pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur darah, keluar air ketuban dan terjadi kontraksi pada perut minimal 2 kali dalam 10 menit, menganjurkan ibu untuk mempersiapkan kebutuhan untuk menghadapi persalinan seperti tabungan, kendaraan, perlengkapan ibu dan bayi. Pada persalinan Ny “ U” G2 P1 A0 Lama kala I yang di hitung dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap berlangsung selama ±2 jam 40 menit, lama pembukaan 4 cm ke pembukaan lengkap berlangsung 40 menit. Menurut Myles (2009) mengatakan bahwa fase laten sebelum kala I aktif dan dapat berlangsung 6-8 jam pada ibu primigravida untuk dilatasi serviks dari 0 cm hingga 3-4 cm. Sedangkan menurut Wiknjosastro (2008) fase aktif berlansung kira-kira 1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Dalam hal ini antara teori dan fakta sesuai dengan hasil pemeriksaan Ny U. Lama kala I Ny U berlangsung normal karena his yang ade kuat, posisi janin normal dan jalan lahir yang sudah matang dan lunak. Kala II pada proses persalinan Ny “ U” berlangsung selama 5 menit, proses persalinan berjalan lancar dan normal. Tetapi terdapat robekan perenium derajat 1 yang terjadi akibat bokong ibu diangkat saat meneran. Menurut teori lailiyana (2011) mengatakan bahwa lamanya kala II pada primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit. Menurut Wiknjosastro (2008) kala II saat keluarnya janin dimulai saat serviks sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan. Lama kala II sesuai dengan teori yang ada dan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori. Lama kala II Ny U berlangsung normal karena Ny U kooperatif dalam menghadapi persalinannya. Pada pemantauan his di dapat hasil yaitu 3x 10´ 35”. Menurut teori Medforth, etc (2011) kontraksi adalah tanda yang paling penting karena dilatasi serviks tidak mungkin terjadi tanpa kontraksi uterus, kontraksi dapat di mulai dengan pengencangan, tetapi menjadi lebih lama dan lebih kuat serta lebih teratur saat persalinan berlanjut, kontraksi dapat di mulai pada interval 20-30 menit, yang berlansung selama 20-30 detik. Dalam proses persalinan ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori dan proses persalinan berjalan dengan lancar dan normal, tidak mengalami penyulit seperti kelainan his, distosia ataupun perdarahan. Dalam hal pemantauan his ini sudah sesuai dengan teori yang sudah tercantum diatas. Kala III berlangsung secara lancar dan normal,dengan menggunakan MAK III plasenta lahir ± 10 menit setelah bayi lahir dan Plasenta lahir lengkap. Menurut teori lailiyana (2011) pada kala III di mulai setelah bayi lahir yang berlangsung 510 menit, Sedangkan menurut teori Sondakh (2013) bahwa kala III di mulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Pada kala III ini sesuai dengan teori yang tercantum diatas dan tidak mengalami penyulit maupun komplikasi lain. Kala IV pada pengkajian subyektif tidak ditemukan komplikasi maupun perdarahan. Kala IV dilakukan 2 jam setelah persalinan yang bertujuan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama (Lailiyana, 2011). Sedangkan pada pengkajian data objektif tidak ditemukan permasalahan, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit, TFU : 2 jari di bawah pusat, UC : baik/ keras, kandung kemih kosong dan perdarahan ± 25 cc. Dalam pemantauan kala IV ini berjalan normal dan tidak ada penyulit maupun komplikasi yang menyertai. Kunjungan pertama pada Ny. “U” G2 P1 A0 postpartum tanggal 7 – 4 - 2016 dari pengkajian data subyektif ibu mengeluh nyeri pada luka jahitannya. Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri, duduk sendiri, berjalan, sudah bisa BAK dan belum bisa BAB. Dari pengkajian data objektif TFU ibu 2 jari dibawah pusat, pengeluaran lochea rubra. Pada 1 minggu pospartum tanggal 13 – 4 – 2016 dari pengkajian data sunyektif ibu mengeluh kedua kakinya sedikit bengkak, keadaan ibu baik, ASI sudah keluar, tidak ada masalah dalam pola Eliminasi. Menurut teori Maryunani (2011) mengatakan pengeluaran lochea pada hari ke 1-3 postpartum yaitu lochea rubra. Menurut Suherni (2008) pengeluaran lochea rubra yang berisi darah segar dan sisa selaput ketuban terjadi pada 2 hari pasca persalinan. menurut Maryuani (2011) yaitu pengeluaran lochea sanguinolenta tejadi pada hari ke 4-7 postpartum. Pada hasil pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya kelainan atau masalah, kondisi ibu dalam keadaan sehat. Dalam kunjungan pertama ini tidak ada penyulit dan tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori. penatalaksanaan yang diberikanpada ibu antara lain: menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi (TKTP) dan tidak boleh tarak supaya proses penyembuhan luka lebih cepatdan menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene terutama pada daerah genetalia yaitu dengan cara membersihkan genetalia dari arah depan kebelakang agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan. Dari pengkajian data objektif hasil pengukuran TFU pertengahan pusatsympisis. Menurut Vivian (2014) involusi uterus pada satu minggu postpartum yaitu berada pada pertengahan pusat dan simfisis dengan berat uterus 500 gram. pemeriksaan fisik pada ibu normal tidak ada kelainan. Dalam hal ini tidak ada masalah dan penyulit yang menyertai. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: menjelaskan kepada ibu tentang penyebab bengkak pada kakinya yaitu karena peredaran darah kurang lancar karena ibu sering menggantung kakinya saat duduk dan ibu dianjurkan untuk tidak menggantung kakinya dan waktu tidur kakinya sedikit ditinggikan. Pada 2 minggu postpartum pada tanggal 21 – 4 – 2016 dari pengkajian data subyektif ibu mengatakan tdak ada keluhan, keadaan ibu dan bayi baik ASI sudah keluar, tidak ada masalah dalam pola Eliminasi. Dari pengkajian data objektif keadaan ibu normal tidak ada masalah dalam masa nifas. Pengeluaran lochea serosa ini sesuai dengan teori Maryunani (2011) pengeluaran lochea pada 2 minggu postpartum adalah lochea serosa. TFU sudah tidak teraba lagi. Menurut Vivian (2014) involusi uterus pada dua minggu postpartum sudah tidak teraba diatas simfisis dengan berat uterus 350 gram. Dalam hal ini sesuai dengan teori yang telah di cantumkan diatas. Dalam pengkajian masa nifas ini berjalan lancar dan normal sesuai dengan tahap masa nifas.
Pada 6 minggu postpatum pada tanggal 12 – 4 – 2016 dari pengkajian data subyektif ibu mengatakan tidak ada keluhan sama sekali, keadaan ibu sehat. Dari pengkajian data objektif didapatkan data keadaan ibu normal tidak ada masalah. Pengeluaran lochea alba ini sesuai dengan teori Maryuani (2011) dan TFU sudah tidak teraba lagi. Menurut teori Manuaba (2010) pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada kahir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Pada kunjungan nifas terakhir ini tidak ada komplikasi maupun penyulit, keadaan ibu sehat dan baik serta tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan petugas kesehatan. Pada pemeriksaan payudara colostrum belum keluar. Menurut Nurjannah, dkk (2013) pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancar pengeluaran ASI. Tujuan perawatan payudara adalah untuk menjaga payudara agar tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI. Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara fakta, teori dan kenyataan yang terjadi dilapangan. Sehingga petugas kesehatan menganjurkan klien untuk melakukan perawatan payudara secara teratur dan sistematis yaitu dua kali sehari pada waktu mandi. Pengkajian pertama pada bayi Ny. “U” usia 0 hari tanggal 7 – 4 – 2016 keadaan bayi sehat. Dari pengkajian data obyektif hasil pemeriksaan pada bayi Ny “U “ dalam keadaan baik dan sehat Gerak aktif, menangis kuat, warna kulit kemerahan dan tidak menunjukkan adanya kelainan kongenital. Bayi Ny “ U” lahir dalam keadaan sehat dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 3500 gram, Menurut teori sondakh (2013) berat badan bayi baru lahir normalnya 2500-4000 gram dan panjang badan bayi 47 cm. Sedangkan menurut teori Wahyuni (2011) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. Dalam hal ini hasil dari penimbangan bayi Ny” U” sesuai dengan teori yang sudah ada di atas dan menunjukkan indikasi BBLR atau bayi besar. Bayi Ny “ U” usia 0 hari sudah bisa BAK. Menurut teori Sofian (2011) proses pengeluaran defekasi dan urine terjadi 24 jam setelah lahir, konsistensinya agak lembek, berwarna hitam kehijauan, dan normal urine berwarna kuning. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori. Sedangkan bayi Ny”U” usia 0 hari belum bisa BAB. Menurut teori Muslihatun (2010) mekonium keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekonium yang telah keluar dalam 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi, jika mekonium tidak keluar bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon. Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara fakta dan teori dengan kejadian yang terjadi di lapangan. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: memberikan ASI sebagai nutrisi terbaik bagi bayi, menjaga tubuh bayi agar selalu hangat, menjaga kebersihan badan bayi dan tali pusat.
Pada kunjungan ulang tanggal 13 – 4 – 2016 dari pengkajian subyektif ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan sama sekali. Dari pengkajian data obyektif di dapatkan data yaitu bayi Ny “U” menunjukkan bahwa keadaan bayinya saat ini sangat sehat. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital di dapat hasil yang normal, yaitu letak jantung 126 x/menit, suhu 36,6ºC dan pernapasan 40 x/menit. Menurut teori Stright (2014) ukuran suhu aksila dengan termometer pada lipatan aksila selama 10 menit kisaran susu bayi yang normal adalah 36,4ºC sampai 37,20C. Dalam hal ini pemeriksaan suhu pada bayi dalam batas normal dan tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori yang terjadi saat pemeriksaan dilakukan. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: menimbang BB bayi, mengkaji kebersihan badan dan tali pusat bayi, mengakaji pola nutrisi dan eliminasi bayi. Pada kunjungan ulang yang ketiga pada tanggal 21 – 4 – 2016 dari pengkajian data subyektif ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan. Dari pengkajian data obyektif didapatkan hasil pemeriksaan bayi menunjukkan sangat baik, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal tidak ada komplikasi.bayi dalam keadaan sehat. Bayi Ny “U” sudah diberi suntikan BCG di BPM isniwati. Menurut teori Wahyuni (2011) imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan kepada bayi yang berusia 0-2 bulan yang bertujuan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC) hanya diberikan 1 kai dengan dosis 0,05 secara intrakutan (IC). Dalam hal ini pemberian imunisasi BCG pada bayi Ny “ U” sudah sesuai dengan jadwal imunisasi. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: menimbang BB bayi, mengakaji pola nutrisi dan eliminasi bayi. Pada kunjungan ke empat pada tanggal 12 – 4 – 2016 dari pengkajian data subyektif ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan sama sekali. Dari peng`kajian data objektif hasil pemeriksaan pada bayi Ny “ U” sangat sehat. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu denyut jantung 126 x/menit, suhu 36,5ºC dan pernapasan 49 x/menit. Pada penimbangan berat badan bayi di dapat hasil yaitu 4700 gram. Menurut teori Muslihatun (2010) pada usia 14 bulan, peningkatan berat badan akan mencapai 700-1000 gram apabila didukung dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang baik. Dalam hal ini peningkatan berat badan bayi masih normal dan tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta dengan hasil penimbangan yang dilakukan pada saat kunjungan terakhir ini. Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: menimbang BB bayi, mengakaji pola nutrisi dan eliminasi bayi. Pada pengkajian tanggal 12 – 5 – 2016 Ny “ U “G2 P1 A0 ibu mengatakan ingin memakai KB suntik 3 bulan di BPM Isniwati, dari pengkajian data subyektif ibu mengatakan tidak ada keluhan. Dari pengkajian data objektif pemeriksaan fisik secara keseluruhan tidak ada masalah seperti sklera tidak anemis dan ibu tidak mengalami anemia, TTV dalam batas normal yaitu TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/menit, Suhu : 36ºC dan pernapasan 22 x/menit, berat badan ibu 57 kg, ibu dalam masa menyusui dan tidak ada kontra indikasi untuk dilakukan KB suntik seperti perdarahan yang belum jelas penyebabnya, ada riwayat kanker payudara dan riwayat diabetes mellitus yang disertai komplikasi. Keuntungan dari KB suntik 3 bulan adalah sangat efektif mencegah kehamilan, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri dan tidak
berpengaruh terhadap produksi ASI. Sedangkan kerugiannya adalah gangguan pola haid, perubahan berat badan (Manuaba, 2010: 269). sedangkan menurut Prawirohardjo (2011) kontrasepsi suntikan 3 bulan cocok untuk program postpartum karena tidak mengganggu proses laktasi dan kemudian hasil pemeriksaan tersebut diberitahukan pada ibu dan keluarga. Dalam hal ini pemakaian KB suntik 3 bulan untuk ibu menyusui tidak mengganggu proses laktasi karena kontrasepsi KB suntik 3 bulan hanya mengandung progesteron. SIMPULAN Pada masa kehamilan dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan komprehensif pada Ny “U” G2P10001 UK 35 minggu, hidup, tunggal, letkep, intra uterin, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, selama dilakukan kunjungan pertama, kedua, ketiga dan ke empat berjalan normal dan tidak ada penyulit yang menyertai selama masa kehamilan tersebut. Pada masa persalinan Ny “U” GIIP10001 UK 38 Mgg, hidup, tunggal, letkep, intra uterin, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, pada kala I dihitung dari ibu merasakan perutnya mules sampai pembukaan lengkap berlangsung selama ±2 jam 40 menit. Pada kala II persalinan berlangsung cepat sekitar 5 menit dan tidak ada penyulit yang menyertainya, bayi lahir spontan, menangis kuat, bergerak aktif dan warna kulit kemerahan. Dengan berat badan 3500 gram dan panjang badan 47 cm.Terdapat robekan perenium derajat 1. Pada kala III berlangsung ± 10 menit, plasenta lahir spontan dan lengkap dan tidak ada penyulit. Pada kala IV 2 jam postpartum juga tidak ada komplikasi yang menyertai. Pada masa nifas Ny “U” P20002 postpartum selama dilakukan 4 kali kunjungan oleh petugas kesehatan tidak ada penyulit dan tidak terjadi komplikasi yang membahayakan kondisi ibu. Involusi uterus, TFU dan pengeluaran lochea berjalan normal sesuai dengan masa postpartum. Pada bayi baru lahir Ny “U” selama dilakukan 4 kali kunjungan dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan sama sekali. Hasil pemeriksaan umum pada bayi baik, denyut jantung 124 xmenit, suhu dalam batas normal yaitu 36,8 ºC, pernapasan 58 x/menit. bayi sudah mendapatkan imunisasi sesuai jadwal yakni Hb0 dan Vit K setelah lahir, dan pada usia 29 hari bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1. Berat badan bayi Ny”U” bertambah dengan total kenaikan berat badan 1200 gram yaitu pada saat lahir 3500 sampai kunjungan terakhir menjadi 4700 gram. Pada perencanaan KB Ny “U“ usia 29 tahun dengan akseptor KB suntik 3 bulan dilakukan sesuai dengan protap di bidan Siti Isnawati dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif. Evaluasi setelah pelaksanaan asuhan kebidanan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan tujuan dan kritea hasil. REKOMENDASI Institusi kesehatan majapahit diharapkan adanya sarana yang lebih mendukung kegiatan tentang asuhan kebidanan secara komprehensif sehingga asuhan kebidanan yang komprehensif dapat dilakukan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pasien.
Lebih menyempurnakan penelitian ini dengan menggunakan management asuhan kebidanan komprehensif dari masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB. Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan penanganan dengan menggunakan management asuhan kebidanan komprehensif dari masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB. Pasien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB. DAFTAR PUSTAKA Asrinah dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu Hutahaean, S., 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika Kamariyah, N., Anggasari, Y., Muflihah, S., 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Kusmiyati, Y., Wahyuningsih Yuni, H., 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya Margaret A. Cooper. 2011. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: EGC Maryunani, A., Sukaryati, Y., 2011. Senam Hamil, Senam Nifas Dan Terapi Musik. Jakarta: TIM Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitra Maya Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika Sondakh, JS Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV. Andi Offset Jl. Beo 38- 40 Yogyakarta Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC ALAMAT KORESPONDENSI Email :
[email protected] No. Hp : 081336716531 Alamat : Dsn. Ranon Desa Gondosuli Kec. Pakuniran Kab. Probolinggo