ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat Dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajar”. Ditulis oleh Dani Ramdani, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat serta hubungannya dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober sampai dengan 12 November 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif-korelasional. Metode deskriftif digunakan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa, sedangkan metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya. Instrument yang digunakan untuk mengukur disiplin belajar adalah angket yang terdiri dari 33 item soal. Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar digunakan nilai hasil MID semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011. Setelah dilakukan pengukuran terhadap disiplin belajar, didapat nilai mean (rata-rata) skor hasil angket sebesar 98, ini berarti disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat berada pada tingkat tinggi. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, digunakan rumus korelasi dari Karl Pearson. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai r-hitung = 0,166, yang berarti nilai korelasi sangat rendah/tidak berkorelasi. Uji signifikasi dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu dengan membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel. Jumlah sampel (N=64) pada taraf signifikan 5% didapat nilai r-tabel = 0,244, pada taraf signifikan 1% didapat nilai r-tabel = 0,317. Berarti r-hitung < r-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya. Disiplin belajar siswa hanya memberikan kontribusi sebesar 2,8% terhadap prestasi belajarnya. Kata kunci: Disiplin Belajar Siswa, Prestasi Belajar Siswa
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur hamba panjatkan ke khadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjunan kita yakni habiibanaa wanabiiyanaa Muhammad saw, serta kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis tidak dapat hidup sendiri. Penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar penulisan skripsi ini selesai dengan baik. Untuk itu, sebagai ungkapan rasa hormat, penulis haturkan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. Bapak Drs. Rusdi Zakaria, M.Ed., M.Phil., selaku ketua jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3. Bapak Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta sebagai pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan saran dan pengarahan kepada penulis, 4. Bapak Drs. Trisno Yulianto selaku kepala SMP YMJ Ciputat yang telah memberikan izin penelitian di sekolah yang bapak pimpin, 5. Bapak Pranowo, BA. dan ibu Nurchasanah, S.Pd., selaku wali kelas VIIIA dan VIII-B yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian, 6. Bapak Slamet Riyanto, selaku kepala TU SMP YMJ Ciputat yang juga telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian, 7. Para guru dan staf SMP YMJ Ciputat yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian,
i
8. Kedua orang tua tercinta, bapak (Rastam) dan mamah (Odah) yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil, serta kakak (Wawan Kusnawan dan Tutinah, Am.Kep) terimakasih atas tumpangan dan dukungan materilnya, 9. Sahabat terbaikku, Siti Najjmiatul Ulum Rinnike, terimakasih atas kesabarannya untuk selalu memberi motivasi, 10. Teman-teman satu kelas, Aminah, Husna, Lilis, Ryna, Fifi, Hany, Erma, Nova, Maison, Asep, Qory, Mukhlis, Sirajd, Uci, Fery, Kucay dan pak Wahyu, terima kasih atas senyuman manis kalian, 11. Saudara tercinta, Mulyadi akhyar, terima kasih atas pinjaman laptopnya, serta 12. Semua pihak yang tidak dapat lagi disebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas kebaikan kalian semua.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 17 Desember 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 E. Tujuan dan Manfaat penelitian........................................................... 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Disiplin ............................................................................
6
B. Belajar ...............................................................................................
8
C. Disiplin Belajar Siswa .......................................................................
9
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa ............... 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ............................................................................... 15 B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 15 C. Metode Penelitian .............................................................................. 15 D. Populasi dan Sampel.......................................................................... 15 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 15 F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 16 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identitas Sekolah ............................................................................... 18 B. Deskripsi Data ................................................................................... 21 C. Analisis dan Interpretasi Data ............................................................ 24 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 32
iii
B. Saran ................................................................................................. 32 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A. Lampiran 1 (Angket Penelitian) ......................................................... B. Lampiran 2 (Hasil Angket) ................................................................
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR UJI REFERENSI ABSTRAK KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ........................................................................... 6 E. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6 BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ..............................................................................
7
1. Prestasi Belajar Siswa ...................................................................
7
a. Pengertian Prestasi Belajar .......................................................
7
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ........ 12 2. Disiplin Belajar Siswa ................................................................... 16 a. Pengertian Disiplin Belajar...................................................... 16 b. Pengelompokan Disiplin Belajar ............................................. 19 c. Strategi Mendisiplinkan Siswa ................................................ 20 d. Ciri-ciri Sekolah yang Memiliki Disiplin Baik ........................ 22 B. Kerangka Berfikir .............................................................................. 24 C. Pengajuan Hipotesis .......................................................................... 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ............................................................................... 26 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 26 C. Metode Penelitian .............................................................................. 26 iii
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ............................................. 27 1. Populasi ........................................................................................ 27 2. Sampel .......................................................................................... 27 E. Variabel Penelitian ............................................................................ 28 F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 28 G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 34 H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ................................................ 35 I. Hipotesis Statistik .............................................................................. 37 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 38 B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 50 C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 62 B. Saran ................................................................................................. 63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1: Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .................................................. 29 TABEL 3.2: Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert...................... 30 TABEL 3.3: Perhitungan Nomor Item Valid dan Drop ................................. 31 TABEL 3.4: Tingkat Disiplin Siswa ............................................................. 35 TABEL 4.1: Sarana dan Prasarana ................................................................ 41 TABEL 4.2: Data Guru SMP YMJ Tahun 2010 ............................................ 43 TABEL 4.3: Data Jumlah Siswa SMP YMJ Tahun 2010............................... 45 TABEL 4.4: Jumlah Skor Hasil Angket ........................................................ 51 TABEL 4.5: Distribusi Frekuensi ................................................................. 53 TABEL 4.6: Rata-Rata Nilai MID SMP YMJ ............................................... 54 TABEL 4.7: Distribusi Frekuensi ................................................................. 56 TABEL 4.8: Tabel Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara variabel X dan Y. 57
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas pendidikan tidak ada habisnya diperbincangkan oleh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan, karena memang kualitas pendidikan merupakan salah satu bagian pembangunan yang sangat penting dan strategis dalam memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya berkelanjutan yang memerlukan keterlibatan semua pihak (masyarakat, guru dan siswa), salah satunya dengan menerapkan disiplin belajar bagi para siswa. Kualitas sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat antara lain dari tingkat disiplin para siswanya. Oleh karena itu, sekolah yang berkualitas biasanya telah menerapkan disiplin yang tinggi pada siswanya. Setiap sekolah pasti memiliki cara tersendiri dalam mendisiplinkan siswanya. Ada yang menggunakan cara tradisional (dengan kekerasan), ada juga yang menggunakan cara lain yang dinilai lebih efektif. Mendisiplinkan anak dengan membentak, menendang, memukul dan lain sebagainya, mungkin bagi sebagian orang dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk mendisiplinkan anak, karena dapat memberikan efek jera untuk melakukan tindakan indisipliner. Tetapi, tidak jarang cara tersebut justru membuat anak
1
2
merasa takut yang berlebihan dan akhirnya depresi. Perlu diingat bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan dan bukan lembaga kekerasan. Pendisiplinan anak dengan kekerasan, penulis kira sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana cara mendisiplinkan anak yang paling efektif. Disiplin berkaitan dengan ketaatan dan peraturan. Sebelum disiplin diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik menuju suatu titik, yaitu kualitas. Selanjutnya adalah merancang bagaimana cara menerapkan aturan tersebut sehingga setiap siswa dengan sadar bisa mematuhi semua peraturan yang ada. Telah menjadi sebuah fenomena umum, bahwa siswa baru mau belajar ketika mengetahui akan ujian, itu pun dilakukan pada malam sebelumnya. Waktu luang yang ada biasanya digunakan untuk berleha-leha seperti bermain, menonton televisi dan lain sebagainya. Di sekolah misalkan, waktu luang biasanya dipakai untuk bersenda gurau di kelas, mengobrol di kantin atau pun bermain-main di taman sekolah. Padahal seharusnya waktu luang tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk belajar misalkan dengan mengadakan diskusi kelompok atau membaca buku di perpustakaan. Membicarakan tentang disiplin di sekolah, tidak dapat dilepaskan dari perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa akhirakhir ini tampaknya sudah sangat menghawatirkan, seperti: tawuran, narkoba, pencurian serta berbagai tindakan yang menjurus pada tindak kriminal lainnya sampai kepada sex bebas. Tentu saja hal ini bukan hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga membahayakan orang lain. Di lingkungan sekolah, berbagai kasus pelanggaran terhadap berbagai aturan sekolah masih saja banyak ditemukan, seperti kasus bolos, merokok di sekolah, premanisme, pencurian, sampai kepada tindakan asusila. Hal ini tentunya membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak terkait. Telah kita ketahui bersama, masa remaja adalah masa pencarian jati diri, masa dimana rasa ingin tahu dan mencoba sangat tinggi. Jika tidak diarahkan dengan baik, maka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif
3
yang menjerumuskan. Mereka belum dapat memahami dengan baik apa yang mereka lakukan. Hal ini menjadi tanggung jawab para pendidik untuk memberikan pengertian dan pemahaman, bukan dengan kekerasan, dimarahi, diintimidasi atau bentuk lain yang memberikan pengaruh buruk pada psikis mereka. Perlu sikap dan pemikiran yang matang agar mereka benar-benar bisa mengetahui, memahami dan pada akhirnya menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang kurang baik dan dapat merugikan tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Disinilah pentingnya peranan sekolah. Sekolah diharapkan mampu mengembangkan
berbagai
potensi
baik
akademiknya
maupun
kepribadiannya. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1. Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang pendidikan harus tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar ia dapat mencapai perkembangannya secara optimal Untuk mencapai hasil belajar yang baik, dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Menurut Daryanto, setidaknya ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik, psikologis (meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) serta faktor kelelahan. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.2 1
Depdiknas RI, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas, 2003), hlm.8 2 Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung : Yrama Widya, 2010), hlm.36-50
4
Hasil penelitian terkait menunjukan bahwa disiplin mempengaruhi prestasi belajar.3 Hasil penelitian lain yang dilakukan Hilda Mutia dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat”, menunjukan bahwa kedisiplinan siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajarnya sebesar 24 %.4 Kedua hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedisiplinan mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Jika disiplin belajar seorang siswa rendah, maka prestasi belajarnya pun akan rendah, begitu pula sebaliknya. Bulan Februari hingga Mei 2010, penulis mengadakan pengamatan di SMP YMJ Ciputat melalui program PPKT (Praktik Profesi Keguruan Terpadu). Selama periode itu, penulis menemukan permasalahan disiplin para siswanya, terutama disiplin dalam belajar. Tindakan indisipliner siswa telah menjadi kebiasaan sehingga menjadi ciri khas sekolah ini. Siswa terbiasa datang telat ke kelas atau bahkan membolos, meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran selesai, tidak mengerjakan tugas dari guru, dan lain sebagainya. Boleh jadi, penyebab masalah ini ditularkan oleh kebiasaan buruk kakak kelasnya terdahulu atau lebih disebabkan karena letak sekolah yang berada di tengah-tengah permukiman warga dengan tidak memiliki gerbang utama sehingga siswa bisa datang dan pergi dari sekolah tanpa pengawasan. Uniknya, pihak sekolah sepertinya membiarkan masalah ini terus terjadi. Penulis tidak melihat adanya upaya serius yang dilakukan pihak sekolah, misalkan oleh wakasek bidang kesiswaan atau guru BK untuk menangani masalah tersebut. Masyarakat sekitar pun seperti telah menutup mata dan bersikap acuh. Masalah ini tentunya menarik untuk dilakukan penelitian.Untuk itu, penulis bermaksud akan melakukan penelitian terhadap masalah tersebut yang
3
Nurbani Amien, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center (Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm.148, t.d. 4 Hilda Mutia Sari, Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta:perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2006), hlm.64, t.d.
5
kemudian diberi judul “Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah yaitu sebagai berikut: 1. Siswa sering membolos sekolah, 2. Siswa sering tidak mengerjakan tugas dari guru, 3. Siswa sering terlambat datang ke sekolah, 4. Beberapa siswa sering terlibat tawuran, 5. Beberapa siswa sering merokok di lingkungan sekolah, 6. Nilai hasil MID siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011 cukup rendah, 7. Beberapa siswa tidak mengikuti seluruh MID mata pelajaran, 8. Siswa yang tidak mengikuti seluruh MID mata pelajaran, tidak mengikuti ujian susulan sesuai jadwal yang telah ditentukan sekolah,
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan karena keterbatasan waktu, biaya serta kemampuan akademik penulis, penelitian ini dibatasi pada: 1. Disiplin belajar yang dimaksud adalah ketaatan siswa terhadap peraturan yang berlaku di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa. 2. Siswa yang dimaksud adalah seluruh siswa SMP YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011. 3. Prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai mid semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011.
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011? 3. Bagaimanakah hubungan tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat dengan prestasi belajarnya?
E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan nilai guna bagi: a. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Prodi. Manajemen Pendidikan, untuk menambah literatur kajian tentang disiplin belajar siswa dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa, b. SMP YMJ Ciputat, sebagai bahan rujukan untuk mengadakan evaluasi terkait dengan disiplin belajar siswanya, c. Mahasiswa, sebagai kajian/referensi dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang disiplin belajar dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa, d. Penulis, sebagai salah satu syarat mendaptkan gelar S.1 (Strata Satu) Jurusan Kependidikan Islam, Prodi. Manajemen Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta
7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIS 1. Prestasi Belajar Siswa a. Pengertian Prestasi Belajar Dalam banyak hal, manusia selalu dituntut untuk dapat berprestasi. Berprestasi dalam pelajaran di sekolah, berprestasi dalam kegiatan
ekstra
kurikuler,
berprestasi
dalam
berbagai
ajang
perlombaan, atau pun berprestasi dalam bidang pekerjaan. Seseorang akan mendapatkan label berprestasi ketika ia menjadi yang terbaik. Seorang siswa misalkan, dikatakan berprestasi ketika selalu mendapat nilai A dalam ujian, menjadi juara kelas, mendapatkan medali olimpiade dan lain sebagainya. Merujuk pada uraian di atas, berarti prestasi hanya bisa dicapai oleh siswa yang selalu mendapat nilai A dalam ujian, menjadi juara kelas, atau hanya oleh siswa yang berhasil mendapatkan medali olimpiade. Jika memang benar begitu adanya, berarti prestasi hanya bisa dicapai oleh sebagian kecil siswa. Contoh-contoh tersebut di atas merupakan hasil yang bisa diperoleh sisiwa setelah melalui suatu proses yang dinamakan belajar. 7
8
Seorang siswa bisa menjadi juara kelas atau menjuarai olimpiade mata pelajaran karena ia berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, agar dapat berprestasi manusia perlu belajar. Allah SWT berfirman dalam QS. an-Nahl ayat 78 yaitu sebagai berikut :
Artinya : “Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, sedangkan kamu tidak mengetahui satu apapun, dan dia berikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Berdasarkan ayat tersebut diketahui bahwa tidak ada satu pengetahuan pun yang dimiliki manusia pada saat dia lahir. Untuk itu, manusia perlu belajar agar memiliki ilmu. Belajar tidak pernah terlepas dari kehidupan sehari-hari. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam tingkah laku.1 Dalam menjalani kehidupan, dengan segala cara manusia pasti akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui usahausaha itulah, manusia akan mendapatkan berbagai pengetahuan dan kecakapan baru. Proses ini secara tidak langsung dinamakan belajar, yaitu belajar dari pengalaman. Slameto mendefinisikan belajar sebagai “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”2. 1
Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: Yrama Widya, 2010), Cet.I, hlm.2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet.IV, hlm.2 2
9
Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.3 Sementara itu, W.S. Winkel merumuskan pengertian belajar sebagai “suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.4 Sejalan dengan tiga pendapat tersebut, Witherington sebagaimana dikutip
oleh Nana Syaodih mengungkapkan bahwa
“belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”5. Dari beberapa pendapat tentang belajar di atas, diketahui terdapat satu kesamaan bahwa suatu proses belajar menghasilkan perubahan kemampuan
(baik
berupa
maupun
perubahan
perubahan
pengetahuan,
perilaku)
pada
perubahan diri
yang
bersangkutan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak setiap perubahan diakibatkan dari suatu proses belajar, melainkan ada perubahanperubahan tertentu yang diakibatkan oleh lain hal, sebagaimana yang diungkapkan oleh Winkel. Perubahan-perubahan tersebut adalah: (1) Perubahan akibat kelelahan fisik. Seorang atlit lari marathon misalkan, kecepatan larinya akan jauh berkurang ketika setelah melakukan lari marathon, ia kembali berlari.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) cet.1,
hlm.64 4
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo,1996), cet.IV, hlm.53 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidiakan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.155 5
10
(2) Perubahan akibat menggunakan obat. Misalnya, orang yang menginjeksi tubuhnya dengan obat bius akan mengalami perubahan pada alam pikiran dan perasaannya. (3) Perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik. Misalnya, anak yang menderita hidrosefalus akan mengalami perubahan penambahan ukuran besar kepala. (4) Perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Misalkan, perubahan bentuk badan, berat, tinggi dan lain sebagainya. 6 Dengan berpegang pada beberapa rumusan belajar di atas, maka jelaslah bahwa berbagai kasus perubahan tersebut bukan kasus gejala belajar. Dalam pikiran mungkin muncul pertanyaan, perubahan seperti apa yang termasuk ke dalam gejala belajar? Selanjutnya, Daryanto mencoba menjelaskan berbagai bentuk perubahan yang termasuk ke dalam gejala belajar sebagai berikut: 7 (1) Perubahan terjadi secara sadar. Berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari adanya perubahan pada dirinya, misalkan dengan merasakan bertambahnya pengetahuan atau kecakapan. (2) Perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Seseorang yang belajar menulis misalkan, dari tidak dapat menulis kemudian dia akan dapat menulis. Secara bertahap kemampuannya akan bertambah sehingga kemampuan menulisnya menjadi sempurna. (3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. Dengan belajar seseorang senantiasa akan merubah dirinya menjadi yang lebih baik. Semakin banyak ia belajar maka akan semakin baik 6 7
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran…, Cet.IV, hlm.53-54 Daryanto, Belajar dan Mengajar…, Cet.I, hlm.2-4
11
perubahan
yang
diperoleh.
Perubahan
yang bersifat
aktif
maksudnya adalah bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada usaha yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan. (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Misalkan seorang anak yang belajar bersepeda sampai lancar kemudian untuk waktu yang lama ia tidak bersepeda lagi. Ketika setelah dewasa mencoba lagi bersepeda, ia tidak akan lupa sama sekali bagaimana cara menyeimbangkan tubuhnya di sepeda. (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam
sikap
keterampilan,
pengetahuan
dan
sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa dengan belajar, maka seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya. Namun, tidak semua perubahan diakibatkan dari proses belajar, melainkan pada halhal tertentu perubahan diakibatkan oleh hal lain, seperti; perubahan yang diakibatkan dari kelelahan fisik, perubahan yang diakibatkan dari penggunaan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik, serta perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Perubahan yang tergolong ke dalam aktifitas belajar yaitu; perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
12
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku baik yang berkaitan dengan aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik, dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang secara umum dapat
digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu sebagai berikut:8 1) Faktor endogen (dalam diri anak) a) Faktor fisiologis; meliputi faktor kesehatan fisik pada umumnya dan kesehatan indera pada khususnya. Sehat indera artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan sebagainya. Secara singkat, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh kesehatan fisiknya. b) Faktor psikologis; keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh suasana psikologis pelajar. Di anatara faktor psikologis yang memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar antara lain adanya: -
Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu,
-
Sifat yang kreatif, inovatif dan akseleratif (sifat perubahan dan maju),
-
Motivasi untuk mendapatkan simpati dan penghargaan baik dari sekolah, guru dan orang tua,
-
Sifat kompetitif (persaingan sehat) antara pribadi dalam meraih prestasi belajar,
-
Suasana tenang,
senang dan rasa aman apabila
menguasai pelajaran secara baik dan berprestasi tinggi. 2) Faktor eksogen (luar diri anak) a) Faktor instrumental; merupakan faktor lingkungan yang diciptakan oleh manusia. Termasuk kedalamnya adalah pendidik itu sendiri,
8
kurikulum, program, serta alat
Darsono, dkk, Materi Pokok Landasan Kependidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), hal.48-49
13
(perpustakaan, laboratorium, sarana dan prasarana, dan tata tertib). b) Faktor
lingkungan;
meliputi
lingkungan
sosial
dan
lingkungan alamiah. Jika kita perhatikan poin-poin yang secara psikologis mempengaruhi keberhasilan belajar, terlihat bahwa yang dimaksud belajar tersebut adalah belajar dalam situasi formal di sekolah. Walaupun dalam kenyataannya kita mengenal tri pusat pendidikan yakni pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun dari ketiga tersebut yang paling menonjol peranannya adalah sekolah (formal). Jadi, secara tidak sadar jika kita membicarakan belajar maka pikiran kita akan langsung tergiring pada situasi belajar di sekolah formal. Sejalan dengan Darsono, Nana Syaodih juga mengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor dalam diri individu, dan faktor lingkungan. Faktor dalam diri inividu meliputi faktor jasmaniah (termasuk ke dalam faktor ini yaitu: kesehatan badan serta kondisi kesehatan panca indera) dan faktor psikis atau rohaniah (termasuk ke dalam faktor ini yaitu kondisi kesehatan psikis, kemampuankemampuan intelektual, soaial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari indifidu). Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 9 Sementara itu Wasty Soemanto mengemukakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor-faktor stimuli belajar, faktor-faktor metode belajar serta faktor-faktor individual. Stimuli belajar merupakan segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat atau ringannya 9
Nana Syaodih, Landasan Psikologi…, hlm.162-165.
14
tugas, serta suasana lingkungan eksternal (cuaca, waktu, kondisi tempat, penerangan dan sebagainya). Ke-dua adalah faktor-faktor metode belajar. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa, sehingga akan menentukan berhasil atau tidaknya siswa menguasai materi pelajaran. Terakhir adalah faktor-faktor individual. Faktor ini meliputi hal-hal berikut yaitu: kematangan, usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi. 10 Jika kita cermati bersama, dari ketiga pendapat tersebut sebenarnya terdapat kesamaan. Walaupun pada pendapat yang ke-tiga ada sedikit perbedaan dimana ia mengelompokannya kedalam tiga faktor, namun pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: (1) Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis, motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental. (2) Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa agar dapat berprestasi, siswa harus belajar. Karena, dengan belajar seorang siswa akan mendapatkan berbagai macam perubahan. Perubahan tersebut, yaitu: pertama aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan. Kedua, aspek afektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik, meliputi perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik seperti penguasaan keterampilan 10
121
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.113-
15
baru. Namun, harus diketahui bahwa tidak semua perubahan itu diakibatkan dari hasil belajar. Perubahan akibat proses belajar terjadi secara sadar, terarah, bersifat continue dan menetap, serta meliputi seluruh aspek tingkah laku. Setiap perubahan yang diperoleh dari proses belajar dapat diukur ketercapaiannya. Inilah yang kita kenal dengan ”prestasi”. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi mengandung pengertian “hasil yang diperoleh dengan kerja keras yang dilakukan oleh seseorang”.11 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata prestasi mempunyai arti ”hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.12 Menurut Nana Sudjana, ”prestasi (hasil belajar) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”13. Dengan demikian, prestasi merupakan hasil atau kemampuankemampuan yang diperoleh seseorang setelah ia melakukan atau mengerjakan sesuatu. Prestasi belajar seorang siswa biasa diketahui setelah dilakukan tes hasil belajar. Hasil tes tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Besar kecilnya skor yang diperoleh peserta didik menunjukan besar kecilnya hasil usaha yang dilakukan peserta didik tersebut, sehingga dari prestasi itu dapat dilihat kesungguhan siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil (berupa penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka) yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar. Sebagaimana diungkapkan di atas, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis, 11
Djalinus Syah, dkk, Kamus Pelajar: Kata Serapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet. I, h.168 12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi III, hlm.895 13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet.X, hlm.22
16
motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental. Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya.
2. Disiplin Belajar Siswa Ketika mendengar kata disiplin, yang terlintas dalam pikiran adalah adanya hukuman. Namun, perlu diketahui bahwa disiplin bukanlah hukuman,
karena
hukuman
merupakan
salah
satu
cara
untuk
mendisiplinkan siswa. Disiplin dalam arti sempit dapat diartikan dengan kepatuhan secara ketat pada peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang sudah disetujui bersama. Sedangkan dalam arti luas dapat dikatakan sebagai kumpulan dari berbagai jenis disiplin yang ada yang secara idiil mendasarkan diri pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.14 Pada era sekarang maupun masa depan, disiplin merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan tujuan dalam organisasi apapun juga. Karena tanpa disiplin, organisasi akan mengalami kehancuran. Dalam Gerakan Disiplin Nasional (GDN), disiplin diartikan sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.15 Begitu pentingnya disiplin membuat organisasi yang sangat besar yaitu pemerintah membentuk GDN sebagaimana disebutkan di atas yang ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat agar bisa menegakan disiplin. 14
Made Supartha, dkk., Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar, (Bali: DEPDIKBUD, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1996), hlm.69, t.d. 15 Sekretaris Negara, Gerakan Disiplin Nasional (GDN); Menyongsong Era Keterbukaan Tahun 2020, (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 1996), hlm.130
17
Wardiman
Djojonegoro
mengemukakan
bahwa
“disiplin
merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, boleh dilakukan, dan yang tidak sepatutnya dilakukan”. Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu: pertama pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, kriteria atau standar yang merupakan syarat untuk mencapai kesuksesan. Kedua, sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.16 Sedangkan menurut Arikunto, di dalam pembicaraan disiplin dikenal
dua
istilah
yang
pengertiannya
hampir
sama
tetapi
pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat atau disiplin. Orang yang dalam mengikuti peraturan masih didasarkan atas rasa takut karena ada orang lain atau juga karena didesak oleh kepentingan pribadi yang lain, belum dapat dikatakan disiplin17.
16 Wardiman Djojonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 20-21 17 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hal.114
18
Sementara itu Lindgren sebagaimana dikutip oleh Amir Achsin, mengemukakan bahwa disiplin memiliki tiga arti utama, yaitu: hukuman (sebagai sanksi karena seseorang telah melanggar aturan atau tata tertib), pengawasan (dengan memaksa anak untuk berbuat secara teratur sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan), dan latihan (untuk membenarkan dan menguatkan tingkah laku yang baik).18 Dari
berbagai
pengertian
tentang
disiplin
diatas,
dapat
disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang secara sadar mematuhi berbagai peraturan atau norma yang ada, yang telah disepakati sebelumnya. Disiplin akan terbentuk pada diri seseorang apabila secara sadar ia mematuhi peraturan atau tata tertib yang ada. Bukan karena adanya rasa ingin dihormati, mendapat pujian atau hal lainnya. Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang dalam suatu sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat, sementara nilai budaya masyarakat tersebut tercipta dari sistem norma yang dianut warganya. Dengan demikian, disiplin dibentuk oleh dua unsur utama yaitu (1) norma dan sikap yang ada pada diri manusia dan (2) nilai budaya yang ada dalam masyarakat.19 Norma dan sikap merupakan unsur yang ada dan hidup dalam jiwa seseorang yang menentukan corak reaksi terhadap lingkungannya. Sedangkan nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi tindakan warga masyarakat. Mengingat begitu banyaknya lingkup disiplin, banyak para ahli yang mencoba mengelompokannya. Sesuai dengan peringkat manusia (individu, kelompok, masyarakat dan bangsa), Wardiman menggolongkan disiplin kedalam tiga kategori yaitu:20
18
Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar-Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pangdang Press, 1990), cet.2 hlm.61 19 Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional..., hlm. 21 20 Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional..., hlm. 22
19
(a) Disiplin pribadi sebagai perwujudan pribadi yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu. (b) Disiplin kelompok sebagai perwujudan dari sikap taat patuh terhadap aturan dan norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia. (c) Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditunjukan oleh warga Negara terhadap aturan-aturan atau nilai yang berlaku secara nasional. Berdasarkan sumber pembuatnya, disiplin dibedakan atas empat jenis yaitu:21 (a) Disiplin buatan guru; dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang baik demi berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif serta tertib dan teratur. (b) Disiplin buatan kelompok; peraturan-peraturannya dibuat oleh dan hanya berlaku untuk kelompok tersebut. Misalkan disiplin yang dibuat dalam kelompok belajar. (c) Disiplin yang dibuat diri sendiri; bertujuan sebagai pedoman tindakan diri. Semakin matang tingkat berfikir seseorang maka maka akan dibarengi dengan rasa tanggung jawab untuk ikut mengembangkan kelompok dan pada akhirnya mengembangkan masayaratnya. Agar bisa sampai ke situ, maka harus dimulai dengan mendisiplinkan diri sendiri. Misalkan dengan membiasakan diri mempelajari materi sebelum materi tersebut diajarkan, menanyakan materi yang belum dimengerti pada guru, tidak menyontek saat ujian dan lain sebagainya. (d) Disiplin karena tugas; setiap tugas memiliki tingkat disiplin tersendiri yang mengharuskan dipatuhi oleh orang yang menjalankan tugas tersebut. Misalkan perbedaan antara tugas guru dan siswa. Sedangkan berdasarkan tempatnya, disiplin mencakup tiga lingkup, yaitu: (a) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, (b) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan (c) perilaku kedisiplinan di rumah22. 21
Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan …, cet.2, hlm.62-66
20
Tingkat disiplin siswa akhir-akhir ini nampaknya sudah sangat menghawatirkan. Perilaku negatif seperti merokok, membolos, tawuran merupakan beberapa contoh tindakan indisipliner yang sering dilakukan siswa. Masalah ini membutuhkan penanganan serius karena jika tidak maka akan menghambat proses pembelajaran siswa yang bersangkutan. Kondisi tersebut menuntut guru untuk bersikap disiplin, arif dan berwibawa dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa mendisiplinkan
peserta
didik
agar
dapat
mendongkrak
kualitas
pembelajaran. Reisman dan Payne sebagaimana dikutif oleh E. Mulyasa mengemukakan strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai berikut: (a) Konsep diri; strategi ini menyarankan kepada guru untuk menumbuhkan konsep diri siswanya dengan cara bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah. (b) Keterampilan berkomunikasi; guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. (c) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru harus mampu menjelaskan akibat-akibat yang logis dan alami atas perilaku salah yang telah dilakukannya, sehingga bisa membimbing siswa mengendalikan prilakunya sesuai dengan aturan. (d) Klarifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membatu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri. (e) Analisis transaksional; menuntut guru untuk bersikap lebih dewasa dalam menghadapi siswa yang bermasalah. (f) Terapi realitas; guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah dan melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajran. (g) Disiplin yang terintegrasi; guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan dan tata tertib sekolah. (h) Modifikasi perilaku; guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku peserta didik. 22
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran..., hal.137
21
(i) Tantangan bagi disiplin; guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan disiplin siswa. 23 Sedikit berbeda dengan Reisman dan Payne, Amir Achsin mempunyai pendapat tersendiri tentang teknik mendisiplinkan siswa yaitu sebagai berikut:24 (a) Teknik pengaturan arena kelas; terdiri dua bagian, (1) teknik yang digunakan untuk mengatur kelas tradisional, yaitu dengan cara mengatur posisi tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa mempengaruhi perhatian, tingkah laku dan motivasi siswa terhadap pelajaran. Ada siswa yang senag duduk di depan, ada juga yang tidak, ada yang senang jika duduk paling belakang, samping kiri, kanan atau di tengah. Jika terlalu lama duduk di tempat yang sama juga akan menimbulkan kejenuhan. Untuk itu guru harus memperhatikan tempat duduk siswanya agar jangan sampai menurunkan perhatian serta motivasinya untuk belajar. Kedua adalah mengatur struktur atau susunan kelas secara keseluruhan, (kelas yang tersusun rapi, indah dan bersih akan menimbulkan perhatian dan motivasi serta tingkah laku yang lebih positif daripada kelas yang kotor serta tidak teratur letaknya. (2) Teknik pengaturan arena kelas utuk metode tertentu, pengaturan tempat duduk untuk metode belajar diskusi, debat, rollplaying atau small group work misalkan akan membutuhkan pengaturan tempat duduk yang berbeda. (b) Teknik pengurangan kecemasan siswa; kecemasan yang berlebihan pada siswa misalkan memandang UN sebagai sesuatu yang sangat menakutkan, justru akan membuat siswa kehilangan gairah untuk belajar. Untuk itu kelebihan kecemasan itu harus dikurangi dengan cara: mengadakan pertemuan terbuka antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru untuk membicarakan berbagai masalah 23
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet.IV, hlm. 124-125 24 Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan …, cet.2, hlm. 76-83
22
belajar yang dialami, mengubah posisi tempat duduk, serta menggunakan variasi metode belajar yang lebih menarik dan menyenangkan. (c) Meningkatkan kecemasan siswa; ada kecemasan-kecemasan minimal yang perlu dimiliki oleh siswa, misalkan takut jika bolos sekolah, takut jika mendapat nilai kecil dalam ujian dan sebagainya, tetapi jika terlalu sedikit maka siswa akan kehilangan gairah untuk belajar karena dia sama sekali tidak memiliki motivasi untuk belajar. Tugas guru adalah menjaga agar tingkat kecemasan itu secara positif berada pada tingkat yang cukup memadai untuk menstimulasi kegiatan belajar dan mendisiplinkan diri.
Pendapat Reisman dan Payne serta Amir Achsim sebagaimana dijelaskan di atas, menunjukan bahwa peran guru sangat penting untuk membentuk disiplin pada diri siswa. Secara aktif guru harus mampu ngendalikan kelas sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah agar tercipta suasana belajar yang kondusif sehingga membantu setiap siswa untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Suasana sekolah yang aman, tertib dan disiplin tentunya menjadi idaman setiap sekolah. Karena salah satu kualitas sekolah dapat dilihat dari standar disiplin yang diterapkannya. Berkenaan dengan hal itu, Wayson dan teman-temannya meneliti sejumlah sekolah dan menemukan ciri-ciri sekolah yang memiliki disiplin baik, sebagaimana dikutip oleh Agus Suryawan sebagi berikut: (a) Lingkungan sekolah kondusif untuk bekerja secara disiplin seperti pengajaran berjalan secara efektif, program yang saling menunjang antara satu dengan yang lainnya, program terkoordinasi dengan baik dan lain sebagainya. (b) Sebagian besar guru memandang sekolah sebagai tempat untuk bekerja dan untuk mendapatkan pengalaman yang sukses dalam mengerjakan sesuatu. (c) Dalam memperbaiki disiplin, sekolah memusatkan diri pada mencari sebab-sebabnya bukan pada gejalanya.
23
(d) Program sekolah menekankan perilaku positif serta usaha preventif, bukan menitik beratkan pada hukuman. (e) Menyesuaikan tindakan dengan kebutuhan sekolah dan memberi kesempatan melakukan sesuatu dengan gaya tersendiri. (f) Mengadakan kerja sama yang kuat dengan para orang tua murid dan masyarakat setempat. (g) Bersedia menerima kritik dan penilaian secara luas dari berbagai pihak. 25 Setelah dikemukakan banyak pendapat tentang disiplin, dari mulai pengertian hingga kriteria sekolah yang memiliki disiplin yang baik sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka sampailah pada kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan disiplin belajar adalah kesadaran yang timbul dari dalam diri siswa untuk belajar, yaitu dengan mematuhi semua tata tertib yang berlaku di sekolah maupun di rumah. Guru mempunyai peranan penting dalam mendisiplinkan siswa. Guru dituntut untuk lebih sabar, cekatan dan tegas dalam mengendalikan disiplin siswa. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, mengetahui karakteristik setiap siswa, menguasai berbagai metode pengajaran yang aktif dan menyenangkan, serta keterampilan mengendalikan kelas (misalkan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang memotivasi setiap siswa agar secara aktif mau belajar). Disiplin dikelompokan kedalam beberapa bagian. Berdasarkan peringkat manusia yang melaksanakannya, disiplin dibagi atas disiplin pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional. Berdsarkan sumber pembuatnya, disiplin dibedakan atas disiplin buatan guru, disiplin kelompok, disiplin buatan diri sendiri dan disiplin karena tugas. Berdasarkan tempatnya, disiplin dibedakan atas, disiplin di kelas, disiplin di luar kelas (lingkungan sekolah) dan disiplin di rumah.
25
Agus Suryawan, Hubungan Motivasi dan Disiplin Belajar Murid dengan Prestasi Belajar Murid SMU di Kodya Bekasi, Tesis Program Pasca Sarjana UI, (Jakarta: perpustakaan Universitas Indonesia, 1998), hlm.64-65, t.d.
24
Pengelompokan
disiplin
yang
terakhir
inilah
(berdasarkan
tempatnya) yang akan dijadikan indikator kedisiplinan belajar siswa siswa. Siswa dikatakan mempunyai disiplin belajar yang baik apabila ia telah disiplin dalam belajar di kelas, di luar kelas (lingkungan sekolah) dan disiplin dalam belajar di rumah.
2. KERANGKA BERPIKIR Banyak faktor yang mempengaruhi presatasi belajar seorang siswa, diantaranya adalah faktor kedisiplinan. Kedisiplinan timbul karena ada kesadaran dari anak tersebut untuk mematuhi norma-norma (tata tertib) yang berlaku di sekolah. Idealnya, jika seorang siswa telah berlaku disiplin yaitu dengan mematuhi tata tertib dan mengerjakan semua tugas sekolah yang diberikan kepadanya, maka akan berpengaruh baik terhadap prestasi belajar siswa tersebut. Sebaliknya, jika disiplin belajar seorang siswa rendah, maka prestasi belajarnya pun akan rendah pula. Walaupun mungkin ada anggapan lain bahwa hal tersebut tidak dapat serta merta demikian, karena banyak hal lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti kondisi keluarga, lingkungan tempat tinggal, ketersediaan fasilitas belajar, atau pun kondisi fisik siswa itu sendiri. Dalam penelitian ini, dengan terlebih dahulu tidak memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa selain disiplin belajar, akan dicari tahu bagaimana hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi belajarnya.
Disiplin Belajar (X), Indikator: a. Berdisiplin di dalam kelas, b. Berdisiplin di luar kelas (lingkungan sekolah) c. Berdisiplin di rumah,
Prestasi Belajar (Y) Dilihat dari nilai mid semester ganjil tahun pelajaran 2010 – 2011.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
25
3. PENGAJUAN HIPOTESIS 1. Hipotesis Nol (Ho): Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar siswa. 2. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat disiplin belajar siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat, Jl. Ciputat Raya no.27 (depan UIN Jakarta), Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan dari bulan Oktober hingga November 2010.
C. METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode deskriftif-korelatif. Metode deskriftif digunakan untuk mengambarkan keadaan yang sebenarnya tentang disiplin belajar, sedangkan metode korelatif digunakan untuk mengetahui hubungan disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar.
26
27
D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian1. Populasi terbagi kedalam dua bagian yaitu populasi target dan populasi terjangkau. a) Populasi Target Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahuan ajaran 2010 – 2011. b) Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011, berjumlah 84 orang. Ada beberapa alasan kenapa dipilih kelas VIII sebagai populasi terjangkau, yaitu sebagai berikut: -
Sekolah tidak memberikan izin untuk dilakukan penelitian terhadap kelas IX, karena mereka lebih difokuskan dalam berbagai program pembelajaran yang telah disusun sekolah sebelumnya untuk menghadapi Ujian Nasional,
-
Kelas VII dianggap belum mampu untuk mengisi angket penelitian dengan benar karena masih dalam masa transisi dari tingkat SD ke SMP. Dikhawatirkan jika dipaksakan, maka hasilnya akan tidak maksimal,
-
Maka dipilihlah kelas VIII karena dianggap tidak akan terlalu mengganggu proses belajarnya, telah memiliki pengalaman belajar di sekolah tersebut selama 1 tahun, serta dianggap telah cukup mampu untuk mengisi angket penelitian dengan benar.
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti2. Yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B SMP YMJ Ciputat yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2010 – 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, hal.130 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, . . . hal.131
28
2011. Menurut Sugiyono tentang penentuan jumlah sampel dari populasi, jika jumlah populasi 84 orang dengan taraf kesalahan 5% maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 68 orang. 3
E. VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian terdiri dari, sebagai berikut: Variabel Bebas (X) : Disiplin Belajar Variabel Terkait (Y) : Prestasi Belajar
F. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Sesuai dengan variabelnya, instrument penelitian yang digunakan yaitu sebgai berikut: 1. Prestasi Belajar Instrument yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah nilai hasil UTS pada semester ganjil tahun ajaran 2010 – 2011. 2. Disiplin Belajar Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang disiplin belajar adalah angket atau kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup merupaka jenis “kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih”4. Isi kuesioner berjumlah 42 soal pernyataan dengan 4 pilihan jawaban.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-7, hlm.87 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian … Cet. Ke-13, hal.152
29
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat) No. 1
Dimensi
Indikator
No. Butir Soal
Disiplin di a. Memperhatikan pelajaran. dalam kelas b. Bertanya
atau
2, 3 dan 14
menjawab 1 dan 6
pertanyaan guru. c. Meminta izin guru untuk masuk 4 dan 31 dan keluar kelas.
7 dan 11
d. Mencontek hasil pekerjaan teman. 9 dan 33 e. Berbuat gaduh di kelas. f. Memanfaatkan
waktu
secara 8, 10 dan 12
maksimal untuk belajar. g. Mengumpulkan
tugas
tepat 13 dan 22
waktu. h. Menjaga
kebersihan
dan 36, 37 dan 38
keindahan kelas. 2.
Disiplin di a. Mematuhi aturan sekolah.
15, 18 dan 22
luar
5, 17 dan 19
kelas b. Mengucapkan salam.
(lingkungan c. Bolos sekolah. sekolah)
d. Menjaga
21 dan 34
kebersihan
dan 23 dan 35
keindahan sekolah. e. Menggunakan kata-kata kotor. f. Izin
sebelum
20 dan 39
meninggalkan 16 dan 40
sekolah. 3
Disiplin di a. Menyiapkan rumah
alat
dan
bahan 24, 25 dan 29
pelajaran. b. Mengerjakan tugas dari guru.
26 dan 30
c. Mengulang materi pelajaran.
27 dan 42
d. Memanfaatkan waktu luang.
28 dan 41
30
Untuk menentukan skor pilihan jawaban angket, digunakan skor pernyataan positif negatif skala Likert. Untuk pernyataan positif, pilihan jawaban “selalu” mendapat skor 4, “sering” mendapat skor 3, “kadangkadang” mendapat skor 2 dan “tidak pernah” mendapatkan skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif digunakan skala kebalikannya. Jika yang dipilih jawaban “selalu” maka akan mendapat skor 1, “sering” mendapat skor 2 dan seterusnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert Pernyataan
Kategori Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
Positif
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
a. Uji Validitas Instrument Penelitian Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang hendaknya diukur.5 Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan rumus product moment dari Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor tiap butir dengan jumlah skor total. rxy
N xy x y
N x 2 x N y 2 y
Nilai
2
rxy
(r-hitung)
2
yang
didapat
dari
perhitungan
menggunakan rumus di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai r-
5
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi… hlm.97
31
kritis. Jika r-hitung > r-kritis maka butir soal valid, sebaliknya jika rhitung < r-kritis maka soal dinyatakan tidak valid. Menurut Masrun sebagaimana dikutif oleh Sugiono menyatakan bahwa sebuah item dinyatakan valid apabila memenuhi syarat minimum yaitu jika r ≥ 0,3. Jadi, kalau korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.6 Berikut adalah hasil perhitungan item valid dan drop dengan menggunakan rumus Pearson dari program Microsoft Excel: Tabel 3.3 Perhitungan Nomor Item Valid dan Drop
6
No.
Koefisien
Item
Korelasi “r-hitung”
1.
r-kritis
Status
0.24
0.3
Drop
2.
0.21
0.3
Drop
3.
0.53
0.3
Valid
4.
0.43
0.3
Valid
5.
0.46
0.3
Valid
6.
0.18
0.3
Drop
7.
0.37
0.3
Valid
8.
0.35
0.3
Valid
9.
0.70
0.3
Valid
10.
0.57
0.3
Valid
11.
0.45
0.3
Valid
12.
0.60
0.3
Valid
13.
0.39
0.3
Valid
14.
0.33
0.3
Valid
15.
-0.33
0.3
Drop
16.
0.02
0.3
Drop
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.7, hlm. 134
32
17.
0.52
0.3
Valid
18.
0.37
0.3
Valid
19.
0.44
0.3
Valid
20.
0.50
0.3
Valid
21.
0.45
0.3
Valid
22.
-0.24
0.3
Drop
23.
0.59
0.3
Valid
24.
0.47
0.3
Valid
25.
0.31
0.3
Valid
26.
0.45
0.3
Valid
27.
0.43
0.3
Valid
28.
0.53
0.3
Valid
29.
0.38
0.3
Valid
30.
0.44
0.3
Valid
31.
0.14
0.3
Drop
32.
0.54
0.3
Valid
33.
0.37
0.3
Valid
34.
0.57
0.3
Valid
35.
0.52
0.3
Valid
36.
0.66
0.3
Valid
37.
0.49
0.3
Valid
38.
0.07
0.3
Drop
39.
0.02
0.3
Drop
40.
0.47
0.3
Valid
41.
0.45
0.3
Valid
42.
0.33
0.3
Valid
Dari tabel tersebut diatas, dapat dibaca bahwa dari 42 (empat puluh dua) item soal terdapat 9 soal drop (tidak valid) yaitu nomor 1, 2, 6, 15, 16, 22, 31, 38 dan 39. Sedangkan soal yang valid berjumlah 33.
33
Selanjutnya, soal yang drop tersebut dibuang (tidak disertakan dalam instrument). b. Reliabilitas Instrumen Suatu instrument dikatakan reliable apabila instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya.7 Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrument digunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut:
x x n
2
2
2 k b r11 1 2 t k 1
dengan 2 b
n
Keterangan: r11
= reliabilitas instrument
k
= banyakanya butir pertanyaan
∑σb2 = jumlah varians butir σt2
= varians total
x
= skor butir
n
= jumlah responden Setelah dilakukan penghitungan dengan rumus alpha di atas,
didapat jumlah varians butir (∑σb2) = 29,5022. Selanjutnya adalah mecari nilai varians total, yaitu sebagai berikut:
jumlahkuadratskortotal
jumlahresponden jumlahresponden
t2 258886
jumlahskortotal 2
19622 15
15
3849444 15 15
258886
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian … Cet. Ke-13, hal.179
34
258886 256629,6 15
2256,4 15
150,4267 Keterangan: Tabel penolong untuk perhitungan uji reliabilitas sebagaimana terlampir. Dengan demikian telah diketahui nilai: k
= 42
∑σb2 = 29,5022 σt2
= 150,4267
n
= 15 Terakhir, nilai-nilai tersebut dimasukan ke dalam rumus
reliabilitas: 29,5022 42 r11 1 42 1 150,4267
42 1 0,196 41 1,024 0,804 0,823296 0,823 Dengan demikian diketahui nilai koefisien reliabilitas instrument adalah sebesar 0,823. Karena nilai koefisien reliabilitas tinggi yaitu 0,823, maka dapat dikatakan instrumen bersifat reliabel.
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Data dikumpulkan dengan mengukur tingkat disiplin belajar siswa menggunakan angket kemudian hasilnya dikorelasikan dengan prestasi belajar siswa yang diambil dari rata-rata nilai UTS siswa semester ganjil, seluruh mata pelajaran.
35
H. TEKNIK ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Mengingat metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-korelatif, maka analisis datanya pun terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut: 1. Metode deskriftif Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat disiplin belajar siswa. Langkah-langkah yang digunakan pertama membuat tabel distribusi frakuensi dari skor hasil angket. Kedua, dari tabel tersebut ditentukan X
nilai mean (rata-rata)
fi.xi . fi
Ketiga,
setelah
dengan
didapat
menggunakan
nilai
rata-rata
rumus:
kemudian
dikonsultasikan dengan tabel berikut untuk menunjukan tingkat disiplin siswa: Tabel 3.3 Tingkat Disiplin Siswa No
Skor
Keterangan tingkat disiplin
1.
≤ 33
Sangat Rendah
2.
34 – 59
Rendah
3.
60 – 85
Sedang
4.
86 – 111
Tinggi
5.
112 – 132
Sangat Tinggi
Setelah dilakukan perhitungan nilai mean(rata-rata) kemudian didapat nilai tingkat disiplin belajar siswa, selanjutnya adalah menginterpretasikan data; yaitu dengan cara menentukan nilai prosentase skor hasil angket per indikator dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan nilai harapan (NH); didapat dengan mengkalikan jumlah item pertanyaan per indikator dengan nilai tertinggi, b. Menentukan nilai skor (NS); merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian
36
c. Menentukan persentase kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus: P
NS 100% . NH
2. Metode Korelasi Untuk mengetahui tingkat hubungan antara disiplin dengan prestasi belajar siswa, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari angka korelasi menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut: rxy
N xy x y
N x 2 x N y 2 y 2
2
Keterangan: rxy : Angka indeks korelasi ”r” Product Moment N
: Number of cases
xy : Jumlah hasil perkiraan antara skor x dan skor y x
: Jumlah seluruh skor x
y
: Jumlah seluruh skor y8 Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap rxy, penulis
berpatokan pada koefisien korelasi (r) sebagai berikut: Tabel 3.4 Tabel Interpretasi Nilai r9 Besarnya nilar r Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200
8 9
Interpretasi Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah (Tidak berkorelasi)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal.274 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal.276
37
b. Uji signifikansi Uji signifikansi dimaksudkan untuk mengetahui apakah hubungan korelasi yang ditemukan tersebut signifikan untuk seluruh populasi, dengan kata lain uji signifikansi dilakukan untuk menguji hipotesis, apakah Ho diterima atau ditolak. Caranya yaitu dengan mengkonsultasikan nilai nila “r” yang didapat dengan nilai “r” product moment pada tabel (rtabel).
Ketentuannya, jika r-hiungt > r-tabel maka Ha diterima, sedangkan
jika r-hitung < r-tabel maka Ho diterima. c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah disiplin belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Besarnya koefisien determinasi ditentukan dengan rumus sebagi berikut: KD = r2 x 100% Keterangan: KD = Koefisien Determinasi r
= nilai r-hitung
I. HIPOTESIS STATISTIK Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah: 1. Ho = µ = 0 (tidak ada hubungan) 2. Ha = µ ≠ 0 (ada hubungan)
38
BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Sejarah Singkat SMP YMJ Ciputat Permintaan masyarakat yang cukup banyak untuk menyekolahkan anaknya
pada sekolah yang mudah dijangkau baik dari aspek biaya
maupun letak sekolah tanpa mengurangi kualitas pendidikan , membuat pengurus Yayasan Miftahul Jannah bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat wilayah kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, pada tahun 1999 merintis berdirinya Sekolah Menengah Pertama Yayasan Miftahul Jannah atau disingkat ( SMP YMJ). SMP YMJ merupakan salah satu pendidikan formal dari pengembangan Yayasan Miftahul Jannah yang telah memulai kegiatan belajar mengajar sejak tahun ajaran 1999 – 2000 hingga sekarang dengan makna keunggulan: a. Kemampuan membaca Al-Qur’an dan pengamalan ibadah sehingga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. b. Kemampuan berbahasa Inggris secara aktif sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau pun sebagai
38
39
bekal menghadapi persaingan
globalisasi dalam
segala aspek
kehidupan. c. Keterampilan mengoperasikan komputer sesuai dengan tuntutan masa kini. Dalam perjalanannya, pada tahun 2004 SMP YMJ merubah status dari “diakui” menjadi “terakreditasi A”. 2. Visi SMP YMJ Visi merupakan suatu keadaan yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang. Di lingkungan sekolah, visi ditetapkan oleh pimpinan lembaga tersebut dalam hal ini adalah kepala sekolah, meski dalam praktik pada umumnya penetapan visi dilakukan secara bersama-sama oleh guru, kepala sekoalah serta pimpinan lain sekolah tersebut. Menurut Nurbaini Amien, visi sekolah diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Visi mampu merangsang kreatifitas dan bermakna secara fisikpsikologis bagi kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan komite sekolah, b. Visi dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan komite sekolah, c. Visi mampu mereduksi sikap egoistik-individual atau egoistik-unit ke format berfikir kolegialitas, komprehensif dan bekerja sama dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang lain, d. Visi dapat merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam aneka perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan anggota komite sekolah, sekaligus menghargai perbedaan dan menjadikan perbedaan itu potensi untuk maju secara sinergis.1 SMP YMJ sebagai lembaga pendidikan formal di lingkungan Diknas Kota Tangerang Selatan memiliki visi sebagai berikut: “Terwujudnya lulusan yang unggul dalam Iptek berlandaskan Imtaq”. Keunggulan tersebut dijabarkan dalam indikator sebagai berikut: a. Unggul dalam perolehan nilai ujian nasional b. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan teknologi 1
Nurbani Amien, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center (Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm.92, t.d.
40
c. Unggul dalam keterampilan berkomunikasi Bahasa Inggris dan bahasa lainnya d. Unggul dalam keterampilan komputer dan mengetik e. Unggul dalam pengamalan imtaq dan berakhlak mulia Visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan serta memperhatikan potensi terkini sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. Visi tersebut juga telah memenuhi kriteria visi sekolah sebagaimana disebutkan di atas, karena visi tersebut dirumuskan secara sederhana, terfokus, mudah difahami maknanya serta dapat dilaksanakan secara realistis. 3. Misi SMP YMJ Misi merupakan
langkah-langkah
kegiatan
strategis untuk
mencapai visi yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan visi di atas, sekolah menentukan langkah-langkah strategis sebagai berikut: a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif untuk peningkatan perolehan nilai ujian nasional b. Meningkatkan pembelajaran untuk semua mata pelajaran sekolah c. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan berkomunikasi Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnnya d. Meningkatkan pembelajaran keterampilan komputer dan mengetik e. Menumbuhkan semangat pengalaman imtaq dan berakhlak mulia 4. Sarana dan Prasarana Peran sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal maupun non formal sangatlah penting guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan pokok dalam proses pendidikan. Ketersediaannya merupakan salah satu yang utama setelah siswa dan guru. Semakin baik sarana dan prasara yang ada di suatu lembaga pendidikan maka akan semakin baik pula menunjang kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
41
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP YMJ adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana2 Jenis
No.
Jumlah
Keterangan
1.
Ruang Kelas
6
Baik
2.
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
3.
Ruang Guru
1
Baik
4.
Ruang TU
1
Baik
5.
Ruang Perpustakaan
1
Baik
6.
Lab. Komputer
1
Baik
7.
Lab. Bahasa
1
Baik
8.
Mushala
1
Baik
9.
Lapangan Olahraga
1
Baik
10.
Ruang OSIS
1
Baik
11.
Toilet Guru
1
Baik
12.
Toilet siswa
2
Baik
13.
Kantin
1
Baik
14.
Komputer Pegawai
2
Baik (Pentium 4)
15.
Internet
1
Baik (Speedy)
Melihat tabel di atas, nampak bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di SMP YMJ sudah cukup baik menunjang kegiatan pembelajaran. Namun, yang jadi permasalahan adalah letak sekolah yang berada di tengah permukiman warga. Sekolah terbagi menjadi dua gedung terpisah. Gedung A terdiri dari ruang kelas, ruang kepsek, ruang guru, ruang TU, lab. Komputer, lab. Bahasa perpustakaan dan toilet. Sedangkan gedung B terdiri dari ruang kelas dan toilet. Letak gedung B terpisah tidak terlalu jauh tetapi terhalang oleh beberapa rumah warga. 2
Slamet Riyanto, Arsip Data Sarana dan Prasarana SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
42
Kondisi seperti ini, membuat siswa yang belajar di gedung A maupun gedung B kurang kondusif karena kurang mendapatkan pengawasan. Lalulintas warga sekitar tentunya mengganggu konsentrasi belajar siswa. Selain itu, karena lemahnya pengawasan banyak siswa yang keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung. Letak gedung B yang agak berjauhan dan terhalang oleh rumahrumah warga membuat siswa yang belajar di sana kurang mendapat pengawasan secara langsung dari guru atau karyawan sekolah, sehingga kemungkinan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner seperti bolos, datang sekolah telat dan lain sebagainya, menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan siswa yang belajar di gedung A. Walaupun sudah ditempatkan seorang karyawan di sana, tetapi kurang efektif karena karyawan bukan merupakan seseorang yang disegani oleh siswa. 5. Keadaan Guru di SMP YMJ Guru merupakan salah stau komponen penting dalam proses pendidikan. Secanggih apapun teknologinya, peranan guru akan sulit tergantikan oleh apapun juga. Mengingat begitu pentingnya peranan guru di sekolah, maka guru setidaknya harus memenuhi empat kompetensi utama sebagaimana dijelaskan dalam UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Keempat kompetensi tersebut yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Komposisi guru pada SMP YMJ terdiri dari 9 orang Guru Tetap Yayasan (GTY) dan 9 orang Guru Tidak Tetap (GTT). Total jumlah guru 18 orang, Dilihat dari segi jumlah, guru pada SMP YMJ dirasa sudah cukup, mengingat hanya terdapat 6 rombongan belajar sementara jumlah guru ada 18 orang, terdiri 1 orang berpendidikan S.2, 10 orang S.1, 4 orang D.3, 1 orag PGSLTA, dan 2 orang belum lulus S.1. Tetapi, secara profesional terdapat 7 orang guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik (4 orang D.3, 1 orang PGSLTA, dan 2 orang belum lulus S.1). Padahal, secara jelas pada Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang standar
43
kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa guru harus memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S.1. Terdapat 9 orang guru pengajar di SMP YMJ yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) dan sisanya merupakan guru tidak tetap (GTT). Besarnya jumlah GTT menyebabkan guru-guru tersebut tidak bisa mengajar secara full di SMP YMJ karena guru-guru tersebut juga mengajar di sekolah lain. Akibatnya, konsentrasi mengajar terbagi ke beberapa sekolah. Padahal, seharusnya seorang guru fokus mengajar hanya di satu sekolah. Jika seorang guru mengajar di beberapa sekolah yang berbeda maka akan berdampak buruk pada kualitas pengajaran karena secara otomatis konsentrasi mengajarnya akan terpecah. Sementara itu, terdapat 4 orang guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Guru-guru tersebut adalah guru Bahasa Inggris, guru Geografi, guru Seni Musik dan guru PKn. Data guru SMP YMJ tahun ajaran 2010 – 1011 lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Data Guru SMP YMJ Tahun 20103 No.
Nama
L/P
1.
Drs. Trisno Yulianto
L
2.
Marno Hadianto, BSc. H. Sukri Hadi, BSc.
L
HJ. Oon R.J. M.Ag.
P
3.
4.
3
L
TTL
Pendidikan
Jabatan
Wonogiri, 2 S.1 P. Seni Kepsek. Juli 1965 Budaya Guru Seni UNS, 1990 Budaya (Lukis) Kuningan, D.3 W. Kepsek 25 Mei Ekonomi Guru 1965 Geografi Jakarta, 28 D3 PAI Guru PKn April 1950 IAIN Jakarta, 1975 Jakarta, 27 S.2 PAI Guru PAI Gustus IIQ, 1995 1968
Slamet Riyanto, Arsip Data Guru SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
Status
GTY (PNS)
GTY
GTT
GTY (PNS)
44
5.
Udin Nurdin
L
6.
Lela Nurlaela, SE
P
7.
Ida Nadya M, S.Kom
P
8.
Syarif Mukhsin, SE.
L
9.
Jamroni, S.Ag.
L
10. Pranowo
L
11. Nurchasanah , S.Pd
P
12. M.Z. Dhofier L
13. Yanti Damayanti, S.Pd.
P
14. Rina Guswanti, S.Pd. 15. Agus Haryanto, S.Pd. 16. Sainah, SE
L
L
P
Kuningan, D.3 PJKR 26 Februari IKIP 1967 Jakarta, 1990 Jakarta, 17 S.1 September Ekonomi 1971 AAI, 1995 Tangerang, S.1 U. Ilmu 23 Maret Komputer 1975 Gunadarma , 1999 Cirebon, 7 S.1 Juli 1967 Ekonomi STIE AD, 2000 Cirebon, 8 S.1 PAI November UIN 1976 Jakarta, 2000 Cilacap, 25 PGSLTA Mei 1951 Pemalang, S.1 P.IPA 12 (Biologi) September UIN JKT, 1980 2005 Cirebon, 5 S.1 P.MTK Agustus UIN JKT 1985 (Belum Lulus) Cirebon, 2 S.1 P.IPA Agustus (Fisika) 1985 UIN JKT, 2007 Jakarta, 17 S.1 P. September B.Indonesia 1971 UHAMKA Palembang, D.3 31 Agustus Ekonomi 1971 UNINDRA Tangerang, S.1
Guru Olahraga
GTY (PNS)
Guru Pembukuan
GTY
Guru Komputer & internet
GTY
Guru Ekonomi
GTY
W. Kepsek GTY Kesiswaan, Guru PAI & PKn Guru GTY Matematika Guru GTT Biologi
Guru Matematika
GTT
Guru Fisika
GTT
Guru B. GTT Indonesia Guru Seni GTT Budaya (musik) Guru GTT
45
17. Suryani, S.Pd
P
18. Misbadhuddi L n
3 april 1976 Ekonomi STIE AD Jakarta, 10 S.1 Desember P.B.Prancis 1978 UNJ, 2004 Cirebon, 15 S.1 PBI Maret 1986 UIN JKT (Belum Lulus)
Ekonomi Guru Inggris
B. GTT
Guru Inggris
B. GTT
6. Profil Siswa Dari segi kuantitas, total jumlah siswa SMP YMJ yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010–2011 adalah 253 orang, terdiri dari kelas VII satu rombongan belajar, kelas VIII dua rombongan belajar dan kelas IX tiga rombongan belajar. Data lebih lengkap mengenai jumlah siswa SMP YMJ Ciputat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Jumlah Siswa SMP YMJ Ciputat Tahun 20104 Kelas VII
Jumlah Siswa A
C
-
-
L = 24
L = 20
84
P = 20
P = 20
-
L = 27
L = 26
L = 17
120
P = 16
P = 15
P = 19
L = 27 P = 22
VIII
IX
Sub Total
B
Jumlah Total
49
253
Dari segi latar belakang ekonomi keluarga, berdasarkan data yang dihimpun dari sekolah, 100% siswa berasal dari keluarga ekonomi bawah dengan rata-rata penghasilan keluarga dibawah Rp.500.000,-/bulan. 4
Slamet Riyanto, Arsip Data Jumlah Siswa SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
46
“Semua siswa yang sekolah di sini berasal dari keluarga kalangan ekonomi bawah dengan rata-rata penghasilan sekitar RP.500.000,- per bulan”5, papar kepala TU SMP YMJ. Keadaan seperti ini jelas memberikan dampak tersendiri bagi sekolah maupun bagi siswa. Dampak yang terasa oleh sekolah adalah tunggakan keuangan siswa. “Setiap bulan, sekitar 70% siswa menunggak uang SPP”6, lanjut kepala TU SMP YMJ. Padahal jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah setingkat lainnya yang berada di daerah ciputat bisa dibilang uang SPP di SMP YMJ relatif lebih murah yaitu sebesar Rp.110,000,-/bulan. Belum lagi jika ditambah uang tahunan, maka jumlah tunggakan siswa akan semakin besar lagi. Mengingat SMP YMJ merupakan sekolah swasta yang tidak memiliki donatur tetap secara otomatis hanya mengandalkan pungutan dari siswa serta bantuan pemerintah untuk menutupi biaya operasional sekolah. Berdasarkan itu pula dibuat kebijakan jika siswa yang masih menunggak keuangan sekolah maka tidak boleh mengikuti ujian MID maupun UAS. Dampak dari kebijakan ini terasa ketika menjelang pelaksanaan ujian, sekolah direpotkan oleh orang tua/wali siswa yang memohon keringanan agar anaknya bisa mengikuti ujian. Sementara itu, dampak bagi siswa adalah kurang tersedianya fasilitas belajar seperti buku-buku pelajaran. Siswa hanya manggunakan LKS sebagai sarana penunjang belajar. Sementara untuk penguasaan materi, siswa mengandalkan catatan dan penjelasan dari guru. Keadaan ekonomi keluarga yang demikian, memberikan dampak secara psikologis terhadap siswa. Siswa cenderung susah diatur, keras kepala serta mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Belum lagi jika siswa berasal dari keluarga brokenhome, maka perilaku siswa semakin sulit dikontrol. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa di sekolah. Perilaku bolos, datang telat, tidak mengerjakan tugas dari guru, 5
Slamet Riyanto, Wawancara dengan Kepala TU SMP YMJ, (Ciputat: 1 November
6
Slamet Riyanto, Wawancara dengan…, (Ciputat: 1 November 2010)
2010)
47
menggunakan kata-kata kotor dalam berbicara, merupakan susuatu yang sepertinya lumrah terjadi. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus terjadi, bukan tidak mungkin maka akan semakin menambah citra negatif sekolah. Untuk itu diperlukan keseriusan dari berbagai pihak yang terkait agar masalah perilaku negatif siswa bisa dirubah menjadi lebih tertib dan teratur, menuju terwujudnya pendidikan yang berkualitas sesuai dengan harapan masyarakat. 7. Tata Tertib Sekolah Tata tertib yang ada dan berlaku di SMP YMJ Ciputat secara umum sama dengan tata tertib di sekolah-sekolah lain. Fungsi tata tertib adalah sebagai alat untuk mengatur tingkah laku siswa di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar agar mereka dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Berikut adalah tata tertib siswa SMP YMJ Ciputat:7 a. Waktu jam belajar berlaku: Senin s.d. Sabtu
: Jam 07.00 – 12.30
Khusus hari Jum’at : Jam 07.00 – 11.50 b. Siswa yang terlambat datang ke sekolah dapat masuk kelas, setelah mendapat izin dari guru piket atau petugas tata usaha. c. Siswa yang berhalangan hadir karena sakit, izin, atau hal lainnya harus memberi kabar tertulis atau lisan dari orang tua/wali, kepada wali kelas atau guru piket. d. Siswa yang terlambat masuk kelas berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali dengan alasan apapun akan mendapatkan surat peringatan berupa pemanggilan orang tua/wali. e. Setiap siswa harus: 1) Hadir di sekolah 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. 2) Memakai seragam dengan ketentuan sebagai berikut: 7
Slamet Riyanto, Arsip Tata Tertib Siswa SMP YMJ, (Ciputat: 1 November 2010)
48
Senin-Rabu : Baju putih, celana panjang biru (laki-laki) dan rok panjang biru (perempuan) Kamis
: Baju batik, bawahan biru
Jum’at
: Baju koko putih (laki-laki) dan baju muslim putih (perempuan), bawahan biru
Sabtu
: Seragam pramuka
Sepatu
: Warna hitam
3) Bersikap sopan, santun, jujur, menghormati guru, karyawan, sesama teman, orang tua dan masyarakat. 4) Senantiasa menjaga nama baik sekolah di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. 5) Seanantiasa menyelesaikan masalah secara musyawarah dan tidak mengundang serta melibatkan pihak luar. 6) Seanantiasa memelihara 5 K (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, dan Kekeluargaan), 7) Senantiasa mengamalkan 5 T (Tertib waktu,Tertib administrasi, Tertib belajar, Tertib mengajar dan Tertib lingkungan). 8) Melunasi keuangan bulanan (SPP) selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. 9) Melunasi keuangan lainnya sebagaimana waktu yang sudah ditentukan. f. Setiap siswa dilarang: 1) Membawa, mengkonsumsi, atau memperjual belikan obat terlarang, minuman keras dan/atau rokok di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. 2) Membawa senjata tajam/tumpul, senjata api di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tanpa seizing yang berwenang. 3) Membawa, menyimpan, membaca, ataupun menonton film, kaset, gambar, kartu dan media lainnya yang tidak sesuai dengan norma agama dan moral pancasila.
49
4) Memakai asesoris apapun yang semestinya tidak dipakai oleh seorang pelajar. 5) Membubuhkan tempelan atau tulisan apapun pada seragam sekolah selain yang telah ditentukan oleh sekolah. 6) Berambut gondrong serta memakai asesoris wanita seperti gelang, kalung, giwang, atau tindik hidung untuk laki-laki. 7) Memakai make-up serta perhiasan yang berlebihan bagi perempuan. 8) Meninggalkan sekolah/kelas
ketika
jam
pelajaran
sedang
berlangsung tanpa seizin guru, petugas TU, atau kepala sekolah. 9) Mambawa HP tanpa seizin orang tua dan sekolah. 10) Tawuran, baku hantam baik secara perorangan maupun kelompok dengan pihak manapun. 11) Membentuk organisasi selain OSIS atau kegiatan lainnya tanpa seizin Kepala sekolah. g. Setiap bentuk pelanggaran terhadap poin-poin di atas, akan dikenakan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Jika dilihat poin demi poin tata tertib di atas, tampak sudah sangat jelas mengatur perilaku setiap siswanya. Permasalahannya terletak pada penegakan aturan itu sendiri. Sekolah seperti kurang tegas dalam menegakan tata tertib, bahkan tampak seperti kewalahan dalam mengendalikan perilaku siswanya. Hal-hal seperti datang telat ke kelas, bolos sekolah, meninggalkan kelas saat jam pelajaran, sudah menjadi sesuatu yang biasa dan kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah. Pemberian sanksi berupa pemanggilan siswa dan orang tua siswa jarang dilakukan. Kalaupun ada, tidak memberikan manfaat yang berarti karena tidak memberikan efek jera bagi siswa. Cukup memprihatinkan memang, guru BK yang seharusnya cekatan menangani setiap siswa yang bermasalah justru tidak terlihat kerjanya. Guru-guru pun relatif bersifat cuek (kurang memperingatkan)
50
misalkan ketika mendapati siswa yang berkeliaran saat jam pelajaran. Hal ini bisa jadi disebabkan karena, rendahnya tanggung jawab guru, staf, maupun orang tua siswa terhadap tugas dan fungsinya untuk mendidik siswa, letak sekolah yang berada di tengah permukiman warga, perilaku siswa yang memang sulit untuk dikendalikan ataupun hal lainnya, tetapi karena bukan bidang bahasan dalam penelitian ini maka tidak akan dibahas lebih lanjut. Mengingat masalah ini begitu penting, maka diperlukan kesadaran dan keterlibatan dari berbagai pihak, bukan hanya guru, kepala sekolah, dan siswa tetapi juga peranan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah sangat penting. Di sekolah, tata tertib diterapkan setegas-tegasnya, di rumah orang tua mengawasi dan selalu mengingatkan anaknya untuk disiplin, serta masyarakat lingkungan sekolah juga ikut mengawasi dengan cara melaporkan kepada pihak sekolah jika mendapati siswa yang berprilaku tidak sesuai dengan tata-tertib.
B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Deskripsi hasil penelitian menjelaskan tentang hasil penelitian dimulai dari deskripsi data sampai analisis uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson. 1. Deskripsi Data a. Disiplin Belajar Disiplin
belajar
siswa
SMP
YMJ,
diukur
dengan
menggunakan angket. Angket kemudian disebarkan kepada sejumlah sampel yang secara representatif mewakili populasi. Jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya adalah 68 orang. Tetapi dalam pelaksanaannya sampel yang diambil hanya 64 orang karena sebanyak 15 orang siswa sebelumnya telah dijadikan sampel uji coba instrument, sedangkan sisanya tidak bisa dijadikan responden karena alasan 1 orang sakit dan 4 orang lainnya tidak diketahui karena jarang masuk sekolah.
51
Angket yang telah diisi oleh responden kemudian diberi skor, diolah kemudian dianalisis untuk mencari nilai rata-rata (mean). Untuk menginterpretasikan data, nilai mean yang telah didapat kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi disiplin belajar. Berdasarkan tabel interpretasi, tingkat disiplin belajar siswa dapat digolongkan menjadi 5 tingkatan, yaitu; sangat rendah (untuk skor ≤ 33), rendah (untuk skor 34 – 59), sedang (untuk skor 60 – 85), dan tinggi (untuk skor 86 – 111) dan sangat tinggi (untuk skor 112 – 132). Jumlah skor hasil angket tiap responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Jumlah Skor Hasil Angket No. Resp.
∑ Skor
No. Resp.
∑ Skor No. Resp.
1.
80
23.
96
45.
107
2.
95
24.
116
46.
95
3.
98
25.
97
47.
106
4.
84
26.
79
48.
92
5.
94
27.
102
49.
86
6.
87
28.
122
50.
106
7.
96
29.
79
51.
81
8.
88
30.
101
52.
102
9.
107
31.
108
53.
116
10.
106
32.
98
54.
107
11.
101
33.
80
55.
98
12.
83
34.
103
56.
101
13.
104
35.
98
57.
105
14.
112
36.
109
58.
107
15.
107
37.
88
59.
120
16.
110
38.
109
60.
98
∑ Skor
52
17.
92
39.
92
61.
102
18.
89
40.
106
62.
90
19.
94
41.
94
63.
93
20.
102
42.
79
64.
77
21.
100
43.
111
22.
114
44.
92
Darai tabel tersebut dapat dilihat bahwa skor tertinggi didapat oleh responden no.28 dengan jumlah skor 122. Sedangkan skor terendah didapat oleh responden no.64 dengan jumlah skor 77. Data jumlah skor angket tersebut, kemudian dianalisis melalui langkahlangkah sebagai berikut: 1) Membuat tabel distribusi frekuensi, dengan terlebih dahulu menentukan: a)
Range (R) R = nilai tertinggi – nilai terendah = 122 – 77 = 45
b) Banyaknya Kelas (k) k = 1+3,322 log N = 1+3,322 log 64 = 1+3,322 (1,806) = 1+5,999 = 6,999 ≈ 7 c)
Interval Kelas (c) c
R k
45 7
= 6,429 ≈ 6
53
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Interval Kelas
fi
xi
fix i
77 – 82
7
79,5
556,5
83 – 88
6
85,5
513
89 – 94
10
91,5
915
95 – 100
11
97,5
1072,5
101 – 106
14
103,5
1449
107 – 112
11
109,5
1204,5
113 – 118
3
115,5
346,5
119 – 124
2
121,5
243
∑
64
6300
2) Menentukan nilai mean (rata-rata) Nilai mean ditentukan dengan menggunakan rumus:
X
fx f i
i
i
Dari tabel 4.5 diketahui: Maka : X
f x = 6300 dan f i i
i
= 64.
6300 64
98,44 98 3) Mengkonsultasikan nilai mean terhadap tabel Setelah dikonsultasikan ke dalam tabel interpretasi, didapat tingkat disiplin belajar siswa SMP YMJ Ciputat berada pada tingkatan “Tinggi” dengan jumlah skor rata-rata 98. 4) Analisis deskriftif Berdasarkan
table
perhitungan
skor
hasil
angket
(sebagaimana terlampir), maka dapat ditentukan nilai harapan (NH), nilai skor (NS) dan persentase kategorinya, sebagaimana Nampak pada table berikut:
54
Tabel 4.6 Prosentase Tingkat Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat No
1.
2.
3.
Dimensi
Indikator
Disiplin di Memperhatikan dalam pelajaran kelas Meminta izin guru untuk masuk dan keluar kelas Mencontek hasil pekerjaaan teman Barbuat gaduh di kelas Memanfaatkan waktu secara maksimal untuk belajar Mengumpulkan tugas tepat waktu Menjaga kebersihan dan keindahan kelas Disiplin di Mematuhi aturan lingkunga sekolah n sekolah Mengucapkan salam Bolos sekolah Menjaga kebersihan dan keindahan sekolah Menggunakan kata-kata kotor Izin sebelum meninggalkan sekolah Disiplin di Menyiapkan alat rumah dan bahan pelajaran Mengerjakan tugas dari guru Mengulang materi pelajaran Memanfaatkan waktu luang
Skor
NH
NS
NS 100 % NH .
386
2x4= 8
386:64= 6,03
75,4%
114
1x4= 4
114:64= 1,78
44,5%
388
2x4= 8
388:64= 6,06
75,8%
358
2x4= 8
358:64= 5,59
69,9%
601
3x4= 12
601:64= 9,39
78,3%
347
2x4= 8
347:64= 5,42
67,8%
347
2x4= 8
347:64= 5,42
67,8%
206
1x4= 4
206:64= 3,22
80,5%
412
3x4= 12
412:64= 6,44
53,7%
470 442
2x4= 8 2x4=8
470:64= 7,34 442:64= 6,91
91,8% 86,4%
229
1x4= 4
229:64= 3,58
89,5%
224
1x4= 4
224:64= 3,5
87,5%
184
3x4= 12
184:64= 2,88
24%
365
2x4= 8
365:64= 5,7
71,3%
263
2x4= 8
263:64= 4,11
51,4%
192
2x4= 8
192:64= 3
37,5%
55
Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: 1. Dimensi disiplin di dalam kelas a. Sebanyak 75,4% siswa suka memperhatikan pelajaran di kelas, b. Hanya 44,5% siswa yang suka meminta izin terlebih dahulu kepada guru untuk masuk atau keluar kelas, c. Kebiasaan siswa untuk mencontek baik saat ujian atau mencontek PR cukup tinggi yaitu dilakukan oleh 75,8% siswa, d. Sebagian besar siswa suka berbuat gaduh di kelas yaitu 69,9% siswa, e. Sebagian besar siswa juga suka memanfaatkan waktu secara maksimal untuk belajar, ini ditunjukan dengan angka prosentase sebesar 78,3%, f. Sementara itu, sebesar 67,8% siswa suka mengumpulkan tugas tepat waktu, g. Begitu pula dengan menjaga kebersihan dan keindahan kelas yang juga dilaksanakan oleh 67,8% siswa. 2. Dimensi disiplin di lingkungan sekolah a. Kebiasaan siswa untuk mematuhi aturan sekolah seperti berseragam, datang tidak telat ke kelas dan lain sebagainya cukup tinggi, yaitu dilakukan oleh 80,5% siswa, b. Lebih dari setengah (53,7% ) siswa suka mengucapkan salam, baik saat masuk ruangan guru, TU, kepsek, kelas atau saat bertemu guru, c. Kebiasaan siswa untuk bolos sekolah sangat tinggi yaitu dilakukan oleh 91,8% siswa, d. Sebanyak 86,4% siswa suka menjaga kebersihan dan keindahan sekolah seperti membuang sampah pada tempatnya atau tidak mencorat-coret dinding sekolah, e. Kebiasaan siswa
menggunakan kata-kata kotor dalam
berbicara sangat tinggi yaitu dilakukan oleh 89,5% siswa,
56
f. Sebanyak
87,5%
siswa
suka
meminta
izin
sebelum
meninggalkan sekolah 3. Dimensi disiplin di rumah a. Kebiasaan siswa untuk selalu menyiapkan alat dan bahan
pelajaran sebelum berangkat ke sekolah sangat rendah, yaitu hanya dilakukan oleh 24% siswa saja, b. Sebanyak 71,3% siswa suka mengerjakan tugas dari guru, c. Lebih dari setengah siswa (51,4%) siswa yang suka mengulang
materi pelajaran di rumah, dan d. Hanya 37,5% siswa saja yang suka memanfaatkan waktu luang
di rumah untuk belajar.
b. Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat diambil dari ratarata nilai MID (tengah semester) kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2010 – 1011. Berikut adalah rata-rata nilai MID kelas VIII SMP YMJ Ciputat semester ganjil tahun ajaran 2010 – 1011.
Tabel 4.7 Rata-Rata Nilai MID SMP YMJ Ciputat8 Nama
8
Rata-Rata Nilai
Nama
Rata-Rata Nilai
ADE RAMADHAN
56
SYAIFUL A.
71
AKBAR S.
47
SYAIFUL B.
65
AKHMAD S.
63
UZLIFATUL I.
66
ALDINO S.
37
ADE CANDRA
58
ALI PRASETYO
51
AHMAD FAUJI
49
Slamet Riyanto, Arsip Data Nilai Hasil MID Semester Ganjil tahun ajaran 2010 – 2011 SMP YMJ, (Ciputat: 21 Oktober 2010)
57
ANDRE MAHESA P.
5
AMANDA N.
14
APRILLIA PUTRI A.
66
DENDI N.
46
AYU SUTRISNA
61
DINDA NURUL
63
CEFI MUHAMMAD
64
DODI MUHTAR
53
CINDY LESTARI
67
DWI SAPUTRA
51
DEVIYANE F.
53
HARI SAPUTRA
65
DIKI KURNIAWAN
61
HILFAZ R. S.
65
DWI AMELIA N.
55
ILHAMIYAH
69
EKO PRASETIYO
58
JUNAEDIH
46
EPA TRIYANA
68
MAEDAH S.
62
EVA TULJANNAH
54
M. REZA A.
55
FADILLA YASMIN
29
NABILA
48
FERDI RAMADHAN
58
NAISAH
56
HERY SANTOSO
47
NALDI PUTRA
55
ILHAM ABDUL G.
59
NURHASANAH
66
KAVITA KRISNA M.
69
RATNASARI
58
KHODIJAH
56
RATU RAHMA
51
KHOTIMAH F.
63
RONAL F. S.
68
NUR AMALIA DEVI
75
RULI NOVIANI
49
OKTARIANTO
63
SAFIRA M.
57
PUNDI ARIF N.
53
SERLI M.
69
RISKA ROSDIANA
63
SHOIMAH
44
RIZKHA R.
48
SICA W.
13
RIZKI GUNAWAN
54
SUNARTO WIRI
62
ROBBY H.
49
TANINGSIH
59
SANTIKA DWI Z.P.
74
YULIA ELITA
66
SOFIAH
60
ZULKIPLI
53
58
Untuk menganalisis data prestasi belajar ini, terlebih dahulu dibuatkan tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut: a)
Menentukan range (R) R = nilai tertinggi – nilai terendah = 75 – 5 = 70
b) Banyaknya Kelas (k) k = 1+3,322 log N = 1+3,322 log 64 = 1+3,322 (1,806) = 1+5,999 = 6,999 ≈ 7
c)
Interval Kelas (c) c
R k 70 7
= 10 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Interval Kelas
fi
xi
fix i
5 – 14
3
9,5
28,5
15 – 24
-
19,5
-
25 – 34
1
29,5
29,5
35 – 44
2
39,5
79
45 – 54
18
49,5
891
55 – 64
24
59,5
1428
65 – 74
15
69,5
1042,5
59
75 – 84
1
∑
64
79,5
79,5 3578
Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dicari nilai mean (rata-rata) yaitu dengan menggunakan rumus: X
fx f i
i
i
Dari tabel 4.6 diketahui: Maka : X
f x = 3578 dan f i i
i
= 64.
3578 64
55,90 56 Jadi diketahui rata-rata nilai MID semester genap SMP YMJ tahun ajaran 2010 – 2011 adalah 56. Jika diberlakukan standar nilai minimal kelulusan 60, maka nilai tersebut jelas dibawah standar. Ini berarti, prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat masih berada di bawah standar nilai minimal kelulusan. 2. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Untuk membantu proses perhitungan data statistik, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Tabel Penolong Untuk Nilai Korelasi Antara Variabel X Dan Y Resp.
X
Y
X2
Y2
XY
1.
80
56
6400
3136
4480
2.
95
47
9025
2209
4465
3.
98
63
9604
3969
6174
4.
84
37
7056
1369
3108
5.
94
51
8836
2601
4794
6.
87
5
7569
25
435
7.
96
66
9216
4356
6336
8.
88
61
7744
3721
5368
60
9.
107
64
11449
4096
6848
10.
106
67
11236
4489
7102
11.
101
53
10201
2809
5353
12.
83
61
6889
3721
5063
13.
104
55
10816
3025
5720
14.
112
58
12544
3364
6496
15.
107
68
11449
4624
7276
16.
110
54
12100
2916
5940
17.
92
29
8464
841
2668
18.
89
58
7921
3364
5162
19.
94
47
8836
2209
4418
20.
102
59
10404
3481
6018
21.
100
69
10000
4761
6900
22.
114
56
12996
3136
6384
23.
96
63
9216
3969
6048
24.
116
75
13456
5625
8700
25.
97
63
9409
3969
6111
26.
79
53
6241
2809
4187
27.
102
63
10404
3969
6426
28.
122
48
14884
2304
5856
29.
79
54
6241
2916
4266
30.
101
49
10201
2401
4949
31.
108
74
11664
5476
7992
32.
98
60
9604
3600
5880
33.
80
71
6400
5041
5680
34.
103
65
10609
4225
6695
35.
98
66
9604
4356
6468
36.
109
58
11881
3364
6322
37.
88
49
7744
2401
4312
38.
109
14
11881
196
1526
61
39.
92
46
8464
2116
4232
40.
106
63
11236
3969
6678
41.
94
53
8836
2809
4982
42.
79
51
6241
2601
4029
43.
111
65
12321
4225
7215
44.
92
65
8464
4225
5980
45.
107
69
11449
4761
7383
46.
95
46
9025
2116
4370
47.
106
62
11236
3844
6572
48.
92
55
8464
3025
5060
49.
86
48
7396
2304
4128
50.
106
56
11236
3136
5936
51.
81
55
6561
3025
4455
52.
102
66
10404
4356
6732
53.
116
58
13456
3364
6728
54.
107
51
11449
2601
5457
55.
98
68
9604
4624
6664
56.
101
49
10201
2401
4949
57.
105
57
11025
3249
5985
58.
107
69
11449
4761
7383
59.
120
44
14400
1936
5280
60.
98
13
9604
169
1274
61.
102
62
10404
3844
6324
62.
90
59
8100
3481
5310
63.
93
66
8649
4356
6138
64.
77
53
5929
2809
4081
∑
6291
3558
625797
208950
351251
Keterangan: X = Variabel Bebas (Disiplin Belajar Siswa) Y = Variabel Terikat (Prestasi Belajar Siswa)
62
Proses perhitungan nilai korelasi menggunakan rumus product moment dari Pearson adalah sebagai berikut: rxy
N xy x y
N x 2 x N y 2 y 2
2
64.351251 62913558
64.625797 6291 64.208950 3558 2
2
22480064 22383378 40051008 3957668113372800 12659364
96686 474327.713436 96686 338401957572
96686 581723,266
96686 581723
0,16620625 0,166 Nilai r yang didapat dari hasil perhitungan tersebut di atas, jika dikonsultasikan pada tabel interpretasi maka didapat hubungan antara variabel X dan Y tidak berkorelasi karena nilai r sangat rendah yaitu hananya sebesar 0,166. 3. Uji signifikasi Dari perhitungan di atas didapat nilai r-hitung
=
0,166. Sedangkan
untuk nilai r-tabel, dengan jumlah sampel (N=64) pada taraf signifikan 5% didapat nilai r-tabel = 0,244 sedangkan pada taraf signifikan 1% didapat nilai r-tabel = 0,317. Jika dibandingkan dengan nilai r-hitung, baik pada taraf signifikan 5% ataupun 1% maka r-hitung < r-tabel, dengan demikian koefisien korelasi 0,166 itu tidak signifikan. Hasil tersebut menunjukan bahwa (Ho) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi
63
belajar, diterima. Sedangkan (Ha) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar, ditolak. 4. Koefisien determinasi Koefisien determinasi merupakan besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Besarnya koefisien determinasi ditentukan dengan rumus KD = r2 x 100%. Dari perhitungan nilai korelasi, didapat nilai r sebesar 0,166, dengan demikian bisa langsung dimasukan ke dalam rumus: KD = 0,166 2 x 100% = 0,027556 x 100% = 2,8% Dari perhitungan tersebut, didapat nilai koefisien determinasi sebesar 2,8%. Ini berarti bahwa disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat memberikan pengaruh sebesar 2,8% terhadap prestasi belajarnya. Sedangkan 97,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain selain disiplin belajar. Faktor-faktor lain tersebut boleh jadi disebabkan oleh: a) guru sering tidak masuk kelas tanpa memberikan tugas, sehingga siswa malah asyik bermain, b) siswa tidak memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar, c) siswa hanya menggunakan LKS sebagai buku pegangan, padahal keberadaan buku-buku teks serta sumber lainnya dipandang perlu sebagai sarana penunjang belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan, d) latar belakang ekonomi keluarga yang rendah menyebabkan siswa tidak memiliki fasilitas belajar yang baik yang mendukung proses pembelajaran, e) kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan akademik anaknya,serta f) berbagai faktor lain, tetapi karena tidak termasuk dalam permasalahan penelitian, maka tidak dibahas secara jelas dan terperinci.
64
C. KETERBATASAN PENELITIAN Walaupun banyak upaya yang telah dilakukan untuk menjaga kemurnian penelitian, namun ada keterbatasan yang secara akademis harus diakui. Keterbatasan tersebut adalah: 1. Populasi yang diambil hanya kelas VIII, sehingga sulit untuk menggeneralisasikan hasil penelitian untuk satu sekolah. Dengan kata lain, hasil penelitian hanya berlaku untuk kelas VIII. 2. Dalam mengisi angket, boleh jadi siswa menjawab tidak sesuai dengan kondisi inidividu yang sebenarnya. Padahal kejujuran dalam mengisi angket sangat diperlukan agar data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan keadaan individu responden yang sebenarnya. 3. Penyebaran angket untuk mengukur disiplin belajar siswa dilakukan satu minggu setelah MID Semester. Idealnya, penyebaran angket dilakukan sebelum pelaksanaan MID Semester. Hal ini disebabkan karena rencana awal untuk bisa menyebarkan angket sebelum pelaksanaan MID semester ternyata tidak sesuai dengan harapan. Proses pembangunan teori, pembuatan kisi-kisi instrumen sampai kepada uji coba angket dan pengolahan hasilnya, baru selesai beberapa hari menjelang pelaksanaan MID semester. Sementara untuk menyebar angket pada saat MID semester dirasa tidak memungkinkan karena dikhawatirkan akan mengganggu konsentrasi ujian siswa, sedangkan 1 minggu pasca MID semester tidak ada KBM sehingga sulit untuk mengkondisikan siswa. Maka dari itu, penyebaran angket dilakukan satu minggu setelah MID semester. 4. Keterbatasan kemampuan akademik penulis, sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan dalam mengolah atau pun menganalisis data. 5. Keterbatasan waktu serta dana yang tersedia.
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian tentang disiplin belajar siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar SMP YMJ Ciputat, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian terhadap disiplin belajar siswa didapatkan hasil bahwa disiplin belajar siswa di SMP YMJ Ciputat berada pada tingkat “tinggi” dengan nilai rata-rata skor hasil angket sebesar 98. Pada dimensi disiplin di dalam kelas beberapa indikator mempunyai tingkat disiplin yang cukup tinggi. Indikator tersebut adalah memperhatikan pelajaran, memanfaaatkan waktu secara maksimal untuk belajar, mengumpulkan tugas tepat waktu dan menjaga kebersihan dan keindahan kelas yang secara berturut-turut nilai prosentasenya adalah 75,4%, 78,3%, 67,8% dan 67,8%. Namun pada indikator lainnya disiplin siswa sangat rendah. Hal ini ditunjukan dengan hanya 44,5% siswa yang biasa meminta izin terlebih dahulu untuk masuk dan keluar kelas, sebanyak 75,8% siswa suka mencontek hasil pekerjaan temannya dan 69,9% siswa suka berbuat gaduh di kelas. Pada dimensi disiplin di lingkungan sekolah, siswa mempunyai disiplin yang baik pada indikator mematuhi aturan sekolah (80,5%), menjaga kebersihan
dan
keindahan 65
sekolah
(86,4%),
dan
izin
sebelum
66
meninggalkan sekolah (87,5%), sedangkan disiplin pada indicator lainnya cukup dan bahkan sangat rendah. Hal ini Nampak pada sebanyak 91,8% siswa suka bolos sekolah, sebanyak 89,5% siswa suka menggunakan katakata kotor dalam berbicara,
dan hanya 53,7% siswa yang biasa
mengucapkan salam. Pada dimensi disiplin di rumah, secara umum sangat rendah. Hal ini tampak pada hanya 24% siswa yang biasa menyiapkan alat dan bahan pelajaran sebelum berangkat ke sekolah, 51,4% siswa suka mengulang materi pelajaran di rumah dan hanya 37,5% siswa yang biasa memanfaatkan waktu luang secara maksimal untuk belajar. Sementara itu, disiplin siswa cukup tinggi hanya pada siswa biasa mengerjakan tugas dari guru yaitu sebesar 71,3%. 2. Prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat masih berada di bawah standar minimal kelulusan (60), yaitu dengan rata-rata nilai sebesar 56. 3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa SMP YMJ Ciputat dengan nilai korelasi 0,166. Angka tersebut menunjukan nilai korelasi sangat rendah atau dengan kata lain, variabel X (disiplin belajar) hanya memberikan pengaruh sebesar 2,8% terhadap variabel Y (prestasi belajar). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar di SMP YMJ Ciputat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajarnya. Disiplin belajar hanya memberikan pengaruh sebesar 2,8% terhadap prestasi belajar, sementara sebesar 97,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
B. Saran Secara
garis
besar,
berdasarkan
hasil
penelitain,
penulis
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Walaupun pada beberapa indikator disiplin siswa sudah cukup baik, tetapi pada beberapa indikator lainnya disiplin siswa cukup bahkan sangat rendah. Oleh karena itu setiap siswa diharapkan untuk lebih meningkatkan
67
lagi disiplin belajarnya, baik itu disiplin di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun disiplin dalam belajar di rumah, 2. Setiap siswa diharapkan lebih giat dan bersungguh-sungguh lagi dalam belajar agar prestasi belajarnya lebih baik, terakhir 3. Setiap siswa diharapkan mematuhi semua aturan yang berlaku di sekolah, sehingga berbagai tindakan indisipliner yang selama ini biasa dilakukan seperti bolos sekolah tidak lagi terjadi.
DAFTAR PUSTAKA Achsin, Amir, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar-Mengajar, Ujung Pandang: IKIP Ujung Pangdang Press, Cet.2, 1990 Amien, Nurbani, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center (Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin), Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008 Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990 ___________ , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-12, 2002 Darsono, dkk, Materi Pokok Landasan Kependidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000 Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: Yrama Widya, Cet.I, 2010 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi III, 2001 ___ , UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas, 2003 Lemhannas, Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 1997 Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.IV, 2009 Sari, Hilda Mutia, Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2006 Sekretaris Negara, Gerakan Disiplin Nasional (GDN); Menyongsong Era Keterbukaan Tahun 2020, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 1996 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.IV, 2003 Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.X, 2005 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, cet.ke-8, 2002 __ , Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-7, 2009
Supartha, Made, dkk., Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar, Bali: DEPDIKBUD, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1996 Suryawan, Agus, Hubungan Motivasi dan Disiplin Belajar Murid dengan Prestasi Belajar Murid SMU di Kodya Bekasi, Tesis Program Pasca Sarjana UI, Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1998 Syah, Djalinus, dkk, Kamus Pelajar: Kata Serapan Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. I, 1993 Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet.1,1999 Syaodih, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidiakan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003 Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, Cet.IV, 1996
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Skor Hasil Angket ............................................................. 65 LAMPIRAN 2: Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen ................................... 68 LAMPIRAN 3: Tabel Penolong Uji Reliabilitas Instrumen ......................... 70 LAMPIRAN 4: Kisi-Kisi Instrumen Valid .................................................. 72 LAMPIRAN 5: Angket Penelitian Disiplin Belajar Siswa ........................... 73 LAMPIRAN 6: Nukilan Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ..................... 76 LAMPIRAN 7: Nukilan Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10% ......... 77 LAMPIRAN 8: Lembar Uji Referensi ........................................................ 79 LAMPIRAN 9: Surat Pengajuan Proposal Skripsi....................................... 81 LAMPIRAN 10: Surat Bimbingan Skripsi .................................................... 82 LAMPIRAN 11: Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................... 83 LAMPIRAN 12: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............. 84
v
72
KISI-KISI INSTRUMEN VALID (Disiplin Belajar Siswa SMP YMJ Ciputat) No. 1
Dimensi
Indikator
No. Butir Soal
Disiplin di a. Memperhatikan pelajaran.
1 dan 11
dalam kelas b. Meminta izin guru untuk masuk 2 dan keluar kelas. c. Mencontek hasil pekerjaan teman. 4 dan 8 d. Berbuat gaduh di kelas. e. Memanfaatkan
waktu
6 dan 26 secara 5, 7 dan 9
maksimal untuk belajar. f. Mengumpulkan
tugas
tepat 10 dan 25
kebersihan
dan 29 dan 30
waktu. g. Menjaga
keindahan kelas. 2.
Disiplin di a. Mematuhi aturan sekolah.
13
luar
3, 12 dan 14
kelas b. Mengucapkan salam.
16 dan 27
(lingkungan c. Bolos sekolah. sekolah)
d. Menjaga
dan 17 dan 28
kebersihan
keindahan sekolah. e. Menggunakan kata-kata kotor. f. Izin
sebelum
15
meninggalkan 31
sekolah. 3
Disiplin di a. Menyiapkan rumah
alat
dan
bahan 18, 19 dan 23
pelajaran. b. Mengerjakan tugas dari guru.
20
dan 24
c. Mengulang materi pelajaran.
21 dan 33
d. Memanfaatkan waktu luang.
22 dan 32
ANGKET PENELITIAN DISIPLIN BELAJAR SISWA SMP YMJ CIPUTAT
NAMA
:
KELAS
:
JENIS KELAMIN : L/P
Petunjuk Pengisian: 1. Mulai mengisi dengan membaca al-basmalah. 2. Jawablah pernyataan berikut ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi yang anda alami. 3. Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban a, b, c atau d yang paling sesuai dengan kondisi yang anda alami. 4. Pastikan tidak ada satu nomor pun yang terlewatkan dijawab. 5. Hasil jawaban anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai raport anda. 6. Akhiri pengisian dengan membaca al-hamdalah.
1. Ketika pelajaran sedang berlangsung saya mengobrol dengan teman. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
2. Saya meminta izin kepada guru ketika akan masuk kelas saat jam pelajaran berlangsung. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
3. Saya mengucapkan salam ketika masuk kelas. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
4. Saya melihat jawaban teman ketika sedang ujian. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
5. Saya tetap belajar ketika guru tidak masuk kelas. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
6. Saya berbuat gaduh di kelas ketika jam pelajaran kosong. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
7. Saya bolos saat jam pelajaran berlangsung. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
1
d. Tidak Pernah
8. Saya melihat PR atau tugas dari teman. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9. Saya sengaja telat masuk ke kelas saat bel tanda masuk telah berbunyi. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10. Saya mengumpulkan PR atau tugas tepat waktu. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
11. Saya menggunakan HP untuk telephon atau SMS saat belajar tanpa sepengetahuan guru. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
12. Saya mengucapkan salam ketika masuk ruang guru, TU atau kepala sekolah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
13. Saya mematuhi semua tata tertib sekolah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
14. Saya mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
15. Saya menggunakan kata-kata kotor ketika berbicara di sekolah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
16. Saya bolos sekolah dengan alasan yang tidak jelas. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
17. Saya membuang sampah pada tempatnya. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
18. Di rumah, saya menyiapkan buku-buku pelajaran dan alat tulis untuk besok. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
19. Saya mempelajarai materi pelajaran yang akan dipelajari besok. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
20. Saya mengerjakan PR atau tugas dari guru. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
21. Saya membaca lagi pelajaran yang telah dipelajari sesampainya di rumah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
22. Saya mengisi waktu luang di rumah dengan belajar atau membaca buku. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
2
d. Tidak Pernah
23. Saya hanya belajar jika akan ada ujian. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
24. Saya mengajak teman bekerja bersama mengerjakan PR atau tugas dari guru. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
25. Saya tetap mengumpulkan PR atau tugas tepat pada waktunya meskipun tidak ditagih oleh guru yang bersangkutan. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
26. Saya memperingatkan teman yang berbuat gaduh di dalam kelas untuk tenang agar tidak mengganggu siswa lain yang sedang belajar. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
27. Saya bolos salah satu atau lebih mata pelajaran karena malas. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
28. Saya mencorat coret dinding di sekolah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
29. Saya membuang sisa makanan atau kertas sisa pakai di kolong bangku atau meja belajar. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
30. Saya melaksanakan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
31. Saya berpura-pura sakit agar bisa mendapatkan izin guru piket untuk pulang lebih awal. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
32. Waktu libur saya gunakan sepenuhnya untuk bermain atau sama sekali tidak belajar. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
33. Agar lebih memahami materi pelajaran, sepulang sekolah saya megajak teman untuk mendiskusikan lagi materi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
3
d. Tidak Pernah