13
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Cikelet dan Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 21,64 ha. Secara astronomis terletak pada 107°37’ BT - 107°46’ BT dan 07°28 LS - 07°40’ LS. Wilayah yang diamati mencakup keseluruhan kawasan pesisir Pantai Santolo. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pengambilan data primer dan sekunder serta analisis data. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Kedua, penelitan untuk pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan pada bulan April - Juni 2010. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dan peta lokasi stasiun pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.
3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS (Global Positioning System), papan jalan (waterpass), bola pingpong, alat untuk mengukur kualitas air, secchi disc, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah formulir kuisioner, data sheet dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Parameter, metode dan alat yang digunakan untuk kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.
14
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
15
Gambar 3. Peta lokasi stasiun pengambilan titik sampel
16 Tabel 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisa kualitas air Parameter Fisika 1. Morfometrik pantai 2. Suhu 3. Kecerahan perairan 4. Bau 5. Warna 6. Kemiringan pantai 7. Kedalaman perairan 8. Tipe pantai 9. Jenis butir pasir 10. Kecepatan Arus 11. Material dan dasar perairan Kimia 1. DO
Metode
Pemuaian Visual Chemical reseptor Visual
Visual Visual visual Winkler
2. BOD5
Winkler
3. pH 4. Salinitas Biologi Ikan Tanaman darat
-
Visual Visual
Alat GPS (Global Positioning System) Termometer Secchi disc Indera penciuman Indera penglihatan Kayu reng, waterpass, penggaris GPS sounder Indera penglihatan Indera penglihatan Bola pingpong Indera penglihatan Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, buret, plastik hitam, inkubator pH strip Refraktometer Alat tulis Alat tulis
3.3. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan Jenis data dan informasi yang diperlukan adalah data sumberdaya alam, daya dukung kawasan, kesesuaian lahan, sumberdaya manusia, serta keadaan umum lokasi di Pantai Santolo. Untuk jenis data yang digunakan adalah data text dan image (Fauzi, 2001 in Nancy, 2007). Data text adalah data yang berbentuk alfabet ataupun numerik. Data text yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keadaan umum kawasan wisata Pantai Santolo, data biofisik kawasan Pantai Santolo, sumberdaya manusia, isu dan permasalahan yang berkembang, dan data pengunjung Pantai Santolo. Sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel, dan sebagainya. Data image yang digunakan dalam penelitian ini adalah data foto kawasan wisata Pantai Santolo, foto fasilitas umum yang ada di kawasan Santolo, dan gambar penunjang lainnya.
17 3.4. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, persepsi terhadap kawasan, kebijakan pengelolaan, isu – isu dan permasalahan yang terjadi serta kualitas perairan. Adapun jenis, sumber, dan cara pengambilan data primer dapat dilihat pada Tabel 2. Dalam memperoleh data primer dilakukan dengan menggunakan suatu metode. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer selama penelitian adalah wawancara dan observasi lapang. a. Wawancara Bertujuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kawasan penelitian.
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada
penduduk sekitar, pengelola kawasan, dan dinas yang terkait dengan pengelolaan di wilayah penelitian (Dinas Pariwisata) serta wisatawan. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling terdiri dari penduduk sekitar, pengelola kawasan wisata, dan pegawai dalam kawasan wisata. Sementara itu, penentuan responden wisatawan dilakukan dengan metode accidental sampling. Responden yang diambil untuk penduduk dan wisatawan masing – masing sebanyak 30 orang. b. Observasi lapang Merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati dan melakukan pengukuran insitu pada parameter lingkungan yang diperlukan dalam penelitian ini. Parameter yang dimaksud meliputi kualitas air, kondisi lingkungan maupun pemukiman penduduk.
3.4.2. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka, buku-buku laporan hasil penelitian sebelumnya, dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan Pantai Santolo, isu-isu yang berkembang, dan data dari pihak atau instansi terkait.
18 Tabel 2. Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data No 1.
Komponen data Keadaan umum Sejarah Demografi Sarana dan prasarana
2.
3.
Sumberdaya alam Flora (tanaman darat) Fauna (ikan dan biota air lainnya) Kualitas air Parameter fisika Morfometrik pantai Suhu dan kecerahan Bau dan warna Kemiringan pantai Kedalaman perairan Jenis butir pasir Tipe pantai Lebar pantai Material dasar perairan Kecepatan arus
5.
Parameter kimia DO BOD pH Salinitas Parameter biologi Ikan dan tanaman darat Sumberdaya manusia Masyarakat Pengunjung Lembaga terkait Potensi wisata
6.
Isu-isu yang berkembang
4.
Jenis data
Sumber data
Primer dan sekunder Sekunder Primer dan sekunder
Responden dan laporan Laporan Lapangan dan laporan
Wawancara dan studi pustaka Studi pustaka Observasi lapangan dan studi pustaka
Primer dan sekunder Primer dan sekunder
Lapangan dan laporan Responden dan laporan
Observasi lapangan dan studi pustaka Wawancara dan studi pustaka
Primer dan sekunder Primer Primer Primer Primer Primer Primer dan sekunder Sekunder Primer dan sekunder Primer
Lapangan
Observasi lapang
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang dan studi pustaka Studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka Observasi lapang dan studi pustaka
Laporan Lapangan lapangan
Teknik Pengambilan data
Primer Primer Primer Primer
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang Observasi lapang
Primer
Lapangan
Observasi lapang
Primer Primer Primer Primer dan sekunder
Responden Responden Responden Lapangan dan laporan
Primer dan sekunder
Lapangan dan laporan
Wawancara Wawancara Wawancara Observasi lapang dan studi pustaka Wawancara dan observasi Lapang dan studi pustaka
19 3.5. Analisis Data 3.5.1. Kualitas air laut Hasil analisa laboratorium kualitas air yang meliputi analisa kualitas air di lapang dan laboratorium yang berupa DO, BOD (Biochemical Oxygen Demand), bau, sampah, salinitas, suhu, pH, serta kecerahan yang dibandingkan dengan standar baku mutu air laut sesuai dengan Kepmen LH Nomor 51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.
Hal ini untuk menentukan kelayakan kondisi perairan dalam
mendukung wisata pantai.
3.5.2. Indeks kesesuaian wisata Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah analisis untuk mengetahui kecocokan dan kemampuan kawasan menyangga segala macam aktivitas wisata. ekowisata
yaitu
Analisis ini sangat diperlukan untuk pengembangan kawasan untuk
melakukan
pengendalian,
memperkirakan
dampak
lingkungan, dan pembatasan pengelolaan sehingga tujuan wisata menjadi selaras. Menentukan kesesuaian wilayah merupakan pola pikir yang mengarah pada pertimbangan bahwa berapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi wisata, secara ekologis tetap memiliki keterbatasan sehingga jumlah dan frekuensi kunjungan dalam satu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Analisis kesesuaian wilayah dikaitkan dengan kegiatan di sekitar pantai seperti berjemur, bermain pasir, wisata olahraga, berenang, dan aktivitas lainnya. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan,
penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar.
Analisis ini diperlukan untuk melihat apakah kawasan wisata Pantai Santolo masih memenuhi standar untuk wisata pantai. pantai disajikan pada Tabel 3.
Kriteria kesesuaian lahan untuk wisata
Rumus yang digunakan adalah rumus untuk
kesesuaian wisata pantai (Yulianda, 2007) :
IKW = ∑[Ni/Nmaks] x 100%
20 Keterangan: IKW = Indeks Kesesuaian Wisata (%) Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi No
Parameter
Bobot
Skor
Kategori S2
Skor
5
Kategori S1 0-3
1. 2.
Kedalaman perairan (m) Tipe pantai
3. 4.
3
> 3-6
2
>6 - 10
1
> 10
0
5
Pasir putih
3
Pasir putih, sdkt karang
2
1
Lumpur, berbatu, terjal
0
Lebar pantai (m)
5
> 15
3
10 - 15
2
Pasir hitam, berkarang, sdkt terjal 3 - < 10
1
<3
0
Material dasar perairan Kecepatan arus (m/dt) Kemiringan pantai (0) Kecerahan perairan (%) Penutupan lahan pantai
3
Pasir
3
2
Lumpur
0
0-0,17
3
2
Pasir berlumpur 0,34-0,51
1
3
Karang berpasir 0,17-0,34
1
>0,51
0
3
< 10
3
10 - 25
2
> 25 - 45
1
> 45
0
1
80-100
3
50-80
2
20-50
1
<20
0
1
3
Belukar timggi
1
1
3
2
Bulu babi, ikan pari
1
10
Ketersediaan air tawar (jarak/km)
1
<0.5 (km)
3
>0.5-1 (km)
2
> 1-2
1
Hutan bakau, pemukiman, pelbh Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu >2
0
Biota berbahaya
Semak, belukar, rendah, savana Bulu babi
2
9
Kelapa, lahan terbuka Tidak ada
5. 6 7 8.
Kategori S3 skor Kategori TS skor
Sumber : Yulianda (2007)
Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot) dimana nilai maksimum = 84 S1 = Sangat sesuai dengan nilai 83 – 100 % S2 = Sesuai dengan nilai 50 - <83 % S3 = Sesuai bersyarat dengan nilai 17 - <50 % TS = Tidak sesuai dengan nilai <17 % Kelas S1 :
Kawasan ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.
Kelas S2 :
Kawasan ini mempunyai pembatas – pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.
Kelas S3 :
Kawasan ini mempunyai pembatas – pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.
0
0
21 Pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkat perlakuan yang diperlukan. Kelas TS
:
Kawasan ini mempunyai pembatas permanen, sehingga menghambat segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Kegiatan wisata pantai merupakan semua aktivitas yang berlangsung di kawasan pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga, berenang, berkemah, dan aktivitas lainnya. Parameter yang dijadikan kriteria kesesuaian lahan untuk wisata pantai antara lain : a. Kedalaman perairan Perairan yang relatif dangkal merupakan kondisi yang sangat menunjang diadakannya wisata pantai dimana para wisatawan dapat bermain air maupun berenang dengan aman. Kedalaman 0 – 5 meter merupakan syarat yang paling sesuai untuk wisata pantai. Toleransi juga diberikan untuk kedalaman >5 – 10 meter, sedangkan kedalaman >10 meter dianggap kurang ideal untuk kegiatan ini. b. Material dasar perairan Material dasar perairan sangat menentukan kecerahan perairan. Daerah di sekitar pantai dengan substrat pasir merupakan lokasi yang sangat sesuai untuk wisata pantai. Toleransi diberikan pada substrat pasir berkarang atau karang berpasir dengan hancuran
karang yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
karangnya maupun pasir berlumpur dengan perlakuan khusus. Substrat lumpur maupun karang merupakan lokasi yang tidak sesuai untuk kegiatan berenang dan bermain air. c. Kecepatan arus Kecepatan arus berkaitan dengan keamanan wisatawan dalam melaksanakan aktivitasnya. Kecepatan arus yang relatif lemah berkisar antara 0 – 0,17 m/dtk merupakan syarat yang ideal untuk aktivitas berenang, bermain air dan aktivitas lainnya. Kecepatan arus 0,17 – 0,34 m/dtk masih masuk dalam kategori sesuai dan kecepatan arus di atas 0,51 masuk dalam kategori tidak sesuai. d. Kecerahan perairan Wilayah dengan kondisi perairan yang cerah merupakan lokasi yang paling sesuai untuk wisata pantai. Wisatawan dapat bermain air, berenang dan aktivitas
22 lainnya. Kecerahan perairan >30 meter merupakan syarat yang sangat sesuai atau diinginkan untuk wisata pantai.
Toleransi diberikan untuk kecerahan
perairan >10 meter, sedangkan untuk kecerahan perairan <10 meter dianggap tidak sesuai untuk kegiatan wisata pantai. e. Ketersediaan air tawar Ketersediaan air tawar merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam wisata pantai. Selain untuk konsumsi juga digunakan untuk MCK dan mandi setelah bermain air laut dan pasir pantai. Ketersediaan air tawar dilihat dari seberapa jauh sumber air tawar terhadap pantai. Jarak lokasi dengan sumber air <0,5 km merupakan syarat yang paling sesuai, sedangkan jarak >2 km merupakan jarak yang tidak sesuai untuk wisata pantai. f. Tipe pantai Dalam kaitannya dengan wisata pantai, pantai berpasir merupakan lokasi yang paling ideal untuk wisata pantai. Wisatawan dapat
berjemur, berolah raga,
menikmati pemandangan, bermain dengan santai. Toleransi juga diberikan pada pantai berpasir dengan sedikit karang maupun pada daerah yang sedikit terjal, sedangkan pantai berlumpur, berkarang maupun terjal dianggap tidak sesuai untuk kegiatan ini. g. Lebar pantai Lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan pantai yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar pantai yang sangat sesuai untuk wisata pantai adalah lebih dari 15 meter, sedangkan untuk lebar pantai kurang dari 3 meter dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai. h. Kemiringan pantai Kemiringan pantai berkaitan dengan berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di pantai. Wisatawan sebagian besar menyukai pantai yang landai karena lebih mudah untuk melakukan berbagai aktivitas. Kemiringan pantai yang kurang dari 10 dianggap paling sesuai untuk wisata pantai, sedangkan dianggap tidak sesuai untuk wisata kemiringan pantai yang lebih dari 45 pantai karena dianggap curam.
23 i. Biota berbahaya Lahan pantai yang nyaman untuk berbagai aktivitas adalah pantai yang aman. Pantai yang aman disini merupakan pantai yang bebas dari biota berbahaya seperti bulu babi, lepu, dan hiu. j. Penutupan lahan pantai Penutupan lahan pantai merupakan faktor sekunder pada kegiatan wisata pantai. Adanya rencana pengembangan pada suatu daerah untuk wisata pantai, penutupan lahan yang ada dapat diubah sesuai dengan perencanaan. Kecuali untuk daerah hutan lahan basah yang dilindungi, dapat dimasukkan kedalam lokasi yang tidak sesuai untuk pengembangan wisata pantai.
3.5.3. Daya dukung kawasan (DDK) Analisa daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak, dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K ×
Lp Wt × Lt Wp
Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
24 Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan (Tabel 4). Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam tetap terjaga.
Tabel 4. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis Kegiatan Rekreasi Pantai Wisata Olahraga Berenang Berjemur
K (Σ Pengunjung) 1 1 1 1
Unit Area (Lt) 50 m 50 m 50 m 50 m
Keterangan 1 orang setiap 50 1 orang setiap 50 1 orang setiap 50 1 orang setiap 50
m panjang pantai m panjang pantai m panjang pantai m panjang pantai
Sumber : Yulianda (2007)
Daya dukung kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh pengunjung lainnya. Untuk kegiatan wisata pantai diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 25 m, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas, seperti berjemur, bersepeda, berjalan-jalan, dan lainlain. Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt) (Tabel 5). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (jam 8 – 16).
Tabel 5. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. 1. 2. 3. 4.
Kegiatan Berenang Berjemur Rekreasi Pantai Olahraga Air
Sumber : Yulianda (2007)
Waktu yang dibutuhkan Wp-(jam) 2 2 3 2
Total waktu 1 hari Wt-(jam) 4 4 6 4
25 3.5.4. Analisis nilai ekonomi wisata Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method/TCM) yaitu metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi (recreational value) dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non market good or service). Teknik ini mengasumsikan bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat (Lipton DW et al 1995 in Prihatna 2007). Tujuan melakukan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi tersebut sehingga diperlukan estimasi fungsi permintaan terhadap kunjungan wisata. Dalam menganalisis TCM ini dilakukan dengan pendekatan Individual Travel Cost Analysis yaitu untuk memperkirakan rata-rata kurva permintaan individu terhadap lokasi wisata, dalam hal ini pengunjung dikelompokkan berdasarkan pengeluaran. Penentuan nilai ekonomi wisata didasarkan pada pendekatan biaya perjalanan wisata yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan selama melakukan kunjungan wisata ke suatu lokasi/objek dan jumlah kunjungan wisatawan ke suatu lokasi/objek. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi pulang pergi, biaya konsumsi, biaya akomodasi dan lain-lain. Biaya perjalanan wisata yang didasarkan pada biaya-biaya tersebut sangat ditentukan oleh biaya masing-masing wisatawan.
Nilai Ekonomi Wisata =
(TCrata − rata) * N L
Keterangan : TCrata-rata N L
= Jumlah rata-rata total biaya yang dikeluarkan individu (Rp) = Jumlah kunjungan per tahun = Luas areal (Ha)