4
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan
peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan. Menurut peraturan terbaru berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu: 1) PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) 2) PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) 3) PPP (Pelabuhan Pendaratan Pantai) 4) PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan) Pelabuhan tersebut dikategorikan
menurut kapasitas dan kemampuan
masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang dating dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan. 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), dengan kriteria: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m, (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus, (5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor, (6) Terdapat industri perikanan.
5
2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), dengan kriteria: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI); (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; (5) Terdapat industri perikanan. 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dengan kriteria: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minum 2 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan. 4) Pangkalan Pendaratan ikan (PPI), dengan kriteria: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, dan perairan kepulauan; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT.
2.2 Fungsi dan Kriteria Pelabuhan Perikanan Berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004 pelabuhan perikanan berfungsi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan produksi yang meliputi berbagai aspek, yaitu sebagai tempat tambat-labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpul data tangkapan,
5
6
tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan. Pelabuhan
perikanan
harus
menjalankan
fungsinya
dengan
baik
dikarenakan untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan, salah satu fungsi yang bisa dilakukan adalah penyediaan fasilitas darmaga dan kolam pelabuhan serta penyediaan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan dan membongkar hasil tangkapan. Menurut SK Menteri Kelautan dan Perikanan No: kep. 10/ MEN/ 2004, kriteria Pelabuhan Perikanan Samudera adalah: 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas; 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 60 GT; 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus; 5) Ikan yang didaratkan sebagai untuk tujuan ekspor; 6) Terdapat industri perikanan.
2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan kerja yang meliputi areal daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan umum dan jasa guna mempelancar aktifitas kapal perikanan, usaha perikanan dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha perikanan. Menurut Danoredjo (1981) diacu dalam Ashshiddiqi (2003), pelabuhan perikanan harus mempunyai fasilitas yang dapat: 1) Mempelancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan; 2) Menimbulkan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam dan manusia; 3) Mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasiaan usaha ekonomi nelayan.
6
7
Pelabuhan perikanan agar dapat berfungsi sesuai dengan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas-fasilitas. Fasilitasfasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
2.3.1 Fasilitas pokok Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain: 1) Darmaga Darmaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan menangkap ikan di laut. 2) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk keluar masuknya kapal yang akan bersandar di darmaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi dua yaitu berupa: (1) Alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai darmaga. (2) Kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal. 3) Alat Bantu navigasi Alat Bantu nafigasi berfungsi untuk: (1) Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi, misalnya batu karang di suatu perairan; (2) Memberikan
petunjuk agar kapal dapat berlayar dengan aman di
sepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya; (3) Memberikan petunjuj pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkat.
7
8
4) Breakwater atau pemecah gelombang Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah disekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut (Lubis, 2010).
2.3.2 Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara diberikan pelayanan yang dapat menunjang aktifitas di pelabuhan. Fasilitas ini diantaranya tidak harus di suatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan opersional pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas-fasilias fungsional ini dikelompokkan antara lain untuk: (Lubis, 2010). 1)
Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu: (1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah tempat untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dan pembeli. (2) Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan, dan lain-lain. (3) Pabrik es Es terutama dipergunakan untuk mengawetkan ikan pada saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik. Pabrik es terdiri dari ruang mesin, ruang kompresor, ruang produksi, ruang penyimpanan es dan ruang operator. (4) Gudang es Bangunan Gudang es diperlukan apabila produksi kemungkinan tidak terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es jauh dari darmaga perbekalan atau kemungkinan mendatangkan es dari luar. (5) Fasilitas pendinginan, seperti cool room, cold strorage Fasilitas ini berfungsi untuk tempat penyimpanan sementara produkproduk perikanan yang tidak langsung dipasarkan yang disebabkan
8
9
berbagai alasan, diantaranya menunggu harga yang baik, kelebihan produksi atau tempat transit. (6) Gedung-gedung pemasaran Gedung pemasaran adalah tempat grosir memasarkan ikannya. Gedung ini bisaanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, dan lain-lain. 2)
Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkapan ikan, yaitu: lapangan perbaikan alat penangkapan ikan, ruangan mesin, tempat penjemuran alat penangkapan ikan, bengkel, slipways dan gudang jaring.
3)
Fasilitas perbekalan: tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar.
4)
Fasilitas komunikasi: stasiun jaringan telepon, radio SSB.
2.3.3 Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktifitas di pelabuhan. 1)
Fasilitas kesejahteraan: MCK, poliklinik, mess, kantin/warung, musholla;
2)
Fasilitas administrasi: kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor bea cukai. Pada umumnya pembangunan suatu pelabuhan dilaksanakan secara
bertahap. Pada tahap awal pelabuhan dibangun dengan fasilitas pokok dan atau sebagai fasilitas fungsional kemudian dilanjutkan pada tahapan berikut sesuai dengan kebutuhannya (Lubis, 2010).
2.4 Operasional Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan bisaa dikatakan berfungsi dengan baik jika aktifitasnya berjalan dengan lancar mulai dari proses pendaratan hasil tangkapan, pelelangan, pengolahan hingga pemasaran hasil tangkapan. Direktorat Jenderal Perikanan (1985) dikutip dalam Ashshiddiqi (2003) menetapkan suatu ukuran untuk menentukan tingkat operasional pelabuhan perikanan dengan tinjauan teknis dan produktifitas serangkaian fasilitas-fasilitas berikut:
9
10
1)
Kapal atau perahu telah melakukan kunjungan ke pelabuhan perikanan untuk mendaratkan hasil tangkapan dan memperoleh perbekalan ke laut;
2)
TPI telah dimanfaatkan minimal untuk menimbang dan mengepak ikan. Sistem pelelangan diatur dengan peraturan daerah;
3)
Telah melakukan pelayanan perbekalan es, solar, air, garam dan sebagainnya;
4)
Telah diberikan jasa penyimpanan ikan, reparasi mesin dan mekanik, pemeliharaan kapal dan alat tangkapan. Didalam suatu pengoperasian pelabuhan, hal-hal dalam pengorganisasian
dan pengelolaan sangatlah perlu diperhatikan. Keberhasilan suatu pengelolaan pelabuhan antara lain banyak tergantung pada pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan, misalnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusinya, keterkaitan dan keharmonisan hubungan staf pengelola pelabuhan antara lain kepala pelabuhan dan pegawainya, pedagang, nelayan, pengolahan dan buruh (Lubis, 2002 dikutip dalam Christianti, 2005). Adapun kegiatan operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan adalah: (Permen No 16/MEN/2006) 1)
Pendaratan ikan Pendaratan ikan di pelabuhan perikanan sebagian besar berasal dari kapal
penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan itu, hanya sebagian kecil berasal dari pangkalan pendaratan ikan dan pelabuhan yang dibawa kepelabuhan itu dengan menggunakan sarana transportasi darat. 2)
Penanganan, pengelolahan dan pemasaran ikan Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan dan
pengawasan mutu hasil perikanan, penanganan ikan segar di pelabuhan perikanan dilakukan
dengan
metode
pendinginan
yang
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan es. Pengolahan ikan dimaksudkan untuk mempertahankan mutu sehingga waktu pemasaran menjadi lebih lama serta dapat meningkatkan nilai jual ikan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional dan ekspor.
10
11
Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia, antara lain: Misran ( 1991) (1) TPI
pedagang besar
pedagang lokal
pengeceran
(2) TPI
pedagang besar
pedagang lokal
konsumen
(3) TPI
pengecer
konsumen
konsumen.
3) Penyaluran perbekalan Penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah penjualan es, penjualan air bersih, penyaluran BBM dan suku cadang. Pelayanan perbekalan, BUMN dan pihak swasta.
2.5 Penanganan Ikan Dengan Menggunakan Es Menurut Ilyas (1983) menyatakan bahwa praktek pendinginan ikan dapat dikelompokan atas tiga metode. Metode tersebut adalah: 1) Metode pendinginan dengan es (icing); 2) Metode pendinginan dengan udara dingin (chiling in cold air); 3) Metode pendinginan dengan air yang didinginkan (chilling in water).
2.6 Media Es Es adalah media pendingin ikan yang mempunyai kelebihan (Ilyas,1983) antara lain : 1) Es mempunyai kapasitas yang sangat besar per satuan berat atau volume. Untuk melelehkan 1 kg es diperlukan 80 kilo kalori (kkal) panas ; 2) Es tidak merusak ikan dan tidak membahayakan yang memakannya, es mudah dibawa hargapun murah; 3) Hancur es dapat berkontrak erat dengan ikan, dengan demikian ikan cepat sekali medingin; 4) Sentuhan dengan es menyebabkan ikan senantiasa dingin, basah dan cemerlang. Sebaiknya, pada pendingin dengan udara dingin yang digunakan refrigerasi mekanik, ikan akan mengalami pengeringan yang merugikan; 5) Es adalah thermostat sendiri, artinya es selalu dapat memelihara dan mengatur suhu ikan sekitar suhu es meleleh pada 00 C;
11
12
6) Saat es meleleh es menyerap panas dari ikan. Sambil mengalir ke bawah, air lelehan itu membasahi permukaan dan bagian lain dari ikan sambil menghanyutkan lendir dan sisa darah bersama bakteri dan kotoran yang lainnya sehingga ikan selalu dibilas atau bermandi air dingin bersih; 7) Agar air lelehan lain dan kotoran lainnya itu tidak mengumpul dan membusukan ikan yang terletak pada bagian bawah dari tumpukan atau wadah, perlu cairan itu dialirkan keluar, antara lain melalui lobang penirisan (drain) yang sengaja dibuat pada dasar atau alas tumpukan atau wadah ikan. Beberapa hal di lapangan yang perlu diperhatikan mengenai es mencair; 1) Apabila terdapat campuran air dan es dalam suatu wadah, suhu campuran itu tidak akan meningkat ke atas 00 C sebelum semua es mencair; 2) Campuran es dan air es janganlah disamakan perlakukan dengan nilainya dengan es saja, meskipun beratnya sama. Kalau sebagian dari es, es balok terhadap es itu hilang dan berubah menjadi air maka sebagian (besar) dari nilainya sudah hilang; 3) Kalau perbandingan berbagai jenis es, misalnya es balok terhadap es curah, haruslah atas dasar berat yang sama; jangan perbandingkan berdasarkan volume; 4) Perbedaan antara nilai dan jenis es air tawar berasal dari lokasi, pabrik atau pelabuhan yang berbeda, adalah kecil sekali, sehingga dapat diabaikan; 5) Es yang berusia lama (sudah disimpan 6 bulan misalnya) adalah sama efektifnya dengan es yang baru saja dibuat; 6) Mutu air yang digunakan pabrik untuk pembuatan es bagi usaha perikanan, haruslah memenuhi persyaratan kesehatan yang sama seperti yang dipersyaratkan bagi mutu air perusahaan air minum;
2.7 Penyediaan Es di Pelabuhan Perikanan Pengelolaan dan pengaturan dalam penyediaan sarana dan fasilitas untuk memproduksi es di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia diserahkan pada perum prasarana perikanan setempat (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994) dalam Christianti, (2005). Sedangkan pihak swasta dan KUD merupakan pihak ketiga yang bisa mengajukan permohonan berupa permohonan sewa kepada pihak
12
13
pelabuhan dalam hal ini perum prasaranan (Direktorat Jenderal Perikanan, 1993) dikutip dalam Ashshiddiqi (2003). Produsen dalam penyediaan es di suatu pelabuhan perikanan adalah pabrik es, dimana pihak tersebut menjalankan perannya dengan menyuplai es untuk kapal ikan yang akan melakukan operasi penangkapan. Penyuplaian es dimana disesuaikan dengan permintaan pihak pelabuhan. 2.8 Kebutuhan Es Untuk Penanganan Hasil Tangkapan Kebutuhan es bagi kapal penangkapan sangat penting dalam upaya menjamin mutu ikan hasil tangkapan. Es merupakan media pendingin yang banyak digunakan dalam penanganan ikan, baik di atas kapal maupun di darat selama distribusi dan pemasaran. Sebagai media pendingin, es mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut: 1) Tidak membahayakan konsumen; 2) Bersifat thermostatic, yaitu selalu menjaga suhu sekitar 00 C sehingga suhu pendinginan ikan dapat terpelihara pada suhu tersebut; 3) Ekonomis karena harganya murah; 4) Relatif mudah dalam penggunaannya. Jumlah es yang digunakan harus sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan ditangani sehingga akan ditangani sehingga akan diperoleh suhu pendinginan yang optimal. Dalam praktiknya, perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan bervariasi antara 1:4 sampai 1:1. Perbandingan tersebut sangat tergantung pada waktu penyimpanan yang diperkirakan, suhu udara diluar kemasan, jenis wadah penyimpanan dan cara penyusunan ikan dalam wadah. (Junianto, 2003 dikutip dalam Christianti, 2005).
13