2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di Laut Teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Fasilitas tambat/labuh di pelabuhan ditujukan untuk kapal perikanan berukuran 30 – 60 GT. Panjang dermaga 150 – 300 m dengan kedalaman kolam lebih dari 3 m. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40 - 50 ton per hari atau sekitar 8.000 – 15.000 ton per tahun. Di Indonesia terdapat 12 PPN, antara lain adalah PPN Ambon, PPN Bitung, PPN Brondong, PPN Kejawanan, PPN Palabuhanratu, PPN Pekalongan, PPN Pemangkat, PPN Prigi, PPN Sibolga, PPN Tanjung Pandan, PPN Ternate dan PPN Tual (Diniah 2008).
2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan Operasionalisasi adalah suatu bentuk implementasi dari kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan di PP/PPI dalam melayani kebutuhan masyarakat pengguna fasilitas pelabuhan yang membutuhkannya. Kegiatan operasional di PP/PPI hendaknya berorientasi pada kepentingan masyarakat pengguna jasa PP/PPI (Murdiyanto 2005). Berdasarkan Direktorat Jenderal Perikanan (1994a), kegiatan operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan meliputi: 1) Pendaratan ikan Pendaratan ikan yang dilakukan di pelabuhan perikanan sebagian besar berasal dari kapal penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan tersebut dan sebagian kecil berasal dari PP/PPI yang dibawa ke pelabuhan tersebut dengan menggunakan sarana transportasi darat. 2) Penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan dan pengawasan mutu hasil perikanan, penanganan ikan segar di pelabuhan perikanan dilakukan dengan metode pendinginan. Metode ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu pendinginan dengan es, pendinginan dengan udara dingin dan 6
pendinginan dengan air dingin. Tujuan dari pengolahan ikan adalah untuk mempertahankan mutu ikan, sehingga pada waktu pemasaran menjadi lebih lama dan meninggikan nilai jualnya. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional dan ekspor. Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia, antara lain: a. TPI Pedagang besar Pedagang lokal Pengecer Konsumen b. TPI Pedagang besar Pedagang lokal Konsumen c. TPI Pengecer Konsumen 3) Penyaluran perbekalan Pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah penyaluran BBM, penjualan air bersih, penjualan es dan suku cadang. Pelayanan perbekalan ini umumnya disediakan oleh pihak UPT Pelabuhan, KUD, Koperasi Pegawai Pelabuhan, BUMN dan pihak swasta.
2.3 Pelayanan Pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, dan konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi pelayanan tersebut. Keunggulan suatu pelayanan bergantung pada keunikan dan kualitas yang diperlihatkan oleh pelayanan tersebut. Kualitas adalah sebuah kata bagi penyedia jasa atau pelayanan merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik (Supranto 2006). Menurut Rangkuti (2006), konsumen mempunyai kriteria yang pada dasarnya identik dengan beberapa jenis pelayanan yang memberikan kepuasan kepada para pelanggan. Kriteria tersebut adalah: 1) Reliability (Keandalan) Kemampuan perusahaan untuk memberikan jasa secara tepat, akurat dan dapat diandalkan sesuai dengan yang dijanjikan. 2) Responsiveness (Cepat tanggap) Kemampuan karyawan untuk membantu konsumen menyediakan pelayanan dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
7
3) Insurance (Jaminan) Kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat yang dapat dipercaya atas pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk melayani konsumen dengan rasa percaya diri. 4) Emphaty (Empati) Karyawan harus memberikan perhatian secara individual kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen. 5) Tangible (Kasat mata) Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan alat-alat komunikasi.
2.4 Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara pelayanan atau produk yang dirasakan dan yang diharapkannya (Kottler 2002). Menurut Rangkuti (2006), kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu harapan pelanggan akan kinerja suatu produk dan kenyataan yang pelanggan terima setelah menggunakan produk tersebut. Kualitas produk yang dirasakan pelanggan akan menentukan persepsi pelanggan terhadap kinerja, yang kemudian akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Pada dasarnya kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Penilaian kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu perusahaan berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan, sebagaimana dilihat pada Gambar 1 (Rangkuti 2006). Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, mutu mempunyai dampak langsung pada keunggulan suatu produk. Kepuasan pelanggan bergantung pada anggapan kinerja produk dalam menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pelanggan. Bila produk jauh lebih rendah dari harapan pelanggan, maka pelanggan akan merasa tidak puas. Bila produk sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan merasa puas. Bila produk melebihi harapan, maka pelanggan akan merasa sangat puas. Pelanggan yang merasa puas akan membeli 8
ulang dan memberi tahu orang lain mengenai pengalaman baik dengan produk tersebut (Santoso 2005).
Tujuan perusahaan
Kebutuhan dan keinginan pelanggan
Produk Harapan pelanggan terhadap produk
Nilai produk bagi pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan Sumber: Rangkuti (2006)
Gambar 1 Diagram konsep kepuasan pelanggan.
Tingkat kepentingan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan terhadap kebutuhannya akan pelayanan yang akan dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja pelayanan tersebut. Tingkat kepentingan pelanggan terhadap atribut pelayanan yang akan diterima, dapat ditentukan berdasarkan pengalaman dan saran yang diperoleh. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan dapat menimbulkan persepsi negatif untuk tahapan pelayanan selanjutnya (Rangkuti 2006). Menurut Rangkuti (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah 1) Nilai Pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk yang didasarkan pada suatu persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut. 9
2) Daya saing Daya saing suatu produk dapat terjadi apabila keunikan serta kualitas pelayanannya disesuaikan dengan manfaat serta pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan. 3) Persepsi pelanggan Proses individu untuk memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. 4) Harga Suatu produk dapat dinilai kualitasnya oleh pelanggan dari harga yang ditetapkan oleh produsen. 5) Citra Citra dari suatu produk dapat mempengaruhi persepsi produk terhadap kualitasnya 6) Tahap pelayanan Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahap pelayanan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, efisien dan efektif, terutama untuk pelayanan publik. Tingkat kepuasan pelanggan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan (Rangkuti 2006). Menurut Umar (2003), pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan enam konsep, yaitu: 1) Kepuasan pelanggan secara keseluruhan Dilakukan dengan cara menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan, serta menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan terhadap jasa yang diterima. 2) Dimensi kepuasan pelanggan Dilakukan dengan empat proses, yaitu: Pertama, mengidentifikasi dimensidimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan untuk menilai jasa perusahaan berdasarkan beberapa faktor, seperti kecepatan atau keramahan 10
pelayanan jasa yang diberikan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing berdasarkan faktor-faktor yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang berada di kelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan secara keseluruhan. 3) Konfirmasi harapan Kepuasan pelanggan tidak diukur secara langsung, tetapi berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan. 4) Minat pembelian ulang Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan pelanggan melakukan pembelian ulang atas jasa yang sama. 5) Kesediaan untuk merekomendasikan Cara ini merupakan ukuran yang penting bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi. 6) Ketidakpuasan pelanggan Dilakukan dengan sesuatu hal yang menjadi komplain pelanggan, biaya garansi serta kerusakan barang.
2.5 Pelayanan Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan pada umumnya adalah pelayanan yang terkait dengan operasional fasilitas, sehingga pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pengguna pelabuhan. Pelayanan di pelabuhan perikanan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pelayanan yang bersifat langsung kepada nelayan atau pengusaha perikanan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa, serta pelayanan kepada masyarakat umum di pelabuhan dengan menggunakan metodologi yang bersifat massal agar nelayan atau pengusaha perikanan lebih mampu untuk memajukan usahanya dengan fasilitas yang tersedia di pelabuhan (Murdiyanto 2005). Aktivitas pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan adalah kegiatan untuk menyediakan kebutuhan pada waktu penangkapan ikan. Pelayanan yang dibutuhkan meliputi berbagai kegiatan pada saat keberangkatan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, seperti ketersediaan bahan bakar 11
minyak (BBM), air bersih dan es, serta kegiatan pada saat kembali ke fishing base atau pelabuhan, seperti kondisi dermaga, kondisi tempat pelelangan ikan (TPI) dan ketersediaan keranjang atau basket (Direktorat Jenderal Perikanan 1994a). Penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan operasional penangkapan ikan di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia, pengaturan dan pengelolaannya diserahkan kepada pihak PERUM Prasarana Pelabuhan Perikanan setempat. Sektor swasta dan KUD merupakan pihak ketiga yang bisa melakukan permohonan sewa kepada pihak pelabuhan (Direktorat Jenderal Perikanan 1994a). Mekanisme dalam penyediaan kebutuhan perbekalan di pelabuhan perikanan di Indonesia dapat disalurkan secara langsung oleh pihak pelabuhan dan secara tidak langsung, seperti agen penjual atau nelayan membeli di luar pelabuhan perikanan (Ashshiddiqi 2003).
2.6 Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, yang terdiri atas kapal, alat penangkapan ikan dan nelayan. Ketiga unsur tersebut akan saling berkaitan dan akan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan.
2.6.1 Kapal Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang dapat digunakan untuk kegiatan pencarian fishing ground, pengoperasian alat penangkapan ikan, mengejar gerombolan ikan dan wadah hasil tangkapan. Menurut Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Perahu atau kapal penangkap ikan adalah perahu atau kapal yang digunakan untuk kegiatan operasional penangkapan ikan atau binatang laut atau tanaman air lainnya (Ayodhyoa 1981).
12
2.6.2 Alat penangkapan ikan Alat penangkapan ikan merupakan suatu alat atau peralatan yang digunakan untuk kegiatan menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah 2008). Jenis alat penangkapan ikan yang dioperasikan di PPN Karangantu adalah jaring rampus, dogol, bagan perahu, bagan tancap, payang, pancing, sero, jaring insang tetap, dan alat tangkap lainnya. Alat penangkapan ikan yang dioperasikan dengan trip sehari di PPP Karangantu adalah dogol dan jaring rampus (PPN Karangantu 2011a). 1) Dogol Dogol merupakan suatu jenis alat penangkapan ikan yang menyerupai payang, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Konstruksi alat tangkap dogol berbentuk kerucut, terdiri atas bagian kantong (bag), badan jaring (body), dua lembar sayap (wing) yang berada di kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp) (Subani dan Barus 1989). Desain alat tangkap dogol untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
a
b
A
c
d
B
Keterangan gambar : A : Kantong (bag) b : Tali ris bawah (ground rope) B : Kaki atau sayap (wing) c : Bibir atas (upperlip) a : Tali ris atas (head rope) d : Bibir bawah (underlip) Catatan : Bibir atas lebih menonjol ke depan Sumber: Subani dan Barus (1989)
Gambar 2 Desain alat tangkap dogol. Alat tangkap dogol dioperasikan dengan cara melingkari dasar perairan yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan demersal dan udang. Dalam
13
pengoperasiannya, alat tangkap dogol ditarik ke arah perahu sehingga hasil tangkapannya akan dinaikkan ke atas geladak perahu (Subani dan Barus 1989). 2) Jaring Rampus Jaring rampus merupakan jenis dari alat tangkap jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan dengan cara menghadang ruaya ikan. Berdasarkan pola renang ikan, pengoperasian jaring insang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan pelagis dan jaring insang dasar yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan demersal (Ayodhyoa 1981). Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), jaring rampus yang dioperasikan di dasar perairan diklasifikasikan ke dalam jaring insang dasar. Konstruksi jaring rampus berbentuk empat persegi panjang yang memiliki ukuran mata jaring yang sama pada seluruh bagian jaring, terdiri atas pelampung yang berada di bagian atas jaring dan pemberat yang berada di bagian bawah jaring (Subani dan Barus 1989). Konstruksi alat tangkap jaring rampus untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
b
c a d
e Keterangan gambar : a : Badan jaring (mono filament) b : Pelampung c : Tali ris atas d : Tali ris bawah e : Pemberat Sumber: Subani dan Barus (1989)
Gambar 3 Konstruksi alat tangkap jaring rampus.
14
Proses pengoperasian alat tangkap jaring rampus terdiri atas dua tahap, yaitu setting dan hauling. Pada waktu setting dilakukan penurunan alat tangkap jaring rampus, tali ris atas yang terdapat pelampung dan tali ris bawah yang terdapat pemberat. Ketika hauling dilakukan pengangkatan jangkar, tali ris atas, tali pemberat, dan hasil tangkapannya (Direktorat Jenderal Perikanan 1994b).
2.6.3 Nelayan Nelayan merupakan orang yang secara langsung melakukan operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan dikelompokkan menjadi nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan asli merupakan penduduk setempat yang telah turun temurun memiliki profesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan pendatang merupakan nelayan yang berasal dari luar wilayah tersebut (UndangUndang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan (Diniah 2008).
15