Market Perspective // 1
Wealth Management Newsletter - Juli 2014
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
2 // Market Perspective
GREETINGS
Nasabah yang terhormat, Tidak terasa kita sudah memasuki semester dua di tahun 2014. Bulan ini kita akan memasuki babak akhir dari pemilihan Presiden, di mana gejolak politik yang ada membuat perilaku investor cenderung menunggu sambil mencermati data perkembangan ekonomi Indonesia. Meskipun demikian, kami melihat kepercayaan investor asing tetap tinggi dan tercatat masih melakukan akumulasi pada pasar saham dan obligasi. Untuk melengkapi pilihan investasi dalam mata uang asing, bulan ini kami menyediakan dua produk investasi terbaru bagi Anda. Pertama, kami bekerjasama dengan First State Investment Indonesia untuk memasarkan produk Reksa Dana terbaru, First State USD Balanced Plus Fund. Produk ini bertujuan untuk memberikan pendapatan jangka panjang dalam mata uang USD dengan melakukan investasi portofolio secara berimbang dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang di bursa efek dalam maupun luar negeri. Kedua, Pemerintah Indonesia baru saja menerbitkan obligasi dalam mata uang Euro. Dengan imbal hasil obligasi yang menarik, permintaan dari investor mencapai 5x dari jumlah yang terbitkan sebesar $1 miliar Euro. Hal ini tentunya menjadi salah satu pilihan untuk diversikasi investasi yang baik. Akhir kata, terima kasih atas kesetiaan Anda menjadi pembaca Market Perspective Newsletter. Atas nama direksi dan seluruh karyawan Commonwealth Bank, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriyah, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail and Business Banking
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
Market Perspective // 1
GLOBAL OUTLOOK
P
asar saham global nampak lebih bergairah pada kuartal kedua 2014 dibandingkan kuartal sebelumnya. MSCI AC World Index mencatat kinerja yang positif sebesar 3,4% didukung oleh kenaikan bursa saham negara berkembang. MSCI Asia ex Japan index mencatat kinerja tertinggi sebesar 5,3%, disusul kenaikan MSCI Emerging markets sebesar 4,7%. Setelah mencatat kinerja positif tahun lalu dan awal tahun ini, valuasi bursa saham negara maju telah mencapai level yang cukup tinggi. Hal ini membuat bursa negara berkembang mulai diminati kembali oleh investor karena dinilai mempunyai prospek pertumbuhan yang lebih tinggi kedepannya. Investor dapat menjaga aset alokasi yang terdiversifikasi dengan berinvestasi dengan reksadana yang mempunyai strategy bottom up dan high conviction sehingga saham-saham yang dipilih mempunyai valuasi yang murah dan mempunyai prospek pertumbuhan yang positif kedepannya.
MARKET INSIGHTS
World stock market returns (local currency)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Japan TOPIX 45.2%
MSCI EM 28.8%
MSCI Asia ex Japan 38.0%
UK FTSE 100 -28.3%
MSCI Asia MSCI Asia ex Japan ex Japan 67.2% 15.6%
MSCI EM 35.8%
MSCI Asia ex Japan 28.6%
MSCI EM 33.6%
US S&P 500 -37.0%
MSCI EM 62.8%
MSCI Europe ex UK 28.6%
MSCI Europe ex UK 22.5%
UK FTSE 100 7.4%
Japan TOPIX -40.6%
MSCI Asia ex Japan 24.1%
US S&P 500 15.8%
MSCI Europe ex UK 6.6%
UK FTSE 100 20.8%
UK FTSE 100 14.4%
US S&P 500 4.9%
Japan TOPIX 3.0%
2011
2012
2013
YTD
2Q
US S&P 500 2.1%
Japan TOPIX 20.9%
Japan TOPIX 54.4%
US S&P 500 7.1%
MSCI Asia ex Japan 5.9%
US S&P 500 15.1%
UK FTSE 100 -2.2%
MSCI Europe ex UK 20.0%
US S&P 500 32.4%
MSCI Europe ex UK 7.1%
MSCI EM 5.2%
MSCI Europe ex UK 29.0%
MSCI EM 14.4%
MSCI Europe ex UK -12.1%
MSCI Asia ex Japan 19.7%
MSCI Europe ex UK 24.2%
MSCI Asia ex Japan 5.1%
US S&P 500 5.2%
MSCI Europe ex UK -42.7%
UK FTSE 100 27.3%
UK FTSE 100 12.6%
MSCI EM -12.5%
MSCI EM 17.4%
UK FTSE 100 18.7%
MSCI EM 4.8%
Japan TOPIX 5.1%
US S&P 500 5.5%
MSCI EM -45.7%
US S&P 500 26.5%
MSCI Europe ex UK 5.1%
MSCI Asia ex Japan -14.6%
US S&P 500 16.0%
MSCI Asia ex Japan 6.2%
UK FTSE 100 1.9%
MSCI Europe ex UK 3.4%
Japan TOPIX -11.1%
MSCI Asia ex Japan -47.7%
Japan TOPIX 7.6%
Japan TOPIX 1.0%
Japan TOPIX -17.0%
UK FTSE 100 10.0%
MSCI EM 3.8%
Japan TOPIX -1.9%
UK FTSE 100 3.2%
Note: Total return indices: J.P. Morgan Asset Management. As at 30 June 2014
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
2 // Market Perspective
EROPA
Menjaga momentum pemulihan dengan kebijakan moneter longgar.
The U.S economy in the first quarter saw its sharpest pullback since the recession ended nearly five years ago
Lowering The Bar
6%
The European Central Bank’s short-term interest-rate benchmark
4 2
3.0%
0
2.5 2.0
-2
1.5
-4 Refinancing rate: 0.15%
1.0
Quarterly change at an annualized rate
First quarter: -2.9%
-6
0.5 -8 0 Deposit rate: -0.10% -0.5 2009
‘10
‘11
‘12
‘13
‘14
Sumber: ECB, The Wall Street Journal
-10 ‘08
‘09
‘10
‘11
‘12
‘13
‘14
Note: Adjusted for inflation Sumber: Commerce Department
Bank Sentral Eropa (ECB) akhirnya memutuskan untuk meneruskan kebijakan moneter longgar sebagai upaya memerangi deflasi dan mendorong roda perekonomian Eropa. Sesuai ekspektasi, ECB memotong suku bunga refinancing dari 0,25% menjadi 0,15% dan menurunkan suku bunga deposito dari 0% menjadi -0,1% serta mengumumkan rangkaian terbaru untuk pinjaman jangka panjang yang dikenal dengan Targeted Long Term Refinancing Operations (TLTROs). TLTROs memberikan dana pinjaman murah kepada perbankan dengan beberapa kondisi tertentu untuk masa 4 tahun mendatang dengan jumlah sekitar 400 miliar. Penjelasan lebih detail mengenai mekanisme TLTROs masih belum diumumkan sehingga masih adanya keraguan jika kucuran likuiditas ini akan efektif. ECB nampaknya harus mengambil langkah pelonggaran lebih lanjut setelah data ekonomi Zona Eropa menunjukkan pemulihan ekonomi yang masih belum stabil. Laporan Purchasing Manufacturers’ Index (PMI) turun dari level 52,2 di bulan Mei ke level 51,8 di bulan Juni, yang merupakan titik terendah sejak bulan November 2013. Tingkat inflasi bulan Juni juga masih rendah sebesar 0,5%. Pertumbuhan ekonomi Zona Eropa diekspektasi hanya akan tumbuh 0,3-0,4% QoQ sampai akhir tahun 2015.
AMERIKA SERIKAT
Meneruskan QE Tapering dengan optimisme pertumbuhan yang lebih cepat Meskipun Bank Sentral AS secara konsisten terus mengurangi program stimulus setiap bulannya, bursa saham AS dan negara maju lainnya merespon QE tapering ini dengan cukup baik. Indeks S&P 500 berhasil mencatat kenaikan 3,7% pada kuartal kedua 2014 didukung oleh optimisme investor terhadap pertumbuhan ekonomi AS ke depan. Bank Sentral AS memang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini dari 2,8-3% menjadi 2,1-2,3%, akibat penyusutan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2014 sebesar -2,9% QoQ. Namun ke depannya pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan lebih cepat pada kuartal-kuartal selanjutnya.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
Data ekonomi yang dilaporkan selama kuartal kedua 2014 menunjukkan perbaikan hasil survei sentimen bisnis dan konsumen, perbaikan dari sektor perumahan, dan peningkatan jumlah tenaga kerja. Konsensus memperkirakan probabilitas 33,5% bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunganya pada bulan Juli 2015 nanti, sedangkan Bank Sentral Eropa diekspektasi masih akan menahan suku bunga rendah paling tidak sampai tahun 2016 nanti. Kondisi ini membuat pelaku pasar lebih nyaman akan prospek kenaikan suku bunga sejalan dengan menurunnya tingkat pengangguran dan mulai meningkatnya tingkat inflasi.
ASIA
Langkah pemerintah untuk mengembalikan kestabilan pertumbuhan Bursa saham Asia mencatat kinerja yang cukup positif selama kuartal kedua 2014 seiring dengan mulai membaiknya sentimen investor terhadap negara Asia dan negara berkembang. Setelah hasil pemilu di India menjadikan Narenda Modi sebagai perdana menteri ke 15, investor bersikap positif terhadap paket reformasi yang diharapkan mendongkrak pertumbuhan ekonomi India yang jatuh ke level 4,7% di tahun 2013 akibat tingkat suku bunga dan inflasi yang tinggi serta menurunnya investasi. Perlambatan ekonomi China juga dinilai sudah mencapai level terendahnya pada kuartal kedua 2014 ini dengan keyakinan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah China yang disebut “mini stimulus” akan menjaga pertumbuhan ekonominya. Bank Sentral China menurunkan GWM bagi perbankan yang memberikan jumlah pinjaman yang cukup besar untuk sektor pertanian serta perusahaan berskala kecil dan menengah. Bursa saham Thailand juga meneruskan kinerja positifnya dengan mencatat kenaikan 6,9% pada kuartal kedua 2014 setelah Junta militer mengambil alih kekuasan pemerintah dan berupaya menstabilkan kondisi di Thailand.
Market Perspective // 3
analisa valas
M
enjelang pemilihan umum presiden Indonesia, tingkat volatilitas USD/IDR berpotensi meningkat tinggi. Pasalnya investor asing akan menentukan arah investasi di Indonesia setelah pemilu selesai. Pergerakan USD/IDR yang sangat terpengaruh oleh keluar masuknya dana asing akan menunjukan fluktuasi yang tinggi. Di samping pemilu, fundamental ekonomi Indonesia juga akan berperan penting dalam pergerakan USD/IDR selanjutnya. Datadata ekonomi seperti, neraca perdagangan, neraca berjalan, ekspor/impor dan inflasi Indonesia juga akan mempengeruhi pergerakan USD/IDR dalam jangka menengah hingga panjang. Dari pasar global, rencana The Fed untuk mengakhiri program Quantitative Easing dan menaikan suku bunga USD masih menjadi salah satu fokus pasar dalam mengambil keputusan investasi.
USD/IDR Pada awal bulan Juli 2104, IDR masih bergerak tertekan terhadap USD. Rendahnya harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah salah satu penyebab melemahnya IDR terhadap USD. Meskipun neraca perdagangan Indonesia dirilis surplus, penurunan ekspor memberikan dampak negatif di kaca mata para pelaku pasar. Ditambah lagi defisitnya neraca berjalan Indonesia yang memungkinkan untuk pengurangan subsidi BBM dikemudian hari, semakin memperkeruh persepsi pasar. Pemilihan Umum Presiden Indonesia diharapkan dapat membawa sentimen positif untuk USD/IDR. Pembaharuan kabinet diharapkan akan memacu perbaikan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan berdampak pada penguatan IDR. Mempertimbangkan dampak pamilihan umum presiden di bulan Juli 2014, dIperkirakan USD/IDR akan bergerak dengan rentang 11.500-12.300 dengan tingkat fluktuasi yang tinggi pada bulan Juli 2014.
AUD/USD Terus membaiknya indeks manufaktur China dan pasar tenaga kerja domestik Australia yang membaik, berdampak pada penguatan AUD terhadap mata uang lainnya. Akan tetapi dari sisi ekspor dan neraca perdagangan defisit masih terus
membengkak. Hal ini disebabkan karena turunnya harga komoditas dunia yang pada akhirnya berdampak pada penurunan ekspor Australia. Oleh sebab dua hal tersebut, penguatan AUD terhadap mata uang lainnya cenderung tertahan dan lambat. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.9210-0.9480 pada bulan Juli 2014 dengan tingkat fluktuasi yang rendah
Hal ini membuat para pelaku pasar memiliki persepsi, BOE akan menjadi pionir dalam menaikan suku bunga di benua Eropa. Ditambah lagi, harga rumah yang terus naik akan cenderung membuka peluang BOE untuk menaikan suku bunga lebih cepat untuk mencegah ekonomi yang overheating. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.6980-1.7270 pada bulan Juli 2014 dengan kecenderungan naik.
EUR/USD Semenjak diturunkannya suku bunga simpanan EUR menjadi negatif, EUR berpotensi menjadi sasaran aksi carried trade. Permasalahan utama di Zona Eropa adalah rendahnya tingkat inflasi di level 0,50%. Rendahnya tingkat inflasi merefleksikan pelemahan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di Zona Eropa. Komitmen dari ECB untuk terus memberikan stimulus yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi berpotensi memberikan dampak negatif lebih lanjut pada nilai tukar EUR. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.3480-1.3680 pada bulan Juli 2014 dengan kecenderungan turun.
GBP/USD Inggris adalah satu-satunya ekonomi di benua Eropa yang memiliki Inflasi paling tinggi di kawasannya yaitu sebesar 1,50%.
USD/JPY Dua hal yang menjadi fokus dari pemerintah Jepang dalam rangka memperbaiki pertumbuhan ekonomi adalah dari neraca perdagangan dan inflasi. Pertumbuhan inflasi di Jepang sudah mencapai target BOJ tahun lalu dan cenderung akan tetap terjaga di level 2%-3%. Di sisi lain, Neraca perdagangan Jepang yang masih defisit menjadi kendala pertumbuhan ekonomi di Jepang. DIperkirakan BOJ akan tetap terus memberikan stimulus guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini berpotensi melemahkan JPY terhadap mata uang lainnya. DIperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 101.30-102.80 pada bulan Juli 2014 dengan kecenderungan naik.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD AUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
11.600 - 11.650
1.3430 - 1.3500
1.6920 - 1.6970
0.9180 - 0.9250
Expected selling level
12.500 - 12.600
1.3660 - 1.3700
1.7200 - 1.7225
0.9460 - 0.9510
101.30 - 101.50 102.50 - 103.00
Long profit taking @
12.400 and above
1.3650 and above
1.7150 and above
0.9380 and above
102.00 and above
Short profit taking @
11.800 and below
1.3500 and below
1.7000 and below
0.9280 and below
101.50 and below
Long cut loss @
11.500 - 11.550
1.3320 - 1.3350
1.6800 - 1.6850
0.9050 - 0.9080
100.50 - 100.80
Short cut loss @
12.700 - 12.780
1.3780 - 1.3820
1.7315 - 1.7350
0.9540 - 0.9580
103.75 - 104.25
Entry Point Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
4 // Market Perspective
COMMINSIGHT EQUITY MARKET REVIEW – June 2014
D
i bulan Juni, IHSG ditutup melemah tipis sebesar -0,31% dari level 4.893.908 ke level 4878.582 akibat perilaku investor yang cenderung wait and see menjelang pemilihan presiden yang semakin dekat, sambil mencermati perkembangan data-data ekonomi Indonesia. Indeks LQ45 juga ditutup melemah sebesar -0,23% ke level 822.668. Namun investor asing tercatat masih melakukan akumulasi pada pasar saham dan obligasi Indonesia meskipun dengan jumlah pembelian bersih yang lebih kecil dibandingkan beberapa bulan terakhir sebesar US$229.730 juta, sehingga total mencapai US$3.829.5 juta selama tahun berjalan. Adanya dampak faktor musiman dari repatriasi dividen membuat mata uang IDR mencatat pelemahan sebesar 4% di bulan Juni.
CDS 5 tahun indonesia meningkat dibandingkan negara berkembang lainnya.
Indonesia: Foreign Net Investment in Local Equities and IDR-denominated Tradable Government Bonds
INDON CDS USD SR 5Y As of 27 Jun Op 159.010 INDON CDS USD SR 5Y Corp
2500 2000 1500 1000 500 0 -500 -1000 -1500 -2000 -2500
01/01/2013 1D
3D
300
250
May- Jun- Jul- Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun13 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 Equity
1M
159.010 +1.500 155.680 / 162.340 Hi 159.010 Lo 159.010 Prev 155.510 96) Actions 97) Edit Compare
06/30/2014 6M
YTD
1Y
5Y
CHAN G 16 - BH CDS
Max
Local CCY
Security/Study
Daily
Last Price INDON CDS USD SR 5Y Corp 159.010 +1.500 PHILIP CDS USD SR 5Y Corp 87.000 +.160 TURKEY CDS USD SR 5Y Corp 175.000 +.160 THAI CDS USD SR 5Y Curncy 110.020 -.985
200 175.000 159.010
IDR-denominated Tradable Government Bond
150
Sumber: Bloomberg, CEIC and RBS
110.020
Pergerakan IHSG selama bulan Juni pun cukup terbatas dalam rentang 4.839-4.972. Nilai transaksi perdagangan harian tercatat sebesar Rp3.64 triliun, turun 30,04% jika dibandingkan dengan rata-rata transaksi harian bulan lalu. Disamping kondisi ekonomi Indonesia yang masih rentan terhadap membengkaknya defisit neraca perdagangan, meningkatnya ketidakpastian akan hasil pemilihan presiden dimana selisih elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden semakin kecil mengakibatkan keragu-raguan investor untuk meneruskan akumulasi. Meskipun ada hasil perhitungan cepat (quick count), akan tetapi dengan persaingan yang ketat akan membuat investor menunggu hasil perhitungan suara yang resmi yang ekspektasinya akan dirilis pada akhir bulan Juli 2014 nanti.
Selisih elektabilitas diantara dua kandidat menjadi semakin kecil. Jokowi’s lead over Prabowo based on latest surveys 14
%
14
10.6
12.5
12.2 9.0
10
7.4
8
Ave. 7.6% 6.3
6
3.0
4
3.0
4.0
2 0
Populi Centre
Cyrus
Pol Tracking
LSI (Survey Circle)
Indo IFES and barometer LSI (Survey Institute)
LIPI
PolcoMM
Roy Morgan
Sumber: Companies. Note: PolcoMM • Political Communication Institute, IFES • International Foundation for Electoral System, LIPI • Government’s Instutute of Sciences
Investor juga merespon negatif APBN-P 2014 yang menetapkan target defisit yang lebih besar termasuk untuk alokasi subsidi energi yang lebih besar dengan menurunkan anggaran belanja kementerian. Sentimen terhadap Indonesia relatif memburuk seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan Credit Default Swap (CDS) Indonesia. Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
100 87.000
Mar
Jun 2013
Sep
Dec
Mar 2014
Jun
Sumber: Bloomberg, Bahana
Pergerakan bursa saham Indonesia yang tertahan di level 4.800-5.000 akibat ketidakpastian hasil pemilu dinilai sebagai sesuatu yang wajar. Analisis dari Morgan Stanley mempelajari pergerakan pasar saham di berbagai negara berkembang dalam melewati 47 pemilu sejak tahun 1987 dan menemukan kesimpulan yang menarik: (1) Bursa saham cenderung meningkat terhadap MSCI ACWI satu sampai tiga bulan sebelum pemilu. (2) Bursa saham cenderung outperform (+) jika adanya indikasi jelas akan kandidat yang unggul. Sebaliknya, bursa saham cenderung underperform (-) dalam menghadapi pemilu yang persaingan ketat diantara kandidat. (3) Bursa cenderung bereaksi sangat positif (++) merespon kemenang an partai opposisi yang popular (seperti yang terjadi pada pemilu India pada S1-2014) dibandingkan kemenangan partai yang sedang menjabat (+). (4) Korelasi antara reaksi bursa dan hasil pemilu akan kecil jika ekspektasi kemenangannya sudah jelas. Di bawah ini adalah grafik kinerja dari 4 bursa saham menjelang pemilihan presiden yang mengilustrasikan hal tersebut. Dalam pemilihan presiden di India, bursa merespon positif (++) ketika partai oposisi menang. Sedangkan bursa saham di Afrika Selatan bergerak datar ketika Pemilu dimenangkan oleh partai yang sedang menjabat dan yang sudah diekspektasi. Untuk Indonesia, pelaku pasar menilai persaingan calon presiden tahun ini berjalan sangat ketat sehingga indeks diperkirakan dapat meningkat jika kandidat yang popular dimata pelaku pasar berhasil memenangkan pemilu.
Market Perspective // 5
Catatan dari pergerakan indeks di berbagai negara sebelum pemilu.
Historicaly there has been 85% probability of positive 12 month returns when the market trades between 3-3.5x book
Country Performance of India, South Africa, Indonesia and Brazil before 2014 Elections Relative to EM Benchmark 140 130 120 110 100 90 80 70
Total Return in US$ rel. to MSCI EM Benchmark Popular Opposition Win (+9.5%)
India Indonesia
-180 -165 -150 -135 -120 -105 -90
Neck-and-Neck (-0.7%)
South Africa Brazil
-75
-60
-45
-30
-15
0
15
(%) 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
4
27
28 33
28
25
21
6
0.5-1
3.5-4
4-4.5
Prob of positive return
30
Number of Workdays Before/After Election
28
3-3.5
2.5-3
Mean return
2-2.5
1-1.5
Media return
1.5-2
4.5-5
Return range
3
3
5.5-6
5-5.5
Frequency
Sumber: MSCI, Credit Suisse estimates
Data as of Jun 24, 2014, ^sample size: all 47 EM elections since 1987 in Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Mexico, Republic of China (Taiwan), South Africa, Turkey. Source: MSCI, Rimes, Morgan Stanley Research
Faktor katalis dan risiko yang perlu dipertimbangkan investor Banyak investor bimbang untuk menambah alokasi karena mengkuatirkan potensi terkoreksinya IHSG jika hasil pemilihan presiden tidak sesuai dengan harapan pasar. Ada pula investor yang mempertanyakan apakah valuasi IHSG saat ini cukup menarik dan memiliki potensi upside. DIbawah ini kami coba membahas beberapa pertanyaan yang sering menjadi pertanyaan investor dan menjadi keraguannya sehingga menahan laju IHSG selama bulan Juni ini.
Berdasarkan analisa tersebut, investor dapat melihat bahwa probabilitas IHSG mencapai kinerja positif dalam 12 bulan ke depan relatif lebih tinggi pada saat rasio P/B berada di kisaran 2x-4x dibandingkan pada saat rasio P/B IHSG berada di kisaran 1x-2x. Hal ini menjadi cerminan dari perilaku investor domestik yang cenderung melakukan aksi beli agresif pada saat IHSG sudah mengalami kenaikan dibandingkan pada saat IHSG berada pada valuasi yang lebih rendah. Pada saat IHSG mencapai rasio P/B di level 3x pada periode Juni 2014 kemarin, IHSG justru memiliki probabilitas 85% untuk mencapai kinerja positif dalam 12 bulan ke depan, dengan rata-rata kinerja di kisaran 20%-25% pada periode tersebut. Probabilitas tersebut bahkan semakin tinggi pada saat IHSG mencapai kisaran rasio P/B 3x-4x.
Seberapa besar risiko koreksi pasar? Meskipun investor asing masih mencatat pembelian positif setiap bulannya, namun volume perdagangan pasar saham Indonesia turun ke level terendah sejak awal tahun 2014. Hal ini disebabkan beberapa reksa dana global mengambil posisi Underweight yang cukup besar terhadap aset alokasi di Indonesia sebagai antisipasi pengurangan risiko menjelang pemilu. Meskipun saat ini berbagai lembaga survei melaporkan kubu Jokowi-JK masih memimpin sebesar 5-10%, namun pencapaian suara partai PDIP di bulan April yang jauh di bawah hasil survei menyebabkan keraguan akan hasil survei pemilihan presiden kali ini.
Investasi asing di saham Indonesia masih underweight dibandingkan India & Thailand
Thailand
China Indonesia S. Korea Taiwan
Jan 07
Jan 09
Jul 09
Jul 10
Jul 11
Jul 12
Jul 13
Jan 11 Jan 13
Sumber: EPFR, MSCI, Credit Suisse Research
Menurut analis Credit Suisse, jika partai yang dinilai pelaku pasar lebih cenderung market friendly menang sehingga terjadi peningkatan asset alokasi dari Underweight menjadi Netral maka akan mendorong kenaikan bursa saham sebesar 10-15%. Tetapi di sisi lain, posisi underweight terhadap Indonesia juga menandakan besarnya koreksi terhadap pasar saham Indonesia mungkin lebih terbatas, sebesar 5-10%. Menyikapi hal ini, investor dapat mengalokasikan portofolio investasi lebih besar pada Reksa dana yang cenderung berinvestasi pada saham-saham berkapitalisasi besar dengan likuiditas yang baik.
Apakah valuasi IHSG masih menarik? Keraguan investor untuk menambah alokasi mungkin karena banyak investor juga mempertanyakan apakah valuasi IHSG saat ini cukup menarik dan menawarkan potensi upside. Grafik berikut adalah analisa dari Credit Suisse yang menggambarkan perilaku investor dalam menyikapi berbagai level valuasi IHSG.
Harapannya dengan tercapainya kepastian politik setelah pengumuman resmi hasil pemilu presiden, maka investor asing dan domestik dapat kembali melakukan akumulasi yang agresif dan mendorong kenaikan IHSG kembali. Investor juga dapat mengambil kesempatan potensi terjadinya koreksi untuk memulai akumulasi diharga yang lebih rendah.
Adakah katalis dari pertumbuhan laba emiten untuk pergerakan ihsg? Tertahannya aksi pembelian investor menjelang pemiliha presiden juga dapat berubah dengan keluarnya laporan laba emiten untuk kuartal dua di akhir bulan Juli ini. Revisi laba emiten yang meningkat selama tahun berjalan kemungkinan akan berlanjut jika laporan laba Q2 dapat menjadi katalis untuk kenaikan IHSG kedepannya. Indonesia earnings revisions vs YoY perfomance indicates that momentum is turning positive 20%
300%
10%
200%
0%
100%
-10%
0%
-20%
-100%
-30% Ja n9 Ja 6 n9 7 Ja n9 Ja 8 n9 Ja 9 n0 Ja 0 n0 1 Ja n0 Ja 2 n0 Ja 3 n0 Ja 4 n0 5 Ja n0 Ja 6 n0 Ja 7 n0 Ja 8 n0 9 Ja n1 Ja 0 n1 Ja 1 n1 2 Ja n1 Ja 3 n1 4
India
Jan 03 Jan 05
Indonesia market PB 4.2x 4.0x 3.8x 3.6x 3.4x 3.2x 3.0x 2.8x
Sumber: CLSA
GEM equity fund positions in the Asia markets versus MSCI-Indonesia is significantly UW compared to India and Thailand 2.2 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 Jan 01
Saat ini p/b indonesia berada di level yang menarik di 3.1x
Indonesia breadth in earnings revisions
Indonesia YoY performance (RHS)
Sumber: I/B/E/S, MSCI, Credit Suisse Research
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
6 // Market Perspective
Apakah kondisi ekonomi Indonesia akan lebih baik setelah pemilu? Setelah pemilihan presiden, pelaku pasar akan masih berhati-hati mencermati perkembangan Indonesia yang saat ini menghadapi titik persimpangan dalam hal politik maupun ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dapat lagi bergantung pada commodity boom yang sudah berakhir sejalan dengan perlambatan ekonomi China, sehingga pemerintah yang baru harus mendorong pertumbuhan ekonomi kedepannya dengan mendongkrak pertumbuhan dari sektor manufaktur dan jasa. Secara garis besar, dua kandidat capres memiliki agenda yang serupa dalam hal membangun sektor infrastruktur, seperti pelabuhan, jalan tol, dan rel kereta api yang akan menurunkan beban logistik. Kebijakan lainnya seperti untuk memerangi korupsi, memperbaiki efisiensi birokrasi, meningkatkan SDM dengan meningkatan mutu pendidikan, memperbaiki efisiensi energi merupakan berbagai kebijakan yang diperlukan Indonesia untuk membangun kekompetitifan dalam industri dan perdagangan. Untuk mendanai agenda tersebut, pemerintah yang baru akan menghadapi realitas perlunya menghapus subsidi BBM.
Berdasarkan pengalamannya sebagai Walikota di Solo dan Gubernur di Jakarta, memang saat ini pelaku pasar cenderung mempersepsikan Jokowi sebagai kandidat yang lebih reformis dan dipercaya dapat mengimplementasikan rancangan kebijakan tersebut. Meskipun seorang presiden tentunya memerlukan koordinasi dan kerjasama yang lebih besar dengan partai politik lainnya.
Changes to 2014 fiscal budget
Energy subsidies (% of GDP) Government’s capital exp (% GDP)
5.0%
Pemerintah yang baru akan memiliki pekerjaan rumah yang penting untuk segera menyelesaikan masalah subsidi BBM yang telah menekan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur selama ini. Pelaku pasar akan memantau eksekusi dari langkah-langkah reformasi yang sangat dibutuhkan oleh negara ini.
Data APBN-P 2014
Beban subsidi yang semakin besar 6.0%
Memang pemerintah telah menurunkan anggaran untuk subsidi BBM menjadi Rp247 triliun (US$21miliar, +17% dari budget awal) dari angka proposal sebesar Rp285 triliun. Akan tetapi APBN masih mempunyai asumsi harga minyak di level US$105 per barel sedangkan harga minyak saat ini sudah mencapai US$112 per barel.
2014
4.0%
Change from Original
Unit Original Proposed
3.0%
Final
Amt
%
GDP Growth
%
6
5.5
5.5
(0.5)
1.0%
Inflation
%
5.5
5.3
5.3
(0.2)
0.0%
Benchmark rate
%
5.5
6
6
0.5
Exchange rate
IDR/USD
10,500
Oil price
US$/bbl
105
105
105
Oil lifting
‘000 barrel/day
870
818
818
Gas lifting
‘000 barrel of oil eq./day
1,240
1,224 1,224
(16)
(1.3%)
Revenue:
Rptn
1,667
1,598 1635
(32)
(1.9%)
1,842
1,849 1877
2015F
2014F
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2.0%
Sumber: CEIC, Credit Suisse
Saat ini besaran subsidi bahan bakar sekitar 40% dari APBN. Jika subsidi BBM dihapuskan, maka defisit neraca transaksi berjalan dapat menurun sejalan dengan penurunan permintaan impor bahan bakar. Dampaknya terhadap inflasi juga akan positif secara bertahap. Menurut ekonom CLSA, jika harga BBM bersubsidi tersebut dinaikkan secara bertahap sebesar 8-10% pertahun dalam 4-5 tahun kedepan, maka tingkat inflasi juga diproyeksikan menurun sebesar 0,8% pertahun. Kedepannya dengan harga BBM bersubsidi yang semakin mendekati harga pasaran global, maka kasus penyeludupan bahan bakar akan menurun dan pengembangan sumber energi alternatif seperti biodesel akan semakin feasible, dimana pada akhirnya akan mengurangi ketergantungan pada kebutuhan USD yang besar.
Expenditure
11,700 11600
1,100
10.5%
(52)
(6.0%)
0.0%
35
1.9%
Energy Subsidies:
Rptn
282
392
351
69
24.5%
Fuel
Rptn
211
285
247
36
17.1%
Electricity
Rptn
72
107
104
33
46.5%
Ministerial budget
Rptn
643
543
600
(43)
(6.7%)
Deficit
Rptn
175
252
242
67
38.3%
%
1.7
2.5
2.4
Deficit as % of GDP Sumber: Government
Apakah langkah reformasi pemerintah yang baru? Pada revisi APBN tahun 2014, defisit anggaran ditekan agar tetap berada di besaran 2,5% dibawah batas maksimal defisit APBN dan APBD sebesar 3%. Pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk menaikkan beban subsidi dan melakukan penghematan dengan memotong anggaran belanja Kementrian/Lembaga. Langkah ini akan menekan tingkat pertumbuhan ekonomi seiring dengan beban subsidi dan ketergantungan pada impor bahan bakar yang semakin besar, seiring dengan produksi minyak dalam negeri yang menurun.
Indonesia juga masih menghadapi tantangan dari sisi perbaikan ekonomi. Meskipun data neraca perdagangan bulan Mei mencatat surplus US$0.07 miliar, dan tingkat inflasi Juni turun ke level 6,7% YoY, namun tantangan defisit neraca perdagangan masih membayangi hingga akhir tahun 2014. Pemulihan ekspor yang belum berarti, penerapan ore export ban, serta pertumbuhan ekonomi global yang belum stabil akan membuat risiko ketidakstabilan dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Memburuknya Defisit Anggaran
Untuk itu sangat penting bagi Indonesia untuk melakukan berbagai langkah reformasi ekonomi, seperti berikut:
Reasons behind worsening budget deficit 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 -3.0
Breakdown of ID govt’s FY 2014 budget (% of GDP)
-2.2 FY 2013 Fiscal balance
Higher energy subsidies
Lower tax rev due to growth slowdown
Lower tax rev due to mineral ore export bans
Sumber: CEIC, Credit Suisse
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
Lower non-tax rev due to weaker oil production
-2.7 Est FY 2014 Fiscal balance with no subsidy reform
(1) Mendorong produktifitas dan kekompetitifan sektor diluar komoditas untuk mendiversifikasi motor pertumbuhan ekonomi serta menurun kan ketergantungan pada impor. (2) Untuk meningkatkan produktifitas, pemerintah perlu fokus memper baiki sektor pendidikan, dan pembangunan infrastruktur. (3) Menjaga agar pertumbuhan gaji sesuai dengan kenaikan produk tifitas sehingga para emiten dapat menjaga margin labanya. (4) Menjaga kestabilan dan kekompetitifan nilai tukar. (5) Menciptakan iklim kondusif agar menarik potensi Foregin Direct Investment (FDI).
Market Perspective // 7
Pertumbuhan ekspor yang tertahan menurunnya harga komoditas dan uu Minerba
Overall exports (% YoY) Metal ores and scraps Labor intensive manu Oil and gas
Tingkat inflasi diekspektasi akan meningkat menjelang musim lebaran dan kenaikan tarif listrik. Oleh karena itu Bank Indonesia tetap menahan kebijakan ekonomi yang ketat. Akan tetapi dengan ditundanya kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini, tingkat inflasi diperkirakan dapat menurun ke level 5-6% sampai akhir tahun.
Palm oil Rubber Machinery
Data makro ekonomi sudah mulai membaik meskipun secara fundamental masih rentan. Untuk jangka pendek, hasil pemilihan presiden akan memberikan pengaruh yang besar. Namun jika hasilnya menyebabkan konsolidasi pun akan memberikan kesempatan untuk Investor mengakumulasi kembali saham-saham yang mempunyai fundamental baik. Karena secara jangka panjangnya, prospek berinvestasi di Indonesia masih positif dengan besarnya dampak positif dari berbagai perbaikan yang akan dilakukan. Dengan kenaikan laba emiten yang berlanjut dan kondisi politik yang stabil, maka kenaikan bursa dapat terus berlanjut.
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
40 20 0 -20 -40 -60 -80
Sumber: CEIC, Credit Suisse
BOND MARKET REVIEW – JUNI 2014
P
ada bulan Juni lalu, HSBC Bond Indeks melemah sebesar 0,54%. Harga surat hutang Indonesia berjangka 10 tahun terus menurun sehingga menyebabkan Imbal hasil naik sebesar 15 basis points menjadi 8,21%. Nilai tukar Rupiah ditutup pada posisi Rp11.875/USD, atau melemah sebesar 1,70% jika dibandingkan dengan posisi penutupannya di bulan Mei 2014 yang lalu. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga FASBI dan BI rate diposisi 5,75% dan 7,5%. Seperti telah diulas pada CommInsight sebelumnya, bahwa ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi harga obligasi di bulan Juni sehingga investor disarankan untuk mengambil posisi lebih defensif (baca kembali CommInsight 28th edition – Looking Beyond). Meskipun harganya turun namun kepemilikan asing di obligasi pemerintah masih mencatatkan kenaikan sebesar Rp6 triliun ke Rp403.59 triliun atau 35,72%. Tingkat kepemilikan asing yang tertinggi adalah 36,04% pada 12 September 2011. Selama tahun berjalan, aliran dana asing terus masuk karena beberapa faktor seperti tingkat suku bunga global yang rendah, menguatnya Rupiah terhadap USD, dan ekspektasi akan adanya penurunan suku bunga dengan tren inflasi yang menurun tahun ini.
Antisipasi suplai yang meningkat pada semester 2
Indonesian local currency government bonds continues to fall 0.1%
8.30%
0.0%
8.25%
-0.1%
8.20%
-0.2%
8.15%
-0.3%
8.10%
-0.4%
8.05% Price return index Yield index
-0.5% -0.6%
26-May
4-Jun
8.00% 11-Jun
18-Jun
7.95%
25-Jun
Sumber: Mandiri Sekuritas Estimate
Selama tahun berjalan, pemerintah telah mencapai hampir 59% dari total target lelangnya atau sebesar Rp249 triliun. Di bulan Juni, DPR mengesahkan RUU APBN Perubahan 2014 dengan pendapatan negara Rp1.635.4 triliun dan belanja negara sebesar Rp1.876.9 triliun serta defisit yang menjadi Rp241.5 triliun atau 2,4% terhadap GDP. Pemerintah juga mengumumkan jadwal lelang obligasi pemerintah untuk kuartal ketiga dengan target lelang sebesar Rp96 triliun (38% lebih tinggi dari hasil lelang Q1) yang rencananya akan dihimpun dari 6 lelang obligasi pemerintah konvensional dan 6 lelang obligasi sukuk. Dengan asumsi pencapaian sebesar Rp1.5 triliun dari setiap lelang obligasi sukuk (rata-rata YTD Rp1 triliun), maka pemerintah diproyeksi akan menyerap secara rata-rata sebesar Rp12.4 triliun pada setiap lelang (rata-rata YTD Rp11.1 triliun).
Foreigners are still the biggest net buy investors YTD Net Buy (Sells)
2010 2011 2012 2013
Jan Feb Mar
Apr May 27-Jun Jan-Jun
Banks (excl reserve repo) (39.4)
(5.1) 10.9
42.1
3.6 (3.0)
4.9
6.0 (3.0) 12.5
BI (incl reserve repo)
(2.4)
42.8 18.7
35.1
3.8
0.8
0.5
0.1
0.6
0.8
6.5
5.9
(3.9) (3.9)
(0.7)
1.0 (0.4)
1.0
0.7
1.0 (0.0)
3.3
Insurance
6.7
13.8 13.3
23.2
3.4
2.4
4.4
5.0
0.7
21.8
Foreign
87.3
27.6 47.7
53.3
4.8 16.5 15.8 16.1 20.2
6.0
79.3
Pension Fund
(0.8)
(2.4) (0.7)
5.9
0.1 (0.2)
(0.6)
Securities
(0.3)
0.0 (0.1)
(0.0)
Mutual Fund
Others
2.3
Total
59.3
Average Yield SUN Bond Price Return
7.8 11.7
Sumber: DMO and Mandiri Sekuritas Estimate
-
0.2
9.6 10.5
6.0
0.5 (0.1) (0.3) (0.6)
0.6 (0.0) (0.1) (0.0)
0.1
5.0
82.4 96.7 175.0 17.5 18.3 41.7 17.1 22.1 19.8
136.4
6.1 9.2
15.5
0.1
0.3 (1.3) 17.3 (9.7) (1.7)
21.1
5.5 8.6 9.0 1.9 (23.1) (2.8)
8.5 3.2
8.1 8.0 8.1 8.3 3.0 (0.1) (0.4) (1.3)
81 1.7
Besarnya ketergantungan pada permintaan Dengan antisipasi suplai dari obligasi pemerintah Indonesia akan meningkat pada semester 2, pergerakan tingkat imbal hasil obligasi akan bergantung pada besarnya permintaan. Menilai dari hasil lelang selama tahun berjalan, jumlah permintaan pada Q2 ini jauh lebih rendah dibandingkan pada Q1. Jumlah permintaan untuk Q1 sebesar Rp201.9 triliun dibandingkan pada Q2 sebesar Rp142.3 triliun. Permintaan yang lebih rendah pada Q2 ini disebabkan oleh penurunan permintaan baik dari investor lokal dan asing karena rata-rata tingkat imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga lebih rendah di Q2 sebesar 52 bps dibandingkan Q1. Sebaliknya, tingkat imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi korporasi dan deposito masih lebih menarik.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
8 // Market Perspective
45 40 35 30 25 20 15 10 5 19-Jun
6-Jun
24-May
11-May
28-Apr
2-Apr
15-Apr
18-Mar
4-Mar
5-Feb
21-Jan
18-Feb
45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 7-Jan
Rp Trillion
Foreigners bids to total bids during the auction fell to 21.7%
Local Bid Foreign Bid % Foreign Bid to total Bid (RHS) Sumber: DMO dan Mandiri Sekuritas
Untuk mencapai target lelang di Q3 ini, masih besar harapan dari permintaan asing setelah sudah menyerap lebih dari 70% dari lelang obligasi pemerintah tahun ini. Untuk terus menarik minat asing, dua katalis yang diperlukan adanya berlanjutnya suku bunga rendah dipasar global serta ekspektasi akan menguatnya Rupiah terhadap USD.
Risiko pelemahan rupiah dan meningkatnya inflasi Secara rata-rata, investor asing mempunyai entry level pada obligasi pemerintah Indonesia di rata-rata YTM 8,23% dan nilai tukar rupiah di
Rp11.620. Sehingga dengan YTM di level 8,072% dan nilai tukar di 11683 saat ini, maka pasar obligasi juga rentan terhadap outflow dari investor asing. Konsensus berekspektasi tingkat imbal hasil obligasi pemerintah US akan meningkat mendekati level 3% sampai akhir tahun. Risiko lainnya juga, datang dari meningkatnya harga minyak mentah dan kemungkinan kenaikan harga BBM subsidi yang secara historis dapat meningkatnya tingkat inflasi dan mendorong kenaikan suku bunga acuan. Dengan pertimbangan bahwa investor asing sudah melakukan pembelian cukup besar tahun ini dan permintaan investor lokal masih akan tertahan oleh akses kepada tingkat deposito yang relatif masih tinggi, terlihat bahwa potensi kenaikan harga obligasi FR sudah lebih terbatas dan investor pasar obligasi dapat tetap mempertahankan strategi yang defensif. Tingkat imbal hasil Obligasi Pemerintah Indonesia USD (INDON) tenor 10 tahun mencatat kenaikan sebesar 21,7 bps ke level 4,528% sejalan dengan kenaikan tingkat imbal hasil UST treasury dari 2,477% ke 2,5315% di bulan Juni. Dengan pertimbangan QE tapering akan selesai pada bulan Oktober 2014 ini dan kemudian di tahun depan akan diikuti oleh kenaikan suku bunga, maka kemungkinan besar tingkat imbal hasil dari obligasi pemerintah AS akan terus meningkat. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia (USD) juga diekspektasi akan meningkat mengikuti UST. Dengan pertimbangan di atas, investor obligasi dapat mengambil posisi yang lebih defensif dengan menurunkan durasi pada portofolio obligasinya.
Portfolio IDR JULY 2014*
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Eastspring Investment Alpha Navigator Fund 50% First State Indoequity Dividend Yield Shroder Dana Prestasi
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Optimal
20%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund FR71/FR58/FR65
15%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah Schroder Dana Andalan 2
15%
Portfolio USD JULY 2014*
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Manulife Greater Indonesia Fund Reksa Dana First State USD Balanced Plus Fund** new
70%
Fixed Income Long duration
Indon 35/37/38
10%
Fixed Income Medium duration
Indon 19/20/21
20%
*Subject to disclaimer
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
Market Perspective // 9
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktuwaktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 62,21 7917 6000 atau email kami di
[email protected].
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014
10 // Market Perspective
Commonwealth Bank of Australia (CBA) Group adalah bank terbesar di Australia dengan reputasi internasional, rating AA yang hanya dimiliki oleh 16 bank di dunia dan juga salah satu dari 12 bank teraman di dunia versi majalah Global Finance. CBA sudah beroperasi hampir satu abad lamanya, melayani lebih dari 10 juta nasabah di Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan wilayah Asia Pasifik seperti Cina dan Vietnam. CBA Group di Australia kini telah memiliki 1.010 kantor cabang dengan didukung oleh 45.000 orang karyawan dan menawarkan beragam produk perbankan, investasi, asuransi, pialang dan jasa keuangan lainnya. Di Indonesia, kehadiran CBA Group diwakili oleh tiga perusahaan. Commonwealth Bank di sektor perbankan, Commonwealth Life di bidang asuransi, dan First State Investments Indonesia di bidang manajemen investasi.
PT. Bank Commonwealth adalah Bank yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Wealth Management Newsletter // Edisi Juli 2014