Modul ke:
05 Fakultas
FDSK Program Studi
Desain Produk
Dasar – Dasar Desain 2 Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana
Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.
Bentuk dan Isi Modul Dasar-dasar Desain 2
Pendahuluan •
Jika berbicara tentang bentuk dan isi dalam desain, maka bahasannya tidak dapat lepas dari seni. Karena seni dapat menjadikan adanya suatu bentuk beserta isinya. Setiap kehadirannya, karya seni akan “melahirkan batasan seni yang beraneka ragam sesuai dengan cara pandang serta penafsiran yang berbeda, sehingga sulit untuk memberikan batasan seni yang ideal.” Berdasarkan kepada penelitian yang dilakukan oleh Widyabakti Sabatari (2006) yang mengutip pendapat Soedarso (2005) yang menyatakan “bahwa seni amat luas cakupannya dan bermacam-macam sekali fasetnya, seperti cerita orang buta yang ingin melihat gajah.”
•
Tidak sedikit orang berpandangan tentang seni namun yang sering terjadi adalah pandangan mereka tidak lengkap dan tidak menyeluruh dalam membahas suatu seni. Tidak sedikit pula kalangan dari disiplin ilmu yang berbeda yang berusaha memberikan definisi tentang seni, namun karena seni memiliki cakupan yang luas sehingga seni memiliki arti yang jamak dan luas pula.
Pendahuluan •
Cakupan tentang seni sehingga filsafat seni sangat diperlukan sebagai salah satu piranti untuk memahami dan menelaah hal yang berkaitan dengan seni dan detinisinya. ”Tulisan ini tidak bermaksud untuk menelusuri alur filsafat seni secara terperinci serta mendetail, tetapi akan mensinergikan pendapat dan pandanianan diharapkan mampu memberikan klarifikasi terhadap suatu pengertian mengenai bentuk dan isi.”
•
Begitu banyak definisi tentang seni dari yang paling sederhana sampai dengan definisi yang berusaha menyentuh esensi seni. Berdasarkan kepada penulisan Soedarso (1990) ”Sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli filsafat dan budaya, bahwa... seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia", maka menurut jalan pikiran ini seni adalah suatu produk keindahan, suatu usaha manusia untuk menciptakan yang indahindahyang dapat mendatangkan kenikmatan
Bentuk Berbicara tentang materi, dalam hal ini Mudji Sutrisno (1993) membedakan istilah materi (matter) dengan material (materials). Material adalah ”bahan yang digunakan untuk menghasilkan hal-hal yang indrawi, tetapi materi musik adalah suaranya bukan peralatan musiknya, materi puisi adalah suara tertentu dan bukan pembacanya”. Pandangan ini juga disepakati oleh Jakob Sumardjo (2000) yang mengatakan bahwa ”sebuah benda seni haus memiliki wujud agar dapat diterima secara indrawi (dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat) oleh orang lain. Benda seni itu suatu wujud fisik, tetapi wujud fisik itu sendiri tidak serta merta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya. Dalam hal ini, ”suatu wujud atau benda dapat disebut bernilai seni apabila ada sikap estetik subyek pengamatnya, karena benda seni itu sendiri mengandung kemampuan untuk merangsang diberikannya nilai oleh subyeknya.”
Bentuk Sebuah benda seni harus merniliki wujud agar dapat diterima secara inderawi (dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat) oleh orang lain. Benda seni itu suatu wujud fisik. Tetapi, wujud fisik itu sendiri tidak serta-merta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya. Apakah wujud itu berhasil merangsang timbulnya nilai-nilai pada orang lain? Nilai itu pun selalu bersifat subjektif. Tidak ada nilai tanpa subjek. Benda, objek, atau kenyataan itu sendiri seolah bebas nilai. Benda seni hanyalah suatu objek yang kepadanya dapat diberikan nilai-nilai oleh subjek penerima seni. Dalam hal ini, suatu wujud atau benda dapat disebut bernilai seni apabila ada sikap estetik subjek pengamatnya, karena benda itu sendiri mengandung kemampuan untuk merangsang diberikannya berbagai nilai aleh subjeknya
Bentuk Mengacu kepada pengertian yang didapat, Nilai yang biasa ditemukan dalam karya seni terdiri dari dua nilai yaitu: ” yakni nilai bentuk (inderawi) dan nilai isi (di balik yang inderawi). Seperti sudah dikatakan, nilai bentuk ini juga dinamakan nilai intrinsik seni, meskipun tidak tepat benar. Nilai bentuk inilah yang pertama-tama tertangkap oleh penerima atau penikmat seni. Nilai bentuk tersebut terdiri atas nilai bahan seni atau juga disebut `medium' suatu bentuk seni. Dalam seni ukis, mediumnya mungkin cat minyak yang mengandung nilai wama, vekstur, garis, dan bangun tertentu. Tetapi, ada pula yang menamai cat minyak itu sebagai `bahan', sementara bahan cat minyak itu sendiri mengandung kekayaan medium seperti warna, tekstur, garis, dan lain-lain. Bahan seni dengan kekayaan mediumnya tadi membentuk bangun-bangun tertentu sebagai unsur bentuknya. Dan, semua unsur bentuk atau bangunan tadi disusun dalam struktw tertentu. Jadi, bentuk seni inilah yang pertama-tama tertangkap oleh penikmat seni dan sertamerta dapat membangkitkan kepuasan atau kegembiraan. Dari nilai bentuk ini mulailah bangkit seluruh potensi diri penikmat untuk menggali lebih jauh nilai-nilai lain yang ditawarkannya. Mulailah muncul nilai `isi' seni. Penikmat dapat menangkap perasaan tertentu atau terbangkitkan perasaan tertentunya oleh bentuk tadi. Bentuk lahiriah (inderawi) juga dapat mengembangkan gagasan dan pesan. Dengan ditangkapnya nilai-nilai isi tadi, lengkaplah peristiwa komunikasi nilai seni.
Isi Terdapat pertanyaan tentang apa yang disebut nilai "isi" dalam seni. Jika melihat kepada pernyataan bentuk tidak dapat lepas dari isi. Maka dalam penelitiannya, Widyabakti Sabatari (2006) mengatakan bahwa “bentuk dapat mengembangkan gagasan dan pesan yang akhirnya diterima oleh penikmat, teIjadilah komunikasi nilai seni.” Mengutip dari penulisan Feldman (1991) Dalam memahami bentuk dan isi, pemahaman tersbut sangat dekat dengan gagasan Louis Sullivan, seorang arsitek dari Chicago yang terkenal dengan slogan "Form Follows Function" (bentuk mengikuti fungsi). Yang merupakan sebuah “gagasan yang diterapkan ke dalam seni arsitektur atau pada barang produksi pabrik.” Pernyataan tersebut menjadi sebuah “aksioma” dari sebuah prinsip pertama untuk semua disain modern. Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa “bentuk dan penampilan luar dari setiap barang, di disain mengikuti atau merupakan suatu hasil pengoperasian dari fungsinya. Bertitik tolak dari postulat ini, kita dapat memperoleh hubungan-hubungan nyata : Sesuatu benda seharusnya seperti apa adanya dan sesuai dengan dan untuk apa bentuk itu dibuat”
Isi Berkait dengan permasalahan di atas, dikemukakan oleh Soedarso Sp. bahwa: Seperti diketahui, dalam rangka menyelamatkan slogan" Form Follows Function" yang terkenal itu Victor Papanek (1973) memasukkan enam unsur dalam fungsi, yaitu ”use, need, method, telesis, aestetics, dan association.” Victor Papanek (1973) mengemukakan keenam unsur tersebut melalui “diagram Kompleksitas Fungsi”.
Tugas : Prisma Aturan Tugas : • Menara yang berwarna ungu adalah sebuah prisma segilima yang dikelilingi oleh prisma segitiga diatasnya dan balok dibawahnya. • Menara yang berwarna biru terdiri dari 3 balok yang lubang sudutnya dan bagian atas dan bawahnya terdapat persegi empat yang sisinya berbeda.
Tugas : Gatra Tampak Depan
Tugas : Gatra Tampak Belakang
Tugas : Gatra Tampak Atas
Tugas : Gatra Tampak Samping
Terima Kasih Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si