PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013) Diny Rachnavia
[email protected]
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya
ABSTRACK This research is an experimental study to determine the effect of a positive learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) to mathematical problem-solving ability of students. The study was conducted on 68 students of class X, which consists of 34 people classroom learning experiments using learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI), and 34 control classes with hands-on learning. Data collection techniques using mathematical problem solving ability test and an attitude questionnaire sheet learners. The results showed that the learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) has a positive influence on mathematical problem-solving ability of students. This is shown by the average achieved mathematical problem-solving ability test experimental class of 29.03 is higher than the average achieved control class is 25.74. Moreover, the attitude of students towards learning mathematics through the use of learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) showed a positive attitude. That is, most of the students showed a good attitude towards mathematics through the use of learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Keywords: Learning Model Aptitude Treatment Interaction (ATI), mathematical problem solving skills, attitudes learners ABSTRAK Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen untuk mengetahui pengaruh positif model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Penelitian dilakukan terhadap 68 peserta didik kelas X, yang terdiri dari 34 orang kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), dan 34 orang kelas kontrol dengan pembelajaran langsung. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah matematik dan lembar angket sikap peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematik kelas eksperimen sebesar 29,03 lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan rata-rata kelas kontrol sebesar 25,74. Selain itu, sikap
peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) menunjukkan sikap positif. Artinya, sebagian besar peserta didik menunjukkan sikap yang baik terhadap mata pelajaran matematika melalui penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Kata kunci : Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), kemampuan pemecahan masalah matematik, sikap peserta didik masalah
PENDAHULUAN Matematika adalah salah satu ilmu yang disebut sebagai ratu dan pelayan
matematika
peserta
didik
dalam mengerjakan soal-soal. Seseorang
memerlukan
aturan-
kompleks
untuk
ilmu. Hal ini dimaksudkan bahwa
aturan
matematika adalah sumber bagi ilmu
memecahkan masalah. Aturan yang
yang lainnya. Matematika juga sebagai
kompleks tersebut ada pada langkah-
pemecah masalah. Pendapat ini sangat
langkah
tepat
disebutkan
karena
dalam
matematika
yang
sistematis oleh
para
yang
telah
ahli.
Untuk
dipelajari berbagai macam cara untuk
menyampaikannya,
memecahkan masalah, salah satunya
didik harus benar-benar dalam keadaan
masalah yang berhubungan dengan
siap untuk belajar dan menerima materi.
masalah sehari-hari.
Tetapi pada kenyataannya, kegiatan
Pada soal-soal pemecahan masalah, peserta
didik
dituntut
untuk
mengaplikasikan rumus matematika ke dalam soal penerapan yang biasanya
keadaan
peserta
belajar
mengajar
matematika
lebih
sering
dilakukan
dengan
model
pembelajaran langsung. Pada
model
pembelajaran
berbentuk soal cerita. Akan tetapi pada
langsung, peserta didik diasumsikan
kenyataannya, senagian peserta didik
memiliki
masih
ketika
Padahal kenyataannya, keadaan peserta
dihadapkan dengan soal pemecahan
didik dalam satu kelas mempunyai
masalah, sesuai dengan pengalaman
kemampuan
Program Pengalaman Lapangan (PPL)
diantara mereka yang cepat tanggap
di kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya.
menerima materi yang disampaikan
Oleh karena itu diperlukan langkah-
oleh guru, tetapi ada pula yang lambat
langkah
dapat
menerimanya. Kelompok peserta didik
memecahkan
yang cepat menerima materi akan
merasa
bingung
sistematis
menyelesaikan
dan
yang
kemampuan
yang
yang
heterogen.
sama.
Ada
merasa jenuh jika guru menjelaskan
kembali materi kepada peserta didik
masalah matematik peserta didik, dan
yang lambat dan belum mengerti atas
untuk mengetahui sikap peserta didik
apa
terhadap pelajaran matematika melalui
yang disampaikan
guru.
Dan
sebaliknya, peserta didik yang lambat
penggunaan
akan
Aptitude Treatment Interaction (ATI).
kewalahan jika guru terus
melanjutkan penyampaian materi tanpa
Nurdin,
model
Syafruddin
pembelajaran
(2005:39)
memperhatikan mereka yang lambat
memaparkan makna esensial dari model
dalam menerima materi. Oleh karena itu
pembelajaran ATI, sebagai berikut:
diperlukan
adanya
pembelajaran keragaman
inovasi
yang
dalam
memperhatikan
individu,
khususnya
perbedaan dari segi kemampuan peserta didik. Seorang Snow
ahli
(Nurdin,
pendidikan Syafruddin,
yaitu 2005),
memaparkan suatu model pembelajaran yang individu
memperhatikan peserta
kemampuannya. tersebut
didik
berdasarkan
Model
dinamakan
pembelajaran
keragaman
pelajaran
dengan
Aptitude
model
Treatment
Interaction (ATI). Dalam penulisan ini, penulis
menganggap
pembelajaran
ATI
bahwa
model
akan
efektif
digunakan untuk pembelajaran yang kemampuan individu peserta didiknya beragam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan
pengaruh positif
model
pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap
kemampuan
pemecahan
Pertama, model ATI merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude)-nya. Nurdin, Syafruddin (2005:42) menjelaskan
langkah-langkah
pada
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebagai berikut: a. Treatment awal Pemberian perlakuan (treatment) awal terhadap siswa dengan menggunakan aptitude testing perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan (aptitude/ability) … b. Pengelompokkan siswa Pengelompokkan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing. Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah… c. Memberikan perlakuan (treatment) …siswa yang berkemampuan “tinggi” diberikan perlakuan
(treatment) berupa self-learning melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran secara konvensional atau regular teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan (treatment) dalam bentuk regular teaching disertai re-teaching dan tutorial… d. Achievement-Test
(2008:1.13)
menyatakan
pertanyaan
yang
“Bentuk memerlukan
pemecahan masalah antara lain (a) soal cerita (verbal/word problem), (b) soal tidak rutin (non-routine mathematics problems),
dan
(real/application
(c)
soal
nyata Dari
problems)”.
ketiga macam bentuk soal tersebut, setiap peserta didik dituntut untuk menggunakan pemikiran yang tinggi
Hudojo (Tim Instruktur, 2011:47) menyatakan
bahwa
“Pemecahan
masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan
masalah
yang
dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi
menjadi
masalah
baginya”.
Sedangkan Polya, George (Firdaus, Ahmad:2009) mengartikan “Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna
sebagaimana
yang
dijelaskan
oleh
Gagne (Tim MKPBM, 2001:36), yaitu: Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus sikap, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar itu menurut taraf kesukarannya dari belajar isyarat sampai ke belajar pemecahan masalah. Soal cerita memerlukan
mencapai suatu tujuan yang tidak begitu
pemahaman
segera dapat dicapai”. Dari pendapat-
peserta didik harus menterjemahkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan
cerita ke dalam bahasa matematika.
bahwa kemampuan pemecahan masalah
Soal tidak rutin menuntut peserta didik
matematik adalah kemampuan untuk
untuk berfikir tingkat tinggi karena pada
mencari jalan keluar dari masalah yang
bentuk soal ini, peserta didik tidak bisa
sedang dihadapinya sampai masalah
secara
tersebut bukan lagi menjadi masalah
keluar dengan rumus yang telah mereka
baginya.
ketahui. Karena bisa jadi seseorang
Pada bentuk soal matematika, salah satunya terdapat bentuk soal penerapan. Dalam
hal
ini,
Muhsetyo,
Gatot
makna
langsung
kalimat
menemukan
karena
jalan
harus membuat tabel, grafik, bahkan memecahkannya dengan coba-coba.
Terdapat beberapa pendapat dari para
ahli
tentang
Suherman,
definisi
Erman
menyatakan
“Pengertian
terhadap suatu obyek yang ditunjukkan
sikap.
dengan perilaku baik positif maupun
(2003:187)
negatif. Perilaku positif dapat diartikan
sikap
sebagai kesenangan, sedangkan perilaku
itu
sendiri berkenaan dengan perasaan (kata
negatif
hati)
menolak.
dan
manifestasinya
berupa
perilaku yang bersifat positif (favorable)
Menurut
Thurstone
tidak
senang
atau
METODE PENELITIAN
atau negatif (unfavorable) terhadap obyek atau obyek-obyek tertentu”.
berarti
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
metode
(Hamalik,
eksperimen. Populasinya adalah seluruh
Oemar, 2004:214), “Sikap merupakan
peserta didik kelas X SMA Negeri 6
tingkat afeksi yang positif atau negatif
Tasikmalaya. Pada penelitian ini terdiri
yang dihubungkan dengan psikologis”.
dari dua kelompok, yaitu kelas X-8
Sedangkan Anonim menyatakan “Sikap
sebagai
adalah pernyataan evaluatif terhadap
pembelajarannya menggunakan model
obyek, orang atau peristiwa. Hal ini
Aptitude Treatment Interaction (ATI)
mencerminkan
dan kelas X-9 sebagai kelas kontrol
perasaan
seseorang
terhadap sesuatu”. Sudjana,
kelas
eksperimen
yang
yang pembelajarannya menggunakan (2009:80)
model pembelajaran langsung. Hal ini
mempunyai pendapat lain tentang sikap.
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Beliau menyatakan “Sikap juga dapat
atau
diartikan reaksi seseorang terhadap
pembelajaran
suatu stimulus yang datang kepada
penggunaan model Aptitude Treatment
dirinya”.
(Syah,
Interaction (ATI) terhadap kemampuan
menyatakan
pemecahan masalah matematik peserta
Muhibbin,
Nana
Sementara
Bruno
2007:120)
“Sikap (attitude) adalah kecenderungan
akibat
yang
dihasilkan
matematika
dari
melalui
didik.
yang relatif menetap untuk bereaksi
Agar diperoleh data yang sesuai
dengan cara baik atau buruk terhadap
dengan tujuan penelitian, maka harus
orang atau barang tertentu”.
menggunakan teknik pengumpulan data
Pernyataan-pernyataan
tersebut
yang tepat. Teknik yang digunakan
dapat diambil kesimpulannya, bahwa
adalah
tes
sikap merupakan perasaan seseorang
dilaksanakan
dan
non-tes.
dengan
tujuan
Tes untuk
mengetahui
kemampuan
pemecahan
rata-rata
kedua
kelompok
masalah matematik peserta didik berupa
menggunakan uji t.
soal-soal uraian yang dilaksanakan satu
HASIL DAN PEMBAHASAN
kali.
Hasil penelitian Pengumpulan
non-tes
Soal tes kemampuan pemecahan
diperoleh menggunakan angket. Angket
masalah matematik yang sebelumnya
bertujuan
sikap
diuji cobakan terlebih dahulu kepada
pelajaran
kelas di luar sampel, menunjukkan
setelah
melakukan
bahwa setiap butir soal tes layak untuk
dengan
menggunakan
diujikan sebagai instrumen. Hal ini
peserta
data
dengan
untuk
mengetahui
didik
matematika pembelajaran
terhadap
model Aptitude Treatment Interaction
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik No. Soal
X
Y
XY
Y 2
rxy
Kriteria
Ket
1 2 3 4
194 163 234 217
808 808 808 808
4981 4250 6129 5536
20896 20896 20896 20896
0,49 0,68 0,79 0,47
Sedang Sedang Tinggi Sedang
digunakan digunakan digunakan digunakan
(ATI). Langkah yang dilakukan untuk
Pembelajaran di kelas eksperimen
analisis data terdiri dari tiga langkah.
yang dilakukan melalui penggunaan
Pertama
model pembelajaran Aptitude Treatment
adalah
membuat
statistika
deskriptif yang terdiri dari membuat
Interaction (ATI)
distribusi frekuensi, distribusi frekuensi
kemampuan awal dengan materi berupa
relatif, kumulatif dan histogram, juga
materi
menentukan
statistika.
perbandingan trigonometri pada segitiga
Langkah kedua yaitu uji persyaratan
siku-siku, sudut istimewa dan sudut di
analisis
semua
ukuran
dengan
data
melakukan
uji
diawali dengan tes
yang
menunjang
kuadran.
pada
Selanjutnya
normalitas pada kedua kelas, jika
mengelompokkan peserta didik menjadi
keduanya normal, maka dilanjutkan
tiga kelompok sesuai kemampuannya,
dengan melakukan uji homogenitas.
yaitu
Selanjutnya melakukan uji hipotesis
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
dengan menggunakan uji perbedaan dua
kelompok
Langkah
peserta
selanjutnya
didik
yaitu
memberikan perlakuan berbeda kepada
masing-masing kelompok. Kelompok
tentang
tinggi
berupa
trigonometri pada segitiga siku-siku,
pembelajaran mandiri melalui modul
sudut istimewa dan sudut di semua
dan buku-buku yang relevan. Mereka
kuadran secara langsung kepada peserta
ditempatkan di ruangan terpisah dengan
didik,
kelompok lainnya, dengan anggapan
penjelasan penyelesaian latihan soal
bahwa kelompok tinggi akan lebih
materi yang diajarkan.
diberikan
perlakuan
leluasa jika diberikan keadaan yang fleksibel. Kelompok diberikan
materi
nilai
kemudian
guru
Selanjutnya
fase
perbandingan
memberikan
pelatihan
terbimbing, guru memberikan latihan sedang
dan
perlakuan
rendah
soal
kepada
berupa
diselesaikan
peserta
didik
dengan
untuk
mendapat
pembelajaran yang terstruktur. Khusus
bimbingan dari guru. Pada fase ini guru
untuk
juga
kelompok
rendah,
diberikan
memeriksa
dan
membantu
perlakuan yang spesial yaitu berupa
kesulitan peserta didik. Fase selanjutnya
tutoring atau les dan re-teaching atau
yaitu
belajar kembali diluar jam pelajaran.
pengamatan yang didapat pada fase
Perlakuan ini dilakukan setiap hari
pelatihan terbimbing dibahas secara
Selasa dan Rabu dari pukul 14.00-15.00
klasikal. Selanjutnya, pada fase latihan
WIB. Langkah terakhir yaitu postes
penerapan konsep, peserta didik diberi
dengan bentuk soal pemecahan masalah
LKPD untuk dikerjakan secara mandiri.
berupa soal uraian. Sedangkan
fase
Soal-soal
pada
pembelajaran
kontrol
menggunakan
pemecahan
tahap
demonstrasi,
tahap
yaitu
yang
balik,
diberikan
hasil
baik
dikelas eksperimen maupun dikelas
langsung, pelaksanaan pembelajarannya tahapan-tahapan
umpan
sama.
Tes
kemampuan
masalah
matematik
pelatihan
diberikan kepada kedua kelas setelah
terbimbing, tahap umpan balik serta
kompetensi dasar yang diteliti selesai di
tahap latihan dan penerapan konsep.
ajarkan, baik yang pembelajarannya
Pada fase pertama, peneliti dalam hal
menggunakan model pembelajaran ATI
ini sebagai guru melakukan persiapan
maupun
untuk menjelaskan materi. Selanjutnya
pembelajaran langsung.
fase demonstrasi, pada fase ni peneliti sebagai guru memberikan penjelasan
yang
menggunakan
Fhitung Ftabel , yaitu 1,02 < 2,29, maka
30 28
Kelas Eksperimen
26
𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak. Artinya kedua varians tersebut homogen.
Kelas Kontrol
24
Uji yang dilakukan selanjutnya yaitu uji hipotesis dengan uji perbedaan
Gambar 1 Perbedaan Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data diolah dan disajikan dalan statistika dihitung
deskriptif, ukuran
selanjutnya
data
statistiknya.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar Ukuran Data Statistika Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Ukuran Data Statistika Banyak data (n) Data terbesar (db) Data terkecil (dk) Rentang (r) Rata-rata (x) Median (Me) Modus (Mo) Standar Deviasi ( )
dia
rata-rata.
Setelah
dilakukan
perhitungan, diperoleh 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,00 dan 𝑡0,99(66) = 2,387. Untuk α = 1%, diperoleh t 0,99 66 = 2,387. Ternyata t hitung
>
t 0,99 66 yaitu 3,00 > 2,387,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
terdapat
penggunaan
pengaruh
model
positif
pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap
kemampuan
pemecahan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
34
34
40
38
17
17
23
21
29,03
25,74
29,5 30,02
25,38 23,62
pernyataan. Sikap peserta didik yang
4,54
4,49
diamati pada penelitian ini terdiri dari
masalah matematik peserta didik. Instrumen untuk mengetahui sikap peserta
didik
matematika
terhadap
pelajaran
melalui
model
pembelajaran ATI yaitu angket, yang masing-masing
berjumlah
10
tiga komponen yaitu kognisi yang postes
berkenaan dengan pengetahuan, afeksi
selanjutnya diuji normalitasnya. Setelah
berkenaan dengan tanggapan dan konasi
diuji, ternyata menunjukkan bahwa
yang berkenaan dengan kecenderungan
kedua
peserta
Masing-masing
data
berasal
data
daripopulasi
didik
terhadap
pelajaran
berdistribusi normal. Selanjutnya uji
matematika
melalui
model
homogenitas varians, dengan 𝐹 hitung =
pembelajaran
Aptitude
Treatment
1,02 dan F daftar = 2,29. Karena
Interaction (ATI). Selanjutnya angket
dihitung
dengan
masing-masing
dapat memberikan hasil yang maksimal
skornya. Untuk pernyataan positif, SS =
pada kemampuan pemecahan masalah
5, S = 4, TS = 2 dan STS = 1.
matematik peserta didik. Hal tersebut
Sedangkan untuk pernyataan negatif, SS
dapat
= 1, S = 2, TS = 4 dan STS = 5. Pilihan
diperoleh peserta didik yaitu 29,03.
netral tidak digunakan dengan alasan
Sedangkan skor perolehan peserta didik
untuk menghindari keragu-raguan pada
kelas kontrol yang pembelajarannya
responden.
menggunakan pembelajaran langsung,
Rata-rata skor angket sikap dapat dilihat pada gambar Tabel 2.
dilihat
rata-rata
yang
setelah mengadakan tes kemampuan pemecahan
Tabel 3 Rata-Rata Total Angket Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah
dari
masalah
matematik
diperoleh rata-rata yaitu 25,74. Setelah uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh hasil bahwa 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Rata-Rata Total kelompok tinggi kelompok sedang kelompok rendah
Skor 3,17 3,46 3,82
= 3,00 dan 𝑡𝑑𝑎𝑓𝑡𝑎𝑟 = 2,387, ternyata 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,00 > 𝑡0,99(62) = 2,387 . Maka dapat
Pembahasan Dari
penelitian,
pemecahan
tes
masalah
matematik setelah di uji normalitas kedua kelas berdistribusi normal. Dan hasil
terdapat
pengaruh
positif penggunaan model pembelajaran
hasil
kemampuan
dikatakan
pengujian
homogenitas
Aptitude reatment Interaction (ATI) terhadap
kemampuan
pemecahan
masalah matematik peserta didik. Selanjutnya angket sikap peserta didik
diklasifikasikan
menurut
menunjukkan bahwa varians kedua
kelompok
kelas homogen.
sedang dan rendah. Hal ini dilakukan
Berdasarkan hasil perolehan dan
yaitu
kelompok
tinggi,
karena perlakuan yang diberikan kepada
pengelohan data yang di uji melalui
setiap
analisis
angket disesuaikan dengan perlakuan
beberapa
statistik
dapat
gambaran
pembelajaran
diperoleh
yaitu
dengan
kelompok
berbeda
sehingga
untuk
yang diberikan. Dari hasil analisis, rata-
model
rata skor angket sikap kelompok tinggi
pembelajaran
ATI
pada
materi
yaitu 3,10. Rata-rata skor angket sikap
perbandingan
trigonometri
dengan
peserta didik kelompok sedang yaitu
persiapan yang matang dan optimal,
3,38. Sedangkan rata-rata skor angket
kelompok rendah yaitu 3,83. Ketiganya
meningkatkan kemampuan pemecahan
rata-rata yang lebih besar dari skor
masalah matematik peserta didik, (2)
netral yaitu 3. Hal ini menunjukkan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
bahwa peserta didik semua kelompok
mengenai
bersikap
matematika melalui penggunaan model
positif
terhadap
pelajaran
penerapan
pembelajaran
matematika melalui penggunaan model
pembelajaran
pembelajaran
Interaction (ATI) dengan pokok kajian
Aptitude
Treatment
Aptitude
Treatment
Interaction (ATI).
lebih luas dan populasi yang berbeda,
SIMPULAN DAN SARAN
(3) Pembelajaran kepada kelompok
Simpulan
rendah diharapkan melalui tutor yang
Berdasarkan
hasil
penelitian,
lebih
banyak
karena
mereka
pengolahan data dan pengujian hipotesis
membutuhkan lebih banyak bimbingan
yang telah dilakukan dapat diperoleh
dari tutor.
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
positif penggunaan model pembelajaran
Adjie, Nahrowi dan Maulana.(2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI PRESS Muhsetyo, Gatot, et.al.(2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Nurdin, Syafruddin.(2005). Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum Teaching Suherman, Erman.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI TIM MKPBM.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:JICA
Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap
kemampuan
pemecahan
masalah matematik peserta didik. Selain itu,
sikap
peserta
didik
terhadap
matematika melalui penggunaan model pembelajaran
Aptitude
Treatment
Interaction (ATI) menunjukkan sikap yang positif. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka
penulis
mengemukakan saran sebagai berikut: (1) Guru dapat menggunakan model pembelajaran
Aptitude
Treatment
Interaction (ATI) sebagai salah satu alternative pembelajaran
dalam
pelaksanaan
matematika
untuk