DESKRIPSI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENJUMLAHAN PECAHAN DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DUWI SRI RAHAYU NIM : 151 409 276 (Mahasiswa Program Studi S1-PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Pembimbing I : Dra. Samsiar Rival, S.Pd, M.Pd Pembimbing II : Dra. Martianty Nalole, M.Pd ABSTRAK Duwi Sri Rahayu, 2013. Deskripsi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Pecahan di SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing: I) Dra. Samsiar Rival, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II) Dra. Martianty Nalole, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan di SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan di SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumahan pecahan. Untuk memperoleh data digunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan di kelas III, IV, dan V memuaskan atau berhasil, hal ini dilihat
1
dari nilai hasil ulangan harian/tes formatif bahwa hasil belajar siswa pada kelas III dari 18 siswa hanya 5 orang yang belum berhasil atau belum tuntas, pada kelas IV dari 21 orang hanya 5 orang siswa yang belum tuntas, sedangkan pada kelas V dari 21 siswa hanya 5 orang yang belum tuntas atau belum berhasil. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi penjumlahan pecahan di SDN 3 Tapa rata-rata baik hal ini dilihat dari hasil tes formatif siswa. Guru telah melakukan remidial serta pengayaan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan dalam proses belajar mengajar guru sudah merancang pembelajaran dengan baik agar bisa mencapai standar kompetensi yang dicapai.
Kata kunci : Hasil Belajar, Penjumlahan, Pecahan
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dipelajari di setiap jenjang Sekolah Dasar (SD), sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Salah satu ciri khas dari matematika adalah berpola pikir deduktif, konsisten, dan memiliki materi yang bersifat spiral hirarkhis. Dengan demikian dalam mempelajari matematika siswa harus belajar secara bertahap dari awal hingga akhir materi yang dipelajari, karena dalam setiap pembelajaran matematika materinya saling berkaitan. Siswa SD masih belum mampu berpikir formal karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkrit. Ini bukan berarti bahwa matematika tidak mungkin dapat diajarkan di SD, bahkan Doman (dalam Hudojo, 2002:153) mengatakan, pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan sejak dini. Matematika merupakan alat untuk menyusun pemikiran yang luas, tepat, teliti dan tata azaz. Walaupun tidak semua siswa SD harus berkemampuan akademik untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, cara berpikir seperti yang dikemukakan itu penting dimiliki siswa. Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan 2
dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian siswa. Karena itu Mendikbud Djojonegoro (2009) dalam sambutannya pada konferensi Matematika Asia Tenggara IV, mengemukakan bahwa pelajaran matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, siswa memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Namun kenyataan menunjukkan banyaknya keluhan dari murid tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan (dalam http://www.ilmiahpendidikan.com/2009/11/tingkatpenguasaan-operasi-hitung-pada_17.html#.UaX6QdJHKE4). Namun, mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan sejak siswa SD, maka perlu dicari jalan penyelesaiannya, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna dengan baik oleh siswa SD. Di samping itu, matematika haruslah bermanfaat dan relevan bagi kehidupan mereka. Karena itu bagi siswa SD, keterampilan dasar matematika harus dikuasai. Keterampilan dasar yang dimaksud adalah keterampilan menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi. Proses belajar mengajar matematika di SD yang merupakan titik awal bagi siswa untuk belajar
matematika, harus memperhatikan prinsip dari konkrit ke
abstrak, dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks. Untuk itu dalam pembelajaran matematika memerlukan model pembelajaran yang variatif dan kreatif, dimana guru harus kreatif dalam merancang strategi yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) yang beragam, mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar pendidikan terdiri atas strandar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah 3
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Pendidikan Nasional mengamatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepaa SI dan SKL serta pedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Ahmadi, 2011:59). KTSP ini mengarahkan siswa untuk belajar beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, belajar memahami dan menghayati, belajar mlaksanakan dan berbuat efekif, belajar hidup bersama dan bermanfaat untuk orang lain,dan belajar membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dn menyenangkan. Untuk memperoleh hasil maksimal pada pembelajaran matematika maka siswa harus meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan dan haru digambarkan secara jelas serta diukur dengan teknik-teknik penilaiian tertentu. Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Di dalam kegiatan kelas, guru biasanya menggunakan tes sebagai suatu alat ukur dan menetapkan apakah obyektif yang dirumuskan tercapai atau tidak. Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti bahwa hasil belajar siswa pada materi penjumlahan pecahan dimana hasil ulangan harian maupun semester masih banyak siswa yang hasil ujiannya belum mencapai harapan, sedangkan ketuntasan minimal (KKM = 75). Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran sangat rendah sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar mereka. Oleh karena itu seorang guru dituntut memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam merancang berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan 4
menyenangkan sebagaimana yang disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan fakta tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul: “Deskripsi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Pecahan di SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango”.
KAJIAN TEORI Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam waktu tertentu atau dengan perkataan lain hasil perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu. Arifin (2009:188) menyebutkan bahwa hasil belajar dapat timbul dalam berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu diantaranya adalah 1). Kebiasaan, 2). Keterampilan, 3). Akumulasi persepsi, 4). Asosiasi dan hafalan, 5). Pemahaman dan konsep, 6). Sikap, 7). Nilai, dan 8). Moral. Untuk dapat meningkatkan prestasi anak dalam pembelajaran matematika, salah satu faktor penunjang
adalah
adanya
proses
belajar
yang
efektif.
Kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah
dan
perubahan
itu
merupakan
hasil
belajar. (dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Pecahan) Perubahan yang dialami seseorang karena hasil belajar dalam matematika menunjukkan pada suatu proses kedewasaan yang dialami oleh anak tersebut. Misalnya dari tidak tahu berhitung, menjadi tahu berhitung. Dari tidak tahu bermacam-macam model pecahan, menjadi tahu pecahan. Belajar matematika adalah
proses
yang
aktif,
semakin
bertambah
aktif
anak dalam belajar
matematika semakin ingat anak akan pelajaran matematika itu. Dimyati dan Mudjiono (dalam Arifin, 2009:194) mengemukakan ada tujuh prinsip pembelajaran yaitu a) Perhatian dan Motivasi, b) Keaktifan, c) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman, d) Pengulangan, e) Tantangan, f) Balikan dan Penguatan, dan g) Perbedaan Individual.
5
Upaya optimalisasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan dengan merancang dan mengajukan berbagai alternatif pemecahan sesuai hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Upaya tersebut dapat berupa perbaikan (remidial) untuk menghilangkan kegagalan dan berupa pemantapan atas keberhasilan yang telah dicapai. Arifin (2009:299) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil belajar, antarat lain: 1. Faktor peserta didik yang meliputi kapasitas dasar, baat khusus, motivasi, minat, kematangan dan kesiapan sikap dan kebiasaan, dan lain-lain. 2. Faktor sarana dan prasarana 3. Faktor lingkungan, baik fisik, sosial maupun kultur. 4. Faktor hasil belajar yang merujuk pada rumusan nortmatif harus menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran. Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a.
Faktor Internal Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan
keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. Pecahan yang dipelajari anak ketika di SD, sebetulnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat dituis dalam bentuk bilangan yang berbentuk
ୟ
ୟ
. Bilangan pecahan adalah
dimana a dan b bilangan bulat dan b bukan nol, a disebut
pembilang dan b disebut dengan penyebut dan b bukan faktor. (dalam http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/Pecahan.pdf).
6
(Dalam Sukayati, 2005: 12) pecahan terbagi menjadi pecahan biasa, dan pecahan campuran.
1. Pecahan Biasa Angka
Cara dibaca
1 2
Setengah
1 3
Sepertiga
1 4
Seperempat
1 5
Seperlima
1 6
Seperenam
1 7
Sepertujuh
1 8
Seperdelapan
1 9
Sepersembilan
7
Angka
Cara dibaca
2 3
dua per tiga
3 4
tiga per empat
2. Pecahan Campuran Angka
ଵ
1ଶ
ଶ
2ଷ
ଷ
3ସ
Cara dibaca
satu setengah
dua dua per tiga
tiga tiga per empat
Macam-macam penjumlahan pecahan 1. Menjumlahkan dua pecahan yang senama Dalam bilangan pecahan dikenal pecahan-pecahan senama/senilai, artinya pecahan-pecahan tersebut mempunyai nilai yang sama meskipun dituliskan dalam bentuk pecahan yang berbeda (Mustaqim & Astuty, 2008:172). Untuk menjumlahkan dua pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
8
Contoh: Tentukan hasil penjumahan pecahan berikut ini 1
1
4
4
Jawab 1
1
1+1
2
1
4
4
4
4
4
2. Menjumlahkan dua pecahan yang tidak senama Untuk menjumlahkan dua pecahan yang tidak senama (berpenyebut tidak sama) harus menyamakan penyebutnya dengan cara mencari KPK penyebutnya kemudian jumlahkan pecahan baru. Contoh : Tentukan hasil penjumlahan berikut. 2
5
5
10
Jawab: Penyebut kedua pecahan adalah 5 dan 10 dengan KPK 10 2
5
2x2
5
4
5
9
5
10
5x2
10
10
10
10
jadi,
2
5
9
5
10
10
(Dalam
http://asepsaepulrohman.blogspot.com/2011/10/kinerja-guru-dalam-
perencanaan-proses.html),
Kegiatan
pembelajaran
di
kelas
adalah
inti
penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar serta penggunaan metode maupun strategi pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar yaitu sebagai berikut: a) Pengelolaan Kelas
9
Kemampuan dalam pengelolaan kelas yaakni pengaturan ruang atau tempat duduk siswa yang dilakukan bergantian, tujuannya adalah memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.
b) Penggunaan media dan sumber belajar (Dalam http://lib.unnes.ac.id/16800/1/4101506006.pdf), pemilihan media harus memperhatikan
kriteria-kriteria
sebagai
berikut: (1) Ketepatan media dengan
tujuan pembelajaran, (2) Dukungan media terhadap isi bahan pembelajaran, (3) Kemudahan memperoleh media,
(5)
Tersedia,
media (4) Ketrampilan artinya
media
guru
dalam
siap digunakan
pada
menggunakan waktu
harus
digunakan. (6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa, artinya pesan yang terkandung dalam media dapat dipahami siswa. c) Penggunaan metode pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). (Dalam Ahmadi, 2011:132) terdapat beberapa metode pembeljaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajarannya, diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, debat, dan sebagainya. d) Evaluasi atau penilaian pembelajaran “Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan” (Rusman, 2010 : 81).
Metode Penelitian Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah kualitatif
(non
statistik)
dengan
metode
deskriptif
yang
mendeskripsikan
meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan di SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango.
10
Hasil penelitian Dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2013. Peneliti melakukan pengambilan data dan wawancara di tiga kelas yaitu kelas III, IV, dan V. Peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru dan siswa sedangkan kegiatan dokumentasi yang peneliti lakukan yaitu berupa lembar tes formatif, data analisi nilai hasil ulangan harian/tes formatif dan foto. III, IV, dan V dan wawancara peneliti dengan salah satu siswa kelas III, IV, dan V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan siswa pada materi penjumlahan pecahan di SDN 3 Tapa sudah memuaskan, hanya ada beberapa siswa saja yang kurang memuaskan karena faktor guru dan faktor dari siswa itu sendiri. Masih banyak juga siswa yang belum menguasai cara
berhitung bersusun atau
panjang dan masih ada juga siswa yang belum menguasai perkalian, padahal materi penjumlahan pecahan itu mempunyi kaitan dengan penjumlahan dan perkalian. Pada
kelas
III,
materi
penjumlahan
pecahan
yang
dipelajari
yaitu
menjumlahkan dua pecahan senama. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dimana nilai rata-rata keseluhan siswa pada penjumlahan pecahan adalah 88. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan salah satu siswa di kelas III disimpulkan bahwa siswa kurang memahami materi penjumlahan pecahan dikarenakan siswa masih bingung cara penempatan antara pembilang dan penyebut. Sedangkan dilihat dari wawancara guru, siswa yang belum tuntas dikarenakan siswa tersebut masih kurang perhatian saat guru menjelaskan dan masih bermain. Upayaupaya yang dilakukan guru kelas III untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ini yaitu dengan memberikan tugas rumah agar siswa tersebut dapat mengulangi kembali di rumah. Jadi upaya guru ini dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan sebaiknya guru lebih menganalisis kembali letak permasalahan yang dialami siswa dalam pembelajaran materi ini sehingga kesulitankesulitan dalam belajar siswa dapat diatasi oleh guru.
11
Pada kelas IV ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami cara pengerjaan penjumlahan pecahan terutama pecahan berpenyebut tidak sama. Dalam pengerjaan pecahan berpenyebut tidak sama, maka siswa harus menyamakan terlebih dahulu penyebutnya. Untuk menyamakan penyebutnya, siswa harus mencari KPK dari penyebut tersebut. Disinilah yang menjadi letak permasalahan karena masih banyak siswa yang belum memahami cara mencari KPK dalam menyamakan penyebut suatu pecahan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, guru kelas IV ini dalam mengajar materi penjumlahan pecahan sudah memenuhi aspek-aspek dalam mengajar, hanya saja media pembelajarannya masih kurang. Seorang guru harus mampu menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang relevan dan menarik perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia, tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan pada penggunaan obyek ada di sekitar sekolahnya. Sedangkan pada kelas V, keberhasilan belajar siswa dalam materi penjumlahan pecahan sudah berhasil. Berdasarkan data yang didapat, dari 21 siswa masih ada 5 siswa yang belum berhasil dalam pembelajaran materi ini. Masalah yang muncul pada kelas V ini hampir sama dengan kelas IV, masih ada siswa yang belum memahami cara mencari KPK dalm menyamakan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Namun, berdasarkan hasil penelitian pada kelas V ini, masih banyak siswa yang belum memahami cara pengerjaan penjumlahan pecahan dengan cara menjabarkan jalan pengerjaan soal tesebut. Pemberian umpan balik kepada siswa sangat penting untuk dilakukan karena dengan demikian guru dapat memperoleh gambaran seberapa besar pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan hari itu. Menurut peneliti, pemberian umpan balik kepada siswa sangat penting untuk dilakukan karena dengan begitu guru dapat mengetahui gambaran seberapa besar pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan hari itu. 12
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi penjumlahan pecahan di SDN 3 Tapa rata-rata baik hal ini dilihat dari hasil tes formatif siswa. Dalam proses belajar mengajar guru sudah merancang pembelajaran dengan baik agar bisa mencapai standar kompetensi yang akan dicapai. Saran 1)
Guru dapat lebih memperhatikan letak pemasalahan yang dapat menimbulkan siswa kurang berhasil pada materi penjumlahan pecahan, dan upaya-upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan dapat guru kaji kembali sehingga upaya-upaya yang dilakukan sesuai dengan permasalahan siswa pada materi penjumlahan pecahan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2)
Siswa harus lebih banyak belajar lagi tentang penjumlahan dan perkalian agar dapat mencari FPB dari suatu pecahan sehingga penyebut yang tidak sama dari suatu peahan dapat disamakan penyebutnya, serta siswa harus lebih fokus lagi dalam menerima materi penjumlahan pecahan agar dpapat memaami materi tersebut dan dapat mmeningkatkan hasil belajar pada penjumlahan pecahan.
3)
Sebaiknya sekolah lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang dapat mendorong hasil belajar siswa di SDN 3 Tapa, seperti media dan bahan ajarnya.
4)
Peneliti harus lebih banyak belajar dan mencari pengetahuan tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada penjumlahan pecahan agar kedepannya peneliti dapat mengetahui lebih banyak lagi upaya-upaya apa saja yang harus dilakukn guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Amri, Setyono, Elisah. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawalli Pers. Arifin Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Roskadarya Offset. Bafadal Ibrahim, 2011. Model Bahan Ajar Matematika untuk Sekolah Dasar. Jakart: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Hudoyo Herman. 2005. Pengembangan Kurikulumdan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. Mustaqim, Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan: Departemen Pendidikan Nasional. Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing Jl. Nikitan Baru No. 119. Wahyudin Diin, Supriadi, Abduhak. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka. http://asepsaepulrohman.blogspot.com/2011/10/kinerja-guru-dalam-perencanaanproses.html . (diakses 14 jui 2013) http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196008301986 031-SUFYANI_PRABAWANTO/Pengenalan_Bilangan_Pecahan.pdf. 15 Mei 2013). http://id.wikipedia.org/wiki/Pecahan. ( diakses 15 Mei 2013). http://lib.unnes.ac.id/16800/1/4101506006.pdf . (diakses 14 juli 2013) http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/Pecahan.pdf. (diakses 15 Mei 2013).
14
(diakses
http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-hasilbelajar.html. (diakses 28 Mei 2013). http://www.ilmiahpendidikan.com/2009/11/tingkat-penguasaan-operasi-hitungpada_17.html#.UaX6QdJHKE4. (diakses 28 Mei 2013). http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. (diakses 28 Mei 2013)
15