11
BAB II KERANGKA/DASAR PEMIKIRAN 2.1.
Film Film adalah salah satu media tutur audio visual untuk menyampaikan
komunikasi secara fiksi atau non fiksi. Joseph V. Mascelli dalam bukunya 5c’s of Cinematography mengatakan, 1“a motion picture is made up of many shots. Each shot requires placing the camera in the best position for viewing players, setting and action at that particular moment in the narrative”. Sederhananya adalah sebuah karya terdiri dari integrasi jalinan cerita. Jalinan cerita terbentuk dari menyatunya peristiwa dari adegan/scene yang dibentuk oleh pengambilan gambar. Film merupakan alat komunikas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negative (yang dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang dimainkan di bioskop)2 . Sedangkan secara estimologis, film adalah gambar hidup atau cerita hidup. Menurut beberapa pendapat film merupakan susunan gambar yang ada dalam selliloid kemudian dengan menggunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi dan bisa di tafsirkan dalam berbagai makna.
1 2
Joseph V. Mascelli, The Five C’s of Conematography,Silman James Press, Los Angeles, Hal 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,(Jakarta : Balai Pustaka,2002), Hal 316
12
2.1.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.3 Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu. Industri film adalah industri bisnis. Pradikme ini telah menggeser anggapan orang yang masih menyakini bahwa film merupakan karya seni yang idealis, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orangorang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah industry yang menguntungkan, dan terkadang menjadi mesin uang bagi pembuatnya, sehingga terkadang keluar dari kaidah artistik film itu sendiri.4 2.1.2 Fungsi Film
3
Gatot Prakoso, Film Pinggiran- Antalogi Film Pendek Eksperimental & Documenter. FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta : Fatma Press, 1977), hal 22. 4 Ibid hal 143
13
Seperti halnya siaran pada televisi, tujuan khalayak menonton sebuah tayangan adalah untuk memenuhi hasrat tentang hiburan yang membuat keputusan secara psikologis. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif dan edukatif, bahkan persuasif. 5 Hal ini membuat fungsi film semakin berkembang dari hanya sekedar hiburan menjadi forum diskusi yang sangat penting demi menggambarkan sebuah aspek tertentu dalam bentuk audio visual. Sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media dihubaran, film nasional dapat digunakan sebagai media pendidikan. Fungsi edukasi dapat berjalan dengan baik apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif,atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.6
2.1.3 Karakteristik Film dalam Media Komunikasi Massa Faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologis a.
Layar yang luas/lebar
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat khusus dan biasanya di ruangan terbuka. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film.
5 6
Ibid hal 145 Ibid hal 145
14
b.
Pengambilan Gambar
Dalam sebuah film pengambilan atau shot dalam film bioskop merupakan bagian pokok dalam tercapainya pesan melalui audio visual, maka pengambilan gambar memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut member kesan artistik dan suasana sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. c.
Konsentrasi Penuh
Dari pengalaman kita masing-masing, ketika menonton film bioskop dengan layar luas yang menjadi titik perhatian mata. Semua mata tertuju pada layar dan perasaan tertuju pada alur cerita dimana hal tersebut mempengaruhi emosi bagi khalayak yang menontonnya. d.
Identifikasi Psikologis
Semua orang dapat merasakan suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan yang amat mendalam, begitu sering secara sadar kita menyamakan pribadi kita dengan salah satu pemeran film tersebut, seolaholah kita lah yang sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis.7
7
Ibid hal 145-148
15
2.2
Jenis Film
1.
Film Dokumenter Film Dokumenter (Documentary Film) Dokumenter menyajikan realita
melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film documenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film documenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. 2.
Film Pendek Film pendek pada awal berkembangnya sempat di populerkan oleh
comedian macam Charlie Chaplin. Pada tahun 30an, film pendek sempat mengalami kisruh. Perusahaan film besar yang memproduksi film pendek memanfaatkannya untuk tujuan komersil. Perusahaan film yang memiliki jaringan bioskop sendiri seringkali menjual film pendek ini pada bioskopbioskop lain dan film tersebut dijual dalam satu paket yang mengharuskan bioskop-bioskop tersebut juga menayangkan feature yang mengkomersilkan nama perusahaan tersebut. Pada akhirnya kualitas film pendek pun jadi merosot. Praktek ini disebut block booking dan pada akhirnya dinyatakan illegal oleh US Supreme Court. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, film pendek kembali popular. Sejak saat itu, film pendek adalah sepenuhnya lahan milik para sineas independent. Produsen film besar juga masih memproduksi film pendek, namun hanya untuk special project dan bukan untuk tujuan komersil. Pada
16
tahun 50an, film pendek mulai merasuki pertelevisian. Bentuk film pendek yang popular ditayangkan di televise waktu itu (bahkan sampai sekarang) adalah kartun yang menampilkan karakter unik. Pada akhir 60an, film pendek di layar lebar di nyatakan menghilang dari layar lebar. Pada tahun 1980, definisi durasi dari film pendek berubah menjadi 40-80 menit. Mendekati film durasi normal. Yang tetap membedakan film pendek adalah topiknya yang rumit. Kini banyak di buat festival sebagai ajang ekspresi para pembuat film pendek. Bersamaan dengan menjamurnya festival film pendek, popularitas film pendek juga meroket dan menuai antusiasme para sineas amatir. Biaya rendah yang dibutuhkan untuk membuat film pendek adalah alasan utama
2.3.
Videografi Dalam Perspektif Estetika Element dalam pembuatan film mempunyai beberapa unsure yang harus
dipahami, yaitu teknis dan estetika.8 Gerak Kamera dan Lensa a.
Panning
Pan adalah gerakan mendatar kiri ke kanan, gerakan pan akan membuat penonton merasa sedang menantikan sesuatu yang akan Nampak di layar. b.
Tilling (tilt)
Gerakan kamera secara vertikan, mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya,Tilt up, kepala kamera mendongak ke atas, obyek bergerak ke
8
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Grasindo, Jakarta, 1997, hal
17
bawahTilt down, kepala kamera menunduk ke bawah, obyek bergerak ke atas. Gerakan ini mengikuti gerak obyek, serta mempertajam efek dramatis gambar. c.
Zooming
Gerakan lensa mendekati atau menjauhi obyek secara optis, dengan merubah lensa dari pandang sempit (tele) ke sudut lebar (wide) dan sebaliknya. Gerakan ini menekan sesuatu yang bertujual penonton diajak melihat detil dari sebuah obyek dan sebaliknya untuk memberi orientasi dimana obyek itu berada.
d.
Rack focus
Merubah fokus lensa dari obyek di latar belakang ke obyek di latar depan atau sebaliknya. Dimaksud untuk mengalihkan perhatian penontondari obyek satu ke obyek yang lain. Untuk mendapatkan mood, tidak hanya dapat dilakukan dengan memberikan warna atau pencayahaan saja, pergerakan kamera juga berpengaruh besar dalam menciptakan mood pada sebuah film. Pada film Pencapaian Berujung Asa, gerak kamera banyak dilakukan dengan tujuan pencapaian gambar yang dinamis. Pergerakan kamera yang dominan dilakukan dengan teknik handheld yaitu kamera dikendalikan oleh tangan dan teknik slider yaitu kamera bergerak menggunakan track.
18
2.3.1 Five C’s of Cinematography Dalam jobdesk Director of Photography istilah paling terkenal dalam konsep pengambilan gambar untuk membentuk makna yang tepat sebelum melakukan secara teknis pengambilan gambar terkenal dengan istilah The Five C’s Cinematography dalam buku karya Joseph V.Mascelli yaitu: 1)
Camera angle
2)
Continuity
3)
Cutting
4)
Close Up
5)
Composition9
Dimana dalam setiap unsur tersebut memiliki penjelasan yang tentunya sangat kompleks namun bisa disederhanakan sebagai berikut. Camera angle merupakan konsep pengambilan gambar berdasarkan sudut pandang dari kamera kepada objek dan subjek tertentu, seorang yang berjobdesk DOP harus banyak membaca, banyak mengamati lingkungan, banyak berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakan, dan banyak berdiskusi dengan lingkungan sosial dan budaya. Sehingga camera angles sangat penting dan mempengaruhi cerita seperti yang tertulis di buku John V.Mascelli camera angles dibagi dua perspektif 1).Subjective Camera Angles yaitu “The subjective camera films from a personal view point. The audiences participates in the screen action as a personal experiences.”10Bahwa sudut
9
Joseph V.Mascelli, Five C’s of Cinematography, Silman-james Press, Los Angles, Hal 2 Joseph V.Mascelli , Five C’s of Cinematography, Silman James Press, Los Angles, Hal 14
10
19
pandang kamera berada pada subjek atau pemeran dama film yang cenderung bergerak karena penampil diletakkan pada gambar yang bertujuan supaya pandangan menjadi terhubung antara mata dengan mata pada subjek lainnya. Camera angle dalam subjective angles dibagi melalui metode dasar yaitu: 1)
Point of View, of simply p.o.v camera angles record the scene from a
particular player’s view point. The point of view is an subjective angle, but since it falls between the objective and subjective angles, it should be placed in a separate category and given special consideration.11 Sederhananya ialah gambar merekam pandangan pemain tertentu yang ada diantara pandangan subject dan object.
2)
Subject Size is the image size, the size of the subject in relation to the
over all frame, determine of shot photographed. The size of the image on the film
is
determined
by
the
distance
of
the
camera
from
the
subject.12Maksudnya adalah ukuran gambar dan ukuran subjek berhubungan dari semua keseluruhan frame berdasarkan tipe shot.
Dari pengertian subjektif angle maka dibagi berdasarkan tipe shot yaitu: -
ELS (extreme long shot) 13 tipe pengambilan gambar diambil dari
daerah yang luas dan jarak yang jauh, -
LS (long shot)14 tipe gambar yang mengambil keseluruhan area adegan
seperti tempat, orang, dan objek dalam scene,
11
Ibid , Hal 22 Joseph V.Mascelli, Five C’s of Cinematography, Silman-james Press, Los Angles hal 24 13 Ibid, Hal 25 14 Ibid, Hal 26 12
20
-
MS (medium shot)15 tipe gambar yang didefinisikan sebagai shot jarak
menengah karena diambil diantara jauh dan deket dari wajah hingga lutut, -
Typical Two Shot adalah gambar yang sama dengan tipe medium shot
nemun perbedaannya ialah objek pada gambar ada dua pemain, -
CU (close up) adalah secara umum tipe shot ini pengambilannya ada
pada area wajah hingga bahu, namun banyak istilah dari ide close up itu sendiri seperti Head and shoulder close up, head close up includes, dan a choker close up namun semua itu tergantung dari ide cameramen dan sutradara masing-masing dalam pembuatan film. Close up dibagi berdasarkan fungsinya: 1)
Insert berfungsi untuk memperjelas dan mempertegas benda pada
suatu adegan seperti close up foto(pajangan), telepon, jam, koran, dan lainlain. 2)
Descriptive Shot berfungsi mendeskripsikan dan membagi tipe shot
berdasarkan script yang dibuat.16 Kemudian camera angles ada yang disebut Objective Angles yang menurut Josseph V. Mascelli adalah “the objective camera films from sideline viewpoint, the audience views the event through the eyes of an unseen observer.” 17 Sederhananya ialah bahwa kamera mengambil sudut pandang objek dari samping atau depan yang seolah-olah objek tidak melihat kamera atau kadang objective angles, dan Point of View. Kemudian angle sendiri terbagi atas camera height, yaitu jarak tinggi kamera berdasarkan objek dan subjek 15
Ibid, Hal 27 Ibid, Hal 32 17 Ibid, Hal 13 16
21
yang diambil sehingga sudut pandang te[at, level angle yaitu rendahnya sudut pandang kamera yang diambil terbagi menjadi empat adalah :
a.
Lowl Angle jarak sudut pandang kamera terletak lebih rendah dari
objek atau dari pandangan subjek b.
High Angle sudut pandang kamera lebih tinggi dari objek dan
pandangan subjek c.
Eye Angle sudut pandang kamera sejajar dengan objek atau lurus
dengan garis mata d.
Angle plus Angle sudut pandang kamera yang mengambil angle
tinggi namun digambar itu terlihat rendah secara sederhana didalam gambar terdapat dua angle low angle dan high angle contoh mengambil gambar gedung dengan helicopter namun sudut kamera kea rah bawah (low angle).18 Kemudian yang kedua bagian dari Five C’s Cinematography ialah “countinuity a professional sound motion picture should present a continuous , smooth, logocal flow of visual images, supplemented by sound, depicting the filmes event in coherent manner.” 19 Yang dapat diartikan secara umum ialah dalam pengambilan teknik atau konsep cinematography setiap adegan harus memiliki kesinambungan gambar dari scene satu ke scene yang lain sehingga memiliki keselarasan dan bisa diterima logika seperti waktu, tempat, lighting, pemain, sudut kamera dan lain-lain.
18 19
Ibid, hal 35-44 Ibid, hal 67
22
Yang
ketiga
adalah
Cutting
merupakan
bagian
dari
analisis
cinematography juga karena DOP merupakan bagian penyunting gambar pada tahap produksi karena menurut buku The Five C’s of Cinematography adalah “film editing may be compared with cutting, polishing and mounting diamond. This chapter is not intended for films editors, it is aimed at the non theathrical cameraman filming, the film editors strives to impart visual variety to the picture by skillful shot selection, arrangement, and timming. He recreates, rather than reproduces.”20 Diartikan bahwa unsur pemotongan tidak hanya dibagian paska produksi tapi juga dalam produksi seorang cameramen harus bisa menseleksi gambar sehingga untuk editor nanti pada tahap pra produksi mengetahui keselarasan unsur sinematography antar shot satu dan yang lain sehingga mendapat timing yang pas. Bagian berikutnya adalah Close up mengapa closeup menjadi bagian penting bahkan besar dalam ilmu cinematography menurut Joseph dalam bukunya “The close up is a device unique to motion picture. Only motion pictures allow large scale portrayal of a portion of the action. Close up should be considered from both visual and editorial standpoints.”21 Karena close up bagian unik yang dijelaskan menurut joseph karena pada saat pengambilan gambar akan berpengaruh pada perasaan orang yang menonton film itu dan untuk mempertegas kejadian atau ekspresi pemain secara lebih detail include close up akan berdampak pada rasa sebuah film melalui ekspresi entah itu horror, lucu, tegang, sadis, atau marah dari gambar close up itu muncul untuk meyakinkan penonton. 20 21
Ibid, hal 147 Ibid, Hal 173
23
Rasio yang digunakan pada film Pencapaian Berujung Asa adalah 16:9. Pemilihan type of shot pada film dilakukan berdasarkan seberapa banyak informasi yang ingin disampaikan. Film Pencapaian Berujung Asa ini didominasi oleh bentuk shot CU (close up) karena lebih banyak memperlihatkan ekspresi pemain. FS (full Shot) digunakan untuk memberikan informasi tempat. MS (medium shot) digunakan pada adegan percakapan agar lebih terlihat jelas pada layar. Beberapa scene juga terdapat High Angle untuk memberikan kesan tertekan.
2.4
Sinematografi Sinematografi (dari bahasa Yunani: Kinema “Gerakan” dan Graphein
“Merekam”) adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema.22 Sinematografi sangat erat hubungannya dengan seni fotografi tetap. Banyak kesulitan teknis dan kemungkinan-kemungkinan kreatif yang muncul ketika kamera dan elemen adegan sedang bergerak.23 Sinematografi adalah segala perbincangan mengenai sinema (perfilman) baik dari estetika, bentuk, fungsi, makna, produksi, proses, maupun penontonnya. Seluk beluk perfilman dikupas tuntas dalam sinematografi. Memasuki dunia perfilman berarti memasuki dunis pemahaman estetika melalui pandua ide, citacita dan imajinasi yang sangat kompleks. Pemahaman estetika dalam seni, bentuk
22 23
Rabiger, Michael. Directing Film Techniques and Aestethics. Oxford: Focal Press. 2007, hal 21 Panca Javandalasta, Lima Hari Mahir Bikin Film, Mumtaz Media, Jakarta, 2011,hal 24
24
pelaksanaannya merupakan apresiasi. Apresiasi seni merupakan proses sadar yang dilakukan penghayatan dalam menghadapi karya seni (termaksud film).24 Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema “gerakan” dan graphein “merekam”) adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema. Sinematografi sangat erat hubungannya dengan seni fotografi tetap. Banyak kesulitan teknis dan kemungkinan-kemungkinan kreatif yang muncul ketika kamera dan elemen adegan sedang bergerak. Seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab semua aspek Visual dalam pembuatan sebuah flm. Mencakup interpretasi visual pada scenario, pemilihan jenis kamera, jenis bahan baku yang akan di pakai, pemilihan lensa, pemilihan filter yang akan dipakai di depan lensa atau di depan lampu, pemilihan lampu dan jenis lampu yang sesuai dengan konsep sutradara dan cerita dalam scenario. Seorang sinematografer juga memutuskan gerak kamera, membuat konsep visual, membuat floorplan untuk ke efisienan pengambilan gambar. Sinematografer adalah juga kepala bagian departemen kamera, departemen pencahayaan dan Grip Departement untuk itulah sinematografer sering juga disebut sebagai Director of Photography atau disingkat menjadi DoP.
2.4.1 Konsep Cinematografi Teknis pengambilan gambar dan konsep sinematografi dalam produksi film baik fiksi ataupun non fiksi, secara umum memiliki kajian dan faktor yang sama dan yang membedakan hanyalah kreatifitas dari pembuat film atau 24
Ibid. Hal. 59
25
tayangan itu sendiri, membuat hasil pengambilan gambar maka Director of Photography harus mengeluarkan kemampuan pada saat produksi agar mendapatkan gambar yang lebih menarik. Konsep sinematografi merupakan konsep visual yang akan ditampilkan dalam film. Berikut ini adalah beberapa faktor estetika teknik pengambilan gambar, yaitu :25 1. Faktor Estetika Banyak faktor estetika yang harus dipertimbangkan dalam memilih angle kamera yang tepat. Semua elemen komposisi: pemain, properti, tempat, peralatan, dan sebagainya, harus mempelajari kemana pergerakan objek dan gambaran umun dalam adegan dipikirkan seorang sinematografer. Objek harus diatur untuk memfasilitasi tempat yang cocok dan memiliki unsur fotografis. Untuk mendapatkan estetika dan efek yang diinginkan. Dalam beberapa film fiksi justru menampilkan beberapa malasah estetika, karena untuk keperluan dalam suatu adegan.26
2. Komposisi Cinematografi
Bagian dalam pembuatan sebuah film baik fiksi ataupun non fiksi selalu ada komposisi dalam merekam sebuah adegan atau kejadian, dalam hal ini komposisi merupakan komponen penting dalam terbentuknya sebuah estetika. Meskipun pengertian estetika dalam film fiksi berbeda dengan documenter, hal ini bisa dijelaskan secara sederhana, dalam dunia
25
Vincent B. T. Brata. Videografi dan Sinematografi Praktis. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2007, hal 22 26 Joseph V. Mascelli, The Five C;s Sinematografi, Silman-James Press, Los Angles,
26
sinematografi, komposisi penting karena menentukan peletakan objek dalam bingkai gambar yang dubuat agar tampak berestetika (indah) supaya menarik perhatian yang melihatnya.
3. Filming Time/Timelapse Dalam beberapa tahun belakangan ini timelapse popular dikalangan pembuat karya audio-visual. Tehnik-tehnik pembuatan video yang mulai dipakai para sineas dan para pekerja kreatif di dunia digital baik film, televise dan web series. TimeLapse berasal dari kata time yang berarti waktu, dan lapse yang berarti jarak. Tujuan dari timelapse pada awalnya adalah untuk kebutuhan penelitian, dimana gerakan yang sangat lambat direkam dan ditampilkan dalam laju yang dipercepat untuk diamati gerakannya (berkebalikan dengan slow motion video). Untuk gerakan yang amat sangat lambat, timelapse bisa dibuat periodik dalam hitungan menit, missal untuk mempelajari pertumbuhan tanaman/bunga, peneliti memotret setiap 30 menit selama berhari-hari. Di dunia foto dan videografi, timelapse merupakan pengembangan dari bidang fotografi yang menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu menjadi sebuah klip video pendek. 27 Lama pemotretan umumnya berdurasi lama, bisa hingga berjam-jam, sedangkan interval pengambilan foto bisa dibuat berkala setiap beberapa detik hingga menit,
27
http://www.id-photographer.com/?idp=article&page=view.html&idArtike=35/mengenaltimelapse-photography diakses 13 pada juni 2014
27
tergantung kebutuhan. Kemudian semua foto yang didapat digabungkan hingga menjadi sebuah video. Teknik timelapse bisa dilakukan dengan 2 cara, pertama dengan merekam video sepanjang yang dibutuhkan ,lalu laju video dipercepat saat editing. Kedua dengan menggunakan Shutter release timer remote control untuk mengambil foto di setiap waktu interval yang ditentukan,lalu foto digabungkan saat editing hingga menjadi sebuah gambar bergerak.
2.4.2 Konsep Warna Dalam kehidupan sehari – hari, waena selalu muncul kapan pun dan dimana pun kita berada. Warna dapat menjadi sebuah media informasi, sebagai alat pengingat, menggambarkan estetika. Pada film Pencapaian Berujung Asa , warna digunakan sebagai media untuk membedakan waktu. Dalam membedakan masa lalu, perbedaan warna yang dimunculkan tidak terlalu signifikan. Hal tersebut dimaksud untuk menggambarkan bahwa masa lalu yang diingat merupakan masa lalu yang sangat melekat pada pemain (Nurul).28
28
Eastman Kodak Company Staff. 1996. Exploring the Color Image. Eastman Kodak Company, hal 19
28
2.4.3 Konsep Pencahayaan 1.
Fungsi Pencahayaan Dalam kehidupan sehari-hari cahaya berfungsi membantu identifikasi
objek oleh indra penglihatan (mata). Dalam sinematografi pencahayaan memiliki fungsi fungsi berikut: - menyinari obyek yang akan berhadapan dengan camera - menciptakan gambar yang artistik - membuat efek khusus - menghilangkan bayangan yang tidak perlu / mengganggu
2. Jenis Cahaya Cahaya pada sinematografi dan fotografi didasarkan pada fungsi pencahayaan, Berdasarkan fungsinya jenis cahaya terdiri atas, cahaya utama (key light), cahaya pengisi (fill light), dan cahaya belakang (back light). a.
Key light adalah cahaya yang lengsung mengenai objek dan bersifat
dominan. Kebanyakan key light searah dengan kamera. Untuk tujuan menciptakan efek tertentu. b.
Fill light adalah cahaya yang berfungsi mengisi. Fill light berfungsi
menghilangkan bayangan key light. Fill Light juga berfungsi meratakan intensitas sinar pada ruangan. Jumlah fill light biasanya lebih dari satu disesuaikan dengan kebutuhan penghilangan bayangan.
29
c.
Back Light berasal dari belakang obyek, dan biasanya digunakan
sebagai pembentuk gambar artistik dan memperkuat kesan (siluet, angker, misterius). Secara keseluruhan cahaya yang digunakan pada film Pencapaian Berujung Asa adalah cahaya natural dengan memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama. Scene yang secara keseluruhan menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama adalah scene 2, 5, 7 dan 9. Pada scene 1 pencahayaan yang digunakan adalah cahaya natural yang berasal dari jendela kamar, ditambah dengan satu lampu redhead. Cahay matahari berfungsi untuk memberikan refleksi cahaya dalam kamar, sedangkan lampu redhead berfungsi sebagai lampu kamar yang dibuat senatural mungkin.
2.5
Pembingkaian dan Komposisi Menurut Jossep v. Mascelli, komposisi merupakan bagian terakhir dari
rangkaian penting sinematography. Karena melalui komposisi gambar jadi memiliki nilai fotografis dan enak untuk dipandang atau lebih memiliki seni. “good composition is arrangement of pictorial elements to form a unified, harmonious whole. A cameramen composes whenever he positions a player, a piece of furniture, or a prop, place and movement of players within the setting should the planned to produce favorable audiences reactions.”29 Komposisi adalah susunan objek secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi akan mengbangun “mood” dan keseimbangan keseluruhan objek. Ada 29
Joseph V.Mascelli, Five C;s of Cinematography, Silman James Press, Los Angeles, Hal 197
30
beberapa cara yang dapat menghasilkan komposisi yang baik. Diantaranya: 30 Sepertiga bagian (Rule of Thirds),teknik dimana kita menenpatkan objek pada sepertiga bagian bidang objek. Sudut pemotretan (Angel of View), Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi adalah sudut pengambilan objek. Sudut penganambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pengambilan gambar. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, curve. Pola garis menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek. Pola garis dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu objek foto. Elemen-elemen yang membentuk pola garis sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang. Pola garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih simbang dinamis dan tidak kaku. 31
2.6
Unsur Sinematik Film merupakan karya seni yang bertajuk audio visual yang dimana
harapannya film ini member pengaruh pada penonton yang menyaksikan, adapula pengaruh yang dibuat didalam film tidak terlepas dari unsur – unsur sinematik dalam pembuatan film, secara keberadaan film dibagi menjadi 2, yaitu film nafaratif dan non naratif. Film naratif merupakan film yang mempunyai alur cerita atau sekarang popular dengan sebutan film fiksi. Sedangkan film non naratif justru sebaliknya, tidak mempunyai alur cerita. Pada perkembangan hingga saat 30 31
Ensadi J Santoso, Bikin Video Dengan Kamera DSLR, Media Kita, Jakarta, 2013 Zettl Herbert.2013.Television Production Hnadbook 8th Ed.Tomson Wadsworth.hal 20
31
ini muncul hibrinasi-hibrinasi sinematik dari para pembuat film baik fiksi ataupun non fiksi. Karena unsure sinematik menjadi bagian untuk mengolah dan membungkus konten yang sudah dibuat melalui cerita. Di perancis unsure sinematik yang mempengaruhi sinematografi terkenal dengan teori mise en scene dan mise on shot. Maka keduanya akan dijelaskan sebagai berikut : 1.
Mise en scene
Mise en scene adalah istilah bahasa perancis yang artinya meletakkan dalam scene. Mise en scene merupakan segala sesuatu yang kita lihat didalam tayangan film, semua apa yang terlihat dalam layar merupakan bagian dari mise en scene. Mulai dari setting tempat, pencahayaan, kostum, make-up, ekpresi figur dan gerakan. Of all techniques, mise-en-scene is the one the viewers notice most. After seeing a film, we may not recall the cutting or the camera movements, the dissolves off the screen sound.32
Jadi mise-en-scene adalah sesuatu yang paling dilihat penonton pertama kali, bahwa mise-en-scene bukan berupa pengambilan cutting kamera, pergerakan kamera, transisi atau efek suara. Tetapi mise-en-scene mengenai penggambaran sebuah pesan dalam suatu adegan yang dilihat dari sisi pencahayaan, make up, kostum, dll. Penonton merasakan film karena unsure sinematik dimana yang membuat film menjadi memiliki rasa baik menjadi dramatis, bahagia, suram, menyenangkan, seram, dan sebagainya. Karena hal ini manjadi faktor nemor satu 32
David Bordweel, Kristin Thompson, Film Art an Introduction. McGraw Hill Higher Education, New York. 2008, hal 112
32
dalam pembuatan film yang biasanya digunakan dengan membuat gambar-gambar dramatis namun diambil dengan unsur realita didalamnya. Pengucapan asli dari prancis, Mise en scene (mezz-ahn-sen) yang berarti “putting into the scene” atau meletkan sesuatu pada sebuah pengadeganan (scene) dan hal ini pertama kali dilakukan pada praktek mengarahkan drama pada teater. Pakar film, menambahkan istilah bagi para pembuat film, untuk menandai bahwa ada perbedaan dari seorang dorector film untuk mengkontrol semua yang aka nada dalam frame film. Mise-en-scene meliputi fungsi sebuah scene dalam film. Apakah hal itu untuk menjelaskan sesuatu, ataukah untuk kesan dramatick, semua tergantung dari kebutuhan film itu sendiri. Penyusunan-penyusunan dalam miseen-scene juga sangat penting untuk menimbulkan perasaaan dalam film seperti harapan tokoh dalam scene itu,permasalahannya dan lain-lain. Selain itu fungsi mise-en-scene adalah untuk mengembangkan keingintahuan penonton tentang sebuah scene atau bahkan film itu sendiri. Pembuat film dapat menggunakan mise-en-scene untuk mencapai realisme, memberikan pengaturan seotentik mungkin untuk mendapatkan subjek tampil sealamiah mungkin. Namun,sepanjang sejarah film mise-en-scene hanya digunakan untuk kepentingan fantasi saja, tetapi seudah sering digunakan untuk tujuan ini. Komponen-Komponen Pada Sebuah Mise-en-scene Mise-en-scene menawarkan pembuat film memiliki empat pilihan bidang umum dan control : setting, kostum dan make up, pencahayaan dan pementasan
33
(yang mencakup akting dan pergerakan kamera). Adapun tanggung jawab DOP (Direct Of Photografi), Setting Setting waktu dalam film Pencapaian Berujung Asa berlangsung pada masa tahun 2010 dan 2012. Sementara untuk setting tempat film tersebut menggunakan 5 tempat,antara lain: 1.
Rumah, merupakan tempat suasana kehidupan keluarga pemeran utama, Dengan nuansa khas keluarga dari suku betawi. Serta mengisahkan berbagai macam konflik kehidupan yang dialaminya. Rumah yang dimaksud adalah rumah dengan suasana betawi modern dengan bentuk rumah memiliki halaman luas serta bernuansa jaman dulu.
2.
Kamar, pemeran utama adalah sebuah tempat di mana terjadinya berkalikali kejadian aneh (mahluk aneh) yang dialami pemeran utama, Serta tempat pemeran utama mengalami depresi. Kamar ini merupakan saksi bisu kesuksesan pemeran utama mendapatkan gelar pasca sarjana (S1), dimana kamar yang dimaksud adalah kamar memiliki meja belajar sederhana dengan lampu belajar.
3.
Kampus (setting tahun 2011) , merupakan tempat pemeran utama menjalankan aktifitas kesehariannya menjadi mahasiswi dan memiliki sahabat dengan karakter masing-masing yang berbeda. Kampus juga menjadi tempat bagi pemeran utama bertemu dengan Garlan , yaitu pacar baru semasa kuliah.
34
4.
Kelas (setting tahun 2011) adalah tempat dimana pemeran utama belajar mendalami ilmu farmasi sesuai dengan jurusan yang dipilih. Kelas juga merupakan tempat untuk pertama kalinya pemeran utama diberi kepercayaan menjadi seorang asisten dosen(asdos).
5.
Apotik (setting tahun 2013) merupakan hasil kesuksesan pemeran utama dalam melewati kehidupan masa lalu yang pahit serta hasil keringat pemeran utama dalam menjalani pendidikan pasca sarjana (S1),serta pengalamannya menjadi asisten dosen (asdos).
Costumes and Make up Ketika kita merencanakan sebuah pembuatan film, Anda akan lebih focus dan memperhatikan sisi pemilihan aktor saat anda membayar sebuah lokasi untuk shooting. Seperti pengaturan lokasi, kostum dapat memiliki hal spesifik yang bervariasi dan memiliki fungsi tertentu dalam seluruh proses pembuatan film. Pemilihan kostum dapat memengaruhi motif karakter, memberikan kesan eksklusif, yang mencirikan seorang karakter secara individual. Ketika seorang film maker ingin menekankan figur seseorang atau karakter, setting dapat menetralkan latar belakang, sedangkan kostum menjadi kunci utama untuk mempertegas dan menonjolkan karakter dari figur tersebut. Harrison Ford mengakui pemilihan kostum dalam film dapat mempengaruhi karakter dan memiliki kekuatan untuk menciptakan figure.
35
“The costume is a very important thing. It speaks before you do. You know what you’re looking at. You get a reference and it gives context about the other characters and their relationships.”33 Dalam konteks mise en scene, pemilihan kostum dapat menjadi pembeda antara satu karakter dan karakter lain dan menciptakan hubungan antara masingmasing karakter. Kita dapat membedakan karakter mana yang merupakan tokoh protagonist dan antagonis dari kostumnya. Dengan set yang sesuai, sebuah karakter akan terlihat lebih tegas dan menonjol. Sebuah karakter tidak bisa terpisah oleh make-up. Make up dapat mempertegas gimmick dan ekspresi karakter. Treatment khusus pada make-up juga akan membuat sebuah karakter mendapat kesan ekstra,lebih muda, lebih tua, lebih berperawakan keras, atau lembut, dan lebih bersinar ataupun gelap. Perkembangan teknologi juga membuat make-up karakter semakin variatif dan unik. Ligthting Memanipulasi cahaya adalah kemampuan yang harus dimilki film maker untuk menciptakan interpretasi dalam mise en scene. Ada empat hal yang bisa di explore oleh film maker dalam memanipulasi cahaya, yaitu kualitas, arah, sumber, dan warna. Kualitas cahaya mengacu pada penggunaan hard light dan soft light. Hard light bisa menciptakan bayangan yang cukup untuk membuat karakterpada objek, dan sudut-sudut bayangan yang tajam sedangkan soft light digunakan untuk membuat ambience dan difusi yang terkesan alamiah.
33
Ibid Hal 120
36
Arah cahaya mengacu pada posisi penempatan sumber cahaya dan arah kemana cahaya tersebut menunjuk. Posisi sumber cahaya menentukan apakah objek tersebut akan diberi cahaya penuh hingga tak ada bayangan, hanya sebagian sisi objek saja atau justru menciptakan bayangan penuh/siluet. Konsep pengarahan cahaya atau yang dikenal secara umum sebagai three point lighting juga bisa memanipulasi cahaya agar tokoh lebih berkarakter dengan menggunakan key light, fill light dan back light. Secara keseluruhan pencahayaan dalam film Pencapaian Berujung Asa akan dibuat natural dengan memanfaatkan cahaya matahari dan memanfaatkan lampu yang ada di kamar serta kantin.
2.
Mise en shot
Penggunaan unsur sinematik dalam mise-en-shot,
mise-en-shot adalah
hal pengambilan gambar disebut tentang sebuah peristiwa yang
difilmkan, mise-en-scene, yang difilmkan. Jadi secara harfiah berarti “memasukkan kedalam gambar” atau mudahnya shooting dalam film. Mise-en-shot terdiri dari posisi kamera, carema movement, shot scale, shot panjang, durasi dalam pengambilan gambar, dan editing.