BAB II DASAR PEMIKIRAN
2.1 Film Sebagai Komunikasi Massa Film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang dalam banyak hal lebih unggul menjadi hiburan dibandingkan radio dan siaran televisi. Film dinilai sebagai media yang sangat efektif untuk menghibur, mendidik serta dalam mempengaruhi khalayak, karena sebuah film terdiri dari gabungan antara audio dan visual sehingga dapat menyampaikan suatu ide dengan spesifik. Pesan film sebagai media komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesn pendidikan, hiburan maupun informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambing-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Komunikasi
massa
mempunyai
pengertian
sebagai
bentuk
komunikasi yang mengunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap tehadap perkembangan zaman artinya cerita harus lebh baik, penggarapannya yang
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
professional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu. Defenisi tentang film dalam konteks yang lain menurut Oey Hong lee, menyebutkan bahwa film sebagai alat komunikasi massa kedua yang muncul didunia, mempunyai masa pertumbuhan di akhir abad ke-19 yang membuat unsur-unsur yang merintangi merintangi surat kabar sudah dibikin lenyap.6 Gambar gerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film menjadi lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.7
2.2 Dokumenter 2.2.1 Frank Beaver Sebuah film non - fiksi. Film Dokumenter biasanya di shoot di sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan temanya terfokus pada subyek – subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, social atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, memberi informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali.8
6
.Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal. 126 Nawiroh Vera, Pengantar Komunikasi Massa, Renata Pratama Media, Jakarta, 2008, hal. 5 8 Dictionary of Film Terms, halaman 119 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2.2.2 Paul Wells : Teks Non-Fiksi yang menggunakan footage–footage yang aktual, di mana termasuk di dalamnya perekaman langsung dari peristiwa yang akan disajikan dan materi-materi riset yang berhubungan dengan peristiwa itu, misalnya hasil wawancara, statistik, dsb. Teks-teks seperti ini biasanya disuguhkan dari sudut pandang tertentu dan memusatkan perhatiannya pada sebuah isu-isu sosial tertentu yang sangat memungkinkan untuk dapat menarik perhatian penontonnya.
2. 3 Genre atau Jenis Film Dokumenter Sama seperti halnya film-film fiksi lainnya, banyak sekali genre film fiksi yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat seperti horror, drama, science fiction(sci-fi), comedy, action,detective dan lainnya. Seiring berkembangnya perfilman, genre-genre tersebut banyak sekali dicampur satu sama lainnya seperti comedy action, drama action, horror sciene fiction. Pembagian genre film tidak hanya dimiliki oleh film fiksi, akan tetapi film dokumenter juga memiliki genre yang dibagi berdasarkan gaya dan bentuk bertutur sebuah film dokumenter antara lain : 2.3.1 Laporan Perjalanan Penuturan model laporan perjalanan menjadi awal seseorang untuk membuat film nonfiksi. Pada awalnya mereka hanya ingin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
mendokumentasikan pengalaman yang didapatkan selama perjalanan berlangsung. Tipe laporan perjalanan ini tidak selalu berupa rekaman perjalanan pertualangan tetapi juga perjalanan seseorang keberbagai Negara yang dianggap memiliki panorama dan kebudayaan unik. Film Nanook of the North (1922), oleh sebagian pengamat dianggap sebagai film perjalanan. Yang dijadikan titik berat penuturan Flaherty lebih pada kehidupan social dan budaya sosok Nanok dan keluarganya yang mewakili potret kehidupan sukubangsa Eskimo9 2.3.2 Sejarah Awalnya,
produksi
film
sejarah
dimaksudkan
untuk
propaganda. Diawali saat meletusnya Perang Dunia I pada sekitaar tahun 1914 hingga 1918, kemudian dilanjutkan pada Perang Dunia II sekitar tahun 1935 hingga 1850-an. Kala itu, film lebih diposisikan untuk kebutuhan propaganda. Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya10 2.3.3 Potret/biografi Isi film jenis ini merupakan representasi kisah pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun anggota masyarakat biasa yang riwayat
hidupnya
dianggap
hebat,
9
menarik,
unik,
Gerzon R. Ayawaila.op.cit., 38-39 Andi Fachruddin, Dasar Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter Dan Teknik Editing, KENCANA, Jakarta, 2012, hal 324
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atau
14
menyedihkan11. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa– peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh12 2.3.4 Perbandingan Dokumenter ini dapat dikemas kedalam bentuk dan tema yang bervariasi, selain dapat pula digabungkan dengan penuturan lainnya, untuk mengetengahkan sebuah perbandingan13. Misalnya, perbedaan pembuatan dodol cara tradisional dengan pembuatan dodol menggunakan tenaga mesin. 2.3.5 Kontradiksi Dari bentuk sampai isi, tipe kontradiksi memiliki kemiripan dengan tipe perbandingan; hanya saja tipe kontradiksi cendrung lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan. Oleh karena itu tipe ini lebih banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini public. Misalnya kontradiksi mengenai masyarakat kaya dan miskin, demokratis dan otoriter, modern dan tradisional, dan sebagainya14.
11
Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, FFTV-IKJ Press, Jakarta, 2008, hal 41 12 Andi Fachruddin, op.cit., 325 13 Gerzon R. Ayawaila, op.cit., 42 14 Ibid, hal 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.3.6 Ilmu Pengetahuan Dokumenter tipe ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, system, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua bentuk kemasan dengan tujuan public yang berbeda yaitu film dokumenter sains yang di tujukan untuk publik umum seperti dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan dan lainnya. Yang kedua adalah film dokumenter instruksional yang ditujukan khusus untuk mengajari (instruksi) pemirsanya sebagaimana melakukan berbagai macam hal yang ingin dia lakukan, mulai dari membuat kolam pemeliharaan ikan benih, membuat kerangka jembatan, merangkai dan memprogram robot dan sebagainya15. 2.3.7 Nostalgia Dokumenter tipe ini biasanya mengisahkan kilas balik dan napak
tilas.
menggunakan
Bentuk penuturan
nostalgia
terkadang
perbandingan
yang
dikemas
dengan
mengetengahkan
perbandingan mengenai kondisi dan situasi dimasa lampau dengan masa kini16 2.3.8 Rekonstruksi Pada umumnya dokumenter bentuk ini dapat ditemui pada dokumenter investigasi dan sejarah.Dalam tipe ini bagian-bagian
15
Andi Fachruddin, Dasar Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter Dan Teknik Editing, KENCANA, Jakarta, 2012, hal. 328 16 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, FFTV-IKJ Press, Jakarta, 2008, hal 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dimasa
peristiwa
lalu
maupun
dimasa
kini
disusun
atau
direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah. Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa, latarbelakang sejarah, periode, serta lingkungan alam,dan masyarakatnya menjadi bagian dari konstruksi peristiwa tersebut.
Konsep
penuturan
rekonstruksi
terkadang
tidak
mementingkan unsur dramatik, tetapi lebih terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa. 2.3.9 Investigasi Tipe investigas mencoba mengungkap misteri sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap jelas. Yang dipilih biasanya berupa peristiwa besar yang pernah menjadi berita hangat dalam media massa. Tipe ini disebut pula investigative journalism, karena metode kerjanya dianggap berkaitan erat dengan jurnalistik, karena itu ada pula yang menyebutnya dokumenter jurnalistik. Metode kerja jurnalistik dilakukan untuk melacak sumber berita atau narasumber, untuk selanjutnya disusun data sesuai dengan kebenaran peristiwa.
Tak jarang pula dokumenter investigasi
menemui jalan buntu, sehingga fakta peristiwa tidak pernah terungkap secara tuntas. Contohnya, dokumenter “Who Kill Jhon Kennedy?”, yakni perihal pembunuhan Presiden Amerika Serikat Jhon F. Kennedy, di Dallas, Texas, 22 November 196317.
17
Ibid, hal 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.3.10 Film eksperimen atau film seni (Association Picture Story) Sejumlah pengamat film menganggap bentuk ini merupakan film seni atau eksperimen. Gabungan gambar, musik, dan suara atmosfer secara artistik menjadi unsur utama. Biasanya dokumenter tipe ini tidak pernah menggunakan narasi, komentar, maupun dialog18. 2.3.11 Buku harian Dokumenter jenis ini juga disebut diary film. Dari namanya, buku harian, jelas bahwa bentuk penuturannya sama seperti catatan pengalaman hidup sehari-hari dalam buku harian pribadi. Karena buku harian bersifat pribadi, tak mengherankan bila terlihat pula penuturan dokumenter sangat subjektif, karena berkaitan dengan visi atau pandangan seseorang terhadap komunitas atau lingkungan tempat dia berada19. 2.3.12 Dokudrama Dokumenter ini dapat diartikan sebagai rekonstruksi peristiwa nyata yang direpresentasikan secara kreatif yang biasanya untuk tujuan komersil20. Dokurama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau di atur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi. Genre dalam 18
Ibid, hal 47 Ibid, hal 47 - 48 20 Ibid, hal 149 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
dokumenter kemudian terus berkembang, hingga titik dimana menjadi sangat subjektif, melihat segala sesuatunya hanya dalam satu perspektif yang sangat individual. Genre docudrama yang telah sukses di bioskop-bioskop seperti Super Size me, march of The Penguins, dan An Inconvenient Truth 21.
2.4 Sinematografi 2.4.1 Sejarah Sinematografi Sinematografi adalah salah satu upaya manusia untuk menggambarkan kepada orang lain, melalui penggunaan teknik yang menggabungkan gambar gerak dan teks, dunia dan pesan tersebut mengalihkan
karena
ini
dipahami
oleh
seniman.
Dengan
sinematografi panjang, satu hari ini menjelaskan disiplin membuat pilihan pencahayaan dan kamera saat merekam gambar foto untuk digunakan bioskop. Berdasarkan dua kata Yunani, sinematografi etimologis berarti "menulis dalam gerakan" dan diperkenalkan sebagai teknik baru untuk merekam gambar orang dan benda-benda saat mereka bergerak dan proyek mereka pada jenis layar. Dikombinasikan dengan patung, lukisan, tari, arsitektur, musik, dan sastra, sinematografi saat ini dianggap menjadi seni ketujuh. Hal ini sangat sulit bagi seorang peneliti untuk menemukan dan menentukan individu yang bisa diberi nama "bapak" 21
Andi Fachruddin, Dasar Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter Dan Teknik Editing, KENCANA, Jakarta, 2012, hal. 333
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
sinematografi, menerima bahwa kata melambangkan suatu teknik yang digunakan untuk pembuatan gambar gerak '. Tapi, jelas bahwa manusia telah bereksperimen, sangat awal dalam sejarah manusia, dengan metode yang berbeda yang akan memungkinkan dia untuk merekam gerakan gambar. Sangat erat kaitannya dengan masih fotografi,
yang
telah
menjadi
katalis
untuk
perkembangan
sinematografi sejak pertengahan abad 19, teknik yang akan memungkinkan gambar yang akan direkam sementara di gerak telah dipelajari secara ekstensif. Salah satu upaya pertama untuk menganalisis unsur gerakan dengan bantuan mesin foto dibuat oleh Edward Muybridge fotografer Inggris pada tahun 1878. Setelah berhasil mengembangkan metode baru menghasilkan gambar foto berturut-turut, ia mencatat gerakan kuda berjalan. Melalui film yang diproduksi, ia berhasil membuktikan bahwa ada contoh ketika kuda sedang berjalan yang tidak ada kakinya menyentuh tanah. Sekitar sama periode, fisikawan Perancis Etienne Mare berhasil menangkap, juga dengan menggunakan mesin foto yang bisa merekam 12 gambar per detik, gerakan burung terbang. Berdasarkan
perkembangan
awal
1880-an
dalam
mengungkap gambar pada elemen peka cahaya, dihubungkan dengan pionir seperti Thomas Edison dan Lumiere bersaudara antara lain, bentuk seni baru film memperkenalkan jenis baru estetika yang menangkap perhatian orang yang ingin mengeksplorasi aplikasi dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
menciptakan karya seni. Salah satu yang pertama cinematographers yang memutuskan untuk memeriksa dimensi gambar bergerak adalah Maries-George-Perancis Jean Mlis yang menjadi salah satu direktur bioskop pertama. Dengan, Trip filmnya ke Bulan (Le pelayaran dans la lune) pada tahun 1901, ia menciptakan sebuah cerita fantastis perjalanan ke bulan menggunakan gambar gerak. Dia juga salah satu yang memperkenalkan teknik pewarnaan dalam film oleh setiap lukisan salah satu frame dengan tangan. Selama tahap bayi gambar gerak, sinematografer itu peran ganda, bertindak sebagai direktur dan orang yang memegang dan memindahkan kamera. Seperti tahun-tahun disisipkan, bentuk seni baru dikembangkan lebih lanjut oleh alat-alat teknologi baru yang diperkenalkan.
Baru-art
terkait
profesi
muncul
dan
karena
kemampuannya bioskop untuk menangkap perhatian besar penonton di seluruh dunia, dengan menarik lebih dari satu panca indera, sinematografi muncul untuk apa yang dikenal hari ini sebagai industri multi-miliar dolar dan salah satu bentuk seni favorit di dunia. 2.4.2 Pengertian Sinematografi Sinematografi
adalah
kata
serapan
dari
bahasa
inggris
Cinematography yang berasal dari bahasa latin kinema gambar. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik mengangkap gambar dang mengabung-gabungkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage). Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpanan maupun sebagar genre seni. Film sebagai media penyimpanan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahas plastic tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi. Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi mencakup perlakuan sineas terhadap kamera serta stock filmnya Kamera dan film mencakup teknik – teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stock filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. Durasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. 22 2.4.3 Unsur-unsur dalam Sinematografi A. Unsur Utama Unsur utama terdiri dari visual gerak, audio, dan jalan cerita. Visual gerak, berupa lambang-lambang komunikasi visual yang disajikan dengan metode Fotografi yaitu ”tanpa cahaya, maka tak ada gambar”. Bentuk komunikasi tersebut dapat berupa tampilan visual secara verbal maupun non verbal yang mengandung nilai estetik, artistik, maupun dramatik. Audio, seiring dengan perkembangan zaman, sinematografi merupakan bentuk produk teknologi audiovisual pertama yang memadukan unsur audio dan visual. Saat ini unsur audio berperan besar untuk memperjelas maupun mempertegas pesan informasi maupun komunikasi yang terkandung pada unsur visual sinematografi. Jalan Cerita, tidak seperti gambar diam yang dapat ditafsirkan sendiri oleh yang melihatnya (satu gambar mewakili seribu kata), suatu karya sinematografi relatif memiliki makna yang universal dari berbagai penonton yang melihatnya. B. Unsur Penunjang Unsur penunjang Film dalam sinematografi antara lain seting, properti, dan efek. Seting, atau lingkungan tempat pengambilan gambar. Set adalah tata ruangan yang menjadi obyek visual untuk tiap adegan. Merupakan unsur penguat jalan cerita baik yang diambil secara alami 22
http://itcentergarut.blogspot.co.id/2011/08/pengertian-sinematografi-dan.html?m=1 , diakses pada tanggal 19 Mei 2016, pukul 23.59 WIB.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
maupun didesain sedemikian rupa (buatan) sebagai bagian dari properti. Agar tidak terjadi salah paham tentang ukuran, warna, riasan dan jumlah perabot dalam sebuah set, konfirmasi ulang dengan sutradara dan penata fotografi. Properti, meliputi kostum, tata rias, dan segala perlengkapan yang diperlukan untuk lebih memberikan kesan alami maupun dramatis pada cerita yang akan direkam melalui kamera atau di luar frame kamera, termasuk segala peralatan dan perlengkapan produksi yang diperlukan. Efek, meliputi efek gambar, suara, cahaya, transisi waktu, hingga spesial efek yang didesain secara animasi melalui program komputer agar lebih memberikan kesan dramatis pada cerita.
2.4.4 Unsur Sinemantik Unsur sinemantik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni : 1. Mise-en-scene 2. Sinematografi 3. Editing 4. Suara Mise-en-scene itu semua objek yang ada didepan kamera. Seperti, pengaturan layar, pencahayaan, kostum dan make up dan juga acting pemain. Sinematografi pergerakan seorang kameramen terhadap kamera dan film dan kamera terhadap objek yang diambilnya. Editing adalah proses
pengolahan mempercantik, memotong,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
menyusun, menyesuaikan gambar terhadap sebuah cerita dari bahan gambar yang telah diambil dari proses produksi. Suara sendiri disini adalah segala sesuatu yang bisa kita dengar dari sebuah film. Unsur sinemantik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Seluruh unsur sinemantik tersebut saling terkait, mengisi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinemantik secara keseluruhan.23 2.5 Penata Gambar Juru kamera (penata gambar) adalah orang bertanggung jawab untuk semua aspek teknis peerekaman gambar. Seorang juru kamera harus memastikan bahwa tidak ada kesalahan yang dilakukan saat ia mengambil gambar. Dia harus memastikan bahwa ia mengambil gambar tajam (fokus), komposisi gambar (framing) yang tepat, pengaturan level atau tingkat suara yang sesuai, gambar warna yang sesuai dengan warna aslinya (alam) dan ia harus mendapatkan gambar yang terbaik.
Seorang juru kamera tidak hanya dituntut untuk dapat mengambil gambar dengan baik, tetapi ia juga harus memahami gambaran apa saja yang diperlukan untuk sebuah produksi. Dalam hal lain istilah penata gambar
23
http://patanjala.com/2016/01/03/unsur-unsur-pembentuk-film/ di akses pada tanggal 19 mei 2016, Pukul 23.59 WIB.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Setiap penata gambar harus bisa dan familiar dengan komposisi serta semua aspek teknik berikut dari segi sudut pengambilan gambar, ukuran gambar hingga pergerakan gambar. Begitu juga dengan pengendalian kamera untuk menyelesaikan permasalahan teknis dan berkoordinasi dengan sutradara yang muncul selama perekaman gambar. Seorang penata gambar juga mempunyai tugas 3 proses dalam pembuatan film, di antaranya Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Dari ketiga tugas tersebut harus dilakukan sesuai dengan description yang dia pegang. Penata gambar juga adalah merupakan operator professional dari sebuah kamera film atau video. Dalam pembuatan film, juru kamera terkemuka biasanya disebut sineas, sementara seorang juru kamera dalam produksi video dikenal sebagai operator kamera televisi, operator kamera video, atau videographer, tergantung pada konteks dan teknologi yang terlibat. 24 Penata gambar bertanggung jawab untuk mengoperasikan kamera secara fisik dan memelihara komposisi dan sudut kamera seluruh adegan yang diberikan atau ditembak. Dalam pembuatan film naratif, operator kamera akan berkolaborasi dengan direktur, direktur fotografi, aktor dan kru untuk membuat keputusan teknis dan kreatif. Dalam pengaturan ini, operator 24
http://khanzaenterprise.wordpress.com/2011/04/25/tugas-dan-tanggung-jawab-kameramen/ di akses Kamis, 19 Mei 2016 Pukul 23.59 WIB. Http://muhjiadi.blogspot.com/2011/11/pengertian-broadcast.html di akses Kamis, 19 Mei 2016 Pukul 23.59WIB. Askurifai Baskin, 2009, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung ;Simbioosa Rektama Media. Hlm 120
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
kamera adalah bagian dari kru film yang terdiri dari direktur fotografi dan satu atau lebih asisten kamera. Dalam pembuatan film dokumenter dan berita, kamera sering dipanggil untuk film berlangsung.25
2.6 Teknik Pengambilan Gambar Ada lima hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar dalam proses pembuatan film, yaitu :26 1. Camera Angle (sudut pengambilan) Posisi kamera pada saat pengambilan gambar, masing-masing angle punya makna tertentu. 2. Frame Size (ukuran gambar) Ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek bersangkutan. 3. Camera Movement (gerakan kamera) Posisi kamera bergerak, sementara objek bidikan diam 4. Object Movement (gerakan objek) Posisi kamera diem, sementara objek bidikan bergerak 5. Composition (komposisi) Seni Menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak untuk dilihat.
25
Ibid, Hal 120-124 Ibid, Hal 120-124
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2.7 Camera Angle Dalam urusan sudut pengambilan gambar penulis membagi menjadi lima sudut pengambilan. Masing – masing mempunyai fungsi yang berbeda sehingga karakter dan pesan yang dikandung dalam setiap shot akan berbeda pula, diantaranya adalah:27 1. Bird Eye View Suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil rekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan bendabenda lain yang tampak di bawah begitu kecil dan berserakan tanpa makna. Sudut pengambilan gambar ini misalnya dilakukan dari helicopter atau dari gedung bertingkat tinggi. Tujuan sudut pengambilan gambar ini untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya. 2. High Angle High angle merupakan pengambilan gambar dari atas objek. Selama kamera di atas objek maka sudah dianggap high angle. Dengan high angle maka objek tampak lebih kecil. Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian dan kesan lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan. High angle cocok digunakan dalam pengambilan gambar para buruh yang sedang berdemo dan berkerumun di depan gedung DPR.
27
Ibid, Hal 120-124
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
3. Low Angle Menggambarkan seseorang yang berwibawa atau berpengaruh tidak bisa menggunakan high angle karena kesan yang ditimbulkan akan melenceng. Sudut pengambilan gambar yang tepat adalah low angle. Sudut ini membangun kesan berkuasa, baik dalam soal ekonomi, politik, social, dan lainnya. Seseorang yang ditampilkan dengan sudut pengambilan ini akan mempunyai kesan dominan. 4. Eye Level Eye level merupakan teknik pengambilan gambar yang sejajar dengan objek. Posisi kamera dan objek lurus sejajar sehingga gambar yang diperoleh tidak ke atas atau ke bawah. Sudut pengambilan gambar semacam ini standart dilakukan juru kamera. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri sejajar atau yang mempunyai ketinggian tubuh yang sama dengan objek. Boleh dibilang sudut seperti ini tidak mengandung kesan terrtentu. Meskipun demikian, dalam sudut ini tetap harus diperhatiakan aspek komposisi. 5. Frog Eye Frog eye merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan objek. Dengan teknik ini dihasilkan satu pemandangan objek yang besar, terkadang mengerikan dan bisa juga penuh misteri. Yang jelas sudut pengambilan ini mempunyai kesan dramatis untuk memeperlihatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
suatu pemandangan yang aneh, ganjil, kebesaran, atau sesuatu yang menarik tapi diambil dengan variasi tidak biasanya.
2.8 Frame Size Setelah menguasai camera angle, berikutnya frame size yang menjadi kekuatan gambar anda, diantaranya :28 1. ECU (extreme close up) Mempunyai ukuran sangat dekat sekali, misalnya hidungnya, matanya, atau telinga saja. Fungsi dan makna frame size ini adalah menunjukkan detail suatu objek. 2. BCU (big close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga dagu objek. Fungsi dan makna frame size ini adalah menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu. 3. CU (close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala sampai leher bagian bawah. Fungsi dan makna frame size ini adalah memberi gambaran objek secara jelas. 4. MCU (medium close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga dada atas. Fungsi dari makna frame size ini adalah menegaskan profil seseorang. 5. MS (mid shot) Mempunyai ukuran dari batsa kepala sampai pinggang (perut bagian
28
Ibid, Hal 124-128
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
bawah). Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan seseorang dengan sosoknya. 6. KS (knee shot) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga lutut. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperilihatkan sosok objek (sama dengan MS) 7. FS (full shot) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga kaki. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar. 8. LS (long shot) Mempunyai ukuran dari objek penuh dengan latar belakangnya. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan objek dengan latar belakangnya. 9. 1 S (one shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya satu objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan sesorang dalam frame. 10. 2 S (two shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya dua objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah untuk memberikan gambaran adegan dua objek yang sedang berinteraksi. 11. 3 S (three shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya tiga objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah untuk memberikan gambaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
adegan tiga objek yang sedang berinteraksi. 12. GS (group shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya dengan memperlihatkan objek lebih dari tiga orang.
2.9 Camera Movement Setelah menguasai frame size, berikutnya adalah camera movement yang menjadi sebuah kekuatan gambar anda, diantaranya :29 1. Zoom in / zoom out Disini kamera secara fisik memang tidak bergerak, yang ditekan adalah tombol zooming yang ada pada kamera. Disetiap kamera ada fasilitas tombol zooming. Jika ditekan kebelakang akan menimbulkan efek tampilan objek menjauh (mengecil), dan bila ditekan kedepan sebaliknya, tampilan objek akan mendekat (membesar). 2. Tilting Dalam beberapa adegan dalam film maupun berita yang memperlihatkan seseorang diambil dari bawah kemudian sedikit demi sedikit bergerak ke atas. Dengan cara ini penonton disuguhi suatu gambaran sosok seseorang secara pelan-pelan sampai muncul secara utuh, ada dua cara tilting yakni : dari bawah ke atas yang disebut juga tilt-up, dan dari atas ke bawah yang disebut juga tilt-down.
29
Ibid, Hal 129-132
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
3. Panning Jika ingin menunjukkan deretan pasukan yang sedang berbaris atau objek lain yang berderet, seorang juru kamera akan menggunakan teknik panning, yakni menggerakkan kamera mengikuti urutan objek, baik dari kiri ke kanan, maupun dari kanan ke kiri. Jika digeser dari kanan ke kiri disebut pan left, sebaliknya jika digerakkan dari kiri ke kanan disebut pan right. Dalam melakukan panning juru kamera tidak boleh terlalu cepat atau lambat. Sebagai patokan dasar setiap objek diberi kesempatan selama 3-5 detik.
2.10 Object Movement Kebalikan dari gerakan kamera, gerakan objek artinya kamera tetap diam dan yang bergerak objek bidikannya :30 1. Objek sejajar dengan kamera Objek sejajar dengan kamera, baik ke depan atau ke belakang, ki kiri atau ke kanan. Dalam posisi seperti ini maka kamera tetap harus mengikuti gerakan objek. Untuk bisa mengikuti gerakan objek bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik menggunakan kendaraan, rel maupun alat bantu lain seperti crane. 2. Walk in / walk out Objek menjauh atau mendekat ke kamera. Jika objeknya menjauhi kamera akan disebut walk-out atau walk-away. Jika object mendekati
30
Ibid, Hal 132-134
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
kamera aka disebut walk-in 3. Framing Yang dimaksud framing adalah masuknya objek dalam sebuah frame film yang awalnya kosong. Dalam sebuah film sering tampak scene yang framenya kosong. Kemudian muncul aba-aba : in frame, disusul seorang actor masuk ke frame (bingkai tampilan). Atau sebaliknya, terkadang si aktor harus keluar dari frame dengan aba-aba : out frame.
2.11 Composition Komposisi dalam sebuah frame ditentukan oleh tiga faktor, yakni :31 1. Headroom (H) 2. Noseroom (N) 3. Looking space (L) a. Headroom Jika juru kamera membidik sebuah objek dengan ukuran medium shot maka objek harus proporsional, yakni kepala bagian atas dengan batas frame harus diatur tidak terlalu tinggi dan rendah. Jika headroom terlalu tinggi maka objek akan terkesan “menggantung”. Bila headroom-nya terlalu rendah objek seolah terpotong. Tapi untuk objek dengan ukuran big close up aturan headroom ini tidak terpakai. b. Noseroom Noseroom diartikan sebagai jarak pandang seseorang terhadap objek
31
Ibid, Hal 134-137
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
lainnya, baik ke kiri maupun ke kanan. Komposisi ini tentunya dikemas untuk mendapatkan gambar yang menarik, karena dengan noseroom berarti seseorang sedang melakukan interaksi dengan orang atau benda lainnya. Aturlah gambar sedemikian rupa sehingga noseroom tidak terlalu banyak atau sedikit. Harus betul-betul proporsional sesuai dengan kaidah interaksi. c. Looking Space Orang yang sedang berlari atau berjalan selalu menyisakan ruangan di depan atau arah seseorang yang sedang bergerak ke depan tersebut. Ruangan di depan orang yang sedang berlari atau berjalan itulah yang disebut looking space, sementara bagian belakangnya di sebut back space. Untuk menentukan looking space yang proporsional prinsipnya tidak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit. Karena umumnya objek bergerak maka juru kamera harus mengikuti gerakan objek sampai betul-betul mendapatkan komposisi yang sempurna. Pada kondisi tertentu komposisi harus juga memperhatikan background dari objek, jangan sampai hanya karena ingin mengejar komposisi maka background dibiarkan merusak keindahan gambar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/