BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1
Film Sebagai Komunikasi Massa Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa
film mampu menjangkau populasi dalm jumlah besar dengan cepat, bahkan diwilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang bersifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelass pekerja yang telah dinikmati oleh kehidupan sosial mereka yang cukup baik. Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat.Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris.Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.Film non cerita adalah film yang
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. (Sumarno, 1996:10) Dalam perkembangannya, film cerita dan non cerita saling mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri, gaya dan corak masing-masing. Seperti halnya dengan film Pendekar Awan dan Angin yang saat ini dibahas penulis, film ini termasuk film cerita karena ceritanya dikarang yang dipertunjukan ditelevisi dengan dukungan iklan. Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik, penggarapannya yang profesional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang menjadi aktor/aktris di film tersebut. Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton. Pencirian film sebagai ‘bisnis pertunjukan’ dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Terdapat tiga elemen penting lainnya dalam sejarah film. Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional dan kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya nyata, dampak emosional dan popularitas. Dua elemen yang dalam sejarah film adalah munculnya beberapa sekolah seni film dan munculnya garakan film dokumenter.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Film semacam ini berbeda dari yang umum karena memiliki daya tarik bagi minoritas atau memiliki elemen realism yang kuat (atau keduanya).Keduanya memiliki hubungan, sebagian tidak disengaja dengan film sebagai propaganda karena keduanya cenderung muncul pada saat adanya kritis sosial (social critis).4 Gambar gerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa film menjadi lebih dahulu menjadi media hiburan dibandingkan radio dan siaran dan televisi. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinassi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.5 Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser angapan orang yang masih kekinian bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industry film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Dominick. 2000: 306).6 2.2
Film Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan
fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang.Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, music, drama, humor dan trik tenis bagi konsumsi popular. 4
Denis McQuail, “Teori Komunikasi Massa”, Salemba Humanika, Jakarta 2010, hal:35 Nawiroh Vera, Pengantar Komunikasi Massa, renata Pratama Media, Jakarta, 2008, Hal:5 6 Elvianarto Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah Op.cit. Hal:143 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Film adalah karya seni budaya yang terbentuk dari berbagai unsur. secara umum struktur film sama dengan struktur karya sastra yaitu terbentuk oleh unsurunsur intristik dan unsure ekstrinsik. Oleh karena itu untuk dapat memahami segala pesan yang disampaikan dalam film, seseorang pendidik den peserta didik harus mempu menganalisis atau mengkaji berbagai unsur-unsur pembanggunan film tersebut.7 Kita bisa juga bicara tentang film sebagai sakah satu massa media yang mempunyai fungsi member penerangan pada masa atau rakyat. Maka ukuran yang kita pakai tentu adalah terutama menyangkut segi informatif, sampai mana dia berhasil member penarangan yang kita khendaki, tau smai mana, dia menemukan sasaran sebagai alat propaganda, menyebarluaskan gagasan-gagasan yang kita pasang perlu diketahui rakyat.Film juga bisa mempunyai segi dan fungsi edukatif dan instruktif, dari tingkat bawah sampai tingkat ilmiah.dalam hal ini juga kita menilainya berdasarkan hasil daan sasaran yang kita telah tentukan sebelumnya.8 2.2.1 Karakteristik Film Faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis. a) Layar yang Luas/Lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan film adalah layarnya yang berukuran luas.Saat ini ada layar televisi
7 8
Teguh Trianton, “Film Sebagai Media Belajar”, Graha Ilmu, Yogyakarta 2013 Gatot Prakosa, “Menilai Film”, Gugusan Siagian, Jakarta 2006 Hal:8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
yang berukuran jumbo, yang digunakan pada saat-saat khusus dan biasannya di ruangan terbuka, seperti dalam pertunjukan musik dan sejenisnya. b) Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dam film memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan gambar pendangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberikan kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. c) Konsentrasi penuh Dari pengalaman masing-masing, disaat kita menonton film di bioskop, bila tampat duduk sudah atau penuh atau waktu main sudah ditutip, lampu dimatikan, tampak didepan kita layar luass dengan gambar-gambar cerita film tersebut, semua mata terruju pada layar dan perasaan kita tertuju pada alur cerita dimana hal itu mempengaruhi emosi bagi khalayak yang menontonnya. d) Identifikasi Psikologis Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan.Karena penghayatan kita yang amat mendalam.Seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
kita dengan salah ssatu pemeran dalam film itu, sehingga seolaholah kita lah yang sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa social disebut sebagai identifikasi psikologis.9 2.2.2 Fungsi Film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalalm film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.10 Fungsi film adalah salah satu nilai yang dapat memuaskankita sebagai manusia.Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologis dan spiritual dalam kehidupannya. Kumpulan gambar yang artistic dan bercerita, sering menghibur melalui pesan-pesan yanh disampaikan oleh sebuah film. Terdapat tiga fungsi pokok yang ada di dalam sebuah film, yaitu : a) Hiburan Sebagai sarana untuk melepas penat, film merupakan salah satu media yang saling efektif. Dengan rangkaian ceriat diiringi dengan musk dan kata-kata yang tepat, film mampu memainkan emosi penonton tertawa terpingkal-pingkal, menetaskan air mata, hingga menjerit ketakutan.
9
Elvinaro Erdianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, “Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2009, hal:143-146 10 Elvianarto, dkk Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Simbiosa, Rekanan Media, Bandung, 2007, Hal:145
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
b) Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan didalam masyarakat dan memperlihatkan perbuatanperbuatan yang baik juga memberikan pengetahuan. c) Penerangan Segala macam informasi dapat dengan mudah disampaikan kepada penonton dalam film. Melalui gambar cerita, penonton akan lebih cepat memahami informasi yang akan diberikan. 2.2.3 Jenis-Jenis Film Film dapat dikelompokan pada jenis-jenis sebagai berikut. 1. Film Cerita Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film terkenal dan film ini dideskripsikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film biasa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsure menarik, baik dari jalan ceritanya maupun segi gambarnya. 2. Film Berita Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Kriteria berita itu adalah penting dan menarik.Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
pembaca berita yang membaca narasinya. Dalam hal ini terpenting adalah peristiwanya terekam secara utuh. 3. Film Dokumenter Film doumenter didefinisikan oleh Robert f. Sebagai karya cipta mengenai kenyataan.Berbeda dengan film berita, film jenis ini merupakan intepretasi pribadi mengenai suatu kenyataan. 4. Film Kartun Film kartun dibuat untuk anak-anak. Film kartun adalah bentuk dari gambar animasi 2 Dimensi (2D), Sebagian besar film kartun, sepanjang film diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan para tokohnya. Sekalipun tujuan utamannya menghibur, film kartun bisa juga mengandung unsur pendidikan. 2.3
Film Dokumenter Film diartikan secara singkat sebagai sebuah potongan-potongan gambar yang
bergerak yang kemudian disusun menjadi sebuah cerita.Pada dasarnya, film dibedakan menjadi fiksi dan non-fiksi.Contoh dari film fiksi ada banyak, karena pada dasarnya cerita pada film fiksi bisa dibuar, sedangkan salah satu contoh dari film nonfiksi adalah dokumenter. Apa yang dimaksudkan dengan film dokumenter atau “documentary film”? istilah “documentary” mula-mula dipergunakan oleh seorang sutrdara director) Inggris. John Grierson, untuk mengambarkan suatu jenis khusus film dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert Flaherty. Flaherty termasuk salah seorang seniman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
besar dalam bidang film. Film dokumenter itu didefinisikan oleh Grierson sebagai : “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”11. Dokumenter adalah suatu karya film atau video berdasarkan realitas serta fakta peristiwa12. Dari penjelas diatas dapat disimpulkan bahwa film dokumenter adalah film yang menyajikan realitas/kenyataan suatu peristiwa tertentu mengenai fenomena yang ada. Dokumenter mempunyai tujuan-tujuan tertentu , seperti: penyebaran informasi, pendidikan, bahkan propaganda bagi seseorang atau kelempok tertentu yang mempunyai
kepentingan.
Dokumenter
sendiri
dalam
pembuatannya
bukan
menciptakan setiap kejadian tetapi merekam kejadian atau yang biasa disebut moment, jadi dalam pembutannya film dokumenter tidak ada unsur rekaan atau buatan, tetapi betul-betul real atau murni. Merujuk kepada definisi dokumenter dan tugas seorang dokumentaris maka sebuah film dokumenter memiliki sebuah fungsi besar yaitu (Rosenthal. 1988: 6) “Is to explore the hard, awkward question more deeply and more critically than other branches of the media do (or can)”.13 Dimana sebuah dokumenter akan menjawab pertanyaan lebih dalam dan lebih kritis mengenai sebuah isu daripada ketika media mencoba menjawab sebuah isu. Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai sesuatu yang 11
Onong Uchjana Effebdy.,M.A.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.PT.Citra Aditya Bakti.Bandung.2013.Hal213-214 12 Anton Mabruri KN.Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Drama.PT.Grasindo.Jakarta.2013.Hal4 13 Richard Kilbornd & John Izdo. An Introduction To Television Documentary. Manchester:ManchesterUniversity Press. 1997. Hal 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
mempunyai nilai berita (newa value) untuk dihidangkan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya14. Film dokumenter awalnya hanya dipertunjukan di kampus-kampus universitas, gedung-gedung sekolah, ruang-ruang pertemuan di pabrik-pabrik dan bangsal-bangsal lainnya, tetapi dengan munculnya TV di tengah-tengah masyarakat, film dokumenter yang tadinya hanya dilihat oleh publik yang terbatas, kini dapat disaksikan oleh jutaan orang. Berbagai studio siaran TV mempunyai unit film dokumenter sendiri, dan banyak di antaranya yang dapat menghasilkan fiilm dokumenter yang terkenal15. Secara umum film dokumenter dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Film dokumenter berdasarkan dari pemenuhan keinginan atau film dokumenter fiksi atau dokudrama. 2. Film dokumenter berdasarkan dari representasi sosial atau film dokumenter nonfiksi. Jenis film dokumenter berdasarkan keinginan atau yang sering di sebut film dokumenter fiksi memberikan ekspresi nyata dari keinginan-keinginan kita, mimpimimpi kita, mimpi-mimpi buruk kita serta ketakutan-ketakutan kita dan lain-lain16. 2.3.1 Genre/Jenis Film Dokumenter Seperti dengan film cerita,dalam film dokumenter tentunya juga terdapat banyak genre. Terdapat 12 jenis genre film dokumenter,yaitu: 14 Onong Uchjana Effebdy.,M.A.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.PT.Citra Aditya Bakti.Bandung.2013.Hal 214 15 Ibid. Hal 215 16 Anton Mabruri KN.Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Drama.PT.Grasindo.Jakarta.2013.Hal 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
1. Dokumenter Laporan Perjalanan Dokumenter ini biasanya berisi laporan perjalanan suatu tempat, atau dalam mencari kebenaran atau isu-isu suatu daerah tersebut, pada genre ini pengemasan dokumenter perjaalnan lebih kritis dan radikal. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film.17Lebih banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. 2. Dokumenter Sejarah Film dokumenter pada genere sejarah biasanya berisi sejarah suatu kejadian, seperti sejarah kerajaan majapahit, sejarah kemerdekaan Indonesia.
Film
dokumenter ini dibuat
untuk
memberikan
pengetahuan kepada masyarakat akan suatu peristiwa yang ada. dan gendre sejarah sangat kental aspek referential meaning-nya. Adapun tiga hal penting dalam dokumenter sejarah adalah waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh perilaku sejarah tersebut. 3. Dokumenter Potret atau Biografi Jenis ini menceritakan tentang sosok seseorang, profil kehidupan dibahas dari mulai kelahiran sampai kematiannya, biasanya jenis ini
17
Andi fachruddin.Dasar-dasar Produksi Televisi Produksi Berita,Feature,Laporan Investigasi,Dokumenter, dan Teknik Editing.Kencana Prenada Media Group.Jakarta.2012.Hal323
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
dibuat untuk mengenang kematiannya.Sosok yang dibuat biasanya tokoh-tokoh besar atau tokoh-tokoh yang menjadi inspirasi. 4. Dokumenter Perbandingan Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu yang berisfat budaya, prilaku, dan peradaban suatu bangsa. Cerita mengemukakan perbedaan suatu situasi atau kondisi dari suatu objek/subjek dengan yang lainnya, misalnya: Film Dokumenter Hoop Dreams (1994) yang dibuat oleh Steve James18. 5. Dokumenter Ilmu Pengetahuan Film ini berisi penyampaian mengenai suatu teori, berdasarkan disiplin
ilmu
tertentu.
Pada
genre
film
dokumenter
Ilmu
Pengetahuan dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a. Film Dokumenter Sains Film ini biasanya ditunjukan untuk public umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu, misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dan dunia kuliner dan lain-lain. b. Film Dokumenter instruksional Film ini dirancang khusus untuk mempelajari (instruksi) pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal yang ingin mereka lakukan, mulai dari membuat kolam peliharaan 18
Ibid. Hal327
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
ikan benih, membuat kerangka jembatan, merangkai dan memprogram robot, merancang roket dan lain-lain.Bahkan ada beberapa film intruksional yang bertujuan lebih serius, seperti bagaimana mengetahui prosedur alat early warning system tsunami. 6. Dokumenter Nostalgia Dokumenter yang mengisahkan kilas balik dan napak tilas.Film dengan jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis film sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok19. 7. Dokumenter Rekonstruksi Dokumenter jenis ini biasa ditemui pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk pula pada film etnografi (ilmu tentang kebudayan) dan antropologi visual. Pecahan atau bagaian peristiwa masa lampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah. Dokumenter jenis ini mencoba memberikan gambaran ulangan terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh.Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepadapenonton sehingga harusdibantu rekonstruksi peristiwanya. Peristiwa yang
19
Ibid. Hal 329
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
memungkinkan dalam film-film jenis ini adalah peristiwa criminal dan bencana seperti jatunya pesawat dan tabrakan kendaraan 20. 8. Dokumenter Investigasi Dokumenter ini dikemas untuk mengungkapkan sebuah misteri peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap jelas.Peristiwa yang diangkat biasanya peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak. Terkadang dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Tetapi yang membedakan dengan investigasi report biasanya asspek visualnya lebih menonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh public maupun tidak. 9. Dokumenter Eksperimen/Seni Film eksperimen/film seni menggambungkan gambar, musik, dan suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi unsur utama, karena tidak menggunakan narasi, komentar, maupun dialog/wawancara. Musik memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan emosi penontonnya21. Jenis dokumenter
20 21
Ibid. Hal 329 Ibid. Hal 331
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
ini dipengaruhi oleh film eksperimental.Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan, namaun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui assosiasi yang terbentuk dibenak mereka. 10. Dokumenter Buku Harian Diary film merupakan dokumenter yang mengombinasikan laporan perjalanan dengan nostagia kejayaan masa lalu, jalan cerita mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadiannya, lokasi, dan karakternya sangat subjektif. Seperti halnya sebuah buku harian maka film bergenre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan sesorang yang diceritakan kepada orang lain22. 11. Dokumenter Drama Dokudrama adalah genre dokumenter di mana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail.dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi. gendre dalam dokumenter kemudian terus berkembang, sehingga ke titik dimana menjadi sangat subjektif, melihat segala sesuatunya hanya dalam satu
22
Ibid. Hal 331-332
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
perspektif yang sangat individual. Ganre dokudrama telah sukses di bioskop-bioskop melalui film-film 23. 12. Dokumenter Eksperimen atau Film Seni Sejumlah pengamat film menganggap bentuk ini merupakan film seni atau sksperimen.Gabungan gambar, musik dan suara atmosfer secara artistik menjadi unsur utama.Biasanya dokumenter tipe ini tidak pernah menggunakan narasi, komentar maupun dialog.24
2.3.2 Fungsi Film Dokumenter Inti dari dokumenter adalah suatu usaha eksplorasi dari orang-orang, pelaku-pelaku yang nyata dan situasi yang sungguh nyata.Jadi sebenarnya ketika kita memfilmkan dokumenter adalah bentuk usaha kita untuk menampilkan kembali situasi nyata dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.25 Maka atas dasar tersebut, dokumenter memiliki beberapa fungsi, yaitu26:
1. Dokumenter dan waktu Biasanya film dokumenter menampilkan masa lalu dan masa kini. Namun dapat juga digunakan untuk meramalkan masa depan.
23
Ibid. Hal :333 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, FFTV-IKJ Press, Jakarta, 2008, Hal:47 25 Michael Rabiger. Directing The Documentary: Third Edition. Singapore: Focal Press, 1998. 26 Ibid. 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Seperti pada film The War Game (1965) oleh Peter Watkins, pengetahuan pada peristiwa pengebomam kota Dresden, Hiroshima, dan Nagasaki, untuk mencuatkan dugaan akan serangan nuklir ke London. 2. Dokumenter sebagai penanganan kreatif atas realitas Mencakup semua bentuk non-fiksi seperti alam, ilmu pengetahuan, cerita tentang perjalanan, industri, pendidikan, dan bahkan film untuk kepentingan promosi. 3. Dokumenter untuk menangani masalah sosial Perhatian pada kualitas dan keadilan kehidupan masyarakat, biasanya membawa film dokumenter melampaui sekedar fakta-fakta, menuju kepada dimensi moral dan etika, yang akan meneliti kembali penataan kehidupan masyarakat dan lebih jauh lagi mengenai kesadaran manusia. 4. Dokumenter, individualitas dan cara pandang Emile Zola, seorang sastrawan Prancis terkemuka, menyatakan bahwa sebuah pekerjaan seni adalah sudut alam yang dilihat melalui sebuah watak tertentu. Maka setiap dokumenter akan menghadirkan keterlibatan kondisi manusia yang segar, unik, dan memikat. 5. Dokumenter sebagai sebuah cerita yang terorganisasi Film dokumenter yang sukses, seperti layaknya film fiksi, memerlukan cerita yang bagus dengan karakter yang menarik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
penekanan-penekanan melalui narasi, dan sudut pandang yang lengkap. 6. Rentang bentuk dokumenter Sebuah film dokumenter dapat terkontrol dan melalui perenungan, spontan dan tak dapat diduga, puitis dan mengesankan, sangat observatif, memuat komentar atau bahkan tidak ada narasi sama sekali, menginterogasi subyek, bahkan menyergap atau menangkap basah subyek. Dapat memaksa atau meminta, menggunakan katakata, gambar, musik, atau perilaku manusia.Bisa menggunakan literatur, seni teater, tradisi lisan dan bantuan musik, lukisan, lagu, essay, atau koreografi. 7. Ketelitian untuk melihat situasi yang ada; berhadapan dengan kenyataan yang sesungguhnya Film dokumenter tidak memiliki batasan, tetapi film dokumenter selalu
memantulkan
daya
tarik
dan
rasa
hormat
pada
aktualitas.Aktualitas adalah sesuatu yang obyektif, yang dapat dilihat, diukur, dan kita setujui bersama. 8. Dokumenter untuk menggugah sebuah kesadaran Salah satu fungsi ini adalah ketika penonton merasa adanya pertentangan batin untuk direnungkan.Seperti misalnya film dokumenter tentang pendidikan para prajurit muda.Di satu sisi penonton merasa penting untuk mendidik para prajurit dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
disiplin tinggi, di satu sisi ada rasa kemanusiaan yang kadang terusik karena yang tampak seolah hanya kekerasan semata. 9. Dokumenter sebagai sebuah bentuk seni sosial Tujuannya
adalah
untuk
mengarahkan
kepada
penonton,
pengalaman-pengalaman pembuatnya dalam perjuangannya untuk memahami setiap kejadian khusus yang tengah terjadi. 2.3.3 Tahap-Tahap Pembuatan Film Dokumenter Pada dasarnya tahapan pembuatan film dokumenter samasaja dengan film-film yang lain terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. a. Pra Produksi Dalam tahap pra produksi ini tim awalnya melakukan riset mendalam terhadap topik yang dipilih sebagai tema dokumenter. Setelah riset selesai dilakukan, tim kembali mengadakan brain storming untuk memilah-milah data riset—kira-kira bagian mana yang akan dijadikan permasalahan, klimaks, cerita, dan sebagainya. Dalam tahap produksi ini semua persiapan yang dibutuhkan dalam pembuatan dokumenter mulai dimatangkan. b. Produksi Tahapan kedua adalah produksi, dimana proses shooting dimulai. Schedule biasanya ditentukan oleh produser. Di lapangan, sutradara memulai pekerjaan dengan memastikan bahwa setiap departemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
produksi beserta peralatannya dalam kondisi prima karena produksi sebuah dokumenter adalah mengejar timing, biasanya tidak ada re-take kecuali dalam proses rekonstruksi cerita. c. Pasca Produksi Tahapan terakhir adalah pasca produksi, dimana setiap hasil shoot— audio dan visual—diserahkan kepada editor untuk dilakukan editing. 2.3.4 Cinema Verite, Direct Cinema, dan Free cinema Teori Kino-Pravda (film kebenaran) dan Kino-Eye (mata film) dari vertov berkembang ke seluruh dunia. Pada tahun 1950-an, para dokumentaris prancis mengikutinya dan kemudian mereka menamakan pendekatan dan gaya itu sebagai Cinema Verite. (film kebenaran). Sebagai teori dan konsep pendekatan film dokumenter, Cinema Verite dianggap mampu mengetengahkan realita visual secara sederhana dan apa adanya, yang diyakini dapat mempertahankan atau menjaga spontanitas aksi dan karakter lokasi otentik sesuai realita. Karena itu, ada yang menyebut pendekatan dokumenter ini sebagai Spontaneous Cinema. Jika gaya Cinema Verite berkembang di prancis pada tahun 1950-an, Amerikajustru baru berkembang dalam dasawarsa berikutnya, yakni pada awal 1960-an.Di Amerika disebut Direct Cinema. Robert Drew adalah orang pertama yang mengadaptasikan gaya Direct Cinemake dalam program tayangan televisi, dianggap sebagai Bapak Direct Cinema Amerika. Produksi film gayaCinema Verite atau Direct Cinema, jelas menuntut persiapan yang sangat sungguh-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
sungguh dan mantap. Analisis dan perhitungan manajemen untuk lama waktuproduksi dan biaya tidak boleh meleset. Dalam gaya ini, penyusunan skenario formal dianggap tidak penting, mengingat yang diutamakan adalah peristiwa yangterjadi, bukannya kenapa atau bagaimana jalannya cerita dari suatu peristiwa. Metode
gayaDirect
Cinema
maupun
Cinema
Verite
makin
berkembangsetelah ditemukan teknologi perekaman gambar dengan kamera video. Penemuanpita video yang memberi kemungkinan untuk secara langsung dapat melihat hasil perekaman gambar ini. Sepintas antara Cinema Verite dan Direct cinema terlihat adanya persamaan pendekatan dan gaya. Yang membedakan di antara keduanya adalah dalam membangun dramatika atau konflik, Cinema Verite terlihat lebih agresif, sementara Direct Cinema memilih pasif. Terkadang Cinema Verite bahkan menjadi pemicu atau provokator terhadap subjek agar terjadi suatu konflik, sementara Direct Cinema hanya menanti apa yang akan terjadi di hadapan kamera. Lain halnya dengan Free Cinema,
tidak
sepenuhnya
Free
Cinema
masuk
dalam
kategori
dokumenter.Free Cinema lebih sebagai pendekatan gaya yang merupakan gabungan antara dokumenter dan film Fiksi.27 2.4
27
Pengertian dan Tim dalam ( director of photography )
Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, FFTV-IKJ Press, Jakarta, 2008, hal 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Penata kamera atau Director of Photography adalah orang yang mengepalai departemen kamera. Dia mengatur seluruh unit kamera dan kameramenuntuk merealisasikan apa yang ada di dalam naskah. Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer juga bisa disebut pengarah fotografi (director of photography) jika dalam produksiyang besar dan memiliki personil yang lengkap. Dia adalah orang yang sangat bertanggung jawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan dengan tepat atas segala suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara28 2.4.1
Tugas Utama (director of photography) Istilah DOP disebut juga sebagai Director Of Photograpy adalah
seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Setiap kameraman harus bisa dan familiar dengan komposisi serta semua aspek teknik berikut dari segi sudut pengambilan gambar, ukuran gambar hingga pergerakan gambar.Begitu juga dengan pengendalian kamera untuk menyelesaikan permasalahan teknis
28
Armantono, RB. Marselli Soemarno. Job Description Pekerja Film : Director of Photography, Jakarta : FFTV-IKJ, 2008.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
dan berkoordinasi dengan sutradara yang muncul selama perekaman gambar.29 Tugas utama seorang pengarah fotografi adalah memvisualisasikan penafsiran atau visi sutradara akan skenario. Seorang Director Of Photography juga mempunyai tugas 3 proses dalam pembuatan film, di antaranya Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Dari ketiga tugas tersebut harus dilakukan sesuai dengan description yang dia pegang. 1. Pra Produksi Proses perencanaan dan persiapan produksi sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan khalayak sasaran yang dituju. Meliputi persiapan fasilitas dan teknik produksi, mekanisme operasional dan desain kreatif (Riset, Penulisan Outline, Skenario, Storyboard, dsb.). a) Mempelajari semua naskah yang sudah di setujui oleh produser. b) Mengimplementasikan naskah ke dalam sebuah bentuk dan gerak serta tata letak kamera melalui floor plan kamera. c) Menguasai macam – macam segi kamera agar sesuai dengan kualitas gambar yang akan di pakai untuk proses produksi.
20 Estu Miyarso.(2009). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Mata Kuliah Sinematografi.Majalah Pendidikan. Yogyakarta: KTP FIP UNY
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
d) Berdiskusi tentang ilustrasi yang akan di ambil dalam segi floor plan dengan sang sutradara. 2. Produksi Proses pengambilan gambar di lapangan atau shooting, Pada tahap ini Director Of Photography diberikan pengarahan dari seorang sutradara tentang rencana visual yang akan dibuat. Secara sistematis rencana ini dibuat kedalam breakdown
script .Dengan breakdown
script memudahkan
semua element kru dalam bekerja nantinya. Sutradara mendiskusikan shot – shot seperti apakah yang harus dibuat. a) Memperhatikan lingkungan dan masalah pencahayaan. b) Memberikan saran ke Director untuk pengambilan gambar terbaik. c) Bertanggung jawab untuk pemeliharaan kamera agar tetap siap operasi. d) Bertanggung jawab terhadap kualitas gambar, komposisi dan lensa. e) Bekerjasama dengan baik bersama semua kru produksi. f) Mengikuti instruksi director / pengarah acara untuk memperoleh gambar sesuai dengan script. 3. Pasca Produksi Tidak banyak hal yang dilakukan oleh Director Of Photography pada tahap ini. Untuk produksi drama televisi, Director Of Photography terkadang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan hal – hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor, namun biasanya hal ini bisa dihandle oleh sutradara. Untuk memudahkan editor dalam bekerja, setelah pengambilan gambar, kameraman membuat camera report yang berisi tentang semua keterangan camera report lengkap dengan time code atau keterangan waktu. a) Melakukan pengepakan kamera set untuk transportasi bila akan melakukan shooting di luar kota / negeri. b) Bertanggung jawab untuk pemeliharaan kamera agar tetap dalam kondisi prima. c) Memberikan semua hasil yang di catat saat produksi kepada editor. 2.5
Sinematografi Dalam produksi program audio-visual, aspek sinematografi merupakan aspek
yang sangat penting.Kata sinematografi secara etimologis berasal cinematography yang bersumber dari bahasa yunani kinema yang berarti gerakan dan graphoo yang berarti menulis. Dari etimologis kata sinematography dapat diartikan sebagai bidang ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan kemudian menggabungkan gambar-gambar yang telah ditangkap tersebut agar dapat menjadi rangkaian gambaran yang dapat menyampaikan ide, atau dengan kata lain dapat mengemban cerita.30
30
Fajar Junaedi “Membuat Film Dokumenter” Lingkar Media, Yogyakata 2011, hal:49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah unsure sinematografi mulai berperan.Sinematografi mencakup perlakuan sineas terhadap kamera serta stock filmnya. Kamera dan film mencakup teknik – teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stock filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. Durasi mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.31 Sinematografi-videography yang berarti lmu yang mempelajari teknik pembuatan gambar dan suara untuk media massa, penting artinya dalam era informasi dan komunkasi sekarang ini. Kemampuan kita untuk membuat gambar yang baik dalam arti komposisnya baik, exposenya bagus, cahayanya cukup dan mutu suaranya memadai sangat penting, agar kita dapat menamplkan tayangan atau paket feature atau bahkan berita yang cukup informatif jika ditinjau dari segi gambar maupun suara pendukungnya.32 Alat paling dasar sinematografer adalah kamera film.ini merupakan bagian dari mesin yang memiliki fungsi yang terkordinasi, masing-masing yang menuntut
31
Panca Javandalesta, 2011, Mari Mahir Bikin Film, Surabaya : Mamtaz Media, Hal:89 Bambang Semedhi. Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar.Cetakan ke-1.Bogor.Ghalia Indonesia.2011.Hlm.2 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
pemahaman dan perawatan jika kamera untuk menghasilkan hasil yang terbaik dan paling konsisten.33 2.5.1 Teknik Pengambilan Gambar Pengambilan gambar adalah tahapan terpenting di dalam proses produksi. Seorang juru kamera yang harus benar-benar mengerti, paham dan tahu mutu gambar yang baik dan mampu membuat gambar yang sesuai tuntutan alur cerita.Oleh karena itulah, seorang juru kamera harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan mutu gambar, di antaranyamampu membuat gambar dengan komposisi yang baik, paham berbagai teori tata cahaya, tata suara, editing serta motivasinya dan teknikpenyutradaraan, di samping tentunya mengenal dan mampu mengoprasikan kameranya dengan baik.34 2.5.1.1 Komposisi Komposisi adalah suatu cara untuk meletakan objek gambar di dalam layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol dan bisa mendukung
alur
cerita.
Dengan
komposisi
yang
baik,
kita
akanmendapatkan gambar yang lebih “hidup” dan bisa mengarahkan perhatian penonton kepada objek tertentu di dalam gambar.35 Juru kamera harus mengenal berbagai teori komposisi, diantaranya adalah tiga dasar komposisi, ukuran shot, dan motivasinya
33
Kris Malkiewicz dan M. David Mullen. Cinematography: the classic guaid to filmmaking, Bambang Semedhi. Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar.Cetakan ke-1.Bogor, Ghalia Indonesia,2011, hal:43 35 Ibid hal 43 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
serta motivasi gerak (gerak objek dan gerak kamera). Tiga dasar teori komposisi adalah: 1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds) Aturan
sepertiga
adalah
petunjuk
bagaimana
cara
memposisikan objek di sepertiga bagian pada gambar agar lebih
enak dilihat. Teknik ini
juga termasuk dalam
megkomposisikan objek kedalam satu bingkai dengan posisi tepat mengikuti acuan aturan sepertigaitu.Aturan ini disebut sebagai paduan, tidak selamanya penempatan objek pada sepertiga gambar enak untuk dilihat karena bergantung dengan objek dan gambar yang dihasilkan oleh kameramen. Pada aturan sepertiga, gambar dibagi menjadi tiga bagianbesar baik secara vertikal maupun horizontal sehingga gambar memiliki sembilan area yang sama besar. 2. Golden Mean Area Golden mean atau golden section adalah cara membuat komposisi yang baik, khususnya untuk pengambilan gambar besar atau close up. Gambar close up yang dimasukan untuk menonjolkan ekspresi atau detail muka seseorang. 3. Diagonal Depth Diagonal depth adalah salah satu panduan untuk pengambilan gambar long shot. Diagonal depth mensyaratkan setiap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
pengambilan gambar long shot hendaknya para juru kamera mempertimbangkan unsur-unsur diagonal sebagai komponen gambarnya. Unsur diagonal penting artinya untuk memberikan kesan “depth” atau kedalaman, dan dengan unsur diagonal maka akan memberikan kesan tiga dimensi.36 2.5.1.2 Camera Angles (angle kamera) Kamera angel adalah teknik pengambilan gambar dari sudut pandang tertentu untuk mengekspose adegan. Sudut pengambilan gambar atau kamera angle ini merupakan sudut penempatan kamera sewaktu pengambilan gambar terhadap suatu objek. Dengan sudut yang menarik, kita bisa menghasilkan sudut shot yang manarik pula, dengan persektif yang unik dan menciptakan image tertentu pada gambar yang disajikan.
Sudut pengambilan (shot angles) menjelaskan tentang
berbagai posisi kamera yang dapat digunakan untuk merekam subjek. Berikut adalah beberapa macam sudut pengambilan yang biasa dilakukan dalam pembuatan film : 1. Bird’s Eye View Teknik Bird’s Eye View adalah teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan posisi kamera berada lebih tinggi daripada objek yang diambil. Hasilnya akan menunjukan adanya lingkuangan yang luas, dan benda-benda lain tampak 36
Ibid hal:46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
kecil dan berserakan. Pengambilan gambar semacam ini tidak ada ukuran ketinggian tertentu, melainkan atas kebutuhan dan sense yang dimiliki oleh cameramen.Dalam sebuah film, sering kali
ditemukan
pengambilan
gambar,
yang
biasanya
menggunakan helicopter maupun dari gedung-gedung tinggi. 2. High Angle High Angle adalah sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, sehingga objek tampak terekspose dari bagian atas. Posisi kamera lebih tinggi diatas mata objek yang akan diambil, sehingga kamera harus di Till Down (menunduk) untuk mengambil objeknya. Teknik pengambilan gambar seperti ini memberikan kesan pendek, kecil, rendah, hina, perasaan kesepian, kurang gairah, dan bawahan. 3. Eye Level (normal angle) Normal angle adalah suddut pengambilan gambar yang menunjukan posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata objek yang diambil.Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang.Teknik ini tidak memiliki pesan dramatis, melainkan kesan wajar.Biasnaya, tenik itu banyak digunakan ketiaka wawancara atau Profil Shot. Maka, gambar yang dihasilkan datar dan cenderung menonton bila dieksekusi tanpa variasi lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
4. Low Angle Low Angle adalah teknik pengambilan
gambar yang
mengambil dari bawah objek, seperti pandangan mata kodok.Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle.Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang itu adalah
keagungan,
kekuasaan,
kuat,
dominan,
dan
dinamis.Sehingga objek kelihatan mempunyai kekuatan yang menonjol dan tampak kekuasaannya, apalagi untuk membuat lebih dramatis. 5. Over Shoulder Over Shoulder adalah sudut pengambilan gambar dari belakang bahu salah satu objek. Shot ini menjadi alternatif pengambilan gambar two shot objek yang sedang berdialog agar tidak terkesan mengambil gambar terlalu frontal sehingga seperti reportase.37 6. Very Low Angle Posisi kamera pada sudut pengambilan ini dianalogikan seperti seekor cacing yang melihat ke atas. 7. Canted (miring) Disebut juga dengan dutch head. Ada beberapa merek tripod yang memang menunjang pengambilan gambar dengan angle 37
Iqra’al-Firdaus, Kameramen Profesional, Yogyakarta, Buku Biru, 2010, hal:108-113
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
miring, dan ada tripod yang harus dimiringkan secara manual, dengan mengubah level di waterpass atau menurunkan salah satu kaki tripod.38 2.5.1.3 Frame Size Setelah menguasai camera angle, berikutnya frame size yang menjadi kekuatan gambar anda, diantaranya : 1. ECU (extreme close up) Mempunyai ukuran sangat dekat sekali, misalnya hidungnya, matanya, atau telinga saja. Fungsi dan makna frame size ini adalah menunjukkan detail suatu objek. 2. BCU (big close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga dagu objek. Fungsi dan makna frame size ini adalah menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu. 3. CU (close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala sampai leher bagian bawah. Fungsi dan makna frame size ini adalah memberi gambaran objek secara jelas. 4. MCU (medium close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga dada atas. Fungsi dari makna frame size ini adalah menegaskan profil seseorang. 38
Ensadi J Santoso, Bikin Video dengan Kamera DSLR, (Jakarta : Media Kita, 2013), hal 50.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
5. MS (mid shot) Mempunyai ukuran dari batsa kepala sampai pinggang (perut bagian bawah). Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan seseorang dengan sosoknya. 6. KS (knee shot) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga lutut. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperilihatkan sosok objek (sama dengan MS) 7. FS (full shot) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga kaki. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar. 8. LS (long shot) Mempunyai
ukuran
dari
objek
penuh
dengan
latar
belakangnya. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan objek dengan latar belakangnya. 9. 1 S (one shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya satu objek.
Fungsi
dari
makna
frame
memperlihatkan sesorang dalam frame.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
size
ini
adalah
40
10. 2 S (two shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya dua objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah untuk memberikan gambaran adegan dua objek yang sedang berinteraksi. 11. 3 S (three shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya tiga objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah untuk memberikan gambaran adegan tiga objek yang sedang berinteraksi. 12. GS (group shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya dengan memperlihatkan objek lebih dari tiga orang.39
39
Askurifai Baskin, 2009, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung ;Simbioosa Rektama Media, hal:124-128
http://digilib.mercubuana.ac.id/